Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

4.1 Proses Kegiatan di PT.LDC East Indonesia


4.6.1 Produksi
4.6.1.1 Bahan Baku
Bahan baku yang diolah oleh PT.LDC East Indonesia menjadi produk, yaitu:
a. Crude Palm Oil (CPO)
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati berwarna kemerah-merahan yang
dihasilkan dari tanaman buah kelapa sawit diambil dari daging buahnya. Pengolahan
lebih lanjut dari CPO ini akan menghasilkan minyak kelapa sawit yang dapat
dikonsumsi dan digunakan untuk berbagai aplikasi lainnya. Bahan baku pada kilang
penyulingan PT. LDC East Indonesia adalah CPO yang didatangkan dari sekitar
perusahaan dan juga dari luar.
Hasil dari proses pengolahan CPO yaitu:
a. Refenary Bleaching Deodorizing Palm Olein (RBDPO) adalah turunan pertama dari
pengolahan CPO yang merupakan produk setengah jadi yang membutuhkan proses
yang cukup panjang melalui tahapan-tahapan. RBDPO merupakan hasil dari proses
penyulingan untuk penjernihan dan penghilangan bau dari minyak kelapa sawit kasar
(CPO). RBDPO adalah minyak goreng yang dibantu dengan bahan tambahan yaitu:
i. Tanah pemucat atau Bleaching Earth yang berfungsi sebagai pemucat untuk
menurunkan warna minyak sehingga minyak menjadi jernih dan menarik. Pada
proses pemucatan, standar warna yang diinginkan dapat dicapai sesuai dengan
keinginan konsumen. Proses pemurnian minyak sawit adalah proses yang
mengubah CPO menjadi minyak goreng secara efisien dengan membuang
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Bahan pemucat atau bleaching earth
sebagai adsorben yang menyerap warna oranye kemerahan pada minyak tersebut
dan berwujud padat seperti tanah liat yang komposisi utamanya adalah silica dan
alumina.
ii. Asam Fosfat (H3PO4), asam fosfat juga dikenal pula sebagai asam ortofosfat atau
asam fosfat(V) yang berfungsi untuk menggumpalkan dan mengendapkan getah
yang terkandung pada CPO;
iii. Karbon aktif yang berfungsi sebagai penyerap kotoran dan kandungan air serta
mengkilatkan warna minyak yang terkandung dalam CPO.
b. RBD Stearin yang merupakan bahan baku margarine bahan kosmetik;

4.6.1.2 Proses Produksi


Proses produksi minyak CPO yang dilakukan di plant refinery adalah proses pemurnian
(refine) dan pemisahan (fractionation). Proses pemurnian terdiri dari proses
degumming, proses bleaching dan proses deodorisasi. Minyak yang diperoleh dari
proses pemurnian terdiri dari olein (minyak goreng) dan stearin, dalam proses
fraksionasi stearin dipisahkan dari olein. Pada PT.LDC East Indonesia proses
pengolahan CPO menjadi minyak goreng berlangsung dalam 4 tahap, yaitu:

1. Unit Degumming
Pada tahap ini, CPO diolah menjadi Degumming Bleached Palm Oil (DBPO). Proses
Degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut dan bersifat fosfatida,
getah (gum), warna, logam-logam misalnya Fe, Cu, dengan penambahan bahan kimia
seperti asam fosfat. Gum-gum harus diikat dari CPO agar rasa getir yang tidak disukai
oleh konsumen pada olein dapat dihilangkan dan diperkecil. Pada proses degumming ini
dilakukan dengan tahapan pelunturan zat-zat yang terkandung didalam CPO (Crude
Palm Oil), bagian ini harus dipantau dengan teliti karena jika proses ini tidak sempurna
maka akan berpengaruh atau berdampak pada hasil akhir. Proses degumming dilakukan
dengan cara menyerap semua kotoran yang tidak diinginkan menggunakan reaksi dari
bahan kimia. Dalam proses ini CPO atau minyak kelapa sawit mentah yang pertama
masuk dipanaskan pada suhu sekitar 90ºC - 110ºC sebelum ditambah asam fosfat.

2. Unit Bleaching (proses untuk mengubah CPO menjadi BPO)


Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-
zat warna (pigmen) dalam minyak sawit mentah, baik yang terlarut atau pun yang
terdispersi. Warna minyak sawit mentah CPO (Crude Polm Oil) oranye kemerahan
berasal dari bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan TBS
(Tandan Buah Segar) menjadi minyak sawit mentah CPO. Pigmen yang terdapat dalam
minyak mentah biasanya adalah carotenoid yang berwarna merah atau kuning,
chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau.
Proses ini dimulai dengan memasukkan CPO dengan bantuan pompa yang bersuhu 40 o
dari storage tank, ke dalam crude oil economizer secara kontinu. Dari crude oil
economizer CPO masuk ke crude oil heater yang berfungsi untuk memaskan. Pada
crude oil heater disemburkan melalui mazzle ke dalam acid mixer. Di dalam acid
mixer ini diinjeksikan H3PO4 dengan konsentrasi 0,05-0,1% per ton CPO untuk
mengikat getah CPO. CPO ke bleacher tank yang berfungsi sebagai pemucat warna. BE
dimasukkanke bleacher tamk yang berfungsi warna. Bleacher ini dilengkapi dengan
pengaduk stream sparging yang berfungsi untuk mengaduk minyak dengan BE.
Penurunan kadar warna dilakukan dengan system sparging yang memanfaatkan steam.

CPO dialirkan ke bleacher buffer tank sebagai penampungan sementara untuk CPO.
Karena BPO pada bleacher memiliki suhu sekitar 90-110oC, maka air yang terlarut
didalam BPO akan menguap. Uap air tersebut akan dihisap oleh pipa vakum yang
sebelumnya melalui drop separator. Pada drop separator ini terdapat drain yang masuk
kembali ke bleacher buffer tank yang bertujuan untuk menyalurkan kembali minyak
yang ikut terhisap oleh vakum, oleh pompa vakum uap air dipompakan ke water trap
yang pada proses selanjutnya didinginkan dan masuk ke dirty water tower. Setelah
kandungan warna terikat BE, getah terikat H3PO4 maka dilakukan proses penyaringan di
unit Niagara filter. Dengan menggunakan pompa, BPO dari bleacher buffer tank
dipompakan ke Niagara filter. Pada stasiun ini terjadi penyaringan BE oleh filter leave
dari BPO yang telah dipucatkan tadi.

3. Unit Deodorizing (Proses untuk mengubah BPO menjadi RBDPO)


Proses deodorizing bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang
tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan
rasa dan bau yang tidak sedap biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam
lemak bebas dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta
senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Proses ini banyak
dilakukan dengan cara distilasi uap yang didasari pada perbedaan harga volatilitas
gliserida dengan senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut. Proses deodorizing
sangat dipengaruhi oleh factor tekanan, temperature dan waktu, yang kesemuanya harus
disesuaikan dengan jenis minyak mentah kelapa sawit yang akan diolah dan system
proses yang digunakan.

Minyak yang telah dipucatkan ini disebut BPO. Unit ini merupakan unit yang
menghasilkan RBDPO yang merupakan minyak setengah jadi. Deacidifying adalah
proses penguraian kadar asam (fatty acid) sedangkan deodorizing adalah proses
penguraian warna dan bau dari BPO dengan menggunakan sistem sparging dan
memanfaatkan pembangkit vakum untuk menghisapkan warna dan bau yang pada BPO
serta temperatur yang cukup tinggi. Proses deodorizing dimulai dari BPO di Bleach Oil
Tank dengan suhu 70-85% dipompakan ke Bleached Oil Heater yang dipanaskan
sampai suhu 90-110oC.

Kemudian BPO dialirkan ke high temperature economizer dengan memanfaatkan panas


dari RBDPO dengan temperatur sekitar 250oC-260oC, sehingga suhu BPO menjadi
220oC-235oC, selanjutnya BPO dialirkan ke vacum final heater. Tujuan pemanasan ini
adalah agar tidak memberatkan kerja vacum final heater.

Pemanasan BPO pada vacum final heater memanfaatkan steam yang berasal dari boiler
high pressure. Guna alat ini adalah untuk menaikkan temperatur dari 220oC-235oC
menjadi 250oC-260oC. BPO dicairkan di presstipper untuk mengalami proses
pemisahan minyak, penguraian fatty acid, warna dan bau yang terkandung di dalam
BPO. Sementara BPO mengalami agitation yang memanfaatkan steam dengan low
pressure sehingga menghasilkan semi Refining Bleach Dedorizing (RBD). Kemudian
semi RBD dialirkan ke Deodorizing Tank (DEO) untuk diuraikan dengan
memanfaatkan steam sparging.
Fatty acid kemudian dialirkan ke acid oil tank kemudian dipompakan ke fatty acid
cooler untuk didinginkan, selanjutnya disirkulasikan lagi ke fatty acid scrubber. Karena
temperatur tinggi maka sisa asam akan turun secara melapak untuk kembali dihisap ke
acid oil tank. Sedangkan uap air, warna dan bau dihisap oleh vakum scrubber dengan
tekanan sisa-sisa asam tersebut kondesatnya di buang di fat trap. Minyak dari fatty acid
scrubber turun secara melapak untuk menurunkan temperatur minyak tersebut, untuk
kemudian dialirkan ke deodorizer tank. Terakhir minyak akan dialirkan ke final oil
cooler, disini suhu RBDPO telah menjadi 60oC-65oC. RBDPO lalu dialirkan ke
polishing filter untuk proses penyaringan, dan diharapkan suhu RBDPO keluar ke
polishing filter sekitar 45oC sebelum dipompakan ke RBDPO storage tank.

4. Unit fraksinasi (proses untuk mengubah RBDPO menjadi olein dan stearin)
Proses fraksinasi adalah kelanjutan dari proses pemurnian yang bertujuan untuk
memisahkan olein dan stearin dari RBDPO dan menghasilkan produk yang bernilai
ekonomis tinggi. Pada prinsipnya proses ini merupakan pemisah minyak kelapa sawit
atas 2 fraksi yaitu olein (fasa cair) dan stearin (fasa padat) yang masing-masing berbeda
titik leburnya. Olein ini yang kemudian digunakan sebagai minyak goreng, sedangkan
stearin yang merupakan produk samping dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan margarin. Pada proses fraksinasi ini ada dua tahap yaitu:
a. Pembentukan Kristal
Pertumbuhan kristal melalui pendinginan bertahap menggunakan kristalizer, prinsip
kristalizer adalah proses pemisahan fraksi-fraksi padat dan cair yang ada di dalam
RBDPO dengan jalan menurunkan temperatur RBDPO tersebut menggunakan
pengadukan. Proses ini menggunakan alat kristalizer yang berfungsi untuk
pembentukan kristal dari RBDPO sehingga dapat dipisahkan menjadi RBD olein dan
RBD stearin.
b. Pemisahan fasa cair dan fasa padat
RBDPO yang telah dikristalisasi dan difraksinasi selanjutnya adalah proses filtrasi di
unit membran filter press. Bertujuan untuk memisahkan olein (fasa cair) dan stearin
(fasa padat) menggunakan sistem press. Olein akan dipompa menuju tangka
oenyimpanan kemudian siap dipasarkan sebagai minyak goreng kelapa sawit. Stearin
yang tertahan pada membrane filter dimasukkan ke dalam tangki penampungan
stearin yang dilengkapi dengan pemanas steam agar stearin yang membeku dapat
mencair kembali lalu dialirkan ke dalam tangka penyimpanan.
Proses produksi PT.LDC East Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4. 1.

Gambar 4. 2 Proses Produksi PT.LDC East Indonesia


Sumber: PT.LDC East Indonesia, 2020

Anda mungkin juga menyukai