Anda di halaman 1dari 44

ACID GAS

TREATING
Kelompok 3 :
• Andini Fikarda
• Shafira R L
• Novita F
• Taufiq Muhammad Y
• Naufal Fasa
• Devi A Yunitama
• Gharin Nur F S
OUTLINE

DEFINISI CASE STUDY KESIMPULAN

TEKNOLOGI PEMBAHASAN
PROSES CASE STUDY
DEFINISI
Acid Gas
Acid gas merupakan impurities yang terkandung dalam gas
alam yang biasanya berupa carbon dioxide (CO2), hydrogen
sulfide (H2S) atau komponen sulfur lainnya seperti mercaptan.

Gas Alam :
Sour Gas : Gas alam yang hanya mengandung H2S
Sweet Gas : Gas alam yang hanya mengandung CO2
Acid Gas Treating
H2S dan CO2 merupakan komponen yang tidak diinginkan
dalam gas alam dan harus dilakukan pemisahan karena:
• Bersifat korosif
• Merupakan zat yang beracun
• Menurunkan harga jual gas alam

Pengolahan dilakukan berdasarkan kandungan Acid Gas:


• Mengandung H2S
• Mengandung CO2
• Mengandung H2S dan CO2
• Mengandung H2S dan CO2 (lebih selektif terhadap H2S)
Acid Gas Treating
Spesifikasi sales gas
Sifat Persyaratan Umum
Kandungan CO2 2-3% mol
Kandungan H 2S 4 ppm

• Gas Sweetening Process


Proses yang dilakukan untuk menghilangkan H2S dan
CO2 sehingga sales gas tidak mengandung acid gas.
TEKNOLOGI
PROSES
Physical Solvent
Physical Solvent Process
• Proses pemisahan ini lebih didasarkan pada
kelarutan H2S dan/atau CO2 dalam pelarut
daripada peninjauan reaksi kimia antar gas asam
dengan pelarutnya.

• Kelarutan itu dipengaruhi oleh tekanan parsial


dan temperatur.

• Semakin tinggi tekanan parsial gas asam, maka


kelarutan suatu gas asam semakin meningkat dan
semakin rendah suhu gas asam, maka
kelarutannya juga semakin meningkat. Karena
kelarutan gas-asam meningkat dalam solvent,
maka komponen gas asam berkurang.
Beberapa parameter yang harus diperhatikan
jika ingin menggunakan proses physical
solvent:
• Partial Pressure dari gas asam pada aliran
umpan harus 50 psi atau lebih

• Konsentrasi hidrokarbon pada aliran umpan


rendah

• Hanya dapat menghilangkan kadar gas asam


dalam jumlah besar

• Dapat menghilangkan gas H2S


.
Physical Solvent Process
1. Acid gas masuk ke dalam kolom
absorber dan mengalami kontak
secara counter current dengan
solvent
2. Gas yang bebas gas asam keluar
melalui atas kolom absorber
3. Terjadi proses flash dalam beberapa
stages pada rich solvent yang
mengakibatkan tekanan partial pada
gas asam berkurang, sehingga gas
asam tersebut berubah menajdi
vapor dan naik ke bagian atas kolom
(dikeluarkan)
4. Regenerated solvent tersebut
dialirkan kembali ke absorber untuk
proses selanjutnya
Beberapa jenis physical solvent
process:
• Flour Solvent Process
Keuntungan:
- Proses ini mengunakan propylene-carbonate
sebagai solvent
- Dapat menghilangkan CO2, H2S, C2+,
Hydrocarbon, COS, SO2, CS2, dan air dari gas alam
-Hanya dapat digunakan untuk CO2 removal dalam
jumlah besar
Kekurangan:
-Membutuhkan area yang luas dalam
pendesainannya
-Tidak begitu ekonomis
• Sulfinol Process (licensed by shell the sulfinol)
Mengkombinasikan physical solvent dan chemical solvent
(mixture of sulfonate)
Physical solvent: tetrahydrothiophene 1-1 dioxide
Chemical solvent: DIPA (diisopropanolamine)
Keuntungan:
-Hanya dapat digunakan untuk gas acid removal dalam jumlah
besar
-Sulfonate merupakan solvent terbaik dalam sulfur (H2S,COS,
dan CS) removal
-Panas yang dibutuhkan pada proses lebih sedikit
dibandingkan proses yang lain
-Dapat memproses solution loading yang lebih banyak dari
pada proses lainnya

Kekurangan:
-Sistem yang kompleks
-Mahal
• Selexol Process (licensed by Allied Chemical
Company)

Keuntungan:
-Dapat menghilangkan CO2 hingga 85%
-Dapat menghilangkan air hingga kurang daari 7
lb/MMscf
-Lebih ekonomis dibandingkan proses lainnya

Kekurangan:
-Hanya beberapa jenis sulfur yang dapat dihilangkan.
• Rectisol Process (licensed by German Lurgi
Company and Linde A.G.)

Keuntungan:
-Menggunakan methanol sebagai solvent
-Biasa digunakan untuk proses purifikasi gas pada
LNG plant dan coal gasification plant

Kekurangan:
-Beroperasi pada suhu rendah (-30 oF sampai -100
oF)
-.
TEKNOLOGI
PROSES
Chemical Solvent
Chemical Solvent Absorption
Konsep : Proses absorpsi kimia pada dasarnya adalah proses
absorpsi yang menggunakan suatu senyawa dalam larutan,
untuk mereaksikan dan meng-absorb acid gases yang
terkandung di dalam natural gas.
• Amine Processes
• Hot Potassium Carbonate Process
Amine Processes
Amines processes adalah salah satu teknologi absorpsi kimia pada acid gas
treating, dengan menggunakan berbagai jenis amine sebagai solvent. Amine sendiri
dapat dikategorikan menjadi 3, primer, sekunder, dan tersier. Primary amine
merupakan amine yang paling kuat. Semakian kuat amine, reaktifitas terhadap acid
gas akan semakin tinggi, namun akan semakin sulit untuk diregenerasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan amine antara lain adalah:
• Reaktifitas terhadap acid gases
• Reboiler duty
• Chemical stability
• Reaksi samping
Jenis-jenis Amine Process

Monoethanolamine (MEA)
• MEA merupakan primary amine. MEA yang digunakan pada proses
absorpsi biasanya mempunyai konsentrasi 10-20% wt di dalam air.
Keunggulan dari MEA adalah, MEA mampu mengabsorb acid gases paling
banyak diantara amine yang lainnya. Namun, kekurangan MEA adalah sifat
MEA yang mudah bereaksi terhadap oksidator yang mungkin terkandung
pada hidrokarbon (COS, CS2, SO2, SO3, O2). Reaksi samping ini
mengkonsumsi MEA dalam jumlah tertentu (loss up to 3 lb/MMScf) dan
juga menghasilkan senyawa-senyawa yang highly corrosive, sehingga
dibutuhkan design system yang lebih mahal. MEA juga merupakan amine
yang paling sulit diregenerasi karena ikatannya yang kuat.
Diethanolamine (DEA)
• DEA merupakan secondary amine. DEA yang digunakan pada proses absorpsi
biasanya mempunyai konsentrasi 25-35% wt di dalam air. DEA memiliki
kemampuan absorbsi yang lebih kecil sedikit dari MEA, namun DEA tidak sereaktif
MEA terhadap oksidator, yang membuat DEA lebih tidak korosif dan juga DEA loss
(up to 0,5 lb/MMScf) dalam system tidak sebesar MEA. DEA juga lebih mudah
diregenerasi dengan reboiler duty yang lebih kecil dari MEA system.
Diglycolamine (DGA)
• DGA merupakan primary amine. DGA yang digunakan pada proses absorpsi
biasanya mempunyai konsentrasi 50-70% wt di dalam air. DGA memiliki
kemampuan absorbsi yang hampir sama dengan MEA, namun DGA tidak
menghasilkan korosifitas dan loss yang sebesar MEA. Karakteristik MEA dan DGA
dalam system absorpsi hampir serupa, namun dengan dengan konsentrasi yang
secara signifikan lebih besar dari MEA, DGA lebih mahal daripada MEA.
Diisopropanolamine (DIPA)
• DIPA merupakan secondary amine system yang dimilik oleh Shell. DIPA
memiliki tingkat absorpsi terhadap acid gases yang sangat mirip dengan
MEA, tetapi DIPA memiliki beberapa yang keunggulan yang membuatnya
jauh lebih baik dari MEA. Keunggulan tersebut antara lain adalah, DIPA
memiliki nilai korosifitas rendah, DIPA loss yang kecil, dan reboiler duty
yang lebih rendah.
Typical Amine Process
Hot Potassium Carbonate Process

Hot Potassium Carbonate Process (K2CO3) optimal digunakan dengan gas yang
memiliki CO2 partial pressure mencapai 30-90 psi. Sistem ini dioperasikan dalam
suhu tinggi, dan highly corrosive, sehingga sistem ini dioperasikan dengan biaya
yang mahal.
Hot Potassium Carbonate Process
TEKNOLOGI
PROSES
Solid Bed Absorption
Solid Bed Absorption
Konsep : menggunakan reaksi kimia atau ionic bonding untuk
menghilangkan acid gas
• Iron Oxide Process
• Zinc Oxide Process
• Molecular Sieves Process
Iron Oxide Process
• Iron Sponge
Reaksi kimia yang digunakan pada proses ini
adalah ferric oxide dengan H2S ke sweeten gas
streams. Proses ini digunakan kepada gas dengan
konsentrasi H2S yang rendah (300 ppm).
Beroperasi pada tekanan (50-500 psig) dan suhu
sekitar 43 derajat celcius

Sumber : American Biogas Council

https://en.wikipedia.org/wiki/Woodchips
Sumber : https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/iron-sponge-process

Ferric Sulfide jika di oksidasi dengan udara


akan menghasilkan sulfur dan regenerasi
ferric oxide dengan reaksi sebagai berikut :
• Sulfatreat
Sama seperti Iron Sponge, perbedaannya hanya
pada bed yang digunakan. Jika Iron Sponge
menggunakan wood chip yang telah di
impregnated oleh iron oxide. Namun pada
sulfatreat bed yang digunakan berupa granular
material

https://www.researchgate.net/figure/Examples-of-granular-
materials-presenting-the-distinctions-between-them-
Images_fig2_321503938

https://petrowiki.org/File:Vol3_Page_198_Image_0001.png
Zinc Oxide Process
Konsepnya sama dengan iron sponge dengan reaksi sebagai
berikut :

• Rate of reaction dikontrol oleh proses difusi.


High Temperature > 120 derajat celcius

• Desain vessel biasanya dibuat panjang dan


thin bed untuk menghindari terjadinya
channeling
• Jarang digunakan kembali karena masalah
pembuangan dari penggunaan katalis
Molecular Sieves
• Menggunakan,sintetsis • Ukuran pore juga sangat mempengaruhi proses
manufaktur kristal solid penghilangan gas impurities.
zeolite didalam bed untuk
menghilangkan gas • Problem utama dari proses ini adalah ukuran
impurities. Struktur kristalin partikel H2S dan CO2 sama sehingga CO2 dapat
sangat poros dan ukuran masuk kedalam pore walaupun CO2 non polar.
porosnya sama. Sehingga terjadi penurunan efisiensi pada
removal H2S
• Molekul gas polar seperti H2S
• Operasi kondisi : Pressure 450 psig karena
dan air. Akan masuk kedalam
optimum performance dari ikatan ionic terjadi di
pore membentuk ikatan ion
moderate pressure
lemah didalam active sites.
• Suhu regenerasi berada pada range 150-200
Non polar molekul seperti
paraffin hydrocarbon tidak derajat celcius karena regenerasi
akan berikatan pada active menggunakan gas panas.
site. Molekular Sieve juga
akan membuang uap air.
CASE
STUDY 1
Case study 1
• Dalam proses pemurnian gas menggunakan amine,
terdapat beberapa parameter operasi yang sangat
sensitif, diantaranya:
• Temperatur gas inlet
• Laju sirkulasi (circulation rate)
• Temperatur lean amine
• Konsentrasi amine
• Jumlah stage
• Temperatur dan tekanan regenerator
• Untuk mendapat produk yang optimal, beberapa parameter yang dapat dioptimasi antara lain:
• Temperatur gas inlet
Temperatur di atur pada rentang 32 - 35 oC
• Circulation rate
Dipengaruhi oleh residence time, semakin tinggi circulation rate residence tie, semakin
baik proses absorpsi H2S dan CO2
• Lean amine temperature
Temperatur lean amine di atur pada range 5 – 7 oC diatas suhu gas inlet untuk
menghindari kondensasi fraksi hidrokarbonyang lebih berat
• Amine concentration
Konsentrasi amine optimum pada rentang 500 – 520 g/L untuk menghindari inadequate
H2S adsorption yang terjadi pada konsentrasi dibawah 500 g/L dan mengurangi laju reflux
pada proses regenerasi amine
• Number of contact stages
Injeksi amine pada top feed stage akan menghadilkan absorpsi yang baik untuk H2S,
namun pada CO2 dan hidrokarbon ringan akan berlangsung kurang baik dan akan
mengakibatkan adanya perbedaan tekanan sepanjang kolom dan akan menyebabkan
hilangnya amine akibat carry-over
• Pressure and temperature of regenerator
Semakin tinggi temperatur dan semakin rendah tekanan akan menghasilkan regenerasi
yang lebih baik. Temperatur optimal untuk regenerator berada pada range 105 – 110 oC,
dengan tekanan 0,92 – 0,97 Pa.
CASE
STUDY 2
Problem
1.Sistem Amine sangat korosif karena berada di
kondisi asam dan temperatur yang tinggi,
sehingga membuat unit mudah rusak.

2. Optimalisasi Desain absorber pada sistem


Amine untuk menaikkan efisiensi penyerapan
Asam kedalam solvent
EFEK SUHU DAN TEKANAN GAS CO2
Solution
2. Pemilihan material untuk desain sistem amine
Material : stress relieved Carbon steel untuk
DEA solutions
: corrosion-resistant metal (304 SS)
untuk sistem MEA
LOKASI UNIT POTENSI KOROSI DI SISTEM AMINA
Area pemasangan material
1. Absorber trays atau packing
2. Stripper trays atau packing
3. Rich/Lean amine exchanger tubes
4. Bagian reboiler yang terkontak fasa gas
5 Tube bundle
6 Pipa dan valve yang mengarah ke flash tank
7 Pipa dari rich/lean exchange ke stripper inlet
Solution :
1. Perancangan desain absorber untuk
meningkatkan efisiensi penyerapan asam
oleh solvent berdasarkan faktor :
- Volume gas
- konsentrasi inlet
- Spesifikasi outlet
- Tekanan dan Temperature
- Laju sirkulasi liquid
- Kelarutan gas dalam liquid
- Jumlah tray
- Tinggi kolom
- Waktu kontak
- Diameter kolom
- Keberadaan komponen lain
KESIMPULAN
Teknologi yang tepat untuk acid gas treating berdasarkan pada :
• Jumlah acid gas yang dihilangkan
• Konsentrasi acid gas yang ada pada feed gas
• Tekanan dari feed gas

Sangat khusus menemukan acid gas treating system untuk


menghilangkan H2S dan/atau CO2 yaitu mungkin dapat
“menyisipkan” sedikit CO2 pada gas treated tergantung pada
spesifikasi akhirnya

Spesifikasi Sales Gas :


• Kandungan CO2 2 2-3% mol
• Kandungan H2S 4 ppm
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai