PERTEMUAN 4
Dibuat oleh :
Rizky Setiawan
201812051
BEKASI
2020
1) Buatlah diagram alir proses refinery minyak kelapa sawit dan jelaskan tiap prosesnya?
Bleaching
CPO Degumming
Deodorizing Filtrasi
RBDPO
Fraksinasi
Olein Stearin
B. Penjelasan proses refinery minyak kelapa sawit.
Dalam proses refinery minyak kelapa sawit terdiri dari proses pemurnian
dan proses fraksinasi.
1. Proses Pemurnian
1.1 Proses Degumming
Degumming merupakan tahapan paling awal yang dilakukan dalam
proses refinery plant. Pada proses degumming yang dilakukan pada minyak
kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) bertujuan untuk menghilangkan zat-zat
yang terlarut atau zat-zat yang bersifat fosfatida, protein, residu,
karbohidrat, air dan resin serta partikel halus tersuspensi dalam CPO (Crude
Paml Oil). Proses degumming yang paling banyak digunakan selama ini
adalah proses degumming dengan menggunakan asam fosfat. Pengaruh
yang ditimbulkan oleh asam fosfat tersebut adalah menggumpalkan dan
mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang
terdapat dalam minyak mentah.
Proses deggumming yaitu, pertama-tama minyak CPO akan
dipompa ke dalam pipa yang kemudian akan dipanaskan terlebih dahulu
dengan menggunakan heat exchanger yang berasal dari pemanas. Setelah
itu, minyak CPO akan dipanaskan kembali dengan menggunakan heat
exchanger dengan menggunakan steam. Setelah itu, minyak CPO akan
dipompa masuk ke dalam tank mixing, dan selama pemompaan CPO akan
ditambahkan oleh phosphoric acid dengan dosis konsentrasi 80-85%
sebanyak 0,05-0,2% dari berat CPO. Penambahan phosphoric acid
ditentukan oleh getah CPO dan nilai FFA dari CPO apabila semakin tinggi
FFA maka kandungan phosphoric acid akan semakin banyak.
2. Fraksinasi
Minyak RBDPO dari proses refinery di tampung ke dalam tank buffer
yang menggunakan katrol ganda, kemudian RBDPO akan dipompa dan masuk
ke dalam heat exchanger supaya ketika minyak masuk ke tank crystallization
o
minyak sudah pernah berada pada suhu 70 C. Kemudian pada tank
crystallization akan dilakukan pendinginan secara terkontrol dengan
menggunakan cooling tower dan chiller cooling. Proses kristalisasi minyak
dengan pendinginan pada suhu terkontrol akan menghasilkan 2 macam fase
yaitu: fase cair dengan titik leleh yang rendah (olein) dan fase dengan titik leleh
yang tinggi (stearin). Hal ini sesuai dengan teori dari Kapoor & Nair (2005)
yang mengatakan bahwa komponen trigliserida yang terdapat pada minyak sawit
terdiri dari kombinasi asam lemak dengan panjang rantai dan tingkat kejenuhan
yang berbeda, sehingga dapat dipisahkan berdasarkan titik leleh rendah dan titik
leleh tingginya.
Salah satu metode fraksinasi adalah dry fractionation. Metode ini tidak
menggunakan bahan-bahan kimia atau bahan aditif lainnya. Proses fraksinasi
diawali dengan minyak RBDPO dihomogenisasi dengan suhu yang sudah
pernah mencapai 70°C tujuannya adalah untuk melelehkan kristal-kristal yang
ada di dalam minyak supaya proses kristalisasi dapat berjalan dengan baik dan
terkontrol selama proses pendinginan. Proses pembentukan dan pertumbuhan
kristal terjadi ketika minyak diagitasi dan didinginkan dengan menggunakan
sirkulasi air dingin (chilled-water) (Basiron, 2005).
Selama proses chilling berlangsung, maka akan terbentuk nukleasi yang
disebut sebagai inti kristal pada bagian ujung tank yang berukuran kecil-kecil.
Setelah terbentuk inti kristal, kristal-kristal tersebut akan mengalami
pertumbuhan dan kemudian apabila suhu minyak sudah mencapai suhu yang
diinginkan, proses pendinginan dapat dihentikan. Penggunaan suhu chilling
tergantung pada kualitas olein yang dibutuhkan (biasanya sekitar 20°C). Minyak
yang sudah terkristalisasi secara parsial kemudian akan masuk ke dalam proses
filtrasi. Untuk proses filtrasi, alat filter yang digunakan adalah plate and frame
filter yang dilengkapi dengan plat membran, di mana filter tersebut memberikan
yield olein yang lebih tinggi (sekitar 70-75%) dan stearin yang lebih keras
dibandingkan dengan jenis-jenis filter lainnya (Basiron, 2005). Kemudian
stearin yang dihasilkan akan ditampung dan nantinya akan digunakan untuk
bahan baku margarin, sedangkan olein yang dihasilkan akan masuk ke dalam
pipa kemudian akan masuk ke dalam tank penyimpanan. Selanjutnya olein
tersebut akan difiltrasi lagi, tujuannya untuk menyaring stearin yang mungkin
masuk ke dalam pipa dan kemudian akan dipanaskan dengan heat exchanger
dan kemudian olein tersebut akan masuk ke dalam tank yard atau ke dalam
ruang produksi untuk dikemas.
1. Indeks Bias
Indeks bias merupakan derajat penyimpangan cahaya yang dilewatkan pada
suatu medium yang trasparan. Nilai indeks bias dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu, nilai indeks bias semakin kecil, oleh karena itu indeks bias lemak
ditentukan pada suhu tertentu, biasanya 25oC. Indeks bias ini biasanya untuk
mengetahui tingkat kemurnian dari suatu bahan.
3. Warna Minyak
Lemak dan minyak mengandung zat-zat warna yang dapat menyerap cahaya
spektrum. Warna ini menentukan mutu minyak dan lemak. Untuk menentukan
sifat-sifat ini digunakan alat Hunter L, a, b.
Warna minyak yang terlihat berbeda-beda, disebabkan oleh perbedaan
absorpsi spektrum warna. Gugus hidroksil, karboksil dan gugus lainnya menyerap
sinar infra merah yang bergelombang panjang. Ikatan rangkap yang terdapat
antara karbon akan menyerap sinar ultraviolet yang bergelombang pendek,
sehingga ketidakjenuhan minyak dapat diukur dengan Hunter L, a, b Color Flex
Ez.
4. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada
ikatan rangkap sehingga membentuk peroksida.
5. Bilangan Iod
Bilangan iod adalah banyaknya iodium dalam gram yang dapat diikat oleh
100g lemak. Iodium hanya diikat oleh ikatan rangkap yang dimiliki oleh
asamasam lemak tidak jenuh, sehingga bilangan iod merupakan gambaran derajat
ketidakjenuhan dalam lemak. Nilai bilangan iod yang lebih rendah menunjukkan
lemak lebih banyak mengandung asam lemak.
6. Kadar Air
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kadar air yang terdapat
dalam minyak supaya tidak melewati batas normal yang telah ditentukan.
Penentuan kadar air pada minyak produksi adalah untuk menilai kandungan zat
menguap dalam minyak. Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam
bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang
sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan citarasa pada bahan pangan.
• Faktor Eksternal
Adapun faktor-faktor eksternal pada kualitas hasil refinery CPO adalah yaitu:
1. Manusia
Penyampaian informasi yang kurang jelas dari pihak lain kepada bagian
produksi akan mempengaruhi sistem produksi yang berlangsung. Untuk itu,
dibutuhkan sikap untuk saling mengingatkan kepada setiap pekerja agar tidak
terjadinya kehilangan komunikasi mengenai informasi yang dibutuhkan. Selain
itu skill dan pengetahuan manusianya juga sangat mempengaruhi kualitas dari
refinery CPO. Sehingga manusia atau operator yang menjalankan suatu mesin
pada saat proses refinery dituntut untuk menguasai alat atau mesin tersebut.
2. Mesin
Faktor eksternal kedua adalah kinerja mesin. Kinerja mesin yang kurang
optimal biasanya disebabkan oleh adanya mesin yang breakdown. Penyebab
mesin breakdown adalah peralatan yang sudah lama yang menyebabkan pekerjaan
menjadi menurun dan kurang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Yosia. 2016. Proses Fraksinasi Minyak Kelapa Sawit Di PT Salim Ivomas Pratama TBK
Tanjung Priok Jakarta Utara. Universitas Katolik
Soegijapranata. https://core.ac.uk/download/pdf/80827533.pdf (Diakses: 29
Oktober 2020).
Zahrani, Khansa, dkk. 2015. Minimisasi Limbah Produksi Minyak Goreng dari Industri
Kelapa Sawit. Universitas
Indonesia. http://docshare02.docshare.tips/files/31522/315222992.pdf (Diakses: 29
Oktober 2020)
http://repository.unpas.ac.id/13488/2/RANCANG%20BANGUN%20DEGUMMING%20
PENGOLAHAN%20CPO%20%28Crude%20Palm%20Oil%29%20ALL.pdf
(Diakses: 29 Oktober 2020).