Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA 2

INDUSTRY MINYAK MAKAN (EDIBLE OIL)


( Untuk Memenuhi Tugas Proses Industri Kimia 2 )

Disusun oleh:
DHIYAUL HELMI IHSANTI

( 05 / 2D )

( 1131410010 )

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2013
KATA PENGANTAR
ii

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat
dan disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan serta untuk menambah
pengetahuan pembaca tentang Industry Minyak Nabati / Edible Oil, mata
kuliah Proses Industri Kimia 2.
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Windy Zamrudi, yang telah
membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah Proses Industri Kimia 2.
Serta tak lupa teman - temanku yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Tetapi kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan ilmu yang
lebih luas serta menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Oleh karena
itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyajian makalah ini,
maka dari itu krikit dan saran sangat diharapkan demi perbaikan pembuatan
makalah di masa yang akan datang.

Malang, April 2013


Penyusun

DAFTAR ISI
ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................1
I.1 Pengertian Minyak Nabati / Edible Oil.................................1
I.2 Pengertian Ekstraksi............................................................1
I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi ......................1
I.4 Macam-macam pelarut yang dapat digunakan

..2
I.5 Faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut ..3
I.6 Macam- macam ekstraksi minyak nabati / edible oil ..3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................6
II.1 Ekstraksi Minyak dari Jagung..............................................6
II.2 Ekstraksi Minyak dari Kedelai.............................................10
II.3 Ekstraksi Minyak dari Kelapa..............................................16
II.4 Ekstraksi Minyak dari Kelapa Sawit....................................17
BAB III PENUTUP..................................................................................20
III.1 Kesimpulan .......................................................................20
III.2 Saran................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21

BAB I
ii

PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Edible Oil / Minyak Nabati
Minyak nabati adalah minyak yang disari atau diekstrak dari berbagai
bagian tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, menggoreng,
pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai
penggunaan industri lainnya. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa
digunakan ialah minyak kelapa sawit , jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai,
dan bunga matahari. Dan margarin merupakan mentega buatan yang terbuat
dari minyak nabati.
Untuk menghasilkan minyak nabati ini, dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yakni dengan cara pengepresan langsung dari tumbuhan tersebut dan
ektraksi padat-cair dengan bantuan solvent /pelarut atau bisa juga dilakukan
dengan pengepresan dan ekstraksi tersebut.
Proses pemisahan zat atau bahan dalam tumbuhan atau bahan nabati
biasanya menggunakan proses pemisahan ekstraksi padat cair (leaching).
I.2 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. (UTAMI, 2009).
I.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi ekstraksi minyak nabati
1. Jenis Pelarut
Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Pelarut organik sangat
cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap dan perolehan minyak
akan semakin rendah, disamping itu titik didih lebih rendah akan
mempermudah proses pemisahan.
2. Volume pelarut
Volume pelarut yang kecil/sedikit akan menghasilkan minyak yang sedikit
karena kontak antar uap pelerut dengan sampel sedikit sekali dan
sebaliknya.
ii

3. Temperatur
Temperatur yang tinggi akan meningkatkan harga difusi massa sehingga
perpindahan solute ke pelarut juga meningkatkan harga difusi massa.
4. Ukuran partikel
Semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mudah dalam
mendapatkan minyak
tetapi akan mempengaruhi terhadap warna minyak yang dihasilkan. Partikel
yang terlalu halus akan mempersulit keluarnya minyak, karena kontak
dengan pelarut kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara
pelarut dengan
solute.
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan mjinyak yang lebih banyak,
karena sirkulasi
uap akan semakin sering kontak antara solut dengan pelarut lebih lama.
I.4 Macam-macam pelarut yang dapat digunakan
1. Ethanol

BM 46 gr/mol (C2H5OH)
Titik didih 78,5 oC
BJ 0,789 gr/mol
Merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau spesifik, warna nyala
kuning

2. Benzena

BM 78 gr/mol
Tidak berwarna

3. Air (H2O)

BM 18 gr/mol
Pelarut universal, karena mudah menguap dalam keadaan murni, tidak
berbau, tidak beracun, tidak berwarna, netral dan pada kondisi kamar
berwujud cair.
ii

4. Heksana (C6H6)

BM 86 gr/mol

5. Eter (R O R)

Rumus : C2H5OC2H5
BM : 74 gr/mol
Titik didih : 34,5 oC
Cairan encer tidak berwarna, jernih, mudah menguap

I.5 Faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarutr,
diantaranya :
1. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
2. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak
boleh larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dengan bahan ekstraksi.
5. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen bahan ekstraksi.
6. Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena
ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan
rektifikasi.
7. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak
korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan
fisik
I.6 Macam- macam ekstraksi minyak nabati / edible oil
Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.
Adapun cara ini bermacam-macam yaitu : Rendering, Mechanical exspression
dan Solvent extraction.
1. Rendering
ii

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.
Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik,
yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan
untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Ada dua jenis Rendering,
yaitu Dry rendering, dan Wet rendering.
a. Wet Rendering
Wet rendering merupakan proses rendering dengan penambahan
sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan
dengan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan
temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (4060 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering
dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang
akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
perlahan-lahan sampai suhu 500C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi
akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan
menggunakan temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan wet
rendering dengan menggunakan temperatur suhu yang tinggi disertai
tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak
dalam jumlah yang besar.
b. Dry Rendering
Dry rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukan ke dalam ketel
tanpa menambah air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan
dilakukan pada suhu 220F sampai 230F (105C-110C). Ampas bahan yang
telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau
lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
ii

2. Pengepresan Dengan Mekanis (Mechanical ekspression)


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak
atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan

serta tempering atau

pemasakan.
a. Pengepresan Hidrolik
Pada cara ini, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inchi2
(140,6kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi

tergantung

dari

lamanya

pengepresan,

tekanan

yang

dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan


banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai
6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
b. Pengepresan Berulir
Cara expller pressing (Pengepresan berulir) memerlukan perlakuan
pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses
pemasakan berlangsung pada temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan
sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan
berkisar antara 2,5 sampai 3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan
masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak ataupun lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar
minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu
minyak yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller
pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstrasi. Pelarut
minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ektraksi dengan
pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon
tetraklorida, benzene dan n-heksan. Jumlah pelarut menguap atau yang hilang
tidak boleh lebih dari 5%.
ii

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Ekstraksi Minyak dari jagung
Minyak jagung adalah minyak yang diekstrak dari benih jagung. Kegunaan
utamanya adalah dalam memasak, di mana titik asap yang tinggi membuat
minyak jagung berharga. Ini juga merupakan bahan utama dalam beberapa
margarin. Minyak

jagung umumnya lebih

murah

daripada sebagian

besar

jenis lainnya dari minyak nabati. Salah satu gantang jagung mengandung
minyak jagung (2,8% berat). Agronomi jagung telah mengembangkan varietas
minyak tinggi, namun varietas ini cenderung menunjukkan hasil lapangan lebih
rendah,

sehingga

mereka tidak

diterima oleh petani.

Minyak

jagung juga

merupakan bahan baku yang digunakan untuk biodiesel. Menggunakan industri


lainnya untuk minyak jagung termasuk sabun, salep, cat, rustproofing untuk
permukaan logam, tinta, tekstil, nitrogliserin, dan insektisida. Hal ini kadangkadang digunakan sebagai pembawa untuk molekul obat dalam sediaan
farmasi.
Butir jagung mempunyai kadar minyak rata rata 3 %, tetapi jika diambil
lembaganya saja, maka kadar minyak dalam lembaga itu rata rata antara 22
28%. Minyak jagung adalah ester dari glyserol dengan asam lemak, dimana
ii

semua radikal ( OH ) dari glyserol sudah di esterifikasi, karenanya disebut : Tri


Glyserida Ester.
Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan poly unsaturated fat,
yaitu lemak tak jenuh yang justru aktif menurunkan kadar cholesterol dalam
darah. Cholesterol adalah sterol yang terdapat dalam fat, dan bersifat dapat
membuat kerak dalam pembuluh darah, sehingga akan terjadi penyempitan
dalam pembuluh darah tersebut akibatnya orang yang terkena akan menderita
penyakit tekanan darah tinggi. Rumus molekul Cholesterol : C 27 H46 O yang
umumnya banyak terdapat dalam Lemak hewan.
Pembuatan minyak jagung skala industri melibatkan beberapa tahapan
proses antara
lain:
1. Metode perolehan minyak jagung konvensional
Biji

lembaga

pres

basah

masih

mengandung

2-4%

air

setelah

dikeringkan dan mengandung 44-50% minyak. Kandungan minyak yang tinggi


ini disebabkan oleh pemisahan gula, zat tepung, dan protein yang dilarutkan
dalam air yang berlebihan. Ketika proses pemisahan terjadi, biji lembaga press
menghasilkan 89-94% minyak mentah. Proses pemisahan penuh terutama
dilakukan dalam tangki kecil dengan menggunakan beberapa pengaduk.
Karena biaya yang sangat tinggi, tangki-tangki besar menggunakan pengaduk
untuk mengaduk bahan dalam jumlah besar menghasilkan sisa minyak yang
tinggi pada cake (18-22%). Minyak dalam cake akan diekstrak kembali dan
digabungkan ke dalam minyak mentah, dengan kadar minyak 97-99%. Ketika
biji lembaga dipisahkan dari tangkainya dengan proses pengepresan kering,
terkandung 20-25% minyak berdasarkan kadar berat bahan. Kandungan ini
lebih rendah dari biji lembaga yang dipisahkan secara manual (33%) karena
sisa-sisa endosperm masih terdapat pada biji lembaga.
Proses pemisahan minyak konvensional di atas memiliki beberapa
kekurangan. Minyak jagung terbungkus dalam biji lembaga oleh lapisan-lapisan
sel yang tebal dan elastis yang harus dipecahkan sebelum minyak dapat
diperoleh. Minyak diperoleh dengan cara meningkatkan kelembaban biji
ii

lembaga dan meningkatkan suhunya hingga 90-105 oC untuk melunakkan sel


bagian dalamnya dan menyediakan friksi yang cukup besar pada saat
pemecahan. Kontak suhu yang terlalu lama dapat merusak kualitas minyak,
memerlukan energi dan biaya yang besar.
2. Metode perolehan minyak percobaan
Kekurangan metode konvensional menghasilkan cara-cara baru untuk
memperoleh minyak jagung. Beberapa percobaan telah dilakukan untuk
memisahkan minyak secara langsung dari biji lembaga basah (55% kandungan
air). Dalam proses ekstraksi, biji lembaga basah direndam dalam air dan
digiling menjadi ukuran <160 m untuk memperoleh minyak. Kemudian
minyak dipisahkan dari fasa cair dengan cara penuangan (decanting ) atau
sentrifugasi. Minyak jagung melalui proses degumming penuh dan dimurnikan.
Karena proses berlangsung pada suhu tidak melebihi 50 oC, maka minyak yang
dihasilkan memiliki kualitas tinggi. Namun metode ini belum dapat diterapkan
karena tidak ekonomis.
3. Alkali Refining
Minyak jagung mentah mengadung komponen-komponen yang tidak
diinginkan seperti asam lemak bebas (FFA), fosfolipid, proteinase, bahan-bahan
yang lembab dan lengket, karbohidrat, pigmen, zat lilin, zat-zat tak terlarut,
produk oksidasi, mycotoxin, dan residu pestisida serta insektisida.
Pemurnian

alkali

merupakan

cara

yang

masih

digunakan

untuk

menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan. Biasanya, minyak mentah


ditambahkan dengan 12-18 larutan basa dengan kandungan berlebih sebanyak
0.05-0.2% untuk menetralkan FFA, mengendapkan fosfolipid, dan memisahkan
zat-zat tak terlarut. Keuntungan dari proses ini adalah sederhana, sedikit
kehilangan minyak, dan murah. Setelah pemisahan alkali, minyak yang telah
dinetralkan dicuci dengan air dan dikeringkan dengan pengeringan vakum.
4. Bleaching
Bleaching minyak murni dilakukan pada kondisi vakum (50 mmHg abs)
dalam tangki kontinu atau batch dengan menggunakan activated bleaching
clay pada suhu 90-110oC selama 20-40 menit. Minyak kemudian disaring
menghasilkan produk yang jernih dan bening.
ii

5. Dewaxing
Dewaxing merupakan proses untuk memisahkan komponen-komponen
dengan titik didih tinggi, termasuk zat lilin dan trigliserida jenuh yang sedikit
terdapat dalam minyak jagung (< 0.5%). Minyak yang dihasilkan adalah
minyak jernih pada suhu ruangan atau bahkan didinginkan.
6. Deodorization
Suhu, waktu, laju stripping steam, laju keluaran minyak,dan kondisi
vakum harus dioptimalkan untuk menghasilkan minyak kualitas tinggi yang
tahan lama. Waktu tinggal tocopherol, kadar FFA, stabilitas rasa, dan
perubahan warna digunakan sebagai respon untuk menentukan parameter
deodorisasi optimum untuk merancang deodorizer skala batch maupun
kontinu. Deodorizer modern kontinu terbuat dari bahan stainless steel dan
beroperasi

pada

temperatur

240-260oC

pada

tekanan

3-6

mmHg

abs

menghasilkan minyak konsumsi yang tidak berasa.


7. Physical Refining
Permurnian fisik merupakan proses yang berguna bagi minyak jagung.
Proses ini mencakup degumming dan bleaching untuk memisahkan zat-zat tak
terlarut, fosfolipid, pigmen, mycotoxin, dan komponen-komponen non volatil
sedangkan komponenkomponen volatil seperti FFA, pestisida, dan produk
oksidasi dipisahkan pada proses steam refining-deodorization.
8. Mycotoxins removal
Aflatoxin (AT) adalah metabolit (produk samping metabolisme) jamur
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang beracun dan karsinogenik.
Zat ini biasanya terdapat pada jagung berjamur. Proses pemurnian alkali
konvensional diikuti proses bleaching dapat membuang semua AT dari minyak
jagung mentah yang terinokulasi A.flavus. Proses deodorisasi saja tidak mampu
membuang semua AT dari minyak. Minyak jagung mentah dapat juga
mengandung mycotoxin (racun jamur) seperti racun T-2 dari Fusarium
sporotrichinoides. Dari percobaan diperoleh bahwa pemurnian alkali dapat
membuang semua kontaminan racun T-2.
9. Pesticide removal

ii

Minyak jagung mentah dapat mengandung sedikit herbisida dan


pestisida. Proses deodorisasi sangat efektif untuk menghilangkan residu
pestisida, sedangkan proses pemurnian alkali dan bleaching hanya sedikit
mengurangi kadar pestisida.
10. Pengepakan
Sebelum tahun 1970, minyak jagung dan minyak nabati dikemas dalam
botol-botol kaca dan kaleng timah. Zaman sekarang, botol ekstrusi-tiup PVC
dalam ukuran kecil telah digunakan untuk menyimpan minyak jagung dan
HDPE (High-Density Polyethylene) digunakan sebagai alternatif kemasan murah
untuk ukuran besar.

II.2 Ekstraksi minyak dari Kedelai


ii

Pembuatan minyak kedelai dilakukan dalam beberapa tahap. Sebelum


masuk tahap ekstraksi, kedelai harus dibersihkan dan dikuliti terlebih dahulu.
a. Dikuliti
Alat untuk mengkuliti biji kedelai dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar Pengulitan kedelai


Setelah itu biji kedelai dihancurkan kemudian dipisahkan dari kulitnya.
Penghancuran kedelai dilakukan pada suhu sekitar 74-79 oC selama 30-60
menit agar kulit kedelai dapat mengelupas. Dalam kondisi ini akan terjadi
denaturasi dan koagulasi protein sehingga mengurangi afinitas minyak
menjadi padat dan akan memudahkan dalam proses ekstraksi. Ekstraksi
dilakukan dengan pemanasan secara tidak langsung untuk mengatur
kelembapan dan suhu.
ii

b. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Dalam
mengekstraksi minyak terdiri dari tiga metode utama, yaitu pengepresan
hidraulik (hydraulic pressing), pengepresan berulir (expeller pressing) dan
ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction). Untuk minyak kedelai
menggunakan ekstraksi dengan pelarut.
Ekstraksi

pelarut

dari

biji

minyak

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan alat tipe perkolasi atau pencelupan (immersion). Perkolasi


lebih

efektif

kapasitas

daripada

besar

dalam

pencelupan
daerah

karena

yang

dapat

terbatas.

digunakan
Perkolasi

dalam

biasanya

menggunakan rotary extractor dan ditutup dengan sistem vertikal untuk


memindahkan pada tempat yang berlubang dengan menggunakan
gerakan rotary. Gambar rotary extractor dapat dilihat dibawah ini.

Gambar rotary extractor


Dengan Ekstraksi pelarut (solvent extraction) dapat diperoleh hingga
98 persen minyak, dibandingkan dengan pengepresan hidrolik atau
sekrup-tekan yang menghasilkan hanya sekitar 80 sampai 90 persen
minyak. Karena efisiensi dari hasil minyak tersebut, hampir semua

ii

instalasi kedelai saat ini menggunakan extractors pelarut (solvent


extraction). Berikut ini adalah efisiensi dari konversi minyak dari beberapa
proses :
PROSES
EFFICIENCY OF OIL YIELDS
Hydraulic press
14,5 kg/100 kg
Srew presses
15,3 kg/100 kg
Solvent extraction
18,2 kg/100 kg
Ketika proses pengekstrakan, serpihan dari biji kedelai menghasilkan
makanan dengan kandungan protein 44 sampai 46%, yang dapat
ditingkatkan

dengan

menghapus

hulls

kedelai

sebelum

(Front-end

dehulling) atau sesudah (tail-end dehulling) proses Solvent extraction.


Front-end dehulling ini dilakukan dengan mengayak biji kedelai yang retak
(cracked seed) dan menghilangkan hull dengan cara disedot. Partikel kecil
makanan yang masih terikut kemudian dipisahkan dari hull yang disedot
dalam pemisah berat jenis (specific gravity separators). Untuk sistem tailend dehulling, seluruh aliran makanan kering melewati pemisah berat
jenis (specific gravity separators), sehingga dihasilkan kualitas makanan
dengan dua jenis (grade), yang pertama

mengandung 41% protein,

sedangkan yang kedua mengandung 50% protein.


Ekstraksi pelarut (Solvent extraction) dilakukan melalui serangkaian
tahapan ekstraksi secara berlawanan berkesinambungan (continuous
counter-current). Jenis Extractors yang paling umum digunakan saat ini
biasanya dalam bentuk keranjang, melalui tahapan ekstraksi dengan
beberapa keranjang bergerak dalam arah (moving in circular), melingkar
vertikal (vertical circular), atau horizontal. Pelarut yang digunakan adalah
heksana dan diberikan diatas dasar serpihan (flake) sehingga perkolasi
akan turun melalui cawan berlubang atau kasa berlubang. Serpihan yang
terekstraksi terdiri dari 35% heksana, 2-8% air dan 0,5-1,0% minyak.
Ketebalan serpihan adalah faktor dalam pemindahan minyak secara
efisien. Dibawah ini dijelaskan ilustrasi perkolasi ekstraksi sel.

ii

Gambar perkolasi ektraksi sel


b. Pemurnian (Purification)
Setelah tahap ekstraksi, minyak kedelai kasar terdiri dari kotoran
tidak terlarut dalam minyak dan yang terlarut dalam minyak. Kotoran ini
harus dibuang dengan cara pemurnian. Tujuan utama dalam proses
pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak
enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan
minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam
industri.
Kotoran yang tidak terlarut dalam minyak dapat dibuang dengan
menggunakan filtrasi. Sedangkan yang terlarut dalam minyak dapat
dibuang dengan beberapa teknik dibawah ini dimana sering digunakan
dalam industri untuk memproduksi minyak kedelai yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pemisahan Gum (De-gumming)
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau
lendir-lendir yang terdiri dari fosfotida, protein, residu, karbohidrat, air dan
resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Proses
pemisahan gum termasuk pencampuran minyak kedelai kasar dengan 23% air dan agitasi secara hati-hati selama 30-60 menit (untuk mencegah
adanya oksidasi dari minyak) pada suhu 70oC. Proses ini dilakukan untuk
memperbaiki

fosfatida

untuk

membuat

lesitin

kedelai

dan

untuk

memindahkan materi yang ada pada minyak murni selama penyimpanan.

ii

d. Penyaringan Alkali
Penyaringan dilakukan untuk memindahkan objek kotoran yang dapat
mempengaruhi

kualitas

minyak.

Soda

kaustik

digunakan

dalam

penyaringan untuk membuat asam lemak bebas, fosfotida dan gum,


pewarnaan zat yang tidak terlarut dan materi lainnya. Minyak yang kasar
merupakan hasil dari heat exchanger untuk mengatur suhu menjadi 38 oC.
Biasanya kaustik yang ditambahkan pada pencampuran sekitar 0,100,13% untuk memastikan terjadinya saponifikasi dari asam lemak bebas,
hidrasi dari fosfolipid dan reaksi dengan pigmen warna. Campuran ini
dipanaskan pada suhu 75-82oC dan disentrifus untuk memisahkan kaustik
dari minyak yang disaring. Kemudian minyak yang disaring dipanaskan
pada suhu 88oC dan dicampurkan dengan 10-20% air yang sudah
dipanaskan pada suhu 93oC.
e. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan

adalah

suatu

tahap

proses

pemurnian

untuk

menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Dalam


pemucatan minyak kedelai menggunakan tanah serap (fuleris earth)
sekitar 1% atau karbon aktif (actived carbons) seperti arang. Adsorben ini
dimasukkan dalam sistem vakum pada 15 inchi Hg selama 7-10 menit dan
selanjutnya dipanaskan pada suhu 104-166oC yang dilewatkan pada heat
exchanger bagian luar kemudian dimasukkan pada tangki kosong yang
diagitasi selama 10 menit. Campuran ini disaring, didinginkan dan
dialirkan menuju tangki holding.
f. Hidrogenasi (Hydrogenation)
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan
jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak,
sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Selain itu, hidrogenasi pada minyak kedelai dapat meningkatkan titik cair,
stabilitas minyak dari efek oksidasi dan kerusakan rasa dengan cara
ii

mengubah asam linolenat menjadi asam linoleat dan asam linoleat


menjadi asam oleat.
Hidrogenasi

akan

memberikan

perbedaan

derajat

kekerasan

(hardness) dari produk yang diinginkan. Hidrogenasi terjadi dalam tempat


vakum yang berisi minyak dimana gas hidrogen akan keluar dalam bentuk
gelembung halus selama pemanasan campuran dan agitasi. Ketika
hidrogenasi yang diinginkan tercapai, maka campuran didinginkan dan
katalis disaring. Sebagian sisa minyak yang terhidrogenasi akan berbentuk
cair dan sebagian besar minyak kedelai akan mengeras (hardened).
g. Deodorisasi (Deodorization)
Deodorisasi adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak yang
bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam
minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap
panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Asam lemak bebas
yang terbuang juga akan meningkatkan kestabilan minyak.
h. Winterisasi (Winterization)
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau
bertitik

cair

tinggi

dari

trigliserida

bertitik

cair

rendah.

Winterisasi

merupakan bentuk dari fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu
yang diatur. Hal ini termasuk pemindahan jumlah kecil dari materi
terkristalisasi dari minyak yang dapat dimakan dengan filtrasi untuk
mencegah

cairan

fraksi

mengeruh

pada

suhu

pendinginan.

Minyak

didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6 C selama 24 jam.


Pendinginan dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan
selama 6-8 jam. Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan
75-80% minyak dan produk stearine yang akan digunukan untuk shortening
pada industri.
i.

Dewaxing
ii

Dewaxing dan pelarut terfraksinasi digunakan untuk menjernihkan


minyak dengan memeras atau menekan minyak dari lemak padat dengan
pengepresan hidraulik sehingga menghasilkan mentega yang keras. Pelarut
terfraksinasi termasuk kristalisasi dari fraksi yang diinginkan dari campuran
trigliserida yang terlarut dalam pelarut yang cocok. Fraksi dapat memilih
dalam bentuk yang jelas pada suhu yang berbeda, dipisahkan dan pelarut
dibuang untuk mendapatkan hasil akhir atau trigliserida spesifik atau
komposisi asam lemak.

ii

I.3 Ekstraksi minyak dari kelapa


Untuk membuat minyak dengan cara ekstraksi pelarut, daging buah
kelapa

juga

dibuat

dalam

bentuk

kopra.

Prinsip

dari

cara

ini

yaitu

menggunakan pelarut yang dapat melarutkan minyak. Adapun karakteristik


pelarut yang digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik
didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak
dan residunya tidak beracun. Urutan dari proses ekstraksi minyak kelapa
dengan menggunakan bahan pelarut yaitu:
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada
ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut
akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan
mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang
ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan
mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.
3. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap,
sedangkan minyak
tetap berada di ruang penguapan. Proses berlangsung terus menerus sampai 3
jam.
4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada
kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke
tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi.
penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada
minyak.
5. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan
penghilangan bau.

ii

II.4 Ekstraksi minyak dari kelapa sawit


Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah
kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak
pada

daging

kandungan

buah

kelapa

minyak

dalam

tua

diperkirakan

kopra

mencapai

mencapai

63-72%.

30%-35%,
Minyak

atau
kelapa

sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang


tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam
lemak

jenuh.

Selain

itu

minyak

kelapa

yang

belum

dimurnikan

juga

mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti fosfatida, gum,


sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan
sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak
dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986).
Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat
ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian trigliseridanya . Minyak
kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C 8 C14), khususnya asam
laurat dan asam meristat. Adanya asam lemak rantai sedang ini (medium
chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa
sifat daya bunuh terhadap beberapa senyawaan yang berbahaya di dalam
tubuh manusia. Sifat inilah yang didayagunakan pada pembuatan minyak
kelapa murni (VCO, virgin coconut oil)
Secara garis besar proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan 2
cara :
Ekstraksi Mekanis (Cara Pres)
ii

Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini
memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin.

Mesin Pres Minyak


Uraian ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
b. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan
minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas
digiling

sampai

halus,

kemudian

dipanaskan

dan

dipres

untuk

mengeluarkan minyaknya.
c. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.
d. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:

Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi


(menghilangkan asam lemak bebas).

Penambahan

bahan

penyerap

(absorben)

warna,

biasanya

menggunakan arang aktif dan atau bentonit agar dihasilkan minyak


yang jernih dan bening.

Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan


menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang
tidak dikehendaki.

e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam
kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
Cara Ekstraksi Pelarut
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja)
yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah,
mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya

ii

tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan
karena biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah
sebagai berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut
pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap.
Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang
mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk
kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang
mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju
ruang penguapan semula.
c. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap,
sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini
berlangsung terus menerus sampai 3 jam.
d. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi
pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi
dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan
lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak
ada lagi residu pelarut pada minyak.
e. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan
penghilangan bau.

ii

BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Minyak nabati adalah minyak yang disari atau diekstrak dari berbagai
bagian tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, menggoreng,
pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai
penggunaan industri lainnya.
Untuk

menghasilkan

minyak

nabati

ini,

dapat

dilakukan

dengan

beberapa metode, yakni dengan cara pengepresan langsung dari tumbuhan


tersebut dan ektraksi padat-cair dengan bantuan solvent /pelarut atau bisa
juga dilakukan dengan pengepresan dan ekstraksi tersebut.
Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.

ii

Adapun cara ini bermacam-macam yaitu : Rendering, Mechanical exspression


dan Solvent extraction.

III.2 SARAN
Saran yang dapat kami kemukakan terkait dengan penulisan
makalah ini adalah agar dalam penulisan makalah yang relevan
selanjutnya dapat mengemukakan pembuatan minyak makan (edible oil)
secara mendetail.

DAFTAR PUSTAKA
Austin, George T. Shreves Chemical Process Industries fifth edition.
Singapore : Mc GRAWHILL. 1885-1975
Anonime. 2011. Minyak nabati.
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_nabati (diakses 1 April 2013)
Anonime.2012.prosespemurnianminyaknabati.http://industryoleoc
hemical.blogspot.com/2012/04/proses-pemurnian-minyak-nabati.html
(diakses 1 April 2013)

ii

Febinova.2011.Ekstraksipadatcairleaching.http://febinova.wordpre
ss.com/2011/12/04/ekstraksi-padat-cair-leaching-ekstraksi-padat-cairleaching/(diakses 23 Mei 2012)
Anonime.2009.
ekstraksi.http://majarimagazine.com/2009/03/ekstraksi/(diakses 1 April
2013)
Anonime.2012.TeoriPendekatanLeaching.http://www.scribd.com/do
c/92326744/Teori-Pendekatan-Leaching(diakses 3 April 2013)
Anonime.2012.Ekstraksikontinyuminyaknabati.http://www.scribd.c
om/doc/92358283/Ekstraksi-Kontinyu-Minyak-Nabati(diakses 1 April
2013)
Anonime.2012. Ekstraksi.
http://www.scribd.com/doc/88095643/ekttrasio(diakses 2 April 2013)
Anonime.2012.ekstraksi-minyak-atsiri-daun-cengkeh-denganpelarut-etanol-teknik. http://www.docstoc.com/docs/72011027/ekstraksiminyak-atsiri-daun-cengkeh-dengan-pelarut-etanol-teknik(diakses 3 April
2013)
Melisa.2012. Adsorbsi-Dengan-Lemak-Padat-Enfleurasi-DanEkstraksi-Dengan-Pelarut-From-Melisa.
http://www.scribd.com/doc/58664764/Adsorbsi-Dengan-Lemak-PadatEnfleurasi-Dan-Ekstraksi-Dengan-Pelarut-From-Melisa(diakses 2 April
2013)

ii

Anda mungkin juga menyukai