Anda di halaman 1dari 71

Gas Processing

Tun Sriana, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D.


Email: tun.sriana@gmail.com
Proses Pemurnian Gas
Komposisi Gas Alam
 Gas bumi tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber
energi, akan tetapi dapat juga dimanfaatkan sebagai
bahan baku industri petrokimia, misalnya pabrik
pupuk, pabrik metanol, pabrik amoniak dan lain-lain.

 Apabila jarak antara sumber gas dengan industri


pemakai relatip dekat, maka gas dikirimkan melalui
pipa. Akan tetapi apabila jarak terlalu jauh
pembangunan pipa sebagai sarana transportasi gas
akan sangat tidak ekonomis, sehingga dipakai tanker.
 Gas yang akan dikirim dengan tanker harus
dicairkan lebih dulu agar dalam volume yang sama
dapat memuat gas cair yang lebih banyak (berat).

 Gas bumi (natural gas )yang keluar dari sumur belum


merupakan produk komersial, karena masih
mengandung komponen-komponen yang tidak
dikehendaki (impurities), misalnya Hidrogen Sulfida
(H2S), Karbon dioksida (CO2), Air (H2O), dan Mercuri
(Hg).
 Keberadaan impuritis tersebut tidak dikehendaki,
karena dapat menyebabkan kesulitan operasional
dan menurunkan heating value dari gas. Untuk
memperoleh gas yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh calon pembeli gas atau pihak lain,
maka gas bumi harus diproses terlebih dahulu untuk
menurunkan kandungan impurities sampai pada
batas - batas tertentu.

 Secara keseluruhan proses penurunan kandungan


impurities dari gas bumi tersebut disebut Proses
Pemurnian Gas.
Jenis proses di lapangan gas
Jenis proses gas yang ada di lapangan setiap
lokasi/perusahaan minyak tidak sama tergantung pada:

1. Produk gas yang diinginkan


2. komposisi hidro karbon dari natural gas
3. jenis impurities yang ada
4. Customer’s specification
Raw gas

SEPARASI

PURIFIKASI

FRAKSINASI
Sales gas
Jenis proses dalam pemurnian gas
Yang dimaksud dengan proses dalam pemurnian gas
adalah semua perlakuan terhadap gas yang meliputi:
1. Pemisahan gas dari cairan
2. pemisahan impurities dari gas
3. pendinginan dan pemanasan gas
4. penekanan dan espansi gas
5. pemisahan komponen-komponen gas dengan cara
distilasi dan absorbsi
Jenis proses gas meliputi
1. proses penyerapan gas asam (H2S dan CO2)
2. proses pengeringan gas
3. proses penyerapan mercury
4. proses pencairan
5. proses fraksinasi
Blok diagram proses pengolahan gas

Gas well SULFUR UNIT


Acid gas • Claus process Tail gas TAIL GAS TREATING
• Iron chelate • Scot process
Raw gas • Bio sulfur • Clauspol process

Condensate &
ACID GAS REMOVAL Off gas to
water removal Sulfuric Acid Elemental sulfur
• Amine treating incinerator
• Benfield process
• PSA Unit DEHYDRATION MERCURY REMOVAL
• Sulfinol process • Glycol Unit • Mol sieve
• WSA • PSA Unit • Activated carbon
Water

Condensate

SWEETENING UNIT FRACTIONATION TRAIN NGL RECOVERY NITROGEN REJECTION


• Merox process • De-ethanizer • Turbo expander and • Cryogenic process
• Sulfrex process • De-propanizer de-methanizer • Absorption process
• Mol sieve • De-butanizer • Absorption (older plant) • Adsorption process

Ethane
Butane Sales gas pipeline
Propane
C5+ Nitrogen rich gas
1. Proses penyerapan gas
alam (acid gas removal)
 Natural gas yang kandungan gas CO2 dan H2S tinggi,
harus diturunkan sampai batas tertentu sebelum gas
dikirim ke industri melalui pipa. Gas CO2 dalam
natural gas akan menurunkan nilai kalori gas, bila
bereaksi dengan air akan membentuk asam yang
bersifat korosif.

 Gas H2S bersifat korosif dan beracun dan akan


menimbulkan bau yang tidak sedap.
 Untuk mencegah terjadinya korosi dalam peralatan
proses maupun dalam perpipaan kandungan CO2
dan H2S dalam gas dibatasi sebagai berikut :
 CO2 : Maksimum 3 % volume
 H2S : Maksimum 4 ppm

 Kepentingan proses: proses pencairan gas mencapai


temperatur – 160oC, sedangkan CO2 akan membeku
pada temperatur lebih tinggi sehingga akan
membuntu pipa proses. Dengan adanya air dan
temperatur tinggi CO2 menjadi korosif.
 Konsumen  CO2 tidak mempunyai nilai bakar.

 Untuk menurunkan kandungan gas asam maka


natural gas dikontakan dengan zat penyerap tertentu
yang dapat mengikat gas asam tersebut.

 Sifat-sifat zat penyerap yang penting yakni : Bersifat


selektif dan mudah diregenerasi (diaktifkam kembali)
Metode
 Proses pemurnian gas alam dari CO2 dan H2S (CO2
and H2S removal) dikatagorikan menjadi 3 jenis yaitu:
√ Absorpsi kedalam larutan (Absorption into liquid)
√ Adsorpsi pada zat padat (Adsorption on solid)
√ Konversi menjadi senyawa lain (Chemical
conversion to another compound, misal menjadi
sulfur bebas S padat atau cair, senyawa asam
sulfat ,H2SO4)
Absorpsi dalam Liquid
 Prinsip dasar
Absorpsi adalah suatu mekanisme perpindahan
massa yang terjadi apabila suatu gas dipertemukan
dengan suatu cairan pada suatu alat kontak.

 Liquid:
 Larutan amine (amine process)
 Larutan soda panas (Benfield process)
Absorpsi dalam Liquid
 Suatu proses untuk mengurangi kandungan CO2
dan/atau H2S dari gas alam.

 Proses ini diperlukan untuk:


 Memenuhi spesifikasi kandungan Acid Gas (CO2
dan/atau H2S) dalam gas alam
 Mencegah korosi
Absorpsi dalam Liquid
 Ada 4 scenario purifikasi:
 CO2 removal dari gas alam yang tidak mengandung H2S
 H2S removal dari gas alam yang tidak mengandung CO2
 Simultaneous removal CO2 dan H2S
 Selective removal H2S dari gas alam yang mengandung
CO2 dan H2S
Pemilihan Gas Treating/Purification
Pemilihan Gas Treating/Purification
Pemilihan Gas Treating/Purification
Pemilihan Gas Treating/Purification
Jenis-jenis larutan amine untuk proses absorbsi

 Senyawa Amine terdiri dari komposisi nitrogen-


hidrocarbon (N-HC), yang secara kimia akan
bereaksi dengan gas-gas asam (acid gases) untuk
membentuk ikatan garam komplek.

 Ikatan ini mudah lepas kembali dengan cara


dipanaskan sehingga diperoleh larutan Amine
kembali.
Senyawa amin dikategorikan dalam 3 golongan yaitu
amine primer, sekunder, dan tersier.
1. Amine Prime
Amine primer mempunyai 2 atom H dan 1 senyawa
HC yang terikat pada atom N. Amine jenis ini
merupakan tipe yang paling reaktif, karena
mempunyai 2 atom H yang labil (paling mudah
membentuk ikatan). Monoethanol Amine (MEA) dan
Diglycol Amine (DGA) adalah termasuk dalam tipe
amine primer ini.
2. Amine Sekunder
Jenis ini hanya mempunyai 1 atom H yang labil
dan 2 senyawa HC yang terikat pada atom N. Jenis
ini kurang reaktif dibandingkan amine primer, karena
hanya mempunyai 1 atom H yang labil. Diethanol
Amine (DEA) dan Diisoprophanol Amine (DIPA)
adalah termasuk dalam tipe amine sekunder ini.
3. Amine Tersier
Jenis ini mempunyai 3 senyawa HC yang terikat
pada atom N. Tipe ini paling tidak reaktif, karena
tidak mempunyai satupun atom H yang labil. Methyl
Diethanol Amine (MDEA) dan Triethanol Amine
(TEA) termasuk tipe amine tersier ini
CONTOH:
a. Mono Ethanol Amine (MEA)
 Rumus strukturnya adalah :
HO – CH2 – CH2 – NH2
 Umumnya diperlukan pelarut MEA sekitar 15 –
20% wt. Kemampuan mengikat gas asam sekitar
0,25 – 0,40 mol/mol amine.
 Umumnya diperlukan pelarut MEA sekitar 15 –
20% wt. Kemampuan mengikat gas asam sekitar
0,25 – 0,40 mol/mol amine.
 Keunggulan:
• MEA cocok untuk H2S dan CO2
konsentrasi rendah
• Berat molekul MEA rendah  , circulation rate
lebih rendah dibandingkan maupun MDEA.
• MEA adalah suatu primary amine yang
mempunyai reaktifitas yang relatif baik
terhadap gas-gas asam
 Kelemahan:
• “Corrosive” pada konsentrasi yang tinggi.
• Dalam prakteknya dibatasi 15 – 20 % berat.
• Penggunaan MEA circulation rate yang tinggi
• Utility cost yang tinggi dan tekanan uapnya
tinggi sehingga menimbulkan losses yang
tinggi.
• Larutan MEA mudah menimbulkan foaming
pada alat kontak.
b. Diglycol Amine (DGA)
 Rumus strukturnya adalah :
HO – CH2 – CH2 – O – CH2 – CH2 –NH2
 Pelarut ini hampir sama dengan MEA dan tidak
dapat digunakan jika terdapat COS dalam gas
umpan. Pelarut DGA yang digunakan sekitar 50 –
60 % wt.
c. Diethanol Amine (DEA)
 Rumus strukturnya adalah :
HO – CH2 – CH2
NH
HO – CH2 – CH2
 Biasanya digunakan 30-40% wt larutan DEA
tanpa menimbulkan korosi
 Kemampuan mengikat asam 0,35 – 0,65 mol/mol
amine.
 Losses akibat penguapan lebih rendah karena
tekanan uapnya DEA lebih rendah dari MEA.
 Dibandingkan dengan MEA, panas yang
diperlukan untuk regenerasi rendah.
 Cocok untuk feed gas yang mengandung
senyawa “carbonyl sulphide” COS dan karbon
disulfide CS2 , reaksinya tetap reversibel shg
mudah diregenerasi..
d. Diisopropanol Amine (DIPA)
 Rumus strukturnya adalah :
OH
CH3 – CH – CH2
NH
CH3 – CH – CH2
OH
 Umumnya digunakan 25 – 40 % wt larutan DIPA.
Kemampuan mengikat gas asam 0,35 – 0,65
mol/mol amine.
e. Triethanolamine (TEA)
 Kapasitasny rendah (berat molekul tinggi)
 Kurang reaktif (struktur molekulnya tertiary
amine)
e. Methyl Diethanol Amine (MDEA)
 Rumus strukturnya adalah :
HO – CH2 – CH2
N-CH3
HO – CH2 – CH2
 Umumnya digunakan 40 – 50 %wt larutan MDEA
tanpa menimbulkan korosi
 Gas asam yang mampu diikat 0,10 – 0,90
mol/mol amine.
 Penggunaan konsentrasi yang cukup tinggi
tersebut mengakibatkan amine circulation rate
menjadi rendah dan panas yang dibutuhkan
dalam regenerasi juga cukup rendah
 Penghematan energi, biaya capital rendah,
produk degradasinya rendah dan tingkat
korosinya rendah.
 Sehingga membawa MDEA menjadi amine yang
banyak digunakan pada gas-treating-plants akhir-
akhir ini.
 keuntungan MDEA adalah :
 Tidak akan mengalami degradasi saat
terdapat CO2, COS, atau CS2.
 Dapat digunakan untuk menghilangkan kadar
H2S yang tinggi dari gas yang mengandung
CO2 dan H2S.
 Kadar penguapan sangat rendah.
 Biaya pemakaian lebih rendah dibandingkan
MEA
Properties of Amine
Tabel 3.1 : Sifat-sifat fisik Ethanolamine
Sifat Fisik MEA DEA TEA MDEA DIPA DGA
Molecular weight 61.1 105.1 149.2 119.2 133.2 105.1
Spec. gravity, 20/20 C 1.018 1.092 1.126 1.042 0.989 1.055
Vap. Pressure, mmHg (20C) 0.36 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Freezing point, C 10.5 28.0 21.2 -21.0 42 -9.5
Solubility in water, % wt at 20 C 100 96.4 100 100 87 100
Heat of vaporisation, Btu/lb pada 1 355 288 230 223 184.5 219.1
atm
Heat of reaction
kJ/Kg H2S 1450 1190 950 1190 1560
kJ/Kg CO2 1915 1520 950 1520 1970
Mekanisme Reaksi

 Reaksi yang terjadi antara larutan amin dengan gas


asam berlangsung secara bolak – balik ( reversible).
 Mekanisme reaksi antara gas asam dengan larutan
amin secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
CO2 + AMIN AMIN -CO2
H2S + AMIN AMIN -H2S
 Reaksi kekanan adalah proses absorbsi gas asam
oleh larutan amin, berlangsung di kolom absorber,
sedangkan reaksi ke kiri proses desorbsi yakni
proses pelepasan gas asam oleh larutan amin ,
berlangsung di kolom stripper.
 Reaksi ke kanan berlangsung pada suhu rendah
dan tekanan tinggi, sedangkan reaksi ke kiri
berlangsung pada suhu tinggi dan tekanan rendah.
SWEET GAS
LEAN CO2, H2S
AMINE
C
S
O
T
N
R
T
I
A
P
C
P
T
E
O
R
SOUR R
RICH
GAS AMINE REBOILER

LEAN AMINE

Gambar : Skema Proses Penyerapan Gas Asam


Diagram Alir
 Typicaldigram alir terlihat dari proses absorbsi gas
asam terlihat pada gambar 3.1 pada halam berikut.
 Acid gas masuk ke kontaktor bagian bawah,
sebelumnya lewat inlet scrubber untuk memisahkan
zat cair yang terikut, Lean Amin masuk kontraktor
dari bagian atas dan kontak dengan acid gas dalam
tray selama kontak tersebut gas CO2 dan H2S diikat
oleh senyawa amin.
Acid gas Sour Gas (Keluar lewat atas kontaktor)
Lean Amin Rich Amine (Keluar lewat bawah
Diagram Alir
 Rich amin dari bawah kontaktor dialirkan ke flash
tank untuk menurunkan tekanan dan melepaskan
sedikit gas Hidrokarbon yang terikut.
 Rich amin dilewatkan lagi ke heat exchanger untuk
menyerap panas dari lean amin, masuk ke still atau
regenerator yang dipanaskan, sehingga gas asam
yang diikat oleh amin dilepaskan lewat atas still
berupa uap.
 Uap tersebut mengandung amin, dialirkan ke
kondensor sehingga amin mencair dikembalikan lagi
ke still dan acid gas dibuang ke flare.
 Untuk memanaskan still dapat dipakai sumber panas
berupa hot oil atau steam jika tersedia. Selanjutnya
lean oil yang masih panas didinginkan dengan amin
cooler dan dialirkan lagi ke kontaktor.
Variabel Proses
 Variabel proses yang paling dominan adalah
kecepatan sirkulasi larutan amin (amin circulation
rate) dan ini tergantung dari :
 Konsentrasi larutan amin ( % amin )
 Acid gas flow rate masuk kontaktor
 Acid gas content ( % CO2 dan % H2S dalam
natural flow)
 Acid gas loading in rich amin dinyatakan dalam
harga “K”.
Amine loading (𝝰)
 Kandungan CO2 di dalam larutan amine

 Pick up ratio
Selisih antara CO2 di dalam rich amine dan lean
amine disebut sebagai pickup ratio, dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
 CO2 pick up
 CO2 pick up adalah selisih antara banyaknya
molekul CO2 di dalam feed atau sour gas dengan
banyaknya molekul CO2 di dalam sweet gas
 Besarnya CO2 pick up dapat dicari dengan
persamaan berikut:
Keterangan:
CO2 pick up dalam satuan Kmol/jam
yin = fraksi mol CO2 di dalam feed gas
yout = fraksi mol CO2 di dalam sweet gas
Qgas = laju alir gas dalam satuan NM3/jam
22.414 konversi dari 1 Kmol gas = 22.414 Nm3
 Laju alir larutan amine (amine circulation rate)

Keterangan
 Lo = amine circulation rate, m3/jam
 yin = fraksi mol CO2 di dalam feed gas
 yout = fraksi mol CO2 di dalam sweet gas
 Qgas = laju alir gas dalam satuan Nm3/jam
 22.414 konversi dari 1 Kmol gas = 22.414 Nm3
𝝰in = lean amine loading, mol CO2/mol 𝝰MDEA
𝝰out = rich amine loading, mol CO2/mol 𝝰MDEA
𝞀L = density larutan BASF- 𝝰MDEA, Kg/m3
W = fraksi berat 𝝰MDEA di dalam larutan
Perhitungan dalam MEA proses
variabel utama dalam proses amine adalah:
a. Loading capacity of MEA solution
b. MEA sirculation rate
Perhitungan Loading capacity of MEA solution. dan
MEA sirculation rate dapat dicari dengan menggunakan
nomogram pada caption berikut ini.
Cara menggunakan nomogram:
Pada Fig. 4.2 , dari density dan konsentrasi larutan MEA dalam %
berat , ditarik garis (1) dan memotong pivot line 1 pada titik X. Dari
titik X ini ditarik garis lurus (2) ke MEA loading dan memotong pivot
line 2 dititik Z.
Dari titik Z ini ditarik garis lurus (3) ke gas flow rate (MMSCFD) dan
memotong pivot line 3 di titik Y. Dari konsentrasi gas CO2 dalam
feed gas ditarik garis (4) ke titik Y dan memotong kecepatan
sirkulasi larutan MEA yang dicari dalam satuan gallon per menit
(gpm).
Dalam hal MEA loading tidak diketahui , maka garis lurus (2) ditarik
dari titik X ke gas flow rate yang diketahui (MMSCFD), sehingga
amin loading dapat diketahui yakni pada titik Z.
Nomograph for istimazing MEA circulating rate
Contoh Pemakaian Nomogram
Natural gas mengandung 15 % CO2 masuk ke unit
sweetening dengan flow rate 20 MMSCFD. Digunakan
larutan MEA 19 %wt. Suhu larutan MEA keluar kontakor
diperkirakan 150 0 F.
Hitung:
a. Loading capacity of MEA solution
b. MEA sirculation rate
c. Mole CO2 keluar dari kolom stripper
Penyelesaian:
 Dari gambar 4.1 : T = 150 0 F; % MEA = 19 
density larutan MEA = 8,2175 lb/gal
 Dari gambar 4.2:
 % MEA =19 ; density larutan MEA = 8,2175 
ditarik garis memotong pivot line 1 di titik X.
 Dari titik X tarik garis lurus ke gas flow rate 20
MMSCFD, memotong pivot line 2 di Y dan
memotong MEA loading di 0,45.mole CO2 /
mole MEA.
 Dari % CO2 dalam feed gas (15 %) tarik garis
lurus ke titik Y dan memotong MEA circulation
rate = 477gpm.
a. Loading capacity of MEA solution = 0,45.mole
CO2 / mole MEA.
b. MEA sirculation rate = 477 gpm
c. Perhitungan CO2 keluar stripper
- Circulation rate MEA = 477 gal / menit
= 477 gal / menit x 8,2175 lb / gal x lbmol / 61 lb
= 64,26 lbmol MEA / menit
loading capacity = 0,45 lbmole CO2 / lbmole MEA
Artinya untuk setiap 1 lbmole MEA mampu membawa
0,45 lbmole CO2.
Diasumsi semua CO2 dalam MEA dilepaskan di kolom
stripper, agar konsentrasi lean MEA tetap
Mole CO2 dilepas di stripper
= 0,45 x 64,26 lbmole/menit
= 28,92 lbmole/menit = 41.639 lbmole/hari
Problem di dalam gas amine treating
 Kehilangan larutan amine ( Amine losses)
 Ikut ke aliran gas treated
 Teruapkan di reboilere ( ikut gas asam yg terbuang di
regenerator)
 Rusak ( degradasi) karena temperatur direboiler terlalu
panas.
 Terjadinya foaming di kontaktor
 Suhu lean amine lebih rendah dari suhu gas umpan
 Adanya solid yg terikut aliran lean amine
 Korosi
 Adanya udara atau oksigen masuk ke larutan amine.
 Adanya gas asam terlarut
Absorption Problems
 Kehilangan senyawa kimia ( Chemical losses)
Terjadi karena terikut keluar larutan amine (entrainment)
oleh aliran gas, vaporasi dan juga karena degradasi
senyawa larutan amine
 Kehilangan larutan amine karena penguapan (vapor
losses0
Meskipun tekanan uap alkanolamine cukup rendah,
kehilangan senyawa amine karena penguapan
(vaporisation losses) cukup besar karena kemampuan
menguap nya sangat kuat
Absorption Problems
 Kerusakan larutan amine (solution degradation)
Kehilangan senyawa amine kemungkinan terbesar
disebabkan oleh degradasi. Meskipun senyawa amine dan
glycol relatif stabil terhadap temperatur normal operasi
regenerasi
Prevention of problems
 Menghambat korosi
 Temperatur pada boiler dan steam dijaga serendah mungkin
 Mencegah masuknya oksigen ke dalam sistem menggunakan gas
inert sebagi blanket.
 Menghilangkan secara kontinu solid di dalam larutan amine
dengan jalan filtrasi.
 Menggunakan material logam yang tahan korosi seperti satinless
steel tipe 304 dan 316.
 Penggunaan korosif inhibitor, seperti 7 gram per liter sodium
karbonat.
 Penggunaan inhibitor yang berlebigan menyebabkan foaming.
Prevention of problems
 Pencegahan foaming
 Mengatur temperatur lean amine di kontaktor 10 -15 o F diatas
temperatur gas umpan sehingga diyakini tidak akan terjadi
perubahan phase.
 Zat padat tersuspensi dapat dihilangkan dari larutan amine
dengan jalan filtrasi kontinu pada side stream.
 Filtrasi kontinu dengan 5% sirkulasi rate larutan amine sudah
cukup sistim yang menggunakan larutan monoethanol amine.
 penggunakan reklaimer untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi sangat effektif.
 Pencegahan foaming (lanjutan)
 Penambahan senyawa anti foam ” foam inhibitor”.
 Senyawa anti foam yang sering digunakan adalah senyawa
silicon atau senyawa alkohol titik didih tinggi seperti oleyl
alkohol atau octyl phenoxyethanol.
 Silikon secara komersil tersedia secara murni dalam larutan air.
 Konsentrasi foam inhibitor adalah 10 -15 ppm.
 Pencegahan foaming (lanjutan)
 Bila foaming disebabkan oleh emulsi senyawa dengan berat
molekul tinggi dapat digunakan
 Activated carbon sebagai filter.
 Larutan amine dilewatkan ke activated carbon bed secara
kontinyu dengan kecepatan 5 -10 % flow rate laruran amin yg
akan regenerasi .
 Carbon bed berukuran 8 -12 ft tinggi dengan kapasitas alir 2 - 4
gallon per ft kuadrat luas permukaan , adalah cukup untuk
menghilagkan zat padat tersuspensi tersebut.
Prevention of problems
 Pencegahan vapor losses
 Mengatur temperatur reboiler, di sekitar titik didih larutan
amine.
 Mencuci gas didalam packet atau try kolom dengan air atau
glicol.
 Memasang mist ekstraktor di top kolom.

 Degradasi larutan amine


 Mengatur temperatur reboiler tidak terlalu tinggi.
 Mem”blanket” larutan amine storage dengan nitrogen sehingga
tidak kontak dengan udara untuk mencegah korosi.
Contoh Soal
Suatu gas bumi dengan flow rate 525.000(600.000) Nm3/jam yang mengandung CO2
5,75 (6%) % akan dimurnikan sehingga kandungan CO2 turun menjadi 50 ppm. Proses
pemurnian dilakukan di dalam kolom CO2 absorber yang mempunyai tray sebanyak 40
buah. Solvent yang digunakan untuk meyerap CO 2 adalah aMDEA .Berapakah kebutuhan
larutan aMDEA untuk tugas penyerapan tersebut apabila diketahui kondisi operasi kolom
absorber adalah sebagai berikut :
Lean amine loading ,α1 = 0,011 mol CO 2/mol mdea
Rich amine loading , α1 = 0,33 mol CO2/ mol MDEA
Density = 40,62% berat pada suhu 45% C,
ρl =1026 kg/m3.
Berat molekul MDEA , BMMDEA = 119,17 kg/kmol.
Tekanan absorber = 41kg/cm2
Temperatur rata – rata absorber = 45 oC
Penyelesaia
n :
( y in  y out ) QGAS BM aMDEA
Lo =
(1  y out ) ( 22.414) ( out   in )  L w

(0.0575  0.00005) (525.000) (119 .17)


Lo = (1  0.00005) ( 22.414) (0.33  0.011) (1026) (0.4062)

= 12.060 m3/jam
Jadi Flow rate larutan aMDEA yang diperlukan adalah
= 12.060 m3/jam
LATIHAN : GAS PURIFICATION
1. Terangkan tujuan Purifikasi pada gas alam.
2. Ada berapa cara untuk menghilangkan senyawa H2S didalam gas alam?
3. Sebutkan ada berapa larutan amin yang sering digunakan di dlam gas
treating?
4. Terangkan kebaikan dan kekurangan masing masing larutan amin tersebut.
5. Gambarkan flow diagram proses amin treating.
6. Terangkan problem dan solving .
Daftar Pustaka
1. D,S,J,” Element Petroleum Processing ”. John Willey and Sons.
2. Gas Processing Suppliers Asscociation,” Engineering Data Book
Volume I &2 “,Gas processor Association, 1994.
3. John M.Cambell, Larry L. Lilly and Robert N. Maddox, “ Gas
Conditioning and Processing Volume 1 & 2”. Cambell Petroleum
Series .
4. Maddox R.N, L.F Sheerar Profesor, “ Gas Conditioning and
Processing“, Volume 2, Gas and liquid sweetening , Cambell
Petroleum Series ,1985.
5. Maddox R.N, L.F Sheerar Profesor, “ Gas Conditioning and
Processing,4th Volume 4 Absorbtion and fractionation; Pumping
Compression and Expantion; Refrigeration Hydrate inhibitor,
Dehydration Process control ,”, Cambell Petroleum Series ,1978

Anda mungkin juga menyukai