Anda di halaman 1dari 3

Slide 2:

Refining proses ini dikenal juga dengan proses pemurnian yang mengolah CPO menjadi
RBDPO, tujuannya untuk menghilangkan pengotor yang larut di dalam CPO contohnya seperti
serat, air, dan lainnya. Proses refining ini ada 2 metode yaitu physical refining dan chemical
refining. Pada presentasi ini kelompok saya memilih proses refining dengan metode physical
refining.
Terdiri dari 3 tahapan proses yaitu:
1. Degumming atau proses penggumpalan dilakukan untuk menghilangkan gum berupa getah
atau lendir dengan mereaksikan CPO dengan asam fosfat sehingga gum akan terikat
menjadi gumpalan-gumpalan.
Pertama-tama, minyak CPO akan dipompa ke dalam pipa untuk dipanaskan terlebih dahulu
dengan menggunakan heat exchanger dimana proses pemanasan dilakukan pada suhu 90-
110°C dengan resident time sebesar 15-30 menit. Setelah itu, CPO akan dipompa masuk
ke dalam tank mixing, dan selama pemompaan CPO akan ditambahkan oleh phosphoric
acid dengan konsentrasi 80-85% sebanyak 0,05-0,2% dari berat CPO.
2. Bleaching atau pemucatan warna bertujuan untuk memisahkan substansi penghasil warna
sehingga warna CPO hasil bleaching menjadi lebih pucat.
Minyak yang keluar dari tangki degumming dialirkan ke tangki bleacher. Dalam tangki
bleacher ini CPO hasil degumming ditambahkan dengan bleaching earth sebanyak 0,6%-
2% dari berat CPO masuk dengan kondisi operasi T= 95-110 C. Setelah dari tank
pencampuran, campuran Bleaching Earth dan CPO akan dimasukkan ke dalam satu tank
sebelum masuk ke dalam proses filtrasi tujuannya untuk menurunkan suhu dari CPO.
Tahapan selanjutnya adalah proses filtrasi, proses ini bertujuan untuk mengurangi
bleaching earth yang terkandung di dalam CPO sehingga didapatkan minyak yang lebih
bening berwana orange terang yang dikenal dengan RBPO.
3. Deodorization atau penghilangan bau bertujuan untuk menghilangkan bau yang disebabkan
karena adanya kandungan aldehid, keton, dan asam lemak bebas yang ada dalam minyak
melalui kondensasi pada suhu tinggi.
Minyak (RBPO) yang merupakan minyak hasil proses degumming dan bleaching akan
dipanaskan terlebih dahulu di dalam suatu heat exchanger pada suhu 240-270°C dengan
tekanan vakum sebesar 2-5 mmHg. Setelah itu, minyak (RBPO) akan masuk ke dalam tank
economizer dan kemudian akan masuk ke dalam tank final eter untuk memudahkan
memisahkan RBPO dan PFAD (Palm Fatty Acid Destillate). Sebelum RBPO masuk ke
deodorization tank, RBPO harus dideaerasi (menghilangkan udara) terlebih dahulu. Proses
deodorization dilakukan dengan menggunakan panas pada tekanan vakum dan pada waktu
yang telah ditentukan menghasilkan minyak Refined Bleached Deodorized Palm Oil
(RBDPO) yang tidak berasa dan berwarna cerah.
Slide 3:
RBDPO yang dihasilkan didinginkan dan difiltrasi terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke
tahap selanjutnya yaitu tahap fractional process atau tahap pemisahan.
Tujuannya untuk memisahkan olein dan stearin dari RBDPO. Olein ini yang kemudian
digunakan sebagai minyak goreng, sedangkan stearin yang merupakan produk samping dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin dan shortening. Pada fractionation process
terdiri dari 3 metode yaitu dry, detergent dan solvent. Pada presentasi ini yang akan saya
jelaskan adalah dengan menggunakan metode dry.
Terdapat 2 tahapan proses yaitu:
1. Proses kristalisasi yang bertujuan untuk mengkristalkan olein.
Mula-mula RBDPO yang keluar dari tangki penampungan RBDPO (T-1901) bersuhu
±50oC dipanaskan dalam PHE digunakan steam. Setelah mencapai suhu 65oC, RBDPO
mulai didinginkan dalam crystallizer (T-1911) sampai suhu ±17oC dengan media
pendingin cooling tower yang memiliki suhu ±30oC, dan dilanjutkan dengan pendinginan
menggunakan chilled water yang memiliki suhu ±10oC. Jika proses kristalisasi selama 8
jam/cycle, maka RBDPO dialirkan dalam empat crystallizer.
2. Proses pemisahan antara olein dan stearin dengan menggunakan plate and frame filter
press.
Setelah keluar dari tangki crystallizer, RBDPO dipompa menuju tangki penampung
sementara (T-451) kemudian dilanjutkan ke plate and frame filter press untuk memisahkan
olein dan stearin. RBDPO yang masuk plate and frame filter press akan diproses ±30 menit.
RBDPO yang tersisa setelah proses akan ditekan (squeeze) dengan tekanan 20 bar untuk
mendorong olein keluar melalui proses filtrasi di plate and frame filter press akan dipompa
menuju tangki penyimpanan olein. Stearin yang tertahan pada membran filter dimasukkan
ke dalam tangki penampungan stearin yang dilengkapi dengan pemanas steam agar stearin
yang membeku di tangki penampungan dapat mencair kembali kemudian dialirkan ke
dalam tangki penyimpanan stearin.

Slide 4:
Shortening dapat didefinisikan sebagai sebuah lemak yang dapat dikonsumsi (dimakan) yang
digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan matriks gluten dalam produk pangan,
umumnya untuk baked goods. Produk shortening biasanya digunakan dalam proses shorten
atau tenderize suatu produk pangan sebelum dipanggang
Flow diagram : 1. Oil blend tank 2. GS high-pressure pump 3. GS Perfector 4. GS pin rotor
machine (Crystallizer dan tempering process) 5. Homogenizing arrangement 6. Filling machine
(packaging).
Slide 5:
Terdapat 2 tahapan proses pembuatan shortening yaitu pretreatment process dan treatment
shortening.
Pada tahap pre treatment:
1. Hidrogenation: olein → minya terhdirogenasi fasa semi solid
Hidrogenasi adalah proses adisi hidrogen terhadap ikatan rangkap pada rantai asam lemak,
di mana terjadi penambahan atom hidrogen pada atom karbon yang memiliki ikatan
rangkap. Proses ini merupakan proses modifikasi untuk mengkonversi asam lemak tidak
jenuh menjadi asam lemak jenuh. Proses hidrogenasi harus dilaksanakan pada temperatur
yang tinggi, sekitar 140-2250C, serta menggunakan gas hidrogen dengan tekanan sekitar
60 psig. Perlu diketahui bahwa proses hidrogenasi merupakan reaksi kimia eksoterm, di
mana dalam reaksinya akan dihasilkan panas reaksi. Selama proses hidrogenasi
dilaksanakan, biasanya juga dilakukan pengadukan pada larutan minyak panas, katalis
logam, dan gas hidrogen bertekanan tersebut. Produk yang dihasilkan dapat berupa minyak
yang terhidrogenasi dengan sempurna atau sebagian terhidrogenasi. Namun, pada
umumnya untuk proses pembuatan shortening produk akhir yang diinginkan adalah minyak
yang terhidrogenasi dengan sempurna. Minyak yang terhidrogenasi akan berfasa padatan
atau semi-solid pada temperatur kamar dan memiliki umur simpan yang relatif panjang
2. Melting tank
Pasca proses hidrogenasi, minyak ataupun lemak nabati maupun hewani akan terkonversi
menjadi minyak dengan fasa semi padat pada temperatur kamar atau minyak dengan tingkat
plastisitas tertentu. Upaya untuk memperoleh campuran minyak atau lemak yang
menghasilkan produk shortening yang baik mengharuskan dilakukannya proses pelelehan
minyak/lemak. Jika minyak sawit digunakan sebagai bahan utama pembuatan shortening,
proses pelelehan berfungsi untuk melelehkan fasa padat (stearin) dari minyak sawit. Untuk
memastikan minyak atau lemak yang dicampurkan untuk membuat produk shortening
meleleh, proses pelelehan ini biasanya dilakukan pada temperatur 70 oC.
3. Blending
Proses pelelehan dari satu jenis minyak/lemak ataupun berbagai jenis campuran
minyak/lemak akan diikuti proses lanjutan, yaitu blending atau pencampuran. Yang
dimaksud dengan pencampuran adalah pencampuran dari satu jenis atau lebih
minyak/lemak dan juga pencampuran beberapa aditif lainnya, seperti plastisizer,
emulsifier, dan antioksidan. Proses pencampuran biasanya dilakukan secara batch di
dalam tangki pencampuran, namun dengan proses pengadukan yang kontinu. Proses
pencampuran biasanya dilakukan pada rentang temperatur 50-55oC. Pencampuran
dilakukan hingga semua bahan beserta minyak/lemak tercampur secara homogen.
Slide 6:
Tahap treatment shortening. Dari hasil pencampuran di blending tank dilakukan proses
kritalisasi dan tempering.
1. Pre Kristalisasi
Kristalisasi minyak pada dasarnya adalah proses pendinginan minyak sampai mencapai
suhu tertentu dimana terbentuk kristal. Kecepatan pengaduk pada saat mulai terbentuk
kristal perlu diatur agar jangan terlalu lambat atau terlalu cepat. Jika pengadukan terlalu
lambat akan terjadi pendinginan tidak merata sehingga daerah sekitar dinding pendingin
dari alat kristalisasi terjadi pembentukan kristal yang berlebihan, sedangkan daerah sekitar
pusat tabung kristalisasi, kristal kurang berkembang dengan baik. Biasanya, daya
kecepatan perputaran pengadukan yaitu 30 rpm dan 15 rpm.
2. Kristalisasi
Campuran minyak pertama-tama dilelehkan lalu diumpankan ke dalam scraped-surface
heat exchanger (A-Unit) di mana minyak sangat dingin (supercooled), yaitu dengan suhu
17˚C-28˚C dan sebagian mengkristal.
3. Tempering
Proses tempering dilakukan untuk mendapatkan tekstur shortening yang cukup baik,
tekstur yang tidak mudah meleleh dengan perubahan suhu.Terumata suhu ketika produk
keluar dari gudang penyimpanan hinga pendstribusian sampai ke tangan konsumen.
Metode yang ada saat ini adalah dengan melakukan tempering di suhu 75-85°F selama 24
jam atau lebih. Hal ini ditujukan agar mendapatkan tekstur shortening yang baik (tidak
mudah meleleh pada temperature pemakaian).

Anda mungkin juga menyukai