62
63
V = C × T .................................................................................... (7-1)
Di mana : V = kekentalan kinematis (centistoke).
C = konstanta kalibrasi viskometer.
T = waktu alir (detik).
Dalam cairan hidrokarbon dapat dibuat suatu generalisasi, yaitu :
1. Viskositas naik dengan naiknya tekanan.
2. Viskositas turun dengan bertambahnya gas dalam larutan.
Umumnya pengaruh pemampatan dalam kenaikan viskositas dikalahkan oleh
pengaruh gas yang terlarut sehingga viskositasnya menurun dengan naiknya tekanan,
karena bertambahnya gas yang terlarut. Penurunan viskositas dengan naiknya tekanan ini
hanya sampai batas kejenuhan (tekanan). Tekanan yang lebih besar tidak akan menambah
jumlah gas yang terlarut.
64
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser,
berapapun kecilnya tegangan geser itu. Atau bisa juga didefinisikan sebagai zat yang
mengalir. Fluida diklasifikasikan menjadi:
1. Fluida Newtonian
Fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan
gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Fluida
Newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja
pada fluida. Sebagai contoh, air.
2. Fluida non-Newtonian
Fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat
gaya yang bekerja pada fluida tersebut atau terdapat hubungan tak linier
antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dan laju perubahan sudut.
Viskositas
Tekanan
Gambar 7.1 Viskositas minyak sebagai fungsi tekanan
65
Shear Stress
Bingham plastik
Newtonian
Shear rate
Gambar 7.2 Perbandingan antara Shear Stress dengan Shear Rate
Shear rate adalah perubahan kecepatan (dv) akibat gaya yang diberikan
pada jarak tertentu (dy). Shear rate dinotasikan dengan y dan dinyatakan dalam
satuan 1/detik atau 1/s.
Sedangkan shear stress adalah gaya (F) yang diberikan pada bahan per
satuan luas (A) yang dinotasikan dengan z dan dinyatakan dengan satuan N/m2.
Prinsip Pengukuran
Sampel dengan volume tertentu dan temperatur dialirkan melalui suatu
pipa yang telah dikalibrasikan dan diukur waktunya. Viskositas kinematik
merupakan waktu alir dari efflux time terukur. Peralatan dikalibrasikan dengan
suatu cairan standar yang mempunyai viskositas yang ditentukan dengan cara
referensi terhadap air dalam master viscometer atau dengan perbandingan
langsung dengan viskometer yang dikalibrasikan secara teliti.
Di mana :
Vh = viskositas kinematik air (1,0038 cs pada 20 C)
C = konstanta viscometer
t = waktu alir (detik)
Maka harga konstanta C dapat ditentukan :
1,0038
C= ............................................................................ (7-3)
t
Di mana :
Vh2 = viskositas kinematik dari hidrokarbon yang digunakan untuk
kalibrasi.
Setelah viskometer ke-2 dikalibrasi, harga viskositas kinematik
dapat ditentukan untuk sampel hidrokarbon dengan viskositas yang
lebih besar. Harga viskositas tersebut digunakan untuk menentukan
kalibrasi viskometer ke- 3. Seperti pada viskometer ke-2, jadi untuk
viskometer ke-3 perlu dua hidrokarbon untuk menentukan konstanta
viskometernya.
Di mana:
Vh = viskositas kinematik hidrokarbon yang digunakan untuk
kalibrasi
B = koefisien viskometer dari persamaan sebelumnya
Sub ASTM
Range
Difision Temperatur
Temperatur ( oF )
( oF ) ( oF )
-61 ≈ -29 0,2 43
-67,5 ≈ -62,5 0,1 74
-42,5 ≈ -37,5 0,1 73
-2,5 ≈ 2,5 0,1 72
66,5 ≈ 71,5 0,1 44
74,5 ≈ 79,5 0,1 45
97,5 ≈ 102,5 0,1 28
119,5 ≈ 124,5 0,1 46
127,5 ≈ 132,5 0,1 29
137,5 ≈ 142,5 0,1 47
177,5 ≈ 162,5 0,1 48
207,5 ≈ 212,5 0,1 30
69
7.3.2 Bahan
1. Cairan Newtonian (sampel)
2. Air
3. Obat penyaring
Minyak Vh1 =
Sampel
I ( 50 )
1,490930 cs
T2 A 361
C2A =Vh1/T2A
Analisa
Minyak Vh2 = 0,00413 cs/dt
Sampel
II ( 100 )
1,780030 cs
T2 B 431
7.5.2 Perhitungan
VhA 1,0038 cs
CA =
TA 243 dt
= 0,004130 cs/dt
Vh = CA x T1
= 4,131 x 10-3 cs/dt . 361 dt
= 1,490930 cs
Vh1 = CA x T2A
= 4,131 x 10-3 cs/dt . 361 dt
= 1,490930 cs
Vh1 1,491 cs
C2A =
T2 A 361 dt
= 0,004130 cs/dt
Vh2 = C2A x T2B
= 4,130 x 10-3 cs/dt . 431 dt
= 1,780030 cs
72
361x431
3612 4312 x1,490930 x361 1,780030 x431
=
x538,225730 767,192930
155.591
=
130.321 185.761
155.591
x(228,967200)
= 55.440
= 642,590722 cs dt
B 642,590722 cs dt
= = 1,490929 cs
T2 B 431 dt
7.6 Pembahasan
Dalam percobaan sebelumnya (Spesific Gravity), kita menentukan SG suatu
minyak. Specific Gravity memiliki hubungan dengan viskositas (berdasarkan
asumsi), di mana minyak yang memiliki spesific gravity yang lebih besar memiliki
0
API yang rendah, maka memiliki viskositas yang rendah.
Pada percobaan ini prinsipnya adalah mengalirnya fluida pada viskometer
yang ada dan berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh kelompok 6 didapatkan
viskositas kinematik sebesar 3,587644 centistoke.
Viskositas merupakan sifat fisik yang akan berpengaruh terhadap fluida
untuk mengalir. Minyak yang lebih kental akan mengalir dengan kecepatan yang
rendah. Dengan demikian viskositas berbanding terbalik dengan kecepatan alirnya,
yang merupakan sifat fisik penting dari fluida untuk menentukan karakteristik
alirannya. Dengan mengetahui harga kinematik dari suatu minyak maka dapat pula
ditentukan besarnya tekanan yang diperlukan untuk mengalirkan minyak tersebut
melalui pipa.
74
Semakin besar nilai viskositas dari satu fluida, maka laju alir fluida tersebut
semakin lambat dan waktu alirnya juga semakin lambat, dan sebaliknya. Hubungan
viskositas dengan temperatur adalah berbanding terbalik, apabila temperatur
semakin besar, maka viskositasnya akan semakin kecil, dan sebaliknya. Viskositas
memiliki hubungan juga dengan SG dan 0API, jika viskositasnya kecil, maka SG-
nya kecil, dan 0API-nya besar, dan sebaliknya.
7.7 Kesimpulan
1. Besarnya viskositas kinematik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
besarnya koefisien viskometer (B), konstanta alat keseluruhan (C).
2. Semakin lama waktu alir yang dibutuhkan oleh fluida maka semakin besar
viskositas kinematiknya dan demikian sebaliknya.
3. Viskositas berbanding terbalik dengan kecepatan alirnya yang merupakan sifat
fisik penting dari fluida untuk menentukan karakteristik alirannya.
4. Dalam produksi minyak, diusahakan yang dihasilkan encer. Hal ini agar
diperoleh flowrate yang besar.
5. Semakin besar berat jenis minyak, maka semakin besar pula viskositas minyak
tersebut ,dan sebaliknya.
6. Semakin tinggi viskositas, maka kecepatan/laju alirnya semakin lambat dan
waktu alirnya semakin lambat pula.
7. Hubungan viskositas dengan temperatur adalah berbanding terbalik, apabila
temperatur semakin besar, maka viskositasnya akan semakin kecil, dan
sebaliknya.
8. Viskositas memiliki hubungan juga dengan SG dan 0API, jika viskositasnya
kecil, maka SG-nya kecil, dan 0API-nya besar, dan sebaliknya.