Anda di halaman 1dari 18

PENGILANGAN MINYAK BUMI DAN NABATI

VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

Oleh Kelompok 2:
Maihendra
Rini Dwi Agustianti
Adam Fadillah
Ganis Kharisma Wiranti
Heru Kristianto

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015

BAB I
Pendahuluan
Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit
(CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih
komponen penyusunnya. Dengan hanya memiliki CDU, maka CDU hanya
memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume
feed, sedangkan 40-50% volume feed yang berupa atmospheric residue biasanya
hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah.
Secara umum temperatur cracking minyak mentah/crude adalah sekitar
370 oC (UOP menyebut 385 oC) pada tekanan 1 atmosfer (sebenarnya bervariasi
tergantung jenis crude, tetapi secara umum rata-rata pada temperatur tersebut).
Oleh karena itu pemisahan minyak yang dilakukan di Crude Distillation Unit
tidak boleh melebihi temperature 370 oC agar minyak tidak mengalami cracking.
Ide dasar operasi VDU adalah bahwa titik didih (boiling point) semua
material turun dengan menurunnya tekanan. Sebagai contoh, pada tekanan 1
atmosfer air mempunyai titik didih 100 oC, sedangkan pada tekanan 10 atmosfer
air mempunyai titik didih 180 oC. Jika tekanan dikurangi hingga 1 psia maka titik
didih air akan menjadi 39 oC.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1

Vacuum Distillation Unit (VDU)


Crude oil mengandung berbagai macam komponen yang mempunyai titik

didih berbeda-beda, seperti tergambar dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Komposisi Crude Oil


Seperti terlihat pada gambar di atas, crude oil mengandung komponen
yang mempunyai titik didih > 370 oC. Jika bottom CDU (atau biasa disebut
atmospheric residue atau long residue atau reduced crude) pada tekanan
atmosferis dipanaskan hingga temperature > 370 oC untuk dapat menguapkan
komponen vacuum gas oil yang terkandung dalam long residue, maka akan terjadi
thermal decomposition.
Dengan menurunkan tekanan, hingga < 1 psia, maka komponen vacuum
gas oil tersebut dapat dipisahkan dari bottom VDU (atau biasa disebut vacuum
residue atau short residue) tanpa mengalami thermal decomposition.
Kemudian keduanya (vacuum gas oil dan vacuum residue) dapat dipisahkan
menjadi 2 stream yang bebeda untuk dapat meningkatkan margin kilang.

Gambar 2.2 Perbedaan CDU dan VDU


Proses destilasi vakum adalah proses pemisahan fraksi minyak bumi
dengan menggunakan tekanan di bawah tekanan atmosfer (>1 atm) dengan tujuan
mengolah minyak berat yang fraksi-fraksinya tidak dapat dipisahkan pada kolom
CDU. Tujuan dari VDU ini yaitu untuk menurunkan titik didih pada long residu
sehingga produk-produknya dapat diperoleh. sebelumnya, pada unit destilasi
atmosferik suhu yang digunakan berkisar 350C.
Sebenarnya mungkin bisa saja mengolah long residu tersebut pada kolom
CDU dengan cara menaikkan suhunya, tetapi dalam prosesnya kemungkinan
besar akan menghasilkan senyawa olefin yang merupakan hidrokarbon yang tidak
jenuh, dimana produk ini tidak dikehendaki kehadirannya dalam produk minyak
bumi karena sifatnya yang tidak stabil. Maka untuk menyiasatinya digunakan
proses destilasi vakum sehingga suhu yang digunakan hanya berkisar 340C serta
dengan tekanan kurang dari 1 atm (0,4 atm).
2.2

Proses Kerja Distilasi Vakum


Dalam prosesnya, long residu yang dihasilkan dari kolom CDU akan

dipanaskan dengan temperatur 340C, selanjutnya long residu dimasukkan ke


dalam kolom VDU yang memiliki tekanan 0,4 atm, untuk mendapatkan tekanan
yang rendah maka digunakan bantuan ejector dan kondensor. Sama halnya dengan
kolom CDU, di dalam kolom VDU terdapat tray sebagai tempat tertampungnya
fraksi yang menguap. Untuk memperluas kontak antara uap dan cairan digunakan
bubble cap dan kolom VDU dibuat lebih lebar. Saat minyak telah mengalami

penguapan, fraksi dengan titik didih terendah akan naik dan berada pada puncak
kolom (LVGO), sedangkan fraksi terberat (short residu) tetap berada pada bagian
bawah kolom.

Gambar 2.3 Process Flow Diagram Vacuum Distillation Unit


Secara lengkap, proses dalam VDU akan dijelaskan sebagai berikut:
Keterangan alat:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Vacuum tower (V-1), condensate receiver (V-2),


Feed surge drum (V-3, V-4), 1st dan 2nd
Stage desalter intermediet blowdown (V-9),
Steam disengaging drum (V-10),
KO drum (V-11),
Vacuum (V-5A, V-5B),
Tempered Water expansion drum (V-6),
Continue blowdown (V-8),
Heater (H-1A, H-1B),
Heat exchanger (E-1AB, E-2ABC, E-3ABCD, E-4AB, E-52ABC, E-53,
E-54, E-5AB, E-6AB, E-7ABCD, E-8AB, E-9A-I, E-10, E-11ABCD, E-

12, E-13A-J, E-15, E-16)


k) Ejektor (J-51, J-52, J-53),
l) Kompresor (C-1AB),

m) Pompa (P-2AB, P-3ABC, P-4AB, P-5AB, P-6ABC, P-7, P-8AB, P-9AB,


P-10AB, P-11AB, P-12AB, P-13AB, P-14AB, P-15AB).

Gambar 2.4 Diagram alir proses di VDU


LSWR dari unit CDU ditampung di V-3 untuk dihilangkan gasnya yang
kemudian akan dibakar di flare. Umpan V-3 dialirkan ke V-5A dan V-5B, lalu
untuk menghilangkan kandungan garam digunakan air yang berasal dari unit
SWS. Yang telah ditampung di V-4. Keluaran V-5AB yang berupa brine akan
diolah kembali, sedangkan minyak yang sudah tidak mengandung garam akan
dialirkan ke V-1 yang sebelumnya telah dipanaskan dengan E-2, E-3, dan H-1AB.
Umpan masuk ke V-1 pada temperatur 400 oC. Sebelum masuk ke V-2,
Produk atas diserap dengan mengggunakan J-51, J-52, dan J-53 kemudian
didinginkan dengan E-52, E-53, dan E-54. Keluaran yang masih bisa diolah
sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi dialirkan ke slope tank. Gas yang
dihasilkan dimurnikan dari minyak di V-11.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO yang masing-masing diambil
pada suhu 219oC dan 345oC. LVGO dipompakan dengan P-9AB dari V-1 dan
didinginkan dengan E-9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai produk dan

sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1 setelah dipanaskan terlebih dahulu


dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC dari V-1, sebagian
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan
melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk
pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran
ke unit HCU 211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah berupa
short residue diambil pada suhu 395 oC kemudan didinginkan dengan E-3.
Sebagian residu dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi akan diumpankan ke unit
DCU untuk diolah lebih lanjut. Residu juga sebagian dialirkan ke tangki
penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.
2.3

Produk Distilasi Vacum


Proses VDU akan menghasilkan berbagai macam jenis produk, baik itu

produk yang dapat diolah langsung sebagai bahan bakar maupun digunakan
sebagai campuran produk lain. Berikut ini adalah produk-produk hasil dari proses
destilasi vakum:
1. Light Vacum Gas Oil (LVGO), produk ini dihasilkan dari area top kolom
dan digunakan sebagai komponen blending solar.
2. Parafine Oil Distillate (POD), produk ini digunakan pada unit wax plant
sebagai bahan baku lilin. Pada dasarnya, setiap proses VDU akan
menghasilkan produk ini.
3. High Vacum Gas Oil (HVGO), produk ini biasanya digunakan untuk
bahan baku proses cracking di HCU ( Hydro Cracking Unit).
4. Short Residu, produk ini dihasilkan dari area bottom kolom dan digunakan
sebagai fuel oil di dapur (furnace) serta dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan jalan (aspal).
2.4

Jenis-jenis Vacuum Distillation


Terdapat 2 jenis Vacuum Distillation Unit, yaitu :

1.

Fuel type
Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi terbatas, yang

biasanya menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil, Heavy

Vacuum Gas Oil, dan Vacuum Residue. Produk Light Vacuum Gas Oil biasanya
sudah memenuhi spesifikasi diesel dan dapat langsung dikirim ke tangki
penyimpanan. Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya dikirim ke unit
Hydrocracker atau Fluid Catalytic Cracking / FCC. Sedangkan vacuum residue
dapat diolah di Delayed Coking Unit atau Visbraker atau sebagai komponen
blending Low Sulfur Waxy Residue (LSWR) atau sebagai komponen blending
fuel oil.

Gambar 2.5 Typical Product CDU dan VDU


Seperti telah dijelaskan diatas, feed VDU fuel type adalah atmospheric
residue yang berasal dari CDU (boiling range 370 s/d 540 oC+), sedangkan
produknya berupa Light Vacuum Gas Oil (boiling range 243 s/d 382 oC), High
Vacuum Gas Oil (boiling range 365 s/d 582 oC), dan Vacuum Residue (boiling
range 582 oC+).
Aliran proses VDU Fuel Type secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2.6 Process Flow Diagram VDU Fuel Type


2.

Lubes type
Vacuum Distillation Unit lubes type memerlukan pemisahan yang baik

diantara lube cuts. Umpan VDU jenis ini sudah sangat tertentu karena produkproduk lubes cut mempunyai spesifikasi yang sangat sempit. VDU lubes type
biasanya mempunya pressure drop yang lebih tinggi dan cut point yang lebih
rendah daripada VDU fuel type. VDU lubes type biasanya memproduksi 3-4
macam lube base oil dengan spesifikasi yang jauh lebih ketat jika dibandingkan
produk VDU fuel type (terutama dalam hal spesifikasi viscosity dan viscosity
index).
Feed VDU lubes type dapat berupa atmospheric residue yang berasal dari
CDU (untuk Lube Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade
rendah/non-sintetis) atau berupa unconverted oil yang berasal dari unit
Hydrocracker (untuk Lube Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade
tinggi/sintetis).
Produk-produk VDU lubes type tergantung jenis grade lube base oil yang
ingin dihasilkannya, biasanya ada 3 jenis grade yang dapat dihasilkan oleh VDU
lubes type.

Aliran proses VDU Lubes Type secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2.7 Process Flow Diagram VDU Lubes Type


2.5

Alat-alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan pada pross destilasi vakum antara lain :


1. Pompa adalah alat pemindahan fluida cair dari suatu tempat ke tempat lain
melalui suatu media pipa dengan memberikan energi dan dilakukan secara
terus menerus/kontinyu. Pompa mempunyai bermacammacam jenisnya
misalnya pompa centrifugal, pompa piston dan lainlain.
2. Kolom distilasi merupakan alat yang paling vital karea proses destilasi
terjadi pada alat ini. Kolom destilasi biasanya berbentuk silinder yang
terbuat dari bahan baja dimana di dalamnya dilengkapai alat kontak (tray)
yang berfungsi untuk memisahkan komponen campuran larutan. Di dalam
kolom tersebut dilengkapi dengan sambungan untuk saluran umpan, hasil
samping reflux, reboiler, produk dan produk bottom dan steam stripping.
3. Kolom stripper berfungsi untuk menajamkan pemisahan komponenkomponendengan cara mengusir atau melucuti fraksi-fraksi yang lebih
ringan didalam produk yang dikehendaki.

4. Heat Exchanger Berfungsi untuk berlangsungnya proses pemindahan


panas antara fluida satu ke fluida lain yang saling mempunyai
kepentingan.
5. Condensor berfungsi untuk mengembunkan uap yaitu mengubah fase uap
menjadi fase cair, dan umumnya yang dipakai sebagai pendingin adalah
air.
6. Separator berfungsi untuk memisahkan dua zat yang saling melarutkan,
misalnya gas dan cairan, minyak dan air dan sebagainya.
7. Furnace berfungsi sebagai tempat mentransfer panas yang diperoleh dari
hasil pemabakaran bahan bakar. Di dalam dapur terdapat pipa pemanasan
yang disusun sedemikian rupa sehingga proses pemindahan panas dapat
berjalan sebaik mungkin.
8. Cooler berfungsi sebagai peralatan untuk mendinginkan produk yang
masih mempunyai suhu tinggi yang tidak diijinkan untuk disimpan dalam
tangki.
9. Perpipaan adalah suatu sistem jaringan pipa yang menghubungkan dari
peralatan satu dengan peralatan lainnya. Pipa berfungsi sebagai alat
penyaluran/mengalirkan cairan atau gas. Pipa dibuat dari bermacammacam jenis bahan misalkan dari baja, karet, PVC dan lain lain
bergantung biasanya jenis baja dengan panduan carbon.
10. Instrumentasi adalah suatu alat kontrol yang digunakan di dalamproses
pengolahan minyak agar proses dapat terkendali dan aman sehingga apa
yang diharapkan dalam proses pengolahan dapat tercapai.
11. Jet Ejektor adalah suatu alat untuk membuat kevakuman yang tinggi
didalam VDU (High Vaccum Unit).
Ada 2 macam ejektor yang umum dioperasikan:

Dengan Steam

Dengan Air yang disebut proses cair Ejektor cair yang dipakai untuk
membuat kevakuman yang sedang atau proses pencampuran cairan,
sedangkan ejektor dengan steam yang penting untuk membuat dan
mempertahankan kevakuman suatu system dan dapat dilaksanakan
dengan single atau multiejektor.

10

2.6

Variabel Proses Vacuum Distillation Unit


Variabel proses yang berpengaruh pada operasi Vacuum Distillation Unit

adalah tekanan kolom VDU, temperature flash zone, temperature draw off produk
(LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3
untuk VDU lubes type).
1.

Tekanan
Variabel proses utama yang mempengaruhi operasi VDU dan yield produk

gas oil adalah tekanan kolom VDU. Semakin vacuum tekanan kolom VDU, maka
semakin banyak yield produk gas oil dapat dihasilkan. Tekanan kolom VDU yang
dijadikan acuan adalah tekanan top kolom VDU. Biasanya tekanan top kolom
VDU diatur sekitar 15 mmHg untuk dapat memaksimalkan yield produk. Semakin
tinggi tekanan kolom maka yield produk gas oil akan semakin sedikit dan yield
produk vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top kolom VDU sebesar
15 mmHg, maka tekanan bottom kolom VDU/tekanan flash zone biasanya sekitar
30 mmHg (untuk kondisi tray yang bersih).
2.

Flash Zone Temperature


Setelah tekanan, maka temperatur flash zone menjadi variabel proses lain

yang penting. Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak pula
yield produk gas oil yang dihasilkan. Namun flash zone temperature tidak boleh
terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan kecenderungan pembentukan coke pada
sekitar flash zone (terutama di area slop wax) menjadi tinggi. Best practice yang
biasa dipakai adalah temperature flash zone dijaga agar temperature draw off slop
wax tidak lebih dari 380 oC atau temperature stack slop wax tidak lebih dari 400
o

C. Namun jika kondisi packing tray sangat kotor maka best practice ini menjadi

hampir tidak mungkin dipakai, karena dengan menjaga kondisi operasi seperti ini
yield gas oil akan sangat rendah dan yield vacuum bottom akan menjadi sangat
tinggi. Best practice ini dapat sedikit diabaikan sambil menunggu kedatangan
packing tray dan plant stop untuk penggantian packing tray. Kenaikan temperature
draw off slop wax sebesar 10 oC akan menaikkan kecepatan pembentukan coking
sebanyak 2 kali. Biasanya flash zone temperature dijaga antara 397 s/d 410 oC.

11

Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan mengatur
Combined Outlet Temperatur/COT fired heater.
3.

Temperatur Bottom Kolom VDU


Temperatur bottom kolom VDU harus dijaga antara 370-380 oC dengan

alasan yang sama seperti telah dijelaskan pada point V.2. Pengendalian temperatur
bottom kolom VDU ini dilakukan dengan mengatur jumlah produk bottom kolom
VDU yang dikembalikan lagi ke bottom kolom VDU setelah sebagian panasnya
diserap di feed/bottom heat exchanger.
4.

Residence Time Produk Bottom di Bottom Kolom VDU


Semakin tinggi level bottom kolom VDU maka semakin tinggi juga

residence time-nya. Biasanya level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 % yang
merupakan optimasi antara residence time dan menghindari terjadinya loss
suction pada pompa bottom kolom VDU.
5.

Temperatur Slop Wax

Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk menghilangkan 5% gas oil
terberat dari aliran uap yang mengalir ke atas dari flash zone. Kepentingan
penghilangan 5% gas oil terberat adalah untuk menghilangkan kandungan metal
dan asphaltene yang biasanya terkandung di dalam fraksi terberat gas oil.
Pengaturan temperature slop wax tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan
cara mengatur temperature flash zone/combined outlet temperature fired heater.
6.

Jumlah/Temperature Hot Reflux HVGO


Hot reflux HVGO biasa disebut juga sebagai HVGO wash karena aliran

reflux ini berfungsi untuk mencuci/membasahi packing tray yang berada pada
bagian bawah HVGO accumulator agar pada packing tray tidak terjadi coking.
Best practice UOP, jumlah hot reflux HVGO adalah 0,3-0,5 gpm/ft2 luas
permukaan packing tray.
7.

Jumlah/Temperature Cold Reflux HVGO


Cold reflux HVGO berfungsi untuk mengatur spesifikasi produk HVGO.

Semakin tinggi temperature cold reflux HVGO (dan/atau semakin banyak jumlah
cold reflux HVGO) maka semakin banyak fraksi yang lebih berat yang

12

terkandung di dalam produk HVGO sehingga akan berefek pada kualitas HVGO
seperti end point HVGO dan kandungan metal meningkat.
8.

Gas Oil Draw off Temperature


Gas oil draw off temperature diatur untuk dapat menghasilkan yield

produk gas oil (LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2,
Lube Cut-3 untuk VDU lubes type). Untuk VDU fuel type dapat diatur dengan
memaksimalkan produk LVGO atau dengan memaksimalkan produk HVGO. Jika
spesifikasi produk LVGO sudah dapat memenuhi spesifikasi produk diesel, maka
lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan produk LVGO dan
meminimalkan produk HVGO. Namun jika spesifikasi produk LVGO tidak dapat
memenuhi spesifikasi produk diesel dan hanya digunakan sebagai salah satu
komponen blending diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan
memaksimalkan HVGO, karena HVGO dapat diolah di unit Hydrocracker yang
akan meng-crack HVGO menjadi produk-produk yang bernilai lebih tinggi, yaitu,
LPG, Naphtha, Kerosene, dan Diesel.

13

Gambar 3.1 Diagram alir sedehana proses pengolahan PT.Pertamina RU II Dumai

BAB III

Tugas Khusus (Pertamina RU II Dumai)

14

3.1

Heavy Oil Complex (HOC)


Fungsi utama bagian ini adalah mengolah fraksi berat hidrokarbon
menjadi fraksi- fraksi ringannya. Bagian ini termasuk dalam new plant, yang
terdiri dari empat unit operasi, antara lain:
1. High Heavy Vacuum Distillation Unit (HVU) unit 110
2. Delayed Coking Unit (DCU) unit 140
3. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT) unit 220
4. Coke Calciner Unit (CCU) unit 170
Yang akan dibahas dalam paper ini hanya mengenai High Heavy Vacuum
Distillation Unit (HVU).
High Heavy Vacuum Distillation Unit (HVU) 110
Unit ini berfungsi untuk memisahkan umpan berupa Low Sulphur Waxy
Residue (LSWR) yang berasal dari unit CDU menjadi fraksi yang lebih ringan
berdasarkan titik didihnya. Prinsip dasar operasi unit ini adalah distilasi pada
keadaan vakum. Keadaan vakum diperoleh dengan cara menarik produk gas pada
bagian atas kolom dengan menggunakan tiga buah steam jet ejector yang disusun
seri sehingga terjadi penururunan tekanan reaktor. Keadaan vakum ini diperlukan
untuk menurunkan titik didih LSWR sehingga pemisahan fraksi fraksi minyak
mentah dapat berlangsung dengan lebih baik tanpa terjadi thermal cracking.
Proses pemisahan berlangsung pada temperatur

4000 C dan tekanan 18-22

mmHg. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 92.6 MBSD.


Umpan LSWR yang berasal dari unit CDU ditampung di V-3 untuk
dihilangkan gasnya yang kemudian akan dibakar di flare. Umpan kemudian
dialirkan ke V-5AB untuk penghilangan kandungan garam (desalting) dengan
menggunakan air yang berasal dari unit SWS. Keluaran V-5AB yang berupa brine
akan diolah sehingga dapat digunakan kembali, sedangkan minyak yang sudah
tidak mengandung garam akan dialirkan ke V-1 setelah sebelumnya dipanaskan
dengan E-2, E-3, dan H-1AB. Umpan masuk ke V-1 pada temperatur 400oC.
Produk atas diserap dengan mengggunakan J-51, J-52, dan J-53 kemudian
didinginkan dengan E-52, E-53, dan E-54 sebelum masuk ke V-2. Produk atas
diserap dengan ejektor yang memanfaatkan MP steam kemudian akan dialirkan ke
V-2 setelah didinginkan dengan E-52ABC, E-53, dan E-54. Keluaran yang masih
bisa diolah sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi dialirkan ke slope
tank. Gas yang dihasilkan dimrnikan dari minyak di V-11 kemudian sebagian
digunakan sebagai fuel gas dan sebagian dibakar di flare. MP steam yang
digunakan berasal dari V-10 yang menggunakan air sebagai umpan.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO yang masing masing diambil
pada suhu

2190 C

dan

3450 C . LVGO dipompakan dengan P-9AB dari V-1

dan didinginkan dengan E-9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai produk

15

dan sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1 setelah dipanaskan terlebih dahulu
dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC dari V-1, sebagian
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan
melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk
pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran
ke unit HCU 211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah berupa
short residue diambil pada suhu

3950 C

kemudan didinginkan dengan E-3.

Sebagian residu dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi akan diumpankan ke unit
DCU untuk diolah lebih lanjut. Residu juga sebagian dialirkan ke tangki
penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.

16

Daftar Pustaka

Abbas, A. 2012. Makalah Destilasi Vakum. http://akbarcules46.blogspot.


com/2012/06/makalah-destilasi-vakum. 10 Mei 2015, 16:56 WIB.
Budhiarto, A. Buku Pintar Migas Indonesia. www.bpmigas.com/Buku Pintar
Migas Indonesia. 10 Mei 2015, 19:09 WIB.
Khopkar, SM. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Manurung, P. 2011. Laporan KP Inspeksi pengelasan, manajemen, dan Proses
pengolahan Minyak PT.Pertamina RU II Dumai. Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Pratika, Y. 2013. Makalah Destilasi Vakum. https://yenideva14.wordpress.
com/2013/12/05/makalah-destilasi-vakum. 10 Mei 2015, 16:58 WIB.
Suhendri. 2013. Vacuum Distillation Unit. http://dynamic-expansion.blogspot.
com/2013/07/vacuum-distillation-unit. 10 Mei 2015, 20:17 WIB.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT Kalman Media.

17

Anda mungkin juga menyukai