Anda di halaman 1dari 10

SOLUSI KOMPREHENSIF DALAM

MENANGANI PHOSPHAT TAK TERDEKSI

PROJECT ASSIGNMENT

Diajukan sebagai Syarat Pengangkatan Karyawan Tetap


Program OJT Angkatan XIII

Disusun oleh:
Operator : Sinar Ilham Hari Saputra
Laboraturium : Dini Aulia R
Permana Jaya Hikmat

PT PEMBANGKIT JAWA BALI


UNIT PEMBANGKIT MUARA KARANG
JAKARTA
2016
ABSTRAK

Pengolahan air secara internal (internal water treatment) pada PLTU 4-5 adalah
proses pengolahan air dalam internal siklus pembangkitan sehingga air di dalam siklus sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Manufaktur. Pengolahan air dilakukan dengan
beberapa cara salah satunya dengan penambahan/penginjeksian satu atau beberapa bahan
kimia (chemicals) ke dalam air yang digunakan untuk proses. Salah satu upaya untuk
menjaga kualitas air umpan boiler pada PLTU 4-5 adalah dengan penginjeksian bahan kimia
Tri Sodium Phosphate (TSP). TSP yang terdiri dari senyawa Sodium dan Phosphate ini
berfungsi menjaga pH dan sebagai pelunak air. Senyawa Phosphate akan mengikat silika
ataupun pengotor-pengotor lain yang mungkin masih terdapat dalam air proses, sehingga
dapat mencegah terbentuknya kerak di dalam boiler. Maka dari itu, Phophate diperlukan
untuk selalu ada dalam air, berdasarkan literatur disebutkan bahwa konsentrasi fosfat
dikontrol sebesar 2-4 ppm, bergantung pada karakteristik dan kondisi operasi boiler. Akan
tetapi, kemudian timbul suatu fenomena yang menyebabkan sulitnya mengontrol kandungan
Phophate dalam air. Fenomena ini dikenal sebagai phosphate hide-out. Fenomena phosphate
hide-out dipengaruhi oleh kondisi pembebanan boiler yang fluktuatif. Perubahan pembebanan
ini menyebabkan temperature dan tekanan operasi dari boiler berubah-ubah, yang kemudian
mempengaruhi kelarutan dari Phophate dalam air. Apabila Phophate tidak larut (mengendap
di dasar Boiler), maka Phosphate menjadi tidak terdeteksi ketika di lakukan analisa di
Laboratorium. Tak terdeteksinya Phophate ini menjadi suatu permalasahan yang serius dalam
pengolahan air Boiler karena Phosphate yang tidak terdeteksi membuat operator melakukan
treatment injeksi Phosphate di waktu yang tidak diperlukan karena masih adanya kadar
phosphate di dalam Boiler sehingga pH air Boiler akan naik dan kadar Sodium akan semakin
besar yang bisa menyebabkan timbulnya free caustic. Adanya free caustic dalam air umpan
akan memicu terjadinya serious corrosion pada boiler.
Dalam upaya menjaga kualitas air umpan boiler dan mencegah terjadinya korosi
maupun kerak, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai faktor-faktor yang mungkin
memicu terjadinya fenomena tidak terdeteksinya kandungan Phosphate dalam air Boiler, baik
ditinjau dari sifat fisik-kimia fosfat Phophate beserta korelasinya terhadap kondisi operasi
boiler, maupun dari segi batasan operasi dari steam drum serta dari sisi proses analisa yang
dilakukan di laboratorium Sehingga nantinya dapat ditemukan penanganan yang paling sesuai
untuk mengatasi permasalahan ini.

Kata kunci : Boiler, Phosphate tak terdeteksi, free caustic, serious corrosion, Steam drum.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu komponen penting dalam suatu unit pembangkit listrik
tenaga uap. Suatu produksi pada pembangkit listrik tenaga uap sangat dipengaruhi oleh
kualitas air. Sehingga kualitas air pada boiler adalah komponen penting yang harus dijaga
demi keberlangsungan produksi dan kehandalan suatu pembangkit PLTU. Kondisi air boiler
yang kurang baik dapat mempengaruhi produksi, peralatan, seperti kerak, carry over, carry
under, sodium embritlment, dan korosi.

Salah satu parameter yang perlu dijaga dari air boiler adalah pH. Pada air boiler pH
diatur pada kisaran 9,0 - 9,8 dengan cara penginjeksian Tri Sodium Phophate (TSP) dengan
konsentrasi phosphate dikontrol antara 1 - 3 ppm. Penginjeksian TSP ini dilakukan secara
intermitten (jika diperlukan). Disisi lain jika penginjeksian fosfat ini berlebihan maka pH
diboiler akan terlalu tinggi, dimana jika pH > 9,8 akan menyebabkan korosi basa pada
peralatan pembangkit. Jika pH terlalu rendah, menandakan air bersifat asam yang dapat
mengakibatkan korosif bagi Boiler.

1.2 Permasalahan
Seringkali Phophate dalam air boiler tidak terdeteksi dalam analisa air siklus PLTU 45,
sehingga dikhawatirkan jika terjadi kebocoran di steam drum tidak ada softener/pelunak air
yang mencegah pembentukan deposit dari garam-garam terlarut.

1.3 Hipotesa
Tidak terdeteksinya fosfat dalam air boiler kemungkinan disebabkan oleh:
1. Metode analisa yang tidak sesuai.
2. Peralatan dan Bahan Pereaksi uji yang tidak laik.
3. Personil yang tidak mengetahui prosedur kerja.
4. Terjadinya fenomena Phophate hideout.
5. Kurang terjadwalnya pembukaan blowdown.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah
air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang
berada di dalam pipa-pipa dengan panas hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran
dilakukan secara kontinyu di dalam ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara
dari luar.

Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur
yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju
aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-
pipa berisi air disebut dengan water tube boiler

Boiler pada PLTU 45 UP Muara Karang merupakan jenis Water Tube Boiler. Water
Tube Boiler adalah jenis boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air. Air
di boiler di pompakan dari pompa air pengisi. Gambar 2.1 merupakan gambar boiler pipa
air.

Gambar 2.1 Boiler Pipa Air


Fungsi pengolahan air sebelum masuk steam drum bertujuan untuk mengkondisikan kualitas
dari air pengisi agar sesuai dengan persyaratan air Boiler yang telah ditetapkan oleh
manufaktur dalam proses pembangkitan listrik. Internal treatment dilakukan dengan cara
menginjeksikan sejumlah bahan kimia salah satunya yaitu Tri Sodium phosphate (TSP). TSP
ini berfungsi untuk menaikkan pH air di Boiler dan juga untuk mereaksikan,
menggumpalkan serta mengendapkan zat-zat padat yang terlarut kandungan ion-ion ataupun
senyawa yang dapat menyebabkan kerak (fungsi pelunakan air) dalam air pengisi. Endapan
hasil reaksi yang berbentuk seperti lumpur ini kemudian dibuang melalui saluran
blowdown pada boiler.

Batasan operasi air pengisi:

Sistem Air Pengisi


- pH : 9,2 - 9,5 cek ulang ( 8,8 - 9,3)
- Conductivity, SC : < 10 mhos/cm (2-6 uS/cm)
- Silica (SiO2) : <0,02 ppm
- Oksigen terlarut : < 0,007 ppm (pakai ppb saja)
- Hydrazin (N2H4) : 0,03 0,05 (0,02- 0,04 ppm)

2.2 Fungsi Injeksi Fosfat


Untuk mempertahankan pH di dalam boiler dilakukan penginjeksian bahan kimia
TSP. Penambahan TSP ini juga berfungsi mengikat hardness yang ada di dalam air boiler
(Mg2+, Ca2+). Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah pembentukan kerak didalam boiler.
Lumpur yang merupakan hasil reaksi dapat dibuang melalui blowdown. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
6PO43- + 10Ca+ + 2OH- [ Ca3(PO4)2]3.Ca(OH)2
6PO43- + 10Mg2+ + 2OH- [ Mg3(PO4)2]3.Mg(OH)2
Larutan TSP yang diinjeksikan berupa bahan kimia trisodium phosphate [Na3PO4].
Ion sodium akan membantuk senyawa bersifat basa dalam air sehingga dapat menaikan pH
air Boiler, namun keberadaan Na juga dapat bereaksi dengan pipa boiler yang terbuat dari
besi (sodium embritelment) dengan reaksi:
Fe + 2NaOH Na2FeO2 + H2
Fe3O4 + 4NaOH 2NaFeO2 + Na2FeO2 + 2H2O
Sehingga perlu dikendalikan kandungannya di dalam air Boiler.
Hidrogen hasil reaksi ini juga menyebabkan Hydrogen Damage, dimana gas hydrogen
walau dalam jumlah yang sedikit, dapat masuk ke dinding logam dan bereaksi dengan atom
karbon pada pipa karbon steel membentuk gas metana (CH4).
2H2 + Fe3C 3Fe + CH4
Dosis injeksi Phosphate diatur berdasarkan volume boiler serta target pH yang akan
dicapai. Sedangkan perbandingan Na/PO4 untuk meminimalisir terjadinya fenomena
Phosphate diatur berdasarkan tekanan pada boiler, seperti pada table berikut.

Gambar 2. Ratio Na/PO4 vs pH


2.3 Sistem Blowdown
Blowdown boiler adalah proses pembuangan air dari boiler. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan kualitas air boiler sehingga memenuhi persyaratan parameter yang telah
ditetapkan manufaktur sesuai dengan kondisi tekanan operasi Boiler untuk meminimalkan
scale, korosi, carryover. Blowdown juga digunakan untuk membuang endapan yang tidak
diperlukan yang terbentuk didalam sistem pengolahan air Boiler akibat injeksi kimia TSP,
dan pembuang kontaminan padatan terlarut dalam air Boiler sehingga kualitasnya memenuhi
persyaratan yang ditetapkan pada boiler. Endapan ini biasanya disebabkan oleh kontaminasi
feedwater, internal precipitates secara kimiawi, atau melampaui batas kelarutan kelarutan
garam. Akibatnya, air pada steam drum akan blowdown dan diganti dengan feedwater baru.

To SuperHeater

Steam
Feedwater

Water

NO

NC

Blowdown
Gambar 3. Sistem Blowdown
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fakta Yang Mempengaruhi

Boiler Water Vs Beban

14
13.5
13
12.5
12
11.5
11
10.5
10
9.5
9
8.5
8
7.5
7
6.5 Beban ( x 10 MW)
6
5.5 pH
5
4.5 PO4 (ppm)
4
3.5
3 SC (uS/cm)
2.5
2 injeksi PO4
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
-5
3.2 Analisa Penyebab Masalah
Why 3
Problem Why 1 Why 2 Solution

fenomena fosfat Kelarutan fosfat Terbentuknya Perlu adanya


hideout terganggu deposit fosfat blow down
Menggunakan
Metode yang metode sesuai
digunakan tidak prosedur
Kesalahan sesuai standar berdasarkan
metode analisa SOP dan IK
Metode analisa Melakukan
belum tervalidasi validasi metode
Melakukan
pH meter belum kalibrasi
dikalibrasi, peralatan pH
Kesalahan analisa
meter secara
rutin

Fosfat di boiler Kesalahan alat Penggunaan


Spectrofotometer
water tidak dan bahan peralatan
belum
terdeteksi analisa spectrofotometer
terkalibrasi
dikalibrasi
Sistem Penata
Bahan kimia
laksanaan
kadaluarsa atau
Penyimpanan
tidak sesuai
Bahan kimia
Melakukan
Kesalahan pada Tidak sesuainya
prosedur operasi
operator injeksi prosedur operasi
sesuai manual
kimia internal berdasarkan SOP
Kesalahan book, SOP atau
treatment atau IK
operasi injeksi IK
kimia atau Tidak sesuainya Melaksanakan
human error prosedur operasi prosedur sesuai
Kesalahan pada
laboraturium aturan operasi
analis kimia
berdasarkan SOP dan batasan
atau IK operasi
3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil tabel why-why analisis diatas dapat dilihat bahwa penyebab fosfat pada
bolier tidak terdeteksi dikarenakan :

1. Terjadinya fenomena fosfat hideout mengakibatkan tidak terbacanya kandungan


fosfat pada steam drum PLTU 4-5. Hal ini diduga karena fosfat tidak terlarut secara
sempurna pada steam drum yang menyebabkan sample air Boiler yang dianalisa tidak
mengandung senyawa Phosphate, sehingga tidak terbacanya kandungan fosfat yang
sebenarnya terdapat dalam Boiler . Seperti yang diketahui bahwa fosfat sangat
penting peranannya pada steam drum yaitu sebagai perlindungan preventif dari
serangan ion dan senyawa hardness yang bisa terjadi sewaktu-waktu sehingga harus
selalu tersedia dalam air Boiler. Disisi lain bahwa fluktuasi beban pembangkit
mempengaruhi terlarutnya fosfat, sehingga perlu adanya pemantauan secara rutin
kandungan fosfat pada steam drum dan juga perlu adanya penjadwalan blowdown dan
pengendalian injeksi TSP .
2. Kesalahan analisa berdasarkan metode pembacaannya sangat mempengaruhi hasil
keputusan yang akan dilakukan selanjutnya. Sehingga prosedur analisa sesuai SOP
atau IK perlu diterapkan. Kesalahan pembacaan atau analisa alat terkait pH dan
kandungan fosfat akan mempengaruhi kualitas air pada steam drum.
3. Kesalahan operasi atau human error terjadi karena kurang telitinya sumber daya
manusia dalam pengoperasian internal treatment. Hal ini dikarenakan SDM terkait
tidak menjalankan proses operasi sesuai aturan operasi / manual book dan batasan
operasi serta batasan peralatan dengan baik dan benar.

Berdasarkan permasalahan Phosphate di boiler water tidak terdeteksi, berikut analisa dan
solusinya :
1. Untuk menanggulangi adanya fenomena Phosphate hideout yang terjadi karena
fluktuasi beban, maka diperlukan prosedur penjagaan kadar fosfat dalam boiler water.
Hal ini dilakukan karena fenomena Phosphate hideout sangat terpengaruhi beban,
sedangkan pengoperasian beban pembangkit selalu berubah-ubah. Seperti yang
diketahui bahwa pada kondisi beban naik, maka fosfat cenderung turun sedangkan
pH dalam kondisi tetap. Untuk mengatasi permasalahan yang berkelanjutan
berdasarkan fenomena ini, maka pemantauan rutin perlu dilakukan dan perlu adanya
penjadwalan rutin blowdown agar Boiler mendapatkan air baru dan pH bisa turun
sehingga dapat diinjeksikan kembali Phosphate tanpa menjadikan pH melewati
batasan yang telah ditetapkan.
2. Kesalahan metode analisa terjadi karena tidak sesuainya prosedur yang dilakukan,
maka hal ini dapat diperbaiki dengan kembali kepada prosedur operasi yang baik
sesuai SOP dan IK. Salah satu penyebab yang membuat terjadinya tidak terbacanya
analisa Phosphate. Sedangkan kesalahan analisa peralatan terjadi karena pembacaan
peralatan itu sendiri yang kurang baik, maka solusinya dapat dengan men-setting
ulang peralatan atau meng-kalibrasi peralatan tersebut sebelum digunakan yang
kemudian dilanjutkan dengan memvalidasi methode yang digunakan sehingga analisa
yang dilakukan dapat terjamin mutunya. Kesalahan analisa pun dapat terjadi dari
bahan pereaksi yang digunakan tidak sesuai dari segi kualitas dan jumlahnya, maka
solusinya adalah dengan penata laksanaan terkait penyimpanan dan pengunaan bahan
kimia pereaksi.
3. Pengoperasian peralatan tidak terlepas dengan campur tangan sumber daya manusia
terkait, baik dalam bidang produksi dan bidang laboraturium. Adanya kesalahan
operasi atau human error tidak dapat dihindari namun dapat diantisipasi dengan
membaca kembali prosedur operasi dan menjalankannya sesuai aturan peralatan dan
batasannya.

Anda mungkin juga menyukai