Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. Wilmar Nabati Indonesia


Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Blok Diagram
Unit produksi di PT.Wilmar Nabati Indonesia dibagi atas :
1. Refinery
Terdapat 4 plant dengan total kapasitas produksi 3800 MT/Hari
2. Fraksinasi
Terdapat 3 Plant dengan total kapasitas produksi 3400 MT/Hari
Blok diagram pada Proses Refinery dan Fraksinasi Secara Umum dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Refinery dan Fraksinasi Secara Umum


(Sumber: Dept. Production PT WINA I Dumai)

Proses pembuatan minyak goreng pada PT Wilmar Nabati Indonesia unit


Dumai dapat ditunjukkan Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Proses Produksi PT.Wilmar Nabati Indonesia


(Sumber: Dept. Production PT WINA I Dumai)

2.2. Uraian Proses Refinery


2.2.1 Persiapan Bahan Baku

11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Perlakuan yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan bahan baku


CPO yang akan dikelola menjadi minyak goreng. Sebelum dilakukan procces
pengolahan di refinery terlebih dahulu bahan baku dianalisa :
a) FFA (Free Fatty Acid), ini untuk menentukan Final Heating di
Deodorization Section.
b) Moisture & Impuritis, ini untuk menentukan Temperatur di Pre-
treatment.
c) DOBI (Deotoration of Bleach Index), ini untuk menentukan persentase
pemakaian bleaching earth.
d) Phosporus content, ini untuk menentukan persentase pemakaian H3PO4
Proses yang terjadi pada Refinery adalah, Pre–Treatment atau
Dengumming, Bleaching Section, Filtration Section, Deodorization
Section.

2.2.2 Pre-treatment Section ( Star Plant )


Setelah bahan baku sesuai dengan spesifikasi persyaratan mutu minyak.
Kemudian feed material (CPO) dari Storage Tank dengan suhu 40–50°C
dialirkan ke Heat Exchanger (E205) dengan menggunakan pompa (G201),
sebelum itu disaring terlebih dahulu di strainer yang berfungsi untuk menyaring
kotoran– kotoran kasar seperti fiber, sampah, dll yang masih terikut dalam CPO
agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Strainer terdapat 2 unit yang
bertujuan sebagai back up jika salah satu terjadi problem dan memaksimalkan
flow rate.
Feed material (CPO) yang dialirkan ke heat exchanger (E205) untuk
dinaikkan temperaturnya menjadi 80-1200C. Hal ini dimaksudkan untuk
menghemat penggunaan steam. Proses kerja dari Heat exchanger dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

T RPO in = 1600C T CPO out = 1180C


HE

12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

T RPO out = 1000C T CPO in = 450C


Gambar 2.3 skema proses dari Heat exchanger
(Sumber: Dept. Production PT WINA I Dumai)

Pada HE (E205) memanfaatkan pertukaran panas pada (RBDPO) sebagai


fluida panas dan fluida dingin (CPO) akan dialirkan secara bersamaan ke dalam
HE (E205) dan (E302) dengan cara berlawanan arah, CPO dari bawah dan RPO
dari atas. Hal ini bertujuan agar panas merata sehingga proses pertukaran panas
lebih optimal dan plate HE tidak cepat rusak.

2.2.3. Degumming Section


Proses degumming PT WINA 1 Dumai adalah dengan mengalirkan CPO
dari (E205) ke Dryer tank (D201) untuk dipisahkan moisture-nya. Di dalam Dryer
tank (D201) CPO dengan Suhu 100–120°C di Spray dengan tujuan agar uap air
dapat terpisah dengan minyak, dan dapat terhisap oleh bantuan pompa vacuum.
Setelah itu CPO dialirkan dengan pompa (G202) dengan diinjeksikan H3PO4,
untuk menetralisir gum–gum yang terkandung dalam CPO. Pengaruh yang timbul
dari asam tersebut adalah penggumpalan dan pengendapan zat-zat seperti
phospatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin sehingga dapat terpisahkan
dari minyak. Diinjeksi yang dilakukan dengan menggunakan Dozing Pump. Cara
menentukan flow dosing adalah dengan mesetting jumlah stroke dozing pump
sesuai dengan persentase pemakaian (0.04–0.06%).
Setelah CPO di injeksi dengan H3PO4, kemudian dialirkan ke knife mixer
(M201) untuk menyempurnakan proses reaksi menetralisir gum-gum yang
terdapat pada CPO, dengan temperatur tetap dijaga pada termperatur 110-1200C
agar panasnya tetap stabil. Hasil dari proses ini adalah Degumming Palm Oil

13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

(DPO), yaitu minyak sawit yang bebas gum dan selanjutnya dialirkan ke dalam
slurry tank (D204) untuk proses pemucatan.
Kondisi proses yang penting diperhatikan pada degumming section:
 Persentase pemakaian H3PO4, level tank dimonitor setiap jam, strainer
dosing pump secara periodik di-cleaning, jika tidak sesuai pemakainya
maka berakibat :
 FFA produk tidak tercapai sesuai target
 Proses Bleaching tidak akan berlangsung sempurna
 Proses filtrasi Niagara filter akan block

2.2.4 Bleaching section


Setelah melalui Proses degumming, feed material dialirkan ke Slurry tank
(D204) merupakan salah satu bagian dari Bleaching section. Minyak yang telah
bercampur dengan Fosporit acid dialirkan ke Slury tank (D204) dilengkapi
dengan sistem vacuum agar uap air dan udara yang terkandung dalam CPO dapat
disedot oleh sistem vacuum (F207A). CPO yang mengandung Fosporit acid
tersebut dicampur dengan bleaching earth. Bleaching earth berfungsi untuk
memucatkan warna, kotoran, air, residu, bau dan untuk mengikat pigmen yang
terdapat pada CPO. Pigmen yang terdapat dalam minyak mentah adalah karoten
yang bewarna merah kekuningan. Karoten ini lebih mudah diikat oleh bleaching
earth sebab gum-gum pada CPO sudah diikat terlebih dahulu oleh H3PO4. Dari
Hooper, Bleaching earth didosingkan secara outomatic untuk menentukan
persentase pemakaian bleaching berdasarkan DOBI Feed material dan target
warna produk yang diinginkan. Pada penginjeksian dosing BE biasanya berkisar
(0.6-1.5%) tergantung jenis minyak yang akan diolah.
Minyak dari Slurry tank (D204) kemudian dialirkan ke Bleacher tank (D202)
dilengkapi dengan Sparging steam dengan tekanan 0.4-1 bar yang berperan
sebagai pengaduk minyak dengan Bleaching earth secara sempurna. Pengadukkan
dengan Sparging steam tujuannya agar tidak terjadi flok-flok pada CPO yang telah

14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

berikatan dengan H3PO4 dan Bleaching earth. Pengadukan ini dilakukan secara
intensif dengan minyak untuk mengantisipasi pengikatan gum atau getah serta
proses pemucatan warna. Proses antisipasi gum ini akan meringankan proses
filtrasi nantinya, dan tidak merusak kualitas RBDPO yang dihasilkan
Bleacher tank (D202) ini beroperasi pada tekanan vacuum 10-100 tor dan
temperaturnya berkisar 90-1200C, sehingga uap-uap air dan udara yang
terkandung didalam CPO dapat ditarik oleh sistem vacuum (F207A). Minyak dari
Bleacher tank dialirkan ke Buffer tank (D203) dengan tujuan untuk menyimpan
sementara sebelum minyak dilakukan proses penyaringan serta dapat
memaksimalkan pengikatan gum, lendir dan kotoran-kotoran lainnya oleh
bleaching earth yang telah jenuh oleh kotoran, gum dan lendir. Pengadukan ini
dibantu oleh sparging steam. Tangki ini juga dilengkapi dengan line vacuum
sehingga uap air yang masih ada dapat diuapkan dari CPO. Penyimpanan ini juga
dilakukan karena proses produksi berjalan secara continue. Temperatur dijaga
pada 90-1200C untuk proses filtrasi yang baik pada filter Niagara. minyak keluar
inilah yang disebut Bleacher Palm Oil (BPO).

2.2.5 Filtration section


Pemisahan BPO dari bleaching earth dan gum maka minyak dialirkan melalui
bagian bawah Buffer tank (D203) ke Niagara Filter D206, D207, D208 dengan
menggunakan pompa G204 A/B/C melalui valve V201 A/B/C untuk dibersihkan,
sehingga Bleaching earth terjebak pada filter leaf. Minyak yang telah
diperoleh dialirkan ke dalam Bleaching oil tank (F203) sebagai penyimpan
sementara sebelum proses lebih lanjut. Proses yang terjadi pada Niagara Filter :
a) Standby
Pada tahapan ini Niagara Filter bersiap – siap beroperasi atau menunggu
giliran untuk beroperasi. Pada keadaan standby semua valve dalam keadaan
tertutup dan pompa dalam keadaan off.
b) Vacuum
Niagara Filter dalam keadaan vacuum.Tahapan ini dibuka Valve no 1.6 untuk
membuang udara dan uap yang masih ada pada Niagara filter. Udara ini
dihilangkan untuk menghindari oksidasi dan pemampatan udara yang dapat

15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

membahayakan Niagara filter. Vacuum pada Niagara terkoneksikan dengan


buffer tank yang kemudian akan terhisap oleh vacuum bleacher.
c) Filling
Setelah mencapai tekanan vacuum, maka proses selanjutnya adalah proses
pengisian minyak ke dalam Niagara Filter
d) Coating
Pada proses ini terjadi penjernihan minyak agar minyak yang keluar dan
Niagara Filter bebas dari bleaching earth. Minyak dipompakan melalui
pompa Niagara Filter. Minyak lalu disaring oleh filter leaf yang dipasang
vertikal berjajar dalam Niagara Filter. Bleaching earth yang ada di dalam
minyak akan tersaring pada leaf filter sehingga minyak keluar bebas dari
bleaching earth
e) Filtration
Filtration merupakan proses penyaringan minyak dari partikel-partikel
bleacing earth, melalui filter leaf sehingga akan lolos ke sisi-sisi filter dan
masuk menuju saluran-saluran minyak pada sisi filter yang kemudian
mengalir ke bawah, sedangkan partikel bleaching earth dan kotoran lainnya
tetap menempel pada Niagara Filter.
f) Circulation
Merupakan proses dimana minyak dikembalikan ke bleacher tank lalu
dikembalikan lagi ke Niagara Filter hingga minyak yang dihasilkan benar-
benar jernih.
g) Emptying
Proses pengeluaran atau pengosongan minyak dari Niagara Filter setelah
selesai proses filtrasi.
h) Full emptying
Kondisi ini merupakan serangkaian proses dari emptying, untuk memastikan
pengosongan pada manifold Niagara filter dan proses ini selesai ketika tidak
ada lagi minyak yang ada di Niagara yang sudah dalam keadaan low level.
i) Cake drying
Proses ini merupakan proses pengeringan cake sehingga cake tidak
mengandung minyak lagi sehingga ketika cake dibuang kandungan minyak
yang hilang tidak terlalu banyak. Untuk mengeringkan cake pada leaf filter
dengan menggunakan steam.

16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

j) Post emptying
Proses Post emptying bertujuan untuk memastikan minyak benar– benar
kosong dari Niagara filter.
k) Venting
Proses Venting ini merupakan proses untuk menyamakan tekanan Niagara
filter dengan tekanan luar agar cake yang keluar tidak berhamburan karena
tekanan Niagara filter yang lebih tinggi pada udara luar. Selain itu proses ini
juga menghindari gasket discharge valve rusak.
l) Discharge
Pada tahapan ini spent earth didalam Niagara filter dikeluarkan menuju
penampungan SE untuk diproses selanjutnya. Pada proses ini dibantu dengan
alat yang digunakan untuk menggetarkan leaf filter agar cake yang masih
menempel terlepas jatuh yang disebut vibrator.

Peralatan yang digunakan pada saat proses niagara filter :


a. Filter leaf
lembaran Filter leaf sebanyak 18 lembar disusun secara vertical agar
pemisahan lebih efektif. Filter leaf dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Filter Leaf


(sumber : Dept. Production PT WINA 1 Dumai)

b. Filter leaf vibrator

17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Alat ini digunakan untuk menggetarkan Filter leaf saat proses


discharge sehingga spent earth dapat terlepas dari Filter leaf.
c. Cyclone
Cyclone merupakan vessel berbentuk kerucut yang digunakan untuk
memisahkan slurry dari Niagara filter dengan udara karena tercampur
dengan steam dengan prinsip kerja gaya sentrifugal.
d. Slope tank
Slope tank ini merupakan tempat slurry yang digunakan untuk tempat
penampungan slurry yang telah dipisahkan dengan udara di clycone
untuk kemudian dimasukkan kembali ke buffer tank.

2.2.6 Deodorization section


1. Deodorization section 1
Pada tahap ini, Bleached Palm Oil kembali disaring menggunakan catridge
filter untuk memastikan tidak ada BE yang masih lolos dari penyaringan dengan
Niagara filter. Setelah itu BPO, akan ditampung pada buffer tank (F203)
kemudian dipompakan dengan (G301) menuju ke heat exchanger (E301). Di heat
exchanger (E301) terjadi perpindahan panas dengan menggunakan steam, dengan
temperatur setting 110 °C sehingga temperatur menjadi 1200C. Proses deodorisasi
bekerja di bawah tekanan vacuum antara 1.5-2.5 torr, tekanan uap BPO akan turun
sehingga uap air dan gas-gas Akan terhisap oleh vacuum. Temperatur minyak
1150C sudah cukup untuk mengalirkan uap air dan gas-gas (Volatil matter)
sebelum diproses pada temperatur tinggi.
Proses selanjutnya dari (E301) yang sudah dinaikkan temperaturnya,
kemudian BPO dialirkan ke (D300) yang bertujuan untuk mengurangi uap air
yang masih terkandung didalam minyak tersebut. Proses ini dilakukan dengan
prinsip kerja Spray dryer, sehingga uap air menguap keatas dan ditarik pada
kondisi vacuum. setelah itu di dipompakan dengan (G304) sebelum dipompakan
dengan (G304) ditambahkan Citrid acid dengan penggunaan 100-200 ppm yang
berfungsi untuk mengikat metal seperti Fe dan CU dan juga sebagai anti oksidan

18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Setelah ditambahkan dengan Citrid acid kemudian dipompakan dengan


(G304) untuk dialirkan menuju Spiral heat exchanger (E302) secara kontinyu
untuk meningkatkan temperaturnya dengan memanfaatkan panas RBDPO.
Didalam Spiral heat exchanger ini terjadi perpindahan panas antara BPO dengan
RBDPO. BPO dengan temperatur 110-1500C sehingga BPO yang keluar dengan
temperatur 140-2400C. Sedangkan temperatur RBDPO yang masuk berkisar 210-
2300C dan temperatur keluarnya berkisar 110-1600C, oleh karena itulah spiral heat
exchanger (E302) ini sering disebut dengan Heat exchanger economizer. type
(E302) ini adalah sheel and tube, dimana BPO dialirkan pada tube dan RBDPO
dialirkan di shell.

2. Deodorization Section 2
BPO yang telah dipanaskan di (E302) kemudian dialirkan menuju Final
heater (E303). Final heater merupakan pemanas Spurging heat exchanger dengan
performa yang maksimal. Alat ini memanaskan BPO dalam kondisi vakum dan
diaduk dengan Spurging steam dengan tujuan untuk meratakan pemanasan pada
BPO. Untuk pemanasan sendiri menggunakan High pressure steam yang
dilewatkan pada closed steam coil. High pressure steam merupakan steam dengan
tekanan 45–60 bar yang diperoleh dengan HP boiler yang menggunakan biomassa
sebagai bahan bakarnya. HP boiler dapat menghasilkan temperatur steam dan
tekanan tinggi sehingga minyak yang dipanaskan dapat mencapai temperatur yang
optimal. Temperatur setting pada Final heating ini tergantung dari jenis minyak
yang diproses. Temperatur keluaran dari final heater ini berkisar 250–265°C,
dengan temperatur sekian diharapkan asam dapat menguap dan terpisah dari
minyak. Tujuan dari Final heating ini ialah pemecahan betacaroten pada minyak.
Type final heater (E303) ini adalah shell and tube, di mana BPO dialirkan pada
shell dan steam dialirkan pada tube.
Setelah itu BPO dialirkan ke Pre stripper melalui header BPO yang untuk
diratakan aliran BPO dalam mallapack. Pre-stripper merupakan sebuah vessel
yang tersusun dari packing mallapack untuk memecah partikel minyak sehingga

19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

PFAD dan impurities lain dapat teruapkan. Pada mallpack ini lah minyak terbagi
alirannya menjadi semakin tipis karena desain dari mallapack yang seperti sarang
lebah dan berlubang – lubang dengan bentuk zig – zag. Dalam kondisi inilah yang
mempermudah PFAD menguap dan berpisah dengan minyak dan menghindari
PFAD langsung terhisap vakum.
Pada pre-stripper ini juga terdapat sirkulasi PFAD yang merupakan produk
samping yang dipisahkan dari minyak karena memberi efek buruk terhadap
kualitas minyak. PFAD ini masih dipisahkan karena bisa diolah lagi untuk
menjadi bahan baku pembuatan alkohol, sabun, biodiesel, dll. Metode penguapan
untuk pemisahan PFAD ini dikarenakan titik didihnya lebih rendah dari minyak
goreng.
PFAD ini ditangkap oleh cone yang berada diatas header minyak BPO dan
kemudian disimpan di PFAD tank dan kemudian disirkulasikan lagi untuk
menangkap PFAD yang lain dengan cara dispray menggunakan nozzle. Sebelum
dispray, PFAD di dinginkan terlebih dahulu dengan heat exchanger sehingga
berada di suhu sekitar 55 – 65 0C. Suhu ini merupakan suhu optimal untuk
mengkondensasikan PFAD di dalam pre – stripper. Jika suhu PFAD yang dispray
lebih rendah maka PFAD akan terkontaminasi dengan air dan impurities yang lain
karena ikut terkondensasi. Ketika suhu PFAD lebih tinggi maka losses akan
semakin tinggi karena PFAD tidak terkondensasi secara maksimal. Di bawah
spray PFAD terdapat lapisan mallapack yang berfungsi sebagai tempat
penambahan retention time sehingga terjadi pengkondensasian uap PFAD. Di
bagian atas sprayer terdapat mallapack dengan ukuran lebih kecil yang sering
disebut dengan demister yang berfungsi untuk menangkap PFAD yang masih
lolos. PFAD tank selain di sirkulasikan akan secara otomatis dialirkan ke Storage
tank.
Karena proses penguapan PFAD pada pre-stripper kurang optimal maka
proses penguapan dilanjutkan di dalam Vessel deodorizer (D302). Pada
deodorizer ini 6 tray bekerja pada tekanan 0.7-1.5 bar. Keadaan tersebut
dimaksudkan untuk menambah retention time minyak di dalam vessel deodorizer
ini. Jika minyak dialirkan begitu saja di dalam tray – tray deodorizer ini maka

20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

hanya PFAD yang berada diatas saja yang akan teruapkan karena pada bagian
bawah masih terhalang dengan minyak– minyak. Fungsi dari spurging steam ini
adalah untuk mengaduk minyak sehingga semakin sempurna pemisahan FFA,
volatile matter dan bau. Minyak pada bagian bawah (D302) di sebut Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang di pompa menuju heat exchanger
(E302) untuk di manfaatkan panasnya. Spurging steam menyebabkan minyak
mengalir secara turbulen pada masing-masing tray. Aliran ini menyebabkan
adanya percikan-percikan minyak yang keluar dari tray. Minyak tersebut lalu
dialirkan ke tank (D300) untuk di proses lagi.
Minyak RBDPO yang keluar dari (D302) mengalami dua kali pemanfaatan
panas (E205 dan E302) sehingga suhunya turun menjadi 75°C. untuk hasil
terakhir, RBDPO di turunkan lagi suhunya menjadi 68°C di (E304).
Heat Exchanger (HE) ini di sebut final Oil Cooler dengan air sebagai media
pendinginnya. Lalu selanjutnya, RBDPO di saring lagi di catrige filter (D304
A/B/C/D sehingga di hasilkan RBDPO yang lebih murni lalu di kirim ke buffer
tank untuk difraksinasi.

2.3. Uraian Proses Fraksinasi


Proses Fractination meliputi tiga tahap yaitu:
1. Tahap persiapan dan pengkondisian minyak
2. Tahap kristalisasi (Cristalization Section)
3. Tahap penyaringan (Filtration)
Blok diagaram proses Fraksinasi dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Diagram Proses Pemisahan RBDPO menjadi Olein dan Stearin di
Fraksinasi Plant

21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

(sumber: dep.Fraksinasi plant PT.WINA 1 Dumai)

2.3.1 Tahap Persiapan dan Pengkondisian minyak


Minyak RBDPO dari tangki timbun di pompa oleh feed pump masuk ke
Cristalizer tank (CR. 401, CR. 402, CR. 403, CR. 404, CR. 405, CR. 406, CR.
407, CR. 408, CR. 409, CR. 410, CR. 411, CR. 412, CR. 413, CR. 413, CR. 414)
Crystalizer tank ini mempunyai kapasitas sebesar 33 ton.
Proses ini diawali dengan RBDPO dari Refinery dikumpulkan di Buffer
Tank kemudian dipompakan ke crystalizer, setelah Crystalizer penuh maka pompa
buffer tank akan mati dengan sendirinya. Apabila temperatur RBDPO yang di
Crystalizer telah memenuhi target temperatur seperti yang ditentukan antara 65-
75°C, maka proses dapat dijalankan sesuai dengan recipe yang telah ditentukan.
Apabila suhu RBDPO belum mencapai 65-68°C, RBDPO akan di panaskan
terlebih dahulu untuk menaikkan suhu dengan menggunakan Heat Exchanger ini
dilengkapi dengan pneumatic control valve yang berfungsi untuk mengatur secara
otomatis masuk steam. Apabila temperatur RBDPO telah mencapai 65°C, maka
valve akan membuka dan steam akan masuk untuk menaikkan temperatur
RBDPO tersebut.

2.3.2. Tahap Kristalisasi (Crystalization Section)


Minyak RBDPO dipompakan ke Crystalizer tank. Tahap kristalisasi adalah
tahap pembentukan kristal-kristal stearin karena perbedaan titik beku.
Pengkristalan ini dilakukan dengan cara mendinginkan minyak secara bertahap
dalam beberapa segmen temperatur. Segmen temperatur yang dimaksud adalah
perubahan temperatur pada media pendingin yang digunakan untuk mendinginkan
minyak didalam crystalizer.
Media pendingin yang digunakan adalah air, dibedakan menjadi cooling
water dan chilled water. Cooling water digunakan untuk mendinginkan minyak
menjadi 45°C. Kemudian didinginkan lagi dengan chilled water hingga
temperatur minyak menjadi 25°C. Pergantian antara cooling water dari cooling
tower berkisar antara 29-30°C, sedangkan temperatur chilled water dari balanced

22
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

tank chiller berkisar antara 12-17°C. Minyak masuk dan keluar dari bawah tangki,
sedangkan air pendingin masuk tangki melalui bawah tangki dan keluar melalui
bagian atas tangki.
Pada Crystalizer ini terdapat double coil yaitu tempat media pendingin
dialirkan dengan tujuan agar air pendingin tersebut tidak bercampur dengan
minyak RBDPO. Prinsip double coil ini adalah 2 aliran masuk dan 2 aliran keluar.
Air tersebut tidak langsung memenuhi coil tersebut melainkan sedikit demi sedikit
agar rasio suhu antara air dalam minyak RBDPO sesuai dengan setting
temperatur.
Sistem pendingin pada Crystalizer di PT WINA Dumai dikendalikan secara
otomatis oleh Program Logic Control (PLC). Laju alir pendingin diatur oleh
Modulating Control Valve (MCV). Pergantian air pendingin yaitu dari cooling
water menjadi chilled water, diatur dengan Pneumatic Control Valve (PCV) untuk
memerintahkan control valve terbuka atau tertutup dengan persentase tertentu
sesuai dengan yang disetting. Minyak keluar dari bagian bawah crystalizer sudah
berbentuk bubur yang terdiri dari kristal-kristal stearin dan olein.

2.3.3. Tahap Penyaringan (Filtration Section)


Minyak RBDPO dari kristalizer dipompakan ke dalam membran filter press.
Setelah proses filling selesai, dilanjutkan dengan proses squeezing. Pada proses
ini membran filter press saling merapat dan udara dikompressikan sehingga akan
terjadi penekanan yang mengakibatkan terjadi pemisahan antara olein dan stearin.
Unit Proses Filtrasi di PT Wilmar Nabati Indonesia 1 Dumai dapat dilihat pada
Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Perangkat Alat filter Press di PT Wina 1 Dumai

23
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

(Sumber : Dept Production plant fraksinasi PT WINA 1 Dumai)

Fraksi olein (cair) akan mengalir melalui selang-selang di bagian kiri-kanan


bawah filter press menuju tangki olein. Sedangkan fraksi stearin (padat) akan
membentuk lempengan padat diantara membran-membran filter press. Setelah
proses ini angin akan ditiupkan untuk memisahkan sisa-sisa RBDPO yang masih
ada dalam bentuk kristal dan dilanjutkan dengan proses blow melalui inflate yang
dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa olein yang ada dalam membran filter
press. Setelah proses ini selesai, angin diserap kembali sehingga membran-
membran filter press akan terbuka dan stearin berupa lempengan akan jatuh ke
bak penampungan yang dilengkapi dengan blade beraliran listrik sehingga
mencair dan dapat dialirkan ke tangki stearin.

24

Anda mungkin juga menyukai