Anda di halaman 1dari 17

BAB 4 VISKOSITAS  Plastis,  = A + B (du/dy)n.

Bingham Plastic, n = 1, contoh: sewage


Rheologi
sludge (limbah berupa sludge/bubur),
Asal kata :
pasta gigi, offshore mud.
 Rheos : mengalir
 Dilatant fluid: viskositas bertambah
 Logos : ilmu
jika tegangan geser bertambah.
Viskositas : Suatu pernyataan tahanan dari
(shear thickening fluid): contoh:
suatu cairan untuk mengalir.
tepung jagung + air.
Viskositas  Pseudo plastic fluid: viskositas
 Merupakan ukuran resistensi terhadap menurun jika tegangan geser
deformasi. bertambah. Contoh: hair styling
 Gaya gesek dalam fluida dihasilkan gel
oleh kohesi dan pertukaran momentum  Thixotropic: viskositas menurun
antar molekul-molekul fluida. terhadap waktu pemberian gaya
 Terdapat perbedaan perilaku antara (shearing force). Tinta khusus
cairan dan gas terhadap perubahan untuk keperluan luar angkasa.
suhu.  Rheopetic: viskositas meningkat
 Fluida ideal: tidak memiliki viskositas, terhadap waktu pemberian gaya.
viskositas = 0. Contoh: pelumas.
 F AU / Y  Fluiditas, , didefinisikan
  = F/A =  U/Y =  du/dy kebalikan dari viskositas
 =  / (du/dy), 1

 “Persamaan viskositas Newton” 
 = viskositas dinamik
Satuan: N.det/m2 atau Pa s atau kg/(m Ketergantungan Temperatur dan Teori
det) viskositas
 Viskositas gas meningkat dengan
naiknya temperatur
 Viskositas cairan menurun jika
temperatur dinaikkan
 Fluiditas  kebalikan dari
viskositas
 Fluiditas cairan meningkat jika
temperatur dinaikkan
Dalam CGS, satuan viskositas = 1 g/(cm s)
= 1 P (poise) Pemilihan Viskometer
1 Pa.s = 10 P = 1000 cP  Semua viskometer dapat digunakan
untuk menentukan viskositas
 Viskositas kinematik =  =  /  sistem Newton dan hanya
 Satuan viskositas kinematik: viskometer yang mempunyai
o m2/s = 1 . 104 Stokes kontrol shear stress yang bervariasi
o 1 cm2/s = 1 St (stokes) dapat digunakan untuk bahan-
bahan Non Newton.
 Newtonian fluid: fluida dengan 
Macam-macam viskometer
konstan
 Visk. Kapiler
 Visk. Bola jatuh Prinsip : Sampel di’shear’ dalam ruang
Merupakan Sistem Newton antara dinding luar, ‘bob’ (rotor) dan
 Visk. Cup & bob dinding dalam mangkuk (‘cup’).
 Visk. Kerucut dan lempeng Viskometer Couette, mis : visk. Mac
Merupakan sistem newton dan non Michael Mangkuk yang berputar
newton. Viskometer Searle, mis : visk. Rotovisco,
visk. Stormer Rotor yang berputar
1. Viskometer Kapiler
Disebut sebagai viskometer ostwald Viskometer stormer
Dasar : Hukum Poiseuille w
  Kv
 r 4 t P v

8 lV Dimana :
Karena P tergantung pada kerapatan Kv : Konstanta alat
W : berat beban
cairan (), maka :
V : rpm
  K  t  P   K t  
Untuk aliran plastis
1  t w  wf
 1 1
 2  2 t2 U  Kv
v
Dimana :
Contoh soal Wf : intersep yield value dalam gram
Jika waktu yang dibutuhkan aseton untuk
mengalir antara kedua tanda pada  Yield value
viskometer Ostwald adalah 45 detik, untuk f  K f wf
air adalah 100 detik (250C).
Diketahui kerapatan aseton 0,788 gram 2 1
K f  Kv x x
cm-3, kerapatan air 0,997 gram cm-3 dan 60 2,303 log ( Rc )
Rb
viskositas air 0,8904 cps.
Berapa viskositas aseton ? Dimana :
Rc : jari-jari mangkok
2. Viskometer Bola Jatuh Rb : jari-jari rotor
Disebut viskometer Hoeppler
Prinsip : Suatu bola gelas/besi jatuh ke Contoh soal :
bawah dalam suatu tabung gelas yang Suatu sampel gel dianalisis dengan
hampir vertikal, mengandung cairan uji viskometer Stormer yang dimodifikasi.
pada temperatur konstan. Laju jatuhnya Massa m sebesar 450 gram menghasilkan
bola dengan  dan  tertentu adalah kecepatan rotor v 350 rpm. Suatu seri
kebalikan fungsi viskositas sampel kecepatan diperoleh dengan menggunakan
tersebut. berat pengendali lainnya, diperoleh suatu
  t ( Sb  S f ) B rheogram aliran plastis. Intersep yield
value wf diperoleh dengan
Dimana : mengekstrapolasi kurva tersebut terhadap
t : waktu (lamanya bola jatuh) sumbu shearing stress di mana v = 0, wf =
Sb : Specific Gravity dari bola 225 gram. Konstanta alat Kv = 52,0 dan
Sf : Specific Gravity dari cairan Kf = 20,0. Berapakah vikositas plastis dan
B : Konstanta bola yield value sampel tersebut?

3. Viskometer Cup and Bob 4. Viskometer Kerucut dan Lempeng


Contoh : viskometer Ferranti – Shirley  Stoke: satuan viskositas kinematic
Prinsip : Kerucut dikemudikan motor (berdasarkan kecepatan aliran tanpa
dengan kecepatan yang berubah-ubah, mempertimbangkan gaya-gaya yang
sampel dishear di antara lempeng yang menyebabkannya).
diam dan kerucut yang berputar. Rate of Stoke = 10-4 m2 s-1 = cm2/s
shear : rpm (dengan dial pemilih).
Shearing stress : puntiran (dibaca pada Poise = Stoke x Kerapatan
skala penunjuk). Atau: m=r.u
 Untuk cairan Newton Untuk Keperluan Teknik:
T
 C
v
dimana :
C = konstanta alat Aliran bersifat Laminer
T = puntiran (torque) Re>1500: Aliran Turbulen.
V = rpm
 Untuk cairan plastis : Viskosimeter Oswald (wilhelm
T Tf Ostwald (ahli kimfis jerman, nobel
U C 1990)
v
Berdasarkan kecepatan aliran
f  C f x Tf
fluida melalui pipa kapiler (kekentalan
kinematik).
Penetapan kekentalan Untuk sampel dengan sudut
kontak (dengan kaca) mendekati 0o.
kekentalan dan reologi Terutama untuk sampel cair dengan
Kekentalan dipengaruhi suhu, karena itu kekentalan relatif sama dengan
suhu ketika pengukuran kekentalan kekentalan air.
dilaksanakan harus dikendalikan atau Fluida mengalir karena gaya berat,
harus diukur dan dicatat karena itu kerapatan sampel harus
Kekentalan: sifat fisik yang menghambat diukur.
cairan untuk mengalir Penetapan dilaksanakan secara
Rheologi: cabang ilmu fisika yang relatif dengan membandingkan waktu
berhubungan dengan sifat aliran alir volume tertentu (antara sampel dan
dan/atau perubahan bentuk standar).
bahan. Rumus yang digunakan:
Alat untuk penetapan kekentalan:
rheometer, viskosimeter (Oswald, Bola Jatuh (Hoppler), Viskosimeter
Haake/bola jatuh, Thomas, Engler, bola jatuh, juga dikenal sebagai
Brookfield) Viskosimeter Haake. Sekarang Haake ikut
mengembangkan viskosimeter rotor
poise dan stoke berputar.
 Poise: satuan Viskositas Dinamik
(berdasarkan gaya yang menyebabkan Berdasarkan kecepatan jatuh
aliran), yaitu gaya yang diperlukan yang konstan untuk bola dengan
untuk menjaga perbedaan kecepatan ukuran tertentu.
sebesar 1 cm/s antara lapisan yang Lintasan jatuh harus lurus, karena
berjarak 1 cm. itu wadah media harus sedikit lebih
Poise = dyne.detik per cm2 besar dari bola yang dijatuhkan.
Waktu tempuh, t, diukur untuk sebagai fungsi dari frekuensi atau
jarak AB (di bagian atas) yang sama temperatur.
dengan BC (di bawahnya). Kecepatan
konstan ditunjukkan oleh:
tAB = tBC Elektro Rheometer
Electro-rheometer: Sifat reologi
Viskometer Engler diukur di bawah kondisi medan listrik.
Berdasarkan kecepatan aliran fluida Contoh terapan: sampel kristal cair,
melalui pipa/saluran sampel-sampel peka listrik, dan cairan
tertentu (seperti elektro-reologi untuk membuat
Oswald tetapi resistansi fisik. Juga digunakan untuk:
menggunakan pipa makanan, bahan pelapis, polimer,
berdiameter lebih perekat, bahan komposit, farmasi,
besar), sudut kontak kosmetik, petrokimia, dan bebatuan.
tidak harus Tegangan dc sampai 10 kV
mendekati nol. dipasangkan di atas sampel
Untuk sampel cair dengan kekentalan menggunakan larutan elektrolit,
(kinematik) relatif tinggi. sedangkan bagian bawah sampel
Kerapatan sampel dan suhu pengukuran dihubungkan ke bumi. Jarak elektrode
harus diukur. bisa diatur untuk mendapatkan kuat
medan yang diperlukan.
Viskometer Brookfield
Berdasarkan hambatan Dua instrumen dalam satu bentuk untuk
putaran sebuah rotor di menganalisis sifat aliran dan tekanan
dalam medium yang dengan mengukur:
diukur, atau gaya yang 1. Respons Stress Vs Strain selama
diperlukan untuk pengujian pada laju tetap
menghasilkan kecepatan 2. Perubahan kekentalan sebagai
putaran tertentu. fungsi perubahan laju shear
Viskosimeter Brookfiled (rotor
berputar), paling banyak dimodifikasi Kekentalan Beberapa Bahan :
dan dikembangkan dalam berbagai Air 1 cps
merk dagang. Susu 3 cps
Oli 65 – 140 cps
Rheometer SAE 10
Rheology: sifat aliran fluida dan/atau Oli 140 - 420 cps
perubahan padatan dibawah stress dan SAE 20
strain. Oli 420 – 650 cps
Rheometers: peralatan yang digunakan SAE 30
untuk mengukur sifat benda yang Oli 650 – 900 cps
berhubungan dengan reologi. SAE 40
Contoh Reologi yang sederhana: Minya 1,000 cps
kekentalan sebagai fungsi dari gaya k Jarak
geser untuk menentukan sifat aliran.
Madu 10.000 cps
Contoh reologi yang kompleks:
Coklat 25.000 cps
keviskoelastikan (visco elasticity)
kekerasan Mohs (ahli mineral
Jerman: Friedrich Mohs)
• 10 kekerasan mineral pada skala
Mohs: 1, talc; 2, gypsum; 3,
BAB 5 KEKERASAN calcite; 4, fluorite; 5, apatite; 6,
orthoclase (feldspar); 7, quartz; 8,
kekerasan didefinisikan sebagai
topaz; 9, corundum; and 10,
kemampuan suatu material untuk menahan
diamond.
beban identasi atau penetrasi (penekanan).
• Kekerasan sampel mineral
Deformasi plastis, suatu keadaan dari suatu ditetapkan berdasarkan kristal pada
material ketika material tersebut diberikan skala Mohs yang bisa menggores
gaya maka struktur mikro dari material sampel.
tersebut sudah tidak bisa kembali ke • Galena, dengan kekerasan 2.5, bisa
bentuk asal artinya material tersebut tidak menggores gypsum dan dapat
dapat kembali ke bentuknya semula digores oleh calcite.
• Kekerasan mineral menentukan
Mengapa diperlukan pengujian kekerasan? sifat ketahanannya.
 untuk mengetahui karakteristik
suatu material baru Permesinan
 melihat mutu untuk memastikan • Kekerasan, umumnya diukur
suatu material memiliki spesifikasi dengan Metode Brinell (Ahli mesin
kualitas tertentu. swedia: Johann Brinell, yang
merancang mesin Brinell untuk
Pengertian Umum penetapan kekerasan logam dan
• Kekerasan: kemampuan benda logam campuran).
padat untuk menahan perubahan • Sebuah bola atau kerucut dari
bentuk atau abrasi di permukaan. bahan keras dijejakkan ke
Kekerasan adalah karakteristik permukaan benda uji. Gaya yang
bahan, bukan sifat fisik dasar. digunakan dan lekukan yang terjadi
• Pada mineralogi: kekerasan adalah diukur dan dihitung untuk
ketahanan gores permukaan halus mendapatkan nilai kekerasan.
suatu mineral. • Kekerasan berhubungan dengan
• Pada metalurgi, kekerasan adalah kekuatan, ketahanan/keawetan, dan
kemampuan bahan untuk menahan ketangguhan suatu benda padat.
perubahan (plastic deformation). • Pada penggunaannya, kekerasan
• Benda yang lebih lunak bisa sering digabungkan dengan sifat-
digores oleh benda yang lebih sifat fisik di atas.
keras, tetapi benda yang lebih keras
tidak bisa digores oleh benda yang Pertimbangan Umum:
lebih lunak. • Semakin kecil
bagian yang
Penetapan Kekerasan diukur, semakin
Mineral rendah beban
• Kekerasan relatif mineral, yang digunakan.
ditetapkan berdasarkan skala
• Kedalaman dan posisi penjejakan C. Posisi akhir setelah rekoveri elastis
(penekanan) harus sesuai dengan bahan.
bentuk sampel. D. Kedalaman Pengukuran (C minus A).
• Kedalaman penjejalan maksimal
adalah 10% ketebalan sampel

Skala Brinell
bertujuan untuk menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap bola baja (identor) yang
ditekankan pada permukaan material uji
tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian
Brinnel diperuntukan untuk material yang
memiliki permukaan yang kasar dengan uji
kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor
(Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan
diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten.

Indenter
(penjejak) Skala Vickers
berbentuk bola. Pengujian kekerasan dengan metode
Pada Rumus: Vickers bertujuan menentukan kekerasan
suatu material dalam yaitu daya tahan
material terhadap indentor intan yang
cukup kecil dan mempunyai bentuk
• D= diameter bola geometri berbentuk piramid seperti
• d = diameter jejak ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang
• F = beban dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding
• HB = Hardness Brinell dengan pengujian rockwell dan brinel
yaitu antara 1 sampai 1000 gram.
Skala Rockwell • Standar untuk kekerasan logam.
Pengujian kekerasan dengan metode • Terutama untuk Micro-hardness
Rockwell bertujuan menentukan kekerasan • Muka penjejak (indenter faces)
suatu material dalam bentuk daya tahan adalah prisma dengan sudut 136
material terhadap indentor berupa bola derajat (sama pada dua arah).
baja ataupun kerucut intan yang • HV = 1.854(F/D2),
ditekankan pada permukaan material uji F, kg beban yang digunakan (1 s.d
tersebut. 120 kg).
A. Kedalaman yang dicapai penjejak D2, mm2 luas jejak.
setelah diberikan gaya awal (minor load).
B. Posisi penjejak
pada gaya uji total.
Nilai Kekerasan Barcoll sering digunakan
untuk mengukur tingkat pengerasan plastik
dan resin.
Benda uji ditempatkan di bawah penjejak
Skala Shore Alat Uji kekerasan Barcol. Kepada benda
Terutama untuk bahan plastik, karet, uji diberikan tekanan yg tetap sampai skala
elastomer. ukur menunjukkan nilai maksimum.
Berdasarkan kekerasan dalam batas Kedalaman tusukan diubah ke bentuk
elastisitas. Bilangan Barcol Absolut.
• Skelorometer Shore: Sebuah
pemukul dengan ujung berbentuk Membaca Skala
berlian, dijatuhkan di dalam tabung  60 HRC: Nilai Uji 60 pada skala
gelas berskala, dari ketinggian Rockwell C.
tertentu. Yang diamati adalah  80 HR15N: Nilai Uji 80 pada Skala
pantulan pemukul setelah Rockwell 15N
dijatuhkan. Semakin tinggi  200 HBS10/3000/15: Nilai Uji 200,
pantulan, semakin tinggi skala Brinell, menggunakan bola
kekerasan. baja (HBS) 10 mm), dengan beban
• Kekerasan Shore diukur 3000 kg dan waktu 15 detik. Secara
berdasarkan ketahanan bahan informal sering dilaporkan sebagai:
terhadap tekanan masuk oleh HB 200.
penekan yang diberikan beban oleh  500 HBW 1/30/20: Nilai Uji 500
tiga buah pegas. Nilai semakin menggunakan bola wolfram
tinggi, jika ketahanan semakin (HBW), berdiameter 1 mm, beban
besar. 30 kg dan waktu 20 detik.
• Kekerasan Rendah: Durometer  200 HV 500/15"200“: Nilai Uji
Shore A, jika penusuk masuk Skala (Mikro) Vickers dengan
menembus bahan, kekerasan nol. beban 500 g, selama 15 detik.
Jika tidak tertusuk sama sekali,  200 HK 500/15"200“: Nilai Uji
kekerasan 100. t (waktu) Skala Knoop dengan beban 500 g,
penusukan ikut dilaporkan. selama 15 detik.

PerbandinganSkala Ukur Kekerasan

Skala Barcol
Kekerasan Barcoll: ketahanan bahan
terhadap penetrasi (penusukan) baja
berujung tajam yang ditekan menggunakan
pegas. (Barcol impressor).
Peralatan disebut ‘Barcoll Impressor’
memiliki skala dari nol sampai 100, yang
lansung dibaca:
• Pemuaian
▫ Koefisien Pemuaian
▫ Pengukuran Muai Panjang
• Sifat Pelelehan
▫ Pelelehan pada Logam
BAB 6 ANALISIS THERMAL
Alloy
Pendahuluan ▫ Pelelehan pada Material
• Penetapan, pengukuran, pengujian Non Kristalin
sifat/karakteristik bahan yang ▫ Titik Leleh / Beku
berhubungan dengan panas. ▫ Titik Leleh Serbuk
• Satuan ukuran yang berhubungan ▫ Transisi Gelas
dengan panas: Temperatur • Titik Nyala dan Titik Bakar
(derajat/tingkatan panas) dan Kalor Titik Nyala Spontan
(jumlah panas).
• Sifat thermal yang berhubungan Titrasi Termometrik
dengan temperatur terutama: • Variabel yang diukur pada titrasi
transisi gelas, titik leleh, titik didih, dengan metode ini adalah panas
titik nyala, titik bakar, titik bakar reaksinya.
spontan/auto ignition point, titik • Temperatur dialurkan terhadap
ledak, titik las, titik seizure, muai volume titran. Titran diteteskan
panjang, muai ruang, muai dari buret terhadap suatu larutan
bidang/permukaan. yang terletak dalam suatu bejana
• Sifat thermal yang berhubungan yang terisolasi secara termal.
dengan kalor: panas jenis • Perubahan temperatur pada setiap
(kapasitas panas spesifik), panas penambahan volume titran direkam
pembakaran, panas peleburan, secara terus-menerus.
panas penguapan, • Titik akhir ditandai dengan belokan
• Alat ukur temperatur: thermometer yang tajam pada kurva titrasi pada
• Alat ukur kalor: kalorimeter media tidak berair.
• Analisis termal dalam pengertian • Komponen utama dan metodologi
luas adalah pengukuran sifat kimia dalam titrasi termometrik sangatlah
fisika bahan sebagai fungsi suhu. sederhana.
• Penetapan dengan metode ini dapat • Terdiri atas buret dengan penetesan
memberikan informasi pada otomatis, kamar titrasi adiabatis,
kesempurnaan kristal, termistor dan perekam. Perubahan
polimorfisma, titik lebur, temperature direkam sebagai fungsi
sublimasi, transisi kaca, dedrasi, waktu.
penguapan, pirolisis, interaksi • Kurva titrasi termometrik
padat-padat dan kemurnian. menyatakan ukuran perubahan
• Data yang diperoleh berguna untuk entalpi total, tercakup didalamnnya
karakterisasi senyawa yang perubahan entropi dan energi
memandang kesesuaian, stabilitas, dalam.
kemasan dan pengawasan kualitas. • Metode ini digunakan untuk titrasi
asetat anhidrida dalam asam asetat
Daftar Materi serta studi asetilasi
• Titrasi Termometrik
Pemuaian yang terjadi, diukur dan dihitung
• Pemuaian: berubahnya menggunakan rumus:
ukuran/dimensi fisik karena abu = (sbu/sst). ast.
perubahan temperatur. Pemuaian: Pada rumus ini, bu adalah benda
jika berubah menjadi lebih besar. uji, st adalah standar, dan s adalah
Penyusutan, jika berubah menjadi skala alat ukur.
lebih kecil.
• Cara ini tidak memerlukan
• Dibedakan menjadi: Muai Panjang
peralatan yang terkalibrasi, tetapi
(a), Muai Ruang (b), dan Muai
Bidang (g). penyebaran temperatur antara
• Muai Panjang, a = dL/(L.dT). benda uji dan standar harus sama.
• Untuk benda-benda non-kristal, • Secara absolut, muai panjang
umumnya: b = 3a dan g = 2a ditetapkan dengan mengukur
• Muai panjang biasa digunakan panjang bahan mula-mula (L),
untuk benda-benda padat non- kenaikan temperatur (DT), dan
kristal. pertambahan panjang bahan (DL)
• Muai ruang terutama untuk benda- setelah dipanaskan.
benda cair. • Semua alat ukur yang digunakan
• Muai bidang terutama untuk benda- harus terkalibrasi.
benda kristal. • Temperatur logam harus merata.
• Muai panjang dihitung
Koefisien Pemuaian menggunakan rumus:
• Perubahan panjang per derajat  = DL/(L.DT).
temperatur, misalnya mm/mm/oC. • Biasanya pengukuran muai panjang
• Rasio perubahan panjang lebih secara absolut ini dipadukan
disukai dibandingkan perubahan dengan pembuatan grafik
luas atau volume karena lebih hubungan antara kenaikan
mudah diukur dan diaplikasikan. temperatur dengan pertambahan
• Ditentukan dengan persamaan : panjang yang terjadi.
L2 - L1 = α L1 (T2 - T1) • MUAI RUANG CAIRAN
dimana : • PENGUKURAN KALOR
α adalah koefisien ekspansi termal;
L1 dan L2 merupakan panjang awal dan Sifat Pelelehan
panjang akhir pada temperatur T1 dan T2 • Titik leleh (melting point) dari
suatu unsur merupakan temperatur
Muai Panjang terjadinya perubahan wujud unsur
• Secara relatif, muai panjang, a, murni dari padat menjadi cair.
diukur dengan membandingkan • Perubahan sebaliknya (dari cair
bahan standar dengan bahan uji menjadi padat) terjadi pada
yang dipanaskan secara bersama- temperatur yang sama dan disebut
sama. titik beku (freezing point).
• Pada cara ini, benda uji dibuatkan • Agar perubahan wujud dari padat
menjadi berbentuk batang yang menjadi cair tersebut dapat terjadi
sama dengan bahan standar, pada Tm dibutuhkan kalor yang
kemudian dipanaskan bersama- disebut Heat of fusion.
sama. Perbandingan pemuaian
Pelelehan Logam Alloy
• Tidak seperti logam murni, menggunakan suryakanta bahkan
kebanyakan alloy tidak memiliki mikroskop).
titik leleh tunggal. • Titik leleh dicapai jika benda mulai
• Pelelehan dapat terjadi pada mengalami perubahan bentuk
beberapa titik tahapan. Temperatur mengikuti bentuk wadah.
mulai terjadinya pelelehan disebut • Titik beku lebih sukar diamati;
solidus, dan temperatur saat semua pada dasarnya titik leleh sama
alloy telah meleleh disebut dengan titik beku dan dipengaruhi
liquidus. oleh tekanan. Karena itu tekanan
• Di antara kedua temperatur ketika penetapan dilakukan, harus
tersebut, alloy merupakan diukur dan dicatat.
campuran antara logam padat dan
lelehan logam. Titik Leleh Serbuk
• Pengecualian : eutectic alloy yang • Suhu leleh zat adalah suhu pada
meleleh (dan membeku) pada saat zat tepat meleleh seluruhnya
temperatur tunggal. yang ditunjukan pada saat fase
Pelelehan pada Material padat tepat hilang.
Nonkristalin • Jarak leleh atau suhu leleh zat
• Pada material nonkristalin padat didefinisikan sebagai rentang
(misalnya gelas), terjadi transisi suhu atau suhu pada saat zat padat
gradual dari wujud padat hingga menyatu dan meleleh sempurna.
menjadi wujud cair. • Suhu awal dicatat pada saat zat
• Padatan akan melunak perlahan- mulai menciut atau membentuk
lahan jika temperatur naik, dan tetesan pada dinding pipa kapiler,
akan mencair keseluruhan pada suhu akhir dicatat pada saat hilang
melting point. fase padat
• Selama pelunakan, material akan • Gerus senyawa yang diuji menjadi
semakin plastis (sifat plastis serbuk yang sangat halus dan
mengalami peningkatan) hingga kecuali dinyatakan lain.
mendekati melting point. • Jika mengandung air hidrat,
keringkan pada suhu yang tertera
Titik leleh/beku dimonografi, jika tidak
• Titik leleh: Temperatur ketika mengandung air hidrat keringkan
padatan berubah menjadi cairan diatas bahan pengering yang
(menciar). Titik beku: temperatur sesuai.
ketika cairan berubah menjadi • Isi pipa kapiler kaca yang salah
padatan (membeku). Tekanan 1,0 satu ujungnya tertutup, dengan
atm. serbuk kering hingga 2,5 mm – 3,5
• Bentuk benda padat, tidak berubah; mm setelah diisi kemudian
bentuk benda cair berubah mengetukan pada permukaan
mengikuti wadah. padat.
• Padatan diletakkan dalam wadah • Panaskan tangas hingga suhu ≥ 30ᵒ
yang temperturnya bisa dinaikkan dibawah suhu leleh yang
secara lambat dan konstan, sambil diperkirakan. Angkat termometer
diamati (secara langsung atau dan secepatnya tempelkan tabung
kapiler pada termometer dengan
membasahi keduanya dengan lobang dicatat sebagai perlakuan
tetesan cair dari tangas atau percobaan.
sebaliknya. Temperatur TG pada Polimer
• Tempatkan termometer dan • Kisaran temperatur yang sempit, di
lanjutkan pemanasan dengan bawah temperatur tersebut polimer
pengadukan tetap hingga suhu naik bersifat glassy dan diatasnya
≥ 3ᵒ/ menit jika suhu ≥ 3ᵒ dibawah bersifat rubbery
dari batas bawah jarak lebur yang • Dipengaruhi oleh
diperkirakan, kurangi pemanasan ▫ Free volume polimer (vf)
hingga naik ≥ 1ᵒ - 2ᵒ/ menit. volume dari polimer yang
• Suhu pada saat kolom uji yang tidak ditempati oleh
diamati terlepas sempurna dari molekul polimer itu sendiri
dinding kapiler didefinisikan vf = v – vs
sebagai permukaan melebur, dan v = volume spesifik dari
suhu pada saat zat uji mencair polimer dan
seluruhnya didefinisikan suhu vs = volume molekul
lebur. polimer
• Kedua suhu tersebut berada dalam ▫ Gaya tarik antar molekul
batas jarak leleh. ▫ Mobilitas internal rantai,
yaitu keleluasaan molekul
Transisi gelas untuk berotasi di sekitar
• Transisi gelas: Rentang temperatur ikatannya.
perubahan kekerasan padatan ▫ Kekakuan rantai
menjadi kekentalan cairan, seperti ▫ Panjang rantai
lilin yang melunak sebelum Titik didih/kondensasi
mencair. • Titik didih: temperatur ketika
• Terjadi pada benda-benda amorf tekanan uap cairan mencapai 1,0
dengan ukuran molekul yang tidak atm bukan ’temperatur ketika
seragam, seperti lilin, gelas, dan cairan menguap’.
plastik. • Bisa diukur dengan memanaskan
• Prinsip pengukuran: benda uji cairan sampai mendidih pada
dipanaskan sambil ditekan dari atas tekanan 1,0 atm. Uap cairan
(menggunakan piston) di dalam disarankan diembunkan kembali.
wadah tertutup yang memiliki • Perhatikan: benda cair (dan
lobang di bagian bawah. beberapa jenis benda padat) bisa
• Awal transisi gelas: Ketika bahan menguap di bawah temperatur
uji mulai keluar dari lobang. Akhir: didih; uapnya bisa mengembun
ketika bahan mengalir tanpa perlu (kondensasi) jika tekanan uap pada
ditekan. tempeatur bersangkutan
• Perubahan waktu yang diperlukan terlampaui.
untuk mengeluarkan panjang • Titik didih berubah jika tekanan
tertentu bahan (misal: 1 cm) berubah, sesuai dengan perubahan
terhadap perubahan temperatur, tekanan uap jenuh pf berbagai
dicatat atau dibuatkan menjadi temperatur.
grafik. Kuat tekan dan diameter
Titik Nyala dan Titik Bakar
• Titik nyala adalah Temperatur mati kembali) adalah Titik Bakar
terendah di mana campuran (Flame Point).
senyawa dengan udara pada • Titik Bakar Spontan (Auto Ignition
tekanan normal dapat menyala Point) adalah temperatur ketika
setelah ada suatu inisiasi, misalnya bahan terbakar dengan sendirinya
dengan adanya percikan api. (tanpa dikenakan api) jika terkena
• Titik nyala dapat diukur dengan udara.
metoda wadah terbuka (Open • Secara kurang tepat sering
Cup /OC) atau wadah tertutup disamakan (padahal berbeda!)
(Closed cup/CC). dengan Titik Ledak (Explosive
• Nilai yang diukur pada wadah Point).
terbuka biasanya lebih tinggi dari • Titik ledak diukur tanpa
yang diukur dengan metoda wadah memaparkan benda uji ke udara.
tertutup. • Prinsip pengukuran: benda
• Setiap zat cair yang mudah dipanaskan dengan dipaparkan ke
terbakar memiliki tekanan uap udara terbuka. Temperatur ketika
yang merupakan fungsi dari benda mulai menyala dengan
temperatur cair, dengan naiknya sendirinya (tanpa dikenakan api)
suhu, tekanan uap juga meningkat. adalah Titik Bakar Spontan.
• Dengan meningkatnya tekanan uap, • Sifat thermal ini adalah informasi
konsentrasi cairan yang mudah penting untuk menangani bahan-
terbakar menguap di udara bahan yang bisa terbakar.
meningkat.
• Jika titik nyala lebih rendah dari
temperatur cairannya maka uap
diatas permukaannya siap untuk
terbakar atau meledak.
• Terutama untuk cairan yang bisa
terbakar (seperti bahan bakar
minyak dan bahan organik).
• Titik Nyala (Flash Point):
temperatur ketika uap cairan
terbakar untuk pertama kalinya,
jika dikenakan oksigen dan api
tetapi nyala akan kembali mati
(hilang).
• Diukur dengan memanaskan benda
uji di dalam wadah tertutup secara
perlahan-lahan; dan mengenakan
api secara berkala ke permukaan
wadah serempak dengan membuka
tutup wadah. Titik nyala tercapai
jika terlihat adanya jilatan api yang
kembali hilang.
• Temperatur terendah ketika nyala
yang dihasilkan terus terjadi (tidak
BAB 7 FISIKA MODERN Thermo Gravimetri Analysis
• Analisis Fisika Modern, analisis Analisis Kimia Fisik berdasarkan
fisik menggunakan instrument perubahan (umumnya turun, mungkin
(fisika) analitik, yang dicirikan naik) bobot sampel jika temperatur
oleh adanya proses otomatisasi dinaikkan secara linier.
pengukuran dan komputerisasi
pengolahan data hasil ukur.
• Yang berhubungan dengan Analisis
Kimia, terutama: Dilatometri,
Thermo Gravimetri Analysis,
Differential Thermal Analysis / Sampel ditimbang sambil dipanaskan;
Differential Scanning Calorimetry, perubahan bobot sampel terhadap kenaikan
dan Thermal Analyzer temperatur dialurkan membentuk kurva
• Selain Dilatometri, analisis fisik di thermogram.
atas, juga memberikan informasi
jenis senyawaan, jumlah
senyawaan, dan komposisi
kimiawi.
• Analisis Thermal adalah gabungan
TGA, DTA/DSC, dan transisi glas.

• Teknik pengukuran pemuaian


benda, terutama muai panjang dan
muai ruang.
• Sampel umumnya berbentuk
padatan massif (Muai Panjang).
• Dilatometer modern bisa
digunakan untuk sampel butiran,
serbuk, atau cairan (Muai Ruang).

Dilatometri
• Pada alat ini, muai panjang diplot
terhadap temperatur. Differential Thermal Analysis
Sampel dan bahan acuan (referensi)
• Ketidakmurnian benda uji, dipanaskan bersama-sama. Perbedaan
mengubah kemiringan kurva, temperatur sampel terhadap temperatur
sedangkan perubahan struktur bahan acuan diplot (dibuatkan grafik)
kristal membengkokkan kurva pada terhadap temperatur.
temperatur tertentu. Jika sampel mengalami reaksi eksoterm,
temperaturnya akan lebih tinggi; jika
mengalami reaksi endoterm,
temperaturnya akan lebih rendah.
Perbedaan temperatur menunjukkan jenis
dan intensitas reaksi.
Skema Dasar DSC tipe Fluks Panas. Panas
diberikan melalui cakram konstantan yang
dipanaskan dengan aliran listrik.
Termokopel sampel dan acuan, memantau
aliran kalor ke sampel dan acuan.
Perbedaan skala termokopel menyatakan
perbedaan aliran kalor diplot terhadap
perubahan temperatur

Thermogram TGA (atas) dan Thermogram


DTA (bawah) Ca-oksalat

Differential Scanning Calorimetry


Prinsip DSC sama dengan DTA.
Perbedaan terletak pada sistem
pengukuran: DSC berdasarkan aliran kalor
(ketika temperatur turun atau naik), DTA
berdasarkan kenaikan temperatur.(ketika
temperatur lingkungan naik secara linier).
Paling banyak digunakan, terutama untuk Beberapa contoh bentuk wadah sampel
analisis polimer dan bahan keramik. dan bahan acuan (gambar diperbesar).
Dikenal dua prinsip pengukuran: Wadah ini berukuran sangat kecil, dengan
1. DSC Kompensasi Daya bobot hanya beberapa gram.
2. DSC Fluks Panas
3. Skema dasar DSC Tipe Differential Scanning Calorimetry
Kompensasi Daya. Thermogram DSC Poli-etilena Terftalat
Sampel dan acuan, dipanaskan dengan
kenaikan temperatur yang sama.
Perbedaan daya yang diberikan (mW)
diplot terhadap temperatyr (T).
Sensor Pt memantau perubahan temperatur
Sampel dan Referens. Jika terjadi selisih,
pemanas terpisah mengatur daya yang
digunakan agar temperatur tetap sama. Thermal Analyzer
Selisih daya diplot terhadap T.
Gabungan DMA, TGA, dan DSC dalam
satu bentuk.
Kerapkali digabungkan juga dengan alat
ukur transisi gelas.
• Atau berdasarkan kesamaan
sifatnya seperti semen Portland
yang menghasilkan beton yang
memiliki kesamaan sifat dengan
batu Portland yang digunakan
untuk bangunan di Inggris.
BAB 9 SEMEN • Semen yang tahan temperatur
• Secara umum, semen dapat tinggi disebut semen refraktori.
didefinisikan sebagai campuran Pengerasan Semen
bahan yang mengeras dan menjadi Semen mengeras berdasarkan:
melekat kuat setelah diaplikasikan • evaporasi cairan pemlastisir seperti
dalam bentuk plastis. air, alkohol, atau minyak;
• Istilah semen sering digunakan • perubahan kimiawi seperti hidrasi;
untuk menggantikan istilah lem dan • atau berdasarkan pertumbuhan
perekat. kristal-kristal yang saling tumpang
• Di lingkungan teknik dan tindih (interlacing).
konstruksi bangunan, istilah semen • Ada juga jenis semen yang
mengacu ke suatu senyawa mengeras karena bereaksi dengan
manufaktur berbentuk serbuk oksigen atau karbon dioksida dari
halus, yang mengandung plaster udara.
gipsum atau semen Portland yang Semen Portland
mengeras dan melekat setelah Semen Portland adalah campuran:
dicampurkan dengan air. • trikalsium silikat (3CaO·SiO2),
• Komposisi semen sangat beragam • trikalsium aluminat
untuk keperluan yang sangat (3CaO·Al2O3), dan
beragam pula. • dikalsium silikat (2CaO·SiO2),
• Semen-semen ini dapat diberi nama dalam berbagai perbandingan, bersama-
berdasarkan komposisi utamanya, sama dengan sejumlah kecil senyawaan
seperti semen epoksi yang besi dan magnesium.
mengandung resin epoksi. • Gipsum sering ditambahkan untuk
• Nama semen juga dapat memperlambat proses pengerasan.
berdasarkan material yang bisa Pengerasan Semen Portland
dilekatkannya seperti semen vinil • Pengerasan awal semen Portland:
atau semen gelas. Bisa juga hidrasi trikalsium silikat, yang
berdasarkan objek penggunaannya membentuk hidrat silika dan
seperti semen boiler; atau kalsium hidroksida, yang
berdasarkan karakteristik sifatnya mengkristal dan menggabungkan
seperti semen hidrolik yang partikel-partikel pasir dan batu,
mengeras dibawah air, atau semen menjadi massa yang keras.
tahan asam, atau semen cepat- • Trikalsium aluminat bereaksi
keras. dengan cara yang sama
• Semen yang digunakan pada menghasilkan pengerasan awal,
konstruksi, kadang-kadang tetapi tidak menentukan
dinamakan berdasarkan tempat pengerasan akhir campuran.
asalnya seperti semen Roman. • Dikalsium silikat mengalami
proses hidrasi yang sama, tetapi
jauh lebih lambat, mengeras secara Peralatan Analisis Semen Portland
bertahap dalam waktu beberapa 1. Neraca analitik: skala terkecil
tahun. 0,0001 g dan kapasitas maksimum
• Proses hidrasi dan pengerasan 200 g. Bias pengukuran ulang
semen dikenal dengan istilah maksimum 0,0002 g. (Ruang
‘curing’. Selama proses ini akan timbang harus dikondisikan).
dihasilkan panas. 2. Neraca kasar dengan skala terkecil
Kondisi Analisis 0,01 g dan kapasitas 500 g.
Kondisi Umum untuk Analisis Fisika 3. Neraca besar dengan skala terkecil
• Analisis fisika selalu dipengaruhi 10 g dan kapasitas 500 kg
oleh berbagai besaran fisik 4. Alat Blaine dengan
lingkungan. kelengkapannya.
• Jika besaran-besaran fisik 5. Alat Vicat dengan diameter jarum
lingkungan ini tidak dikendalikan, 10 mm dan 1,0 mm
maka hasil analisis perlu ditambah 6. Komparator Panjang
atau dikurangi dengan suatu faktor 7. Mesin pengukur kuat tekan dan
koreksi. kuat tekuk
• Jika analisis perlu dinyatakan 8. Kalorimeter: + termometer
berdasarkan suatu protokol analisis differensial (pembanding), corong
(prosedur analisis yang sudah kaca atau plastik (tangkai 75 mm
dibakukan) seperti SNI atau dan ID>6mm), dan mesin
ASTM, maka semua kondisi yang pengaduk
dipersyaratkan harus dihadirkan. 9. Oven pengering (temperatur 100 –
• Jika tidak maka analisis itu hanya 110 oC)
bisa dinyatakan sebagai diadopsi 10. Tanur (temperatur 900 – 950oC
dari SNI atau ASTM 11. Autoclave dengan daya tahan ledak
• Suhu Lab Uji-fisik: (23 + 1,7)oC 2,4 M.Pa.
dengan kelembapan >50%. 12. Termometer
(menggunakan AC). 13. Higrometer
• Ruang lembab: kelembaban >95%; 14. Ayakan standar 150 um (No.100)
jika di ruangan itu terdapat dan 850 um (No.20),
genangan air dan tanpa ventilasi 15. Set anak timbangan dengan bobot
udara. 10 mg s.d. 50 g.
• Dalam setiap pengujian digunakan 16. Mesin pengaduk, lengkap dengan
air suling (daya hantar listrik < 5 pengaduk dan mangkok aduk
uS). (spesifikasi pada lampiran)
• Air dingin: air dengan temperatur 17. Meja alir dan cetakan alir
ruangan 18. Botol timbang
• Skala terkecil AU Volume: 1 mL 19. Stop watch
(gelas ukur). 20. Cawan porselin kapasitas 30 ml.
• Pasta atau acian: campuran semen 21. Gelas ukur berkapasitas 250 dan
dengan air, 500 mL
• Mortar atau adukan adalah 22. Pisau aduk segitiga 100 – 150 mm.
campuran semen, pasir, dan air. 23. Lumpang berdiameter sekitar 200
• Pasir yang digunakan adalah pasir mm dan penumbuk.
standar yaitu pasir Ottawa. 24. Botol plastik
25. Cetakan-cetakan bahan uji (untuk
sampel acian/pasta dan
adukan/mortar) a.l. kubus dengan
sisi 50 mm, dan prisma bujur
sangkar (25 x 25 x 285) mm3 .
Semua cetakan harus terbuat dari
logam keras dan tidak bereaksi
dengan mortar semen serta bisa
terpasang secara sempurna.
Persyaratan cetakan dapat dilihat
pada SNI.15-2049-1994.
26. Alat penumbuk
• Pasir standar (pasir ottawa), dengan
persyaratan tertentu
• Pereaksi dan bahan uji: HF, asam
nitrat, lilin/parafin, ZnO
Semua alat ukur harus dalam keadaan
terkalibrasi dan harus dikalibrasi ulang
secara berkala (minimal satu kali dalam
satu tahun).

Peralatan Analisis Semen Portland


Alat Blaine, Vicat, dan Komparator
Panjang

Peralatan Analisis Semen Portland


Mesin Pengukur Kuat Tekan dan Kuat
Tekuk

Metode Uji Fisik Semen: SNI 15-2049-


1994
1. Uji Kehalusan menggunakan alat
Blaine
2. Pengujian Waktu Pengikatan
(Jarum Vicat 1,0 mm)
3. Pengujian Pemuaian Otoklaf
4. Pengujian Kuat Tekan
5. Pengujian Cepat Kaku
6. Uji Konsistensi Normal (Alat
Vicat)
BACA LANGSUNG DARI HANDOUT

Anda mungkin juga menyukai