UMUM 1 GENERAL
1.1. PENDAHULUAN 1.1 INTRODUCTION
PT Pertamina EP merencanakan untuk PT Pertamina EP plans to develop Donggi
membangun Fasilitas Produksi Gas Donggi Gas Processing Facility (DNGF) which is
(DNGF) yang berlokasi di Luwuk, Sulawesi located at Luwuk, Sulawesi Tengah. The
Tengah. Lokasi proyek akan berada di bagian Project site will be located on the eastern
timur pantai Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi coast of the island of Sulawesi, Sulawesi
Tengah, Indonesia. Koordinatnya kira-kira Tengah Province, Indonesia. Coordinates are
122°28' bujur timur dan 1° 21' lintang utara. approximately 122°28' east longitudes and 1°
Area ini secara umum terdiri atas bukit-bukit, 21' north latitudes. The general area is rolling
dengan ketinggian bervariasi dari permukaan hills, with elevations ranging from sea level to
laut sampai 56 meter (183 kaki). Lokasi proyek around 56 meters (183 ft.). The plant site
ini berada di rentang ketinggian permukaan elevation ranges from sea level to 15 meters
laut sampai 15 meter (49.2 kaki). (49.2 ft.).
2. DESKRIPSI PROSES
2.1. INLET MANIFOLD (AREA 210)
Aliran dari sumur akan masuk ke fasilitas produksi utama melalui jaringan pipa
pengumpulan dan sistem manifold. Tujuan dari pipeline ini adalah untuk mengatur produksi.
Akan ada 2 (dua) inlet manifold di Donggi Block Station yaitu Production Manifold dan Test
Manifold. Fluida yang diproduksi dari flowline Donggi dikirimkan ke Production Manifold pada
saat normal operasi. Setiap flowline dari sumur Donggi juga terhubung ke Test Manifold, yang
kemudian dihubungkan ke Test Separator.
Methyldiethanolamine (MDEA)
Piperazine (DEDA)
Pada penghilangan H2S dan CO2 dari gas masuk, kedua komponen akan hampir seluruhnya
dihilangkan. Pada saat absorpsi, kesetimbangan antar komponen asam (termasuk mercaptan) dan
pelarut amin ke arah fasa liquid, sedang pada saat regenerasi (tekanan rendah, temperatur tinggi),
kesetimbangan akan bergeser ke fasa gas.
Reaksi Absorpsi Dasar:
• Absorpsi H2S: MDEA bereaksi bolak-balik dengan hydrogen sulfida membentuk ion bisulfide.
Reaksi kesetimbangannya terjadi secara instan karena
reaksinya hanya melibatkan transfer proton. H2S + R3N ⇔ HS- + R3NH+
• Absorpsi CO2: Amin tersier dan karbon dioksida hanya dapat bereaksi membentuk bikarbonat
di pelarut MDEA, yang reaksinya relatif lambat. CO2 + H2O + R3N ⇔ HCO3- + R3NH+
• Absorpsi COS: Karbonil sulfida bereaksi sangat lambat dengan MDEA membentuk
alkiltiokarbamat (ATC) yang nantinya akan terhidrolisis menjadi hydrogen sulfida dan karbon
dioksida. Laju reaksi keseluruhan terlalu lambat untuk pelarut MDEA untuk benar-benar
diaplikasikan sebagai aplikasi penghilangan karbonil sulfida. COS + R3N ⇔ ATC ATC + H2O
⇔ R3NH+ + CO2 + HS-
Ringkasnya: 1 molekul H2S atau CO2 bereaksi dengan 1 molekul MDEA. Ini artinya kapasitas
teoretis maksimal untuk H2S dan CO2 adalah 1 mol H2S atau CO2/mol MDEA.
Sulfolane (2,3,4,5tetrahydrothiopene-1,1-dioxide)
Sulfolane juga dapat menjadi pelarut fisik untuk hidrokarbon. Beberapa hidrokarbon aromatic
akan terabsorpsi oleh Sulfolane. Flash vessel disediakan untuk mengambil hidrokarbon tersebut
dan hidrokarbon ringan lain di gas. Hidrokarbon yang masih tersisa setelah flash vessel akan
dilepas setelah regenerasi pelarut.
2.6.5. Kesetimbangan
Kesetimbangan dari proses kimia menentukan berapa banyak material yang menjadi
produk dan berapa yang tersisa karena tidak bereaksi. Untuk proses Sulfinol, ada kesetimbangan
transfer H2S, CO2, COS dan RSH (mercaptan) antara hidrokarbon dan fasa pelarut Sulfinol, juga
kesetimbangan untuk reaksi- reaksi (yang dijelaskan di atas) di fasa pelarut Sulfinol.
Pada tekanan yang lebih tinggi kesetimbangan cenderung ke arah kanan reaksi – artinya
lebih banyak kontaminan yang terabsorpsi. Pada temperatur yang lebih tinggi, yang terjadi
adalah sebaliknya – lebih banyak kontaminan yang berada di fasa gas. Karenanya, untuk
mengabsorp kontaminan, kondisi tekanan tinggi dan temperatur rendah digunakan. Untuk
menghilangkan kontaminan dari pelarut, kondisi tekanan rendah dan temperatur tinggi
digunakan.
CO32- + H+ ⇔ HCO3- (6) • Reaksi keseluruhan di absorber: H2S + CO32- ⇔ HS- + HCO3-
(7) CO2 + CO32- + H2O ⇔ 2 HCO3- (8)
2.8.1.3. Bioreaktor
Larutan kaya dari kolom H2S Absorber diregenerasi lewat proses oksidasi bilogis dimana
sulfide terabsorpsi (HS-) dioksidasi menjadi sulfur elemental (S8). Reaksi biologis ini akan
terjadi jika ada biomassa yang cukup dan kondisi operasi yang sesuai spesifikasi dipenuhi.
• Reaksi utama: HS- + 1/2 O2 ⇔ 1/8 S8 + OH- (9) • Reaksi penyangga: Produksi ion OH- di
reaksi (9) akan mengakibatkan kenaikan pH dan menyebabkan reaksi penyangga ke arah kanan,
ion OH- yang terbentuk bereaksi dengan HCO3 untuk membentuk CO32-. HCO3- + OH- ⇔
CO32- + H2O (10) • Reaksi sampingan: Proses oksidasi di dalam Bioreaktor juga akan
menyebabkan terbentuknya sulfat dan tiosulfat sebagai produk samping. Pembentukan tiosulfat
adalah reaksi kimia yang laju produksinya akan meningkat jika konsentrasi oksigen dan
sulfidanya tinggi. Campuran yang tepat dari larutan kaya yang masuk ke Bioreaktor adalah aspek
penting untuk membatasi produksi tiosulfat. Pada kasus konsentrasi sulfida yang tinggi, aktivitas
biologi dibatasi dan produksi tiosulfat akan lebih tinggi. HS- + 2O2 ⇔ SO42- + H+ (11) 2HS-
+ 2O2 ⇔ S2O3- + H2O (12)
Pembentukan tiosulfat tidak menghasilkan ion OH- dan pembentukan sulfat bahkan
membentuk ion H+. Tampa tambahan bahan kimia kaustik akan ada ketidakseimbangan pada
konsumsi OH- di absorber dan produksi OH- di Bioreaktor. Hilang ion OH- karena terbentuknya
ion sulfat dan tiosulfat harus dikompensasi dengan penambahan soda kue atau kaustik.
Penambahan soda kue atau kaustik akan mentralisasi sulfat dan tiosulfat yang terbentuk, dan
berkontribusi pada peralihan penyangga ke karbonat. Aliran limbah kontinyu akan dibutuhkan
untuk mencegah akumulasi sodium sulfat dan garam tiosulfat di dalam sistem.
Selektivitas proses oksidasi sulfida dikontrol sedemikian rupa sehingga lebih dari 85%
sulfida terkonversi menjadi sulfur elemental. Kurang dari 5% sulfida terkonversi menjadi sulfat
dan kurang dari 1% sulfida terkonversi menjadi tiosulfat. Total konsentrasi sulfida terlarut di
dalam larutan setelah oksidasi di Bioreaktor nyaris tidak ada karena tingginya aktivitas biologi.