BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Blok Diagram
Unit produksi di PT.Wilmar Nabati Indonesia dibagi atas :
1. Refinery
Terdapat 4 plant dengan total kapasitas produksi 3800 MT/Hari
2. Fraksinasi
Terdapat 3 Plant dengan total kapasitas produksi 3400 MT/Hari
Blok diagram pada Proses Refinery dan Fraksinasi Secara Umum dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
(DPO), yaitu minyak sawit yang bebas gum dan selanjutnya dialirkan ke dalam
slurry tank (D204) untuk proses pemucatan.
Kondisi proses yang penting diperhatikan pada degumming section:
Persentase pemakaian H3PO4, level tank dimonitor setiap jam, strainer
dosing pump secara periodik di-cleaning, jika tidak sesuai pemakainya
maka berakibat :
FFA produk tidak tercapai sesuai target
Proses Bleaching tidak akan berlangsung sempurna
Proses filtrasi Niagara filter akan block
14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
berikatan dengan H3PO4 dan Bleaching earth. Pengadukan ini dilakukan secara
intensif dengan minyak untuk mengantisipasi pengikatan gum atau getah serta
proses pemucatan warna. Proses antisipasi gum ini akan meringankan proses
filtrasi nantinya, dan tidak merusak kualitas RBDPO yang dihasilkan
Bleacher tank (D202) ini beroperasi pada tekanan vacuum 10-100 tor dan
temperaturnya berkisar 90-1200C, sehingga uap-uap air dan udara yang
terkandung didalam CPO dapat ditarik oleh sistem vacuum (F207A). Minyak dari
Bleacher tank dialirkan ke Buffer tank (D203) dengan tujuan untuk menyimpan
sementara sebelum minyak dilakukan proses penyaringan serta dapat
memaksimalkan pengikatan gum, lendir dan kotoran-kotoran lainnya oleh
bleaching earth yang telah jenuh oleh kotoran, gum dan lendir. Pengadukan ini
dibantu oleh sparging steam. Tangki ini juga dilengkapi dengan line vacuum
sehingga uap air yang masih ada dapat diuapkan dari CPO. Penyimpanan ini juga
dilakukan karena proses produksi berjalan secara continue. Temperatur dijaga
pada 90-1200C untuk proses filtrasi yang baik pada filter Niagara. minyak keluar
inilah yang disebut Bleacher Palm Oil (BPO).
15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
j) Post emptying
Proses Post emptying bertujuan untuk memastikan minyak benar– benar
kosong dari Niagara filter.
k) Venting
Proses Venting ini merupakan proses untuk menyamakan tekanan Niagara
filter dengan tekanan luar agar cake yang keluar tidak berhamburan karena
tekanan Niagara filter yang lebih tinggi pada udara luar. Selain itu proses ini
juga menghindari gasket discharge valve rusak.
l) Discharge
Pada tahapan ini spent earth didalam Niagara filter dikeluarkan menuju
penampungan SE untuk diproses selanjutnya. Pada proses ini dibantu dengan
alat yang digunakan untuk menggetarkan leaf filter agar cake yang masih
menempel terlepas jatuh yang disebut vibrator.
17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
2. Deodorization Section 2
BPO yang telah dipanaskan di (E302) kemudian dialirkan menuju Final
heater (E303). Final heater merupakan pemanas Spurging heat exchanger dengan
performa yang maksimal. Alat ini memanaskan BPO dalam kondisi vakum dan
diaduk dengan Spurging steam dengan tujuan untuk meratakan pemanasan pada
BPO. Untuk pemanasan sendiri menggunakan High pressure steam yang
dilewatkan pada closed steam coil. High pressure steam merupakan steam dengan
tekanan 45–60 bar yang diperoleh dengan HP boiler yang menggunakan biomassa
sebagai bahan bakarnya. HP boiler dapat menghasilkan temperatur steam dan
tekanan tinggi sehingga minyak yang dipanaskan dapat mencapai temperatur yang
optimal. Temperatur setting pada Final heating ini tergantung dari jenis minyak
yang diproses. Temperatur keluaran dari final heater ini berkisar 250–265°C,
dengan temperatur sekian diharapkan asam dapat menguap dan terpisah dari
minyak. Tujuan dari Final heating ini ialah pemecahan betacaroten pada minyak.
Type final heater (E303) ini adalah shell and tube, di mana BPO dialirkan pada
shell dan steam dialirkan pada tube.
Setelah itu BPO dialirkan ke Pre stripper melalui header BPO yang untuk
diratakan aliran BPO dalam mallapack. Pre-stripper merupakan sebuah vessel
yang tersusun dari packing mallapack untuk memecah partikel minyak sehingga
19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
PFAD dan impurities lain dapat teruapkan. Pada mallpack ini lah minyak terbagi
alirannya menjadi semakin tipis karena desain dari mallapack yang seperti sarang
lebah dan berlubang – lubang dengan bentuk zig – zag. Dalam kondisi inilah yang
mempermudah PFAD menguap dan berpisah dengan minyak dan menghindari
PFAD langsung terhisap vakum.
Pada pre-stripper ini juga terdapat sirkulasi PFAD yang merupakan produk
samping yang dipisahkan dari minyak karena memberi efek buruk terhadap
kualitas minyak. PFAD ini masih dipisahkan karena bisa diolah lagi untuk
menjadi bahan baku pembuatan alkohol, sabun, biodiesel, dll. Metode penguapan
untuk pemisahan PFAD ini dikarenakan titik didihnya lebih rendah dari minyak
goreng.
PFAD ini ditangkap oleh cone yang berada diatas header minyak BPO dan
kemudian disimpan di PFAD tank dan kemudian disirkulasikan lagi untuk
menangkap PFAD yang lain dengan cara dispray menggunakan nozzle. Sebelum
dispray, PFAD di dinginkan terlebih dahulu dengan heat exchanger sehingga
berada di suhu sekitar 55 – 65 0C. Suhu ini merupakan suhu optimal untuk
mengkondensasikan PFAD di dalam pre – stripper. Jika suhu PFAD yang dispray
lebih rendah maka PFAD akan terkontaminasi dengan air dan impurities yang lain
karena ikut terkondensasi. Ketika suhu PFAD lebih tinggi maka losses akan
semakin tinggi karena PFAD tidak terkondensasi secara maksimal. Di bawah
spray PFAD terdapat lapisan mallapack yang berfungsi sebagai tempat
penambahan retention time sehingga terjadi pengkondensasian uap PFAD. Di
bagian atas sprayer terdapat mallapack dengan ukuran lebih kecil yang sering
disebut dengan demister yang berfungsi untuk menangkap PFAD yang masih
lolos. PFAD tank selain di sirkulasikan akan secara otomatis dialirkan ke Storage
tank.
Karena proses penguapan PFAD pada pre-stripper kurang optimal maka
proses penguapan dilanjutkan di dalam Vessel deodorizer (D302). Pada
deodorizer ini 6 tray bekerja pada tekanan 0.7-1.5 bar. Keadaan tersebut
dimaksudkan untuk menambah retention time minyak di dalam vessel deodorizer
ini. Jika minyak dialirkan begitu saja di dalam tray – tray deodorizer ini maka
20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
hanya PFAD yang berada diatas saja yang akan teruapkan karena pada bagian
bawah masih terhalang dengan minyak– minyak. Fungsi dari spurging steam ini
adalah untuk mengaduk minyak sehingga semakin sempurna pemisahan FFA,
volatile matter dan bau. Minyak pada bagian bawah (D302) di sebut Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang di pompa menuju heat exchanger
(E302) untuk di manfaatkan panasnya. Spurging steam menyebabkan minyak
mengalir secara turbulen pada masing-masing tray. Aliran ini menyebabkan
adanya percikan-percikan minyak yang keluar dari tray. Minyak tersebut lalu
dialirkan ke tank (D300) untuk di proses lagi.
Minyak RBDPO yang keluar dari (D302) mengalami dua kali pemanfaatan
panas (E205 dan E302) sehingga suhunya turun menjadi 75°C. untuk hasil
terakhir, RBDPO di turunkan lagi suhunya menjadi 68°C di (E304).
Heat Exchanger (HE) ini di sebut final Oil Cooler dengan air sebagai media
pendinginnya. Lalu selanjutnya, RBDPO di saring lagi di catrige filter (D304
A/B/C/D sehingga di hasilkan RBDPO yang lebih murni lalu di kirim ke buffer
tank untuk difraksinasi.
Gambar 2.5 Diagram Proses Pemisahan RBDPO menjadi Olein dan Stearin di
Fraksinasi Plant
21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
22
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
tank chiller berkisar antara 12-17°C. Minyak masuk dan keluar dari bawah tangki,
sedangkan air pendingin masuk tangki melalui bawah tangki dan keluar melalui
bagian atas tangki.
Pada Crystalizer ini terdapat double coil yaitu tempat media pendingin
dialirkan dengan tujuan agar air pendingin tersebut tidak bercampur dengan
minyak RBDPO. Prinsip double coil ini adalah 2 aliran masuk dan 2 aliran keluar.
Air tersebut tidak langsung memenuhi coil tersebut melainkan sedikit demi sedikit
agar rasio suhu antara air dalam minyak RBDPO sesuai dengan setting
temperatur.
Sistem pendingin pada Crystalizer di PT WINA Dumai dikendalikan secara
otomatis oleh Program Logic Control (PLC). Laju alir pendingin diatur oleh
Modulating Control Valve (MCV). Pergantian air pendingin yaitu dari cooling
water menjadi chilled water, diatur dengan Pneumatic Control Valve (PCV) untuk
memerintahkan control valve terbuka atau tertutup dengan persentase tertentu
sesuai dengan yang disetting. Minyak keluar dari bagian bawah crystalizer sudah
berbentuk bubur yang terdiri dari kristal-kristal stearin dan olein.
23
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.
24