PROJECT ASSIGNMENT
Disusun oleh:
Operator : Sinar Ilham Hari Saputra
Laboraturium : Dini Aulia R
Permana Jaya Hikmat
Pengolahan air secara internal (internal water treatment) pada PLTU 4-5 adalah
proses pengolahan air dalam internal siklus pembangkitan sehingga air di dalam siklus sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Manufaktur. Pengolahan air dilakukan dengan
beberapa cara salah satunya dengan penambahan/penginjeksian satu atau beberapa bahan
kimia (chemicals) ke dalam air yang digunakan untuk proses. Salah satu upaya untuk
menjaga kualitas air umpan boiler pada PLTU 4-5 adalah dengan penginjeksian bahan kimia
Tri Sodium Phosphate (TSP). TSP yang terdiri dari senyawa Sodium dan Phosphate ini
berfungsi menjaga pH dan sebagai pelunak air. Senyawa Phosphate akan mengikat silika
ataupun pengotor-pengotor lain yang mungkin masih terdapat dalam air proses, sehingga
dapat mencegah terbentuknya kerak di dalam boiler. Maka dari itu, Phophate diperlukan
untuk selalu ada dalam air, berdasarkan literatur disebutkan bahwa konsentrasi fosfat
dikontrol sebesar 2-4 ppm, bergantung pada karakteristik dan kondisi operasi boiler. Akan
tetapi, kemudian timbul suatu fenomena yang menyebabkan sulitnya mengontrol kandungan
Phophate dalam air. Fenomena ini dikenal sebagai phosphate hide-out. Fenomena phosphate
hide-out dipengaruhi oleh kondisi pembebanan boiler yang fluktuatif. Perubahan pembebanan
ini menyebabkan temperature dan tekanan operasi dari boiler berubah-ubah, yang kemudian
mempengaruhi kelarutan dari Phophate dalam air. Apabila Phophate tidak larut (mengendap
di dasar Boiler), maka Phosphate menjadi tidak terdeteksi ketika di lakukan analisa di
Laboratorium. Tak terdeteksinya Phophate ini menjadi suatu permalasahan yang serius dalam
pengolahan air Boiler karena Phosphate yang tidak terdeteksi membuat operator melakukan
treatment injeksi Phosphate di waktu yang tidak diperlukan karena masih adanya kadar
phosphate di dalam Boiler sehingga pH air Boiler akan naik dan kadar Sodium akan semakin
besar yang bisa menyebabkan timbulnya free caustic. Adanya free caustic dalam air umpan
akan memicu terjadinya serious corrosion pada boiler.
Dalam upaya menjaga kualitas air umpan boiler dan mencegah terjadinya korosi
maupun kerak, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai faktor-faktor yang mungkin
memicu terjadinya fenomena tidak terdeteksinya kandungan Phosphate dalam air Boiler, baik
ditinjau dari sifat fisik-kimia fosfat Phophate beserta korelasinya terhadap kondisi operasi
boiler, maupun dari segi batasan operasi dari steam drum serta dari sisi proses analisa yang
dilakukan di laboratorium Sehingga nantinya dapat ditemukan penanganan yang paling sesuai
untuk mengatasi permasalahan ini.
Kata kunci : Boiler, Phosphate tak terdeteksi, free caustic, serious corrosion, Steam drum.
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu parameter yang perlu dijaga dari air boiler adalah pH. Pada air boiler pH
diatur pada kisaran 9,0 - 9,8 dengan cara penginjeksian Tri Sodium Phophate (TSP) dengan
konsentrasi phosphate dikontrol antara 1 - 3 ppm. Penginjeksian TSP ini dilakukan secara
intermitten (jika diperlukan). Disisi lain jika penginjeksian fosfat ini berlebihan maka pH
diboiler akan terlalu tinggi, dimana jika pH > 9,8 akan menyebabkan korosi basa pada
peralatan pembangkit. Jika pH terlalu rendah, menandakan air bersifat asam yang dapat
mengakibatkan korosif bagi Boiler.
1.2 Permasalahan
Seringkali Phophate dalam air boiler tidak terdeteksi dalam analisa air siklus PLTU 45,
sehingga dikhawatirkan jika terjadi kebocoran di steam drum tidak ada softener/pelunak air
yang mencegah pembentukan deposit dari garam-garam terlarut.
1.3 Hipotesa
Tidak terdeteksinya fosfat dalam air boiler kemungkinan disebabkan oleh:
1. Metode analisa yang tidak sesuai.
2. Peralatan dan Bahan Pereaksi uji yang tidak laik.
3. Personil yang tidak mengetahui prosedur kerja.
4. Terjadinya fenomena Phophate hideout.
5. Kurang terjadwalnya pembukaan blowdown.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah
air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang
berada di dalam pipa-pipa dengan panas hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran
dilakukan secara kontinyu di dalam ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara
dari luar.
Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur
yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju
aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-
pipa berisi air disebut dengan water tube boiler
Boiler pada PLTU 45 UP Muara Karang merupakan jenis Water Tube Boiler. Water
Tube Boiler adalah jenis boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air. Air
di boiler di pompakan dari pompa air pengisi. Gambar 2.1 merupakan gambar boiler pipa
air.
To SuperHeater
Steam
Feedwater
Water
NO
NC
Blowdown
Gambar 3. Sistem Blowdown
BAB III
PEMBAHASAN
14
13.5
13
12.5
12
11.5
11
10.5
10
9.5
9
8.5
8
7.5
7
6.5 Beban ( x 10 MW)
6
5.5 pH
5
4.5 PO4 (ppm)
4
3.5
3 SC (uS/cm)
2.5
2 injeksi PO4
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
-5
3.2 Analisa Penyebab Masalah
Why 3
Problem Why 1 Why 2 Solution
Berdasarkan permasalahan Phosphate di boiler water tidak terdeteksi, berikut analisa dan
solusinya :
1. Untuk menanggulangi adanya fenomena Phosphate hideout yang terjadi karena
fluktuasi beban, maka diperlukan prosedur penjagaan kadar fosfat dalam boiler water.
Hal ini dilakukan karena fenomena Phosphate hideout sangat terpengaruhi beban,
sedangkan pengoperasian beban pembangkit selalu berubah-ubah. Seperti yang
diketahui bahwa pada kondisi beban naik, maka fosfat cenderung turun sedangkan
pH dalam kondisi tetap. Untuk mengatasi permasalahan yang berkelanjutan
berdasarkan fenomena ini, maka pemantauan rutin perlu dilakukan dan perlu adanya
penjadwalan rutin blowdown agar Boiler mendapatkan air baru dan pH bisa turun
sehingga dapat diinjeksikan kembali Phosphate tanpa menjadikan pH melewati
batasan yang telah ditetapkan.
2. Kesalahan metode analisa terjadi karena tidak sesuainya prosedur yang dilakukan,
maka hal ini dapat diperbaiki dengan kembali kepada prosedur operasi yang baik
sesuai SOP dan IK. Salah satu penyebab yang membuat terjadinya tidak terbacanya
analisa Phosphate. Sedangkan kesalahan analisa peralatan terjadi karena pembacaan
peralatan itu sendiri yang kurang baik, maka solusinya dapat dengan men-setting
ulang peralatan atau meng-kalibrasi peralatan tersebut sebelum digunakan yang
kemudian dilanjutkan dengan memvalidasi methode yang digunakan sehingga analisa
yang dilakukan dapat terjamin mutunya. Kesalahan analisa pun dapat terjadi dari
bahan pereaksi yang digunakan tidak sesuai dari segi kualitas dan jumlahnya, maka
solusinya adalah dengan penata laksanaan terkait penyimpanan dan pengunaan bahan
kimia pereaksi.
3. Pengoperasian peralatan tidak terlepas dengan campur tangan sumber daya manusia
terkait, baik dalam bidang produksi dan bidang laboraturium. Adanya kesalahan
operasi atau human error tidak dapat dihindari namun dapat diantisipasi dengan
membaca kembali prosedur operasi dan menjalankannya sesuai aturan peralatan dan
batasannya.