Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

DESKRIPSI PROSES

4.1. Tinjauan Bahan Baku

4.1.1. Bahan Baku Pada Proses Refinery

Produksi yang dihasilkan oleh PT.SMART, Tbk. Belawan,


khususnya bagian refinery adalah RBDPO (Refinery Bleaching
Deodorized Palm Oil) yang selanjutnya akan diproses pada fraksinasi
untuk memisahkan olein dan stearin yang terdapat pada RBDPO
sehinga dapat menghasilkan minyak goreng.
Bahan baku merupakan semua bahan yang membentuk integral
dari suatu produk dimana bahan tersebut mudah ditelusuri sampai ke
barang jadi atau dengan kata lain suatu bahan utama dalam proses
produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan.
Proses persiapan bahan baku meliputi semua kegiatan yang
menyangkut penanganan kelapa sawit untuk diolah menjadi CPO
(Crude Palm Oil) yang sering disebut produk setengah jadi. Persiapan
bahan baku ini dilakukan di Refinery Plant.
Dalam pembuatan RBDPO, bahan baku yang digunakan adalah
CPO yang masih mengandung lendir, warna, bau rasa dan asam lemak.
Minyak inilah yang akan diproses dengan proses pre-treatment, proses
degumming untuk menghilangkan kandungan lendir dari minyak, lalu
proses bleaching untuk menghilangkan warna merah pada CPO dalam
proses deodorization untuk menghilangkan bau tengik dan rasa pada
CPO dan proses terakhir adalah proses bleached untuk menghilangkan
asam lemak.

28
4.1.2. Bahan Baku Pada Proses Fractionation

Bahan baku yang digunakan pada Fractionation Plant ini yaitu


minyak RBDPO (Refined Bleach Deodorize Palm Oil) yang
merupakan produk dari Refinery Plant.
Bahan baku merupkan semua bahan yang membentuk bagian
integral dari suatu produk dimana bahan tersebut mudah ditelusuri
sampai kebahan jadi atau dengan kata lain suatu bahan utama dalam
proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami
perubahan. Proses persiapan bahan baku meliputi semua kegiatan yang
menyangkut penanganan kelapa sawit untuk diolah menjadi CPO yang
sering disebut produk setengah jadi. CPO kemudian diolah menjadi
RBDPO pada refinery yang kemudian menjadi bahan baku di proses
fraksinasi.
Dalam pembuatan RBDO dan RBDS, bahan baku yang
digunakan adalah RBDPO yang masih mengandung campuran olein
dan stearin. Minyak inilah yaang akan di proses dengan proses
kristalisasi yaitu proses pendinginan minyak RBDPO hingga
membentuk kristal stearin. Yang kemudian akan di filtrasi dengan
menggunakan filter press untuk memisahkan antara fraksi padat
(stearin) dengan fraksi cair (olein).

4.1.3. Bahan Baku Pada Proses Boiler

Steam merupakan salah satu utility utama yang digunakan


oleh plant di PT. SMART, Tbk. Steam ini akan di salurkan keseluruh
plant yang ada di PT. SMART, Tbk untuk kelangsungan proses pada
setiap unit.

Bahan baku merupakan semua bahan yang membentuk


integral suatu produk. Pada unit ketel uap (boiler) di PT. SMART, Tbk
Belawan. bahan baku utama steam yang digunakan adalah air Reserve
Osmosa. Air Reserve Osmosa (RO) adalah air yang sudah tidak lagi
memiliki kandungan mineral berat, dalam artian tidak ada lagi zat-zat

29
mineral yang memberatkan tubuh seperti layaknya air keran. Air
Reserve Osmosa (RO) sudah terbebas dari zat anoranik yang sulit
diproses oleh tubuh. Reserve Osmosa (RO) didapat setelah melakukan
proses Reserve Osmosa yang memiliki pH yang rendah dan memiliki
standar parameter tersendiri.

4.2. Uraian Proses

Proses produksi PT.SMART, Tbk. Belawan merupakan operasi


down steam yaitu pengolahan lebih lanjut CPO menjadi hasil produk akhir
olein, stearin dan produk samping berupa PFAD. Proses tersebut terbagi
menjadi Refinery dan Fractionation.

Proses produksi ini dibantu dengan adanya bahan pendukung untuk


pelancaran proses produksi di pabrik yang sifatnya sangat berpengaruh.
Adapun utilitas yang digunakan dalam proses produksi adalah steam, air,
udara bertekanan, dan listrik. Steam yang digunakan yaitu steam yang
berasal dari Boiler.

4.3. Proses Refinery

Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan


proses preheating, degumming, bleaching dan deodorization sehingga
menghasilkan kualitas produk RBDPO yang sesuai spesifikasi.

1. Preheating
Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang
disimpan pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur
CPO dijaga sekitar 40-55°C. Umpan CPO dipompakan melewati
strainer yang berfungsi sebagai penyaring impurites yang terikut dalam
CPO. Strainer terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran 4 mm.
CPO kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian panas (heat
recovery system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat
transfer dari RBDPO dan target temperatur 95-120°C. Jika dalam

30
keadaan start up umpan dilewatkan melalui plate heat exchanger
dengan pemanasan dengan menggunakan steam yang didapat dari
power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan menuju dryer,
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam CPO.

2. Degumming
Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah)
berupa fosfatida dan komponen logam dengan penambahan PA
(Phosphoric Acid). Umpan yang telah dipanaskan dialirkan ke Intensive
Mixer dan dan ditambahkan phosphoric acid 85% dengan dosis 0,04-
0,06% kemudian dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan secara
intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam
keadaan start up proses pencampuran PA menggunakan static mixer.
Presipitasi gum akan meringankan proses filtrasi dan mencegah
pembentukan scale dalam proses deodorizing. Pada kondisi tertentu
proses degumming dapat ditambahkan citric acid 25% dengan kadar
0,005%-0,02% yang berfungsi sebagai antioksidan.

3. Bleaching
Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk
menghilangkan beberapa impurites yang tidak diinginkan (logam,
pigment warna, fosfatida) dari CPO dengan penambahan absorben BE
(Bleaching Earth), BE yang digunakan dengan dosis 0,6-2%. Umpan
dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher dengan temperatur
dalam tangki 95-120°C untuk mendapatkan proses blecahing optimum.
Dalam tangki bleacher CPO dicampurkan dengan bleaching earth,
dengan ijeksi steam tekanan 1-1,5 bar agar proses optimal. Slurry
dialirkan ke tangki bleached (buffer tank) dalam keadaan vacuum untuk
menarik air dari minyak dengan menggunakan vacuum bleaching. Gum
yang dihasilkan dari proses degumming akan diadsoprs oleh absorben
BE dengan sempurna. Slurry yang mengandung minyak dan BE
dipisahkan dengan Niagara filter untuk memisahkan minyak dari

31
partikel-partikel BE. Slurry melewati lembaran Niagara filter dan
partikel BE terjebak pada lembaran filter. Setelah itu dialirkan ke bag
filter untuk dilakukan filtrasi ulang, kemudian DBPO ditampung
kedalam filtrat receiver vessel. BE dari proses filtrasi ini dinamakan
spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent earth yard.

Tahap proses filtrasi pada Niagara filter adalah sebagai berikut :


a. Filling, slurry dipompakan kedalam tangki niagara filter, waktu
yang dipompakan 10 menit.
b. Recirculation, pelapisan pada lemburan Niagara filter dengan
sirkulasi sampai minyak yang dihasilkan jernih dari partikel
bleaching earth, waktu yang diperlukan 15 menit.
c. Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel
bleaching earth, waktu yang diperlukan 120 menit.
d. Emptying , pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan 9
menit.
e. Steam blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak yang
masih terdapat di spent earth, waktu yang diperlukan 13 menit.
f. Decompression, penurunan tekanan didalam niagara filter, waktu
yang diperlukan 1 menit.
g. Cake dischange, pelepasan spent earth melalui butterfly valve,
waktu yang diperlukan 20 menit.
DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catride filter ini
dilakukan agar minyak semakin murni dari BE. Adanya minyak
dapat mencemari deodorize.
4. Deodorizing
Degummed Bleached Palm Oil (DBPO) yang di filtrasi
ditampung di Receiver Tank yang selanjutnya akan di feeling ke Falling
Film Heat Exchanger atau Spiral Heat Exchanger dengan terlebih dulu
difiltrasi menggunakan Filter Bag untuk memastikan minyak dalam
keadaan bersih. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau

32
dapat disebut juga sebagai economizer. Minyak DBPO yang bersuhu
100-105°C akan dicrossing dengan minyak RBDPO dari Deodorizer
Tank yang bersuhu 255-260°C. DBPO yang suhunya sudah meningkat
kembali ditingkatkan lagi suhunya dengan menggunakan final oil
heater. Final Oil Heater merupakan tahap pemanasan akhir DBPO
dengan steam dari HPB yang bertekanan 60 bar. Minyak DBPO
dipanaskan di Shell and Tube Heat Exchanger hingga suhu minyak
mencapai 260-265°C. Minyak DBPO dengan suhu sekitar 260-265°C
dialirkan ke unit deodorizing. Tahapan proses pada Deodorizing adalah
sebagai berikut :
a. Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA) dan
zat-zat yang berbau yang terkandung dalam minyak DBPO dengan
jalan penguapan komponen-komponen volatilnya dan juga
pemecahan senyawa karoten secara termal dengan pemanasan
262◦C.
b. Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan ke
Prestripper melalui celah mesh Prestripper dengan tujuan untuk
memudahkan dalam penghilangan bau (keton), Peroxide Value
(PV), pemucatan warna DBPO, dan penurunan kadar Free Fatty
Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow
melewati tiap tray dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap
tray diinjeksikan sparging steam bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya 0,6
bar. Pemisahan minyak dengan FFA didasarkan titik didih yaitu
dimana titik didih FFA sekitar 150°C dan minyak sekitar 300°C
sehingga dalam kondisi sistem sekitar 268°C FFA akan menguap
dan menuju ke scrubber.
c. Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu rasching
rings yang beruluran 25-50 mm. PFAD yang menguap dilewatkan
melalui isian dan dikontakkan denga FFA bersuhu 60-68°C PFAD
yang telah didinginkan di PHE ditrasfer ke PFAD tank.

33
Minyak RBDPO dialirkan falling film heat excanger untuk
diturunkan suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak DBPO.
Suhu RBDPO akan turun menjadi sekitar 180°C. Kemudian RBDPO
yang telah turun suhunya kembali dialirkan dan diturunkan suhunya di
PHE dengan menggunakan air clean dari water colling tower sehingga
suhunya menjadi sekitar 70°C. RBDPO suhu 70°C ini dialirkan ke bag
filter CCP yang berukuran 10 micron untuk menjaga mutu RBDPO.
Kemudian RBDPO setelah dilewatkan melalui bag filter disimpan ke
tank yard.
Pada proses refinery, terdapat juga sistem vakum, dimana
sistem ini digunakan steam yang bertekanan 8 bar yang disupply dari
Boiler untuk menangkap PFAD dari tangki dengan cara disemprotkan
kedalam pack coloumn. Ketika pemanasan dilakukan dengan
menggunakan steam dari boiler, digunakan PFAD dari tangki dengan
cara disemprotkan kedalam pack coloumn dengan tujuan agar
RBDPO yang sudah terbentuk terkondensasi dan mencair kembali dan
jatuh kebawah bagian packed column yang akan dialirkan kembali ke
deodorizer untuk tahap pengolahan selanjutnya, sedangkan PFAD
yang mencair dialirkan ke tangki PFAD dan PFAD yang ikut
menguap ketika terikut oleh sistem vakum akan disaring didalam fat
trap.

4.4. Proses Fractionation

Secara umum proses di fraksinasi terdiri dari 2 tahap, yaitu kristalisasi dan
filtrasi.
1. Kristalisasi
Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada crystallizer
dengan cara memanaskan RBDPO pada temperatur titik lebur dan
mendinginkan secara perlahan dan bertahap hingga temperatur leleh
rendah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan sambil diaduk hingga

34
terbentuk butiran-butiran kristal. Pada Crystalizer dilengkapi dengan
jacket dan coil yang berfungsi sebagai media mengalirnya air untuk
peendinginan dan pemanasan. Lalu dilengkapi juga dengan agitator
sebagai pengaduk.
Pada proses kristalisasi, terdapat beberapa tahap, yaitu:
a. Water Drain
Pada step ini digunakan air cooling tower untuk mendorong
air chiller dari proses sebelumnya. Tahap ini berjalan selama 15
menit.
b. Filling & Heating
RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki crystallizer,
suhu minyak berkisar 56oC-70oC. Jika suhu minyak tidak tercapai,
maka dilakukan proses heating untuk memanaskan minyak kembali
pada crystallizer dengan mengunakan air panas pada jacket. Tahap
ini berlangsung selama 660 detik.
c. Delay
Pada tahap ini air cooling tower yang berada di jacket di
sirkulasikan selama 20 menit. Tujuannya adalah agar suhu minyak
dan air tidak terlalu jauh beda untuk memaksimalkan proses
terbentuknya kristal. Dan agar menghomogenkan minyak didalam
crystallizer.
d. Fast Cooling
Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO yang
telah homogen dengan menggunakan air cooling tower.
e. Crystal Initation
Pada tahap ini, kristal mulai terbentuk. Pada proses ini,
pendinginan menggunakan air chiller.
f. Slow Cooling
Pada tahap ini kristal yang sudah mulai terbentuk pada tahap
crystal initation mulai berkumpul menjadi kristal-kristal yang lebih

35
besar. Disinilah suhu harus dijaga agar kristal tidak memecah lagi.
Pendinginan menggunakan air chiller.
g. Final Cooling
Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur
yang sesuai dengan produk yang diinginkan. Pendinginan disini
masih menggunakan air chiller.
h. Holding
Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak
sebelum masuk ke filter press.
i. Drain ke filter press

2. Filtrasi
Pada proses ini, minyak RBDPO yang telah melalui proses
kristalisasi, di drain ke filter press guna untuk memisahkan kristal stearin
yang terbentuk. Filter press terdiri dari plat-plat yang saling tersusun
rapat satu sama lain. Cake stearin akan menyangkut di permukaan filter
cloth sedangkan olein akan mengalir menuju olein tank.
Pada proses filter press terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Stand By
b. Fill Press
Pada tahap ini, plat-plat filter press akan menutup dengan
rapat didorong dengan pompa hydraulic bertekanan 300 Bar.
c. Feeding
RBDPO hasil kristalisasi akan dipompakan menuju filter
press melalui jalur RBDPO bagian tengah plat filter press. Pada saat
pengisian, jalur olein bagian bawah ditutup hingga jalur olein bagian
atas bertekanan 0,6 Bar, lalu jalur olein bagian bawah dibuka. Ini
dimaksudkan agar penyebaran cake stearin merata keseluruh
permukaan filter cloth. Feeding dikatakan selesai apabila tekanan
pada jalur olein bawah 2,6 Bar.

36
d. Squeeze
Pada tahap ini, membran akan mengembang dan menekan
cake stearin pada permukaan filter cloth hingga tekanan 3,8 Bar
menggunakan udara bertekanan. Squeeze dilakukan sebanyak 5
tahap. Proses ini dilakukan selama 30 menit.
e. Core Blow
Proses core blow bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
RBDPO yang masih ada di dalam jalur RBDPO dengan cara
menghembuskan angin bertekanan 1 Bar. Sisa RBDPO akan
mengalir ke tangki cyclone yang akan di alirkan ke tangki storage.
f. Filtrate Blowing / Dry
Sama hal nya dengan core blow, filtrate blowing bertujuan
untuk membersihkan jalur olein dengan udara bertekanan 1 Bar yang
akan di alirkan ke dalam tangki olein.
Olein akan mengalir kedalam tangki olein yang akan di
pompakan menuju fikter bag yang kemudian akan dipanaskan
menggunakan heater kemudian akan di alirkan ke storage tank
olein. Sedangkan cakei stearin akan masuk ke dalam melting tank
kemudian akan di cairkan menggunakan stean dan air panas yang
mengalir melalui coil. Stearin yang telah cair akan melewati strainer
dan kemudian di pompakan menuju storage tank stearin.

4.5. Proses Boiler

Pada PT. SMART, Tbk Belawan, boiler yang digunakan berjenis


boiler pipa api(Fire Tube), prinsip kerja dari boiler pipa api ini adalah api
dan gas panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar mengalir
melalui pipa-pipa yang dikelilingi oleh air yang berfungsi sebagai penyerap
panas. Panas dihantarkan melalui dinding-dinding pipa dari gas-gas panas ke
air disekelilingnya. Boiler pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak,
gas, dan bahan bakar padat, sedangkan di PT. SMART, Tbk Belawan bahan

37
bakar yan digunakan adalah batu bara dan juga gas. Berikut adalah proses
untuk menghasilkan steam pada PT. SMART, Tbk Belawan.
1. Air Umpan Boiler (Feed Water Tank)
Pada proses ini air Reserve Osmosa (RO) hasil dari Water
Treatment Plant dialirkan masuk ke Feed Water Tank, sebagai tanki
penyimpanan air umpan boiler, pada tanki ini tidak terjadi proses yang
mempengaruhi air, setelah itu air akan dipompa menuju tanki Dearator,
parameter air Feed Water Tank dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Parameter Air Pada Feed Water Boiler

Parameter Feed Water


pH 6.5 – 10
TDS (ppm) 250 max
Conductivity (µ mhos)
Cl2
Clarity Jernih
Sumber : : WTP Plant PT. SMART, Tbk Belawan

2. Tanki Dearator
Pada tanki dearator akan terjadi pemanasan yang mengakibatkan
kenaikan temperatur menjadi 85o C dengan bantuan steam yang
bertekanan 0,5 Bar. Pada tanki dearator ini terjadi penguranan kadar
oksigen dalam air umpan boiler sehingga mengurangi proses oksidasi
terhadap pipa-pipa diboiler. Pada tangki dearator dilakukan sampling
terhadap air dengan parameter seperti tabel 4.2
Tabel 4.2 Parameter Air Dearator

Parameter Unit Standart


pH - 6,5 - 10
TDS Ppm 20 max
TH Ppm 2 max
Sumber : Boiler Plant PT. SMART, Tbk Belawan

38
Sebelum masuk ke tangki dearator, dilakukan penambahan
chemical yang berfungsi untuk menghilangkan oksigen terlarut,
mengontrol pH, dan sebagai anti scalling, yaitu:

Tabel 4.3 Parameter Chemical Boiler

Chemical Parameter
N-2556 Penambahan pH
N-2811 Penambahan Sulfit
N-3273 Penambahan Pospat
Sumber : Boiler Plant PT. SMART, Tbk Belawan

3. Economizer
Economizer berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler
dengan memanfaatkan panas dari gas sisa fluida yang akan dibuang,
Economizer terdiri dari pipa-pipa air yang ditempatkan pada lintasan gas
asap sebelum meninggalkan ketel. Gas asap yang akan melewati
cerobong temperaturnya masih cukup tinggi sehingga merupakan
kerugian panas yang besar bila gas asap tersebut langsung dibuang lewat
cerobong. Gas asap yang masih panas ini yang akan dimanfaatkan untuk
memanaskan air isian ketel. suhu air pada economizer mencapai 95o C,
economizer diunakan untuk memperingan kerja boiler dalam
menghasilkan steam.

4. Ketel Uap (Boiler Fire Tube)

Boiler yang digunakan di PT. SMART, Tbk Belawan adalah


jenis boiler Fire Tube (pipa api), terdapat dua jenis boiler yang
digunakan yaitu boiler berbahan bakar batu bara (coal) dan berbahan
bakar solar atau gas. boiler ini berkapasitas 21 Ton/jam. Dengan tekanan
maksimum yang dihasilkan kurang lebih 15 Bar. Dengan suhu kurang
lebih 400o C. pada air tanki boiler dilakukan sampling yang disebut
sebagai boiler water dengan parameter sebagai berikut:

39
Tabel 4.4 Parameter Boiler Water

Parameter Unit Standart


pH - 10,5 – 11,5
TDS Ppm 3500 max
Conductivity µ mhos 5000 max
TH Ppm 2 max
O. Alkalinity Ppm 2,5 ppm x SiO2 min
Sulfit Ppm 30 - 50 max
Phosphate Ppm 30 – 70 max
Silica Ppm 150 max
Sumber : Boiler Plant PT. SMART, Tbk Belawan

Prinsip kerja dari boiler pipa api ini adalah batu bara yang
digunakan sebagai bahan bakar akan memanaskan pipa-pipa yang
berada didalam boiler, sehingga pipa-pipa yang dipanaskan tadi akan
memanaskan air pada boiler hingga menjadi steam. Boiler dilengkapi
dengan Katup pengaman yan mempunyai fungsi untuk menjaga
tekanan kerja ketel uap agar tidak melebihi tekanan maksimum. Katup
pengaman ini akan bekerja dengan sendirinya apabila terjadi kelebihan
tekanan kerja yaitu uap akan dikeluarkan sehingga ketel bekerja sesuai
dengan tekanan yang diinginkan. Namun apabila melebihi tekanan
maksimal dan katup ini tidak berfungsi maka akan menyebabkan
peledakan.

5. Proses Blow Down (Katup Buan)


Blow Down ini berfungsi untuk membuang segala kotoran-
kotoran yang mengendap pada dasar tangki denan bantuan katub buang
(Blow Down Valve), endapan ini apabila tidak dibersihkan atau dibuang
maka akan menyebabkan aliran buntu dan akhirmya membahayakan
boiler tersebut. Katup ini juga berfungsi untuk membuang sebagian air
dari dalam ketel karena permukaan air yang terlalu tinggi. Permukaan

40
air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan uap yang dihasilkan terlalu
banyak mengandung air, dan mengurangi kualitas produk yang
menggunakannya.

6. Header
Steam yang dihasilkan dari dalam ketel uap akan mengalir
melalui melalui katup utama menuju header I.Steam didistribusikan ke
CBS Plant, Refinery 3, Fraksinasi D, dan steam header II. Dari steam
header II, steam didistribusikan ke Tank farm, Refinery 1, Refinery 2,
Fraksinasi, KCP, Marsho, Filing, dan WWTP

4.6. Analisa Laboratorium


4.6.1. Analisa FFA (Free Fatty Acid) Minyak dan FAT
1. Metode
Referensi : AOCS Ca5a - 4a
2. Prinsip
Titrimetri Netralisasi
Pelarut lemak atau minyak dalam pelarut organik tertentu dan
dilanjutkan dengan titrasi memakai larutan standart basa (NaOH atau
KOH).
3. Peralatan
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Timbangan
4. Hot Plate
4. Pereaksi
1. Larutan standar Naoh ± 0,02N dan ± 0,01N (QM33006)
2. Indikator PP 1% (QM 33001)
3. Isopropil Alkohol netral (QM 33006)

41
5. Sampel
1. Sampel fat blend
2. RAW material ( CPO, CPKO, dan turunannya)
3. Rinished produk
6. Prosedur
1. Timbang dengan teliti
Tabel 4.5. Data Pengujian Analisa FFA

Sumber: Laboratorium PT. SMART, Tbk.


2. Cairkan dengan pemanasan dan tambahkan 50 ml alkohol.
3. Tambahkan 3 tetes indikator PP kocok sampai homogen.
4. Titrasi dengan larutan standart NaOH untuk masing-masing
sampel hingga saat terbentuk warna pink yang stabil selama
30 detik.
5. Catat volume NaOH yang terpakai.
7. Perhitungan
𝐵𝑀
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑁)𝑥𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑁)𝑥
10
% FFA = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔𝑟)

Untuk : CPO dan turunannya BM = 256 (Palmitic Acid)


CNO dan turunannya BM = 200 (Lauric Acid)
PKO dan turunannya BM = 256 (Palmatic Acid)

42
4.6.2. Analisa Moisture Minyak dan FAT Metode Hot Plate

1. Metode
Referensi : AOCS of ficial method Ca 2b - 38
2. Prinsip
Hot plate method dengan cara penguapan.
3. Peralatan
1. Hot Plate
2. Beaker Glass
3. Desikator
4. Timbangan
4. Sampel
1. Sample Fat Blend
2. RAW material
3. Finished Product
5. Prosedur
1. Timbang beaker glass kosong (A).
2. Tambahkan 5-20 gram sample kedalam beaker glass dan
timbang (B).
3. Panaskan sambil digoyangkan diatas hot plate sampai tidak
ada percikan air lagi, suhu pemanasan tidak boleh melebihi
130◦.
4. Bila titik akhir telah tercapai panaskan sebentar hingga
mengeluarkan asap.
5. Biarkan dingin dalam desikator dan timbang (C).
6. Perhitungan
(𝐵−𝐶)
%H2O =(𝐵−𝐴) × 100

43
4.6.3. Analisa Peroxidae Value ( PVI –Iso Octane Method)

1. Metode
Referensi : A0CS Official Method Cd 8b – 90.
2. Prinsip
Titrimetri Iodometri
Penambahan Kalium Iodida berlebih kedalam sampel
yang akan bereaksi dengan peroksida yang ada pada lemak/
minyak. Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan standart thiosulfate dan indikator amilum dengan
terbentuknya warna diakhir titrasi.
3. Peralatan
1. Filenmeter bertutup asah 250 ml
2. Buret mikro
3. Gelas ukur
4. Timbangan
5. Pipet volum
6. Sendok stainless steel
7. Timer
4. Pereaksi
1. Pelarut Acetic Acid: Iso Octane 32
2. Larutan KI Jenuh ( QXX3315)
3. Indikator Amilum 1 % ( QXX3301)
4. Sodium Laisryl Shulphate (Sodium Dodecyl Sulphate) 10 %
5. Larutan standart Natrium Thio Sulfate ± 0,01 N Aquadest
5. Sampel
1. Sample Fat Blend
2. RAW material
3. Finished product

44
6. Prosedur
1. Timbang ± 5 gram sampel, dalam erlenmeyer 20 ml.
2. Jika sampel beku, panaskan sampel dalam erlenmeyer
sampai sampel mulai mencair hentikan pemanasan.
3. Tambahkan 50 ml Solvent Acetid Acid : Iso Octane (32),
aduk hingga larut.
4. Tambahkan 0,5 ml Larutan KI jenuh, tutup selama 1 menit.
5. Tambahkan 30 ml aquadest, homogenkan.
6. Tambahkan 0,5 ml Larutan Sodium Lauryl Sulphate (Sodium
Dodecyl Sulphate) 10 %.
7. Tambahkan 3 tetes Indikator Amilum 1%.
8. Titrasi dengan larutan standart Natrium Thio Sulfate ± 0,01
N hingga warna biru tepat hilang, catat volume Natrium Thio
Sulfate yang terpakai (Vsp).
9. Larutan blanko, catat volume terpakai (Vsp).
7. Perhitungan
(𝑉𝑠𝑝−𝑉𝑏) × 𝑁 𝑁𝑎𝑡 𝑇ℎ𝑖𝑜
PV = ×1000
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4.6.4. Pembuatan Larutan Analisa PV

1. Metode
Referensi : AOCS Official Method Cd 8b-90
2. Nama Larutan
1. Pelarut / solvent
2. Kalium Iodida Jenuh
3. Natrium Thiosulfate ±0,01 N
4. Indikator Amilum 1%

45
3. Prosedur
1. Pelarut / solvent
Campur 3 bagian asam asetat glasial dengan 2 bagian Iso
Octane terhadap volume tertentu dan homogenkan, simpan
dalam botol gelap dan beri label.
2. Kalium Iodida Jenuh
Ditambahkan 34,45 gram Kalium Iodida Kristal Netral dan
campur dengan 25 ml aquadest bebas CO2. Setelah itu diaduk
dan ditempatkan didalam botol gelap dan beri label.
3. Natrium Thiosulfat ± 0,01 N
Pipet 50 ml larutan Natrium Thiosulfat 0,1 N dan masukkan
kedalam labu takar 500 ml, kemudian encerkan dengan
aquadest bebas CO2 hingga tanda batas. Tempatkan dalam
botol dan beri label.
4. Sodium Lauryl Sulphate 10%
Ditimbang 10 gram Sodium Lauryl Sulphate (Sodium
Dodecyl Sulphate) tambahkan sampai dengan 100 ml
aquadest bebas CO2 setelah diaduk, tempatkan dalam botol
gelap dan beri label.
5. Indikator Amilum 1%.

4.6.5. Analisa Impurities (Kotoran)

1. Metode
Referensi MPOB P22 : 2004
2. Prinsip
Filtering
Bagian yang diuji dipanasakan dibawah suhu 130◦
sampai kadar air dan zat yang menguap benar-benar dihilangkan
dan ditentukan berat yang hilang.

46
3. Peralatan.
1. Kertas Saring
2. Timbangan Analitik
3. Beaker Glass
4. Vacuum Pump
5. Sumbat Karet
4. Pelarut
n – hexana
5. Sampel
Minyak sisa dari Analisa Moisture Minyak dan FAT
6. Prosedur
1. Panaskan kertas saring di oven pada suhu 125 ◦C selama 1
jam, masukkam kedalam desikator.
2. Timbang kertas saring kosong sampai beratnya konstan.
3. Sampel dipanaskan dan dilarutkan dengan n hexana sampai
minyak bersih kemudian disaring dalam oven sampai kering.
4. Panaskan kertas saring dalam oven sampai kering.
5. Masukkan dalam desikator ± 15 menit.
6. Timbang sampai berat kosntan (E).
7. Perhitungan
(𝐸−𝐷)
% Impurities = (𝐵−𝐴) × 100%

4.6.6. Analisa Iodine Value


1. Metode
Referensi : ADCS Cd 1b – 87
2. Prinsip
Wij’s cwith cyclohexane
Titrimetri Iodometri
Penambahan larutan Iodium Monoklorida kedalam
sampel untuk menghalogenasi ikatan rangkap yang ada pada
lemak/minyak. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan

47
penetapan halogen yang dibebaskan dengan Kalium Iodide (KI).
Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan
standart Natrium Thiosulfat dan Indikator Amilum. Titik akhir
titrasi ditandai dengan warna biru tepat hilang.
3. Peralatan
1. Erlenmeyer bertutup 250 ml
2. Buret
3. Gelas ukur
4. Timbangan, akurasi 0,0001 gram
5. Pipet volume 25 ml dan 10 ml
6. Spatula
7. Hot plate
8. Dispensette Volumetris
9. Kertas saring
10. Timer
4. Pereaksi
1. Larutan Standart Natrium Thio Sulfat ±0,01 N (QM 33007)
2. Larutan KI 15% (QM 33007)
3. Indikator Amilum 1%
4. Cyclohexana , Pa
5. Larutan Wijs, Pa
5. Sample
1. Sample Fat Blend
2. RAW material ( CPO, CPKO, dan turunannya)
3. Finished product
6. Prosedur
1. Pastikan sampel sudah benar homogen, untuk sample
margarine cairkan, pastikan bebas air kemudian disaring
dengan kertas saring.
2. Timbang dengan teliti sample yang beratnya tertera pada
tabel.

48
Tabel 4.6. Data Pengujian Analisa IV
No IV Berat Sampel Toleransi Akuransi
(gram) b.s (gram)
1 <3 10 ± 0,0010
2 3 10,576 ± 0,0050
3 5 6,346 ± 0,0005
4 10 3,173 ± 0,0002
5 20 1,5865 ± 0,0002
6 40 0,7935 ± 0,0002
7 60 0,5288 ± 0,0002
8 80 0,3966 ± 0,0001
9 100 0,3173 ± 0,0001
10 120 0,2644 ± 0,0001
11 140 0,2266 ± 0,0001
12 160 0,1983 ± 0,0001
13 180 0,1262 ± 0,0001
14 200 0,1586 ± 0,0001

Sumber: Laboratorium PT. SMART, Tbk.


3. Tambahkan 20 ml pelarut cylcohexana homogenkan.
4. Tambahkan 25 ml larutan Wij’s, tutup dan homogenkan.
Peramkan selama 1 jam ditempat gelap.
5. Tambahkan 20 ml larutan KI 15%.
6. Tambahkan 100 ml aquadest, homogenkan.
7. Titrasi dengan larutan standar Natrium Thiosulfat ± 0,1 N
hingga warna kuning muda.
8. Tambahkan 1-2 rol indikator Amilum 1%, homogenkan.
9. Titrasi lagi hingga warna biru tetap hilang, catat volume Na
Thiosulfat terpakai (Vsp), lakukan blanko, catat volume
terpakai (VB).

49
7. Perhitungan
(Vв-Vѕр) × N Nat Thio × 12,69
IV = 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4.6.7. Analisa DOBI dan 𝜷- Carotane


1. Metode
Referensi : MPOB P 29 : 2004 dan P 26 : 2004
2. Prinsip
Serapan spektro UV-Vis
Sampel yang dihomogenkan dengan pelarut N-hexane
dan absorbansinya diukur dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 446 nm dan 269 nm.
3. Peralatan
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Labu ukur 25 ml
3. Timbangan analitis
4. Pereaksi
n-Hexane
5. Sampel
CPO
6. Prosedur
1. Sampel yang telah dihomogenkan sedikit dicairkan,
kemudian ditimbang dengan teliti ± 0,10-0,12 gram dalam
labu takar 25 ml.
2. Larutkan dengan sedikit n-hexane, encerkan hingga tanda
batas dengan n-hexane , homogenkan.
3. Ukur serapan pola 𝜆269 nm dan 𝜆446 dengan cell 1 cm.
4. Bersihkan peralatan.
7. Perhitungan
𝐴𝑏𝑠 𝜆₄₄₆ 383 × 𝐴 𝜆₄₄₆
DOBI = 𝛽 – Carotene = x 0,29
𝐴𝑏𝑠 𝜆₂₆₉ 𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

50

Anda mungkin juga menyukai