Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% persen buah
yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 - 40 persen.
Crude Palm Oil adalah minyak kelapa sawit mentah yang berwarna kemerahmerahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah
kelapa sawit.
Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses
awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa
sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak
sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya.

2. Rumusan Masalah
a. Apa saja produk turunan CPO dan bagaimana cara memprosesnya?
b. Bagaimana cara memproses biji menjadi inti kernel?
c. Apa saja produk turunan dari inti kernel dan bagaimana cara memprosesnya?

3. Tujuan
a. Mengethaui produk turunan CPO dan cara memprosesnya.
b. Mengetahui cara memproses biji menjadi inti kernel.
c. Mengetahui produk turunan dari inti kernel dan cara memprosesnya.

BAB II
DASAR TEORI
1. Biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak
nabati, turunan tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia seperti
kelapa sawit, kelapa, kemiri, jarak pagar, nyamplung, kapok, kacang tanah dan
masih banyak lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat meproduksi bahan minyak
nabati (BBN) dan dalam penelitian ini bahan bakar nabati berasal dari minyak
kacang tanah setelah mengalami beberapa proses seperti ektraksi, transesterifikasi
diperoleh metil ester (biodiesel), kemudian biodiesel dicampur dengan bahan
bakar solar. Hasil campuran itu disebut B10,B20 dengan tujuan agar bahan bakar
B10, B20 ini mempunyai sifat-sifat fisis mendekati sifat-sifat fisis solar sehingga
B10 B20 dapat dipergunakan sebagai pengganti solar.

2. Margarin
Margarin adalah produk lemak minyak seperti mentega yang di buat dengan
cara menghidrogenasi minyak atau lemak nabati. Secara sepintas lalu, margarin
dan mentega hampir sama, sehingga banyak orang awan yang tidak bisa
membedakannya. Padahal secara teksture dan organoleptik, margarin sangat
berbeda dari mentega. Baik dari segi warna, rasa ataupun titik leleh. Margarin
memiliki teksture yang lebih padat dan kaku daripada mentega. Warna yang lebih
kuning dan lebih stabil di suhu ruang sehingga tidak mudah meleleh.
Karena terbuat dari minyak/lemak nabati, maka kandungan asam lemak yang
terdapat dalam margarin lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dari
pada lemak jenuhnya. Dengan tingginya kadar asam lemak tidak jenuh, margarin
lebih menyehatkan karena mempunyai kadar kolesterol yang rendah. Minyak
lemak nabati yang biasanya di gunakan untuk membuat margarin adalah
lemak/minyak kelapa sawit. Karena terbuat dari lemak minyak nabati yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, harga margarin biasanya lebih murah daripada mentega.

3. Cocoa Butter Substitutes (CBC)


Cokelat adalah produk yang secara struktur tersusun dari material padat (solid)
yang tersebar dalam minyak / lemak. Material padat tersebut dapat berupa gula,
tepung cokelat maupun susu. Ditinjau dari komposisi bahan baku, cokelat
mengandung 28 sampai 40% minyak / lemak.
4. Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan,
badan, dan lain-lain yang terbuat dari campuran alkali, dan trigliserida dari lemak.
Sabun dibuat secara kimia melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi
penyabunan. Dalam proses ini asam lemak akan terhidrolisa oleh basa membentuk
gliserin dan sabun mentah. Sabun tersebut kemudian akan di olah lagi untuk
menyempurnakannya hingga kemudian sampai ke kita. Sabun pada mulanya
berbentuk batang. Lalu seiring dengan kemajuan zaman, di buatlah sabun colek,
sabun sintetis atau deterjen.

BAB III
PEMBAHASAN
1. Produk Turunan CPO (Crude Palm Oil)
A. Biodiesel

Alat yang digunakan


a. Buret
Mengeluarkan larutan dengan volume
tertentu.

b. Breaker glass
Beaker
sebuah

glass

wadah

adalah
berbentuk

silinder dengan dasar yang


rata

dan

pada

mulutnya

terdapat moncong atau paruh


kecil yang berfungsi sebagai
corong untuk menuangkan
cairan agar tidak tumpah ke mana-mana.

c. Gelas Ukur
Mengukur volume larutan.

d. Corong Pisah
Memisahkan
pelarut

yang

bercampur
proses

dua

macam

tidak

saling

sebagaimana
ekstraksi

dalam
cair-cair.

memisahkan cairan dari cairan


yang
jenisnya.

e. Termometer

lain

berdasarkan

berat

Untuk

mengukur

suhu.

f.

Erlenmeyer

Menyimpan dan memanaskan


larutan dan menampung filtrate
hasil penyaringan.

g. Statif
Menegakkan corong, buret.

h. Piknometer

Untuk mengukur massa jenis suatu


zat atau menentukan densitas cairan.

i. Oven
Mengeringkan

peralatan

yang akan digunakan.

j. Viscometer
Alat
untuk
fluida.

yang
mengukur

digunakan
viskositas

k. Neraca digital
Untuk mengukur massa
benda.

l.

Reaktor
Reaktor

membran

yang digunakan adalah


jenis

membran

polypropilen

dengan

ukuran pori 0,1m.

Bahan yang Digunakan


a. Minyak Nabati
Minyak nabati yang biasa disebut tryglyceryde, glycerol ester, atau
asam lemak karena bersifat asam. Asam lemak bebas akan dapat
menempel pada apapun yang bersifat basa. Ketika akan membuat biodiesel
asam

lemak

bebas

harus

dihilangkan

terlebih

dahulu.

Untuk

menghilangkan asam lemak bebas digunakan katalis yang lebih banyak

pada reaksi pembuatan biodiesel. Banyak katalis yang digunakan


bergantung dari seberapa banyak asam minyak nabati tersebut. Minyak
nabati memilik berat jenis 0,94 pada suhu 20C.
b. Alkohol
Alkohol yang biasa digunakan pada pembuatan biodiesel adalah
metanol dan etanol. Metanol dan etanol yang dapat digunakan hanya yang
murni 100%. Metanol merupakan alkohol yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan biodiesel. Metanol disukai karena hanya memiliki satu
rantai ikatan karbon, sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon. Etanol
memilik sifat yang sama dengan metanol yaitu memiliki warna yang
bening seperti air, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah tercampus
dengan air. Metanol memiliki densitas 0,7915 sedangkan etanol memiliki
densitas sebesar 0,79.
c. Katalis
Katalis adalah zat yang digunakan untuk mempercepat reaksi antara
zat-zat lain. Katalis yang mungkin digunakan adalah natrium hidroksida
atau kalium hidroksida. Katalis akan memecahkan minyak nabati dan
melepaskan ester, begitu ester bebas, mereka akan menempel pada
alkohol. Sedangkan katalis dan gliserol akan mengendap. Jumlah katalis
yang digunakan harus tepat. Pemakaian katalis yang terlalu sedikit akan
menyebabkan minyak dan alkohol tidak bereaksi, apaila jumlah katalis
yang digunakan terlalu banyak akan menyebabkan campuran teremulsi.

Proses Pengolahan Biodiesel


a. Transesterifikasi
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi 1 yaitu
pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H)
dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam
pada suhu 58-65C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam

reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang
telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan
pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada
suhu reactor 63C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam
reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi
akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya
produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol
dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena
berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian
dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi 2.
Selanjutnya dilakukan transesterifikasi 2 pada metil ester. Setelah proses
transesterifikasi 2 selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu
agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan 2 memerlukan waktu
lebih pendek daripada pengendapan 1 karena gliserol yang terbentuk
relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.
b. Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi 2 bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan
metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55C. Pencucian
dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).
c. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam
metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C.
Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk
dengan suhu sekitar 95C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi
ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.
d. Filtrasi

Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi


bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang
terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang
berasal dari dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan
baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10
mikron.

B. Margarin

Alat yang Digunakan


a. Mesin Krim Separator

Gaya sentrifugal dari cream


separator

yang menyebabkan

lemak CPO naik kepermukaan


dan membentuk suatu layer
cream (lapisan lemak).

b. Alat Pengaduk / Agitator Mentega


Alat ini digunakan dengan
cara

penumbukan

pengadukan.

dan

Alat

ini

berfungsi

untuk

menggumpalkan CPO dan


menjadikannya kental.

c. Mesin Pasteurisasi Plate Heat Exchanger


Alat

pasteurisasi

menggunakan

ini

metode

High Temperatur Short


time

(HTST).

CPO

dipanaskan pada suhu 71,7


C selama minimal 15 detik
dan didinginkan dengan
segera pada suhu 10 C. Alat ini mampu memanaskan dan mendinginkan suhu
setelahnya.

d. Mesin Churning

Maksud dilakukan
churning

adalah

agar lemak susu


dipisahkan

dari

bahan krim lainya.

Bahan yang Digunakan


Lemak nabati adalah lemak yang terdapat didalam CPO.

Proses Pengolahan Margarin


a. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas
dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap
stock). Netralisasi dengan kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam
skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan
cara netralisasi lainnya.
b. Tahap Bleaching (Pemucatan)
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat
warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan
mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching
earth (tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan
diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid
(gum dan resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida.
(Ketaren, 1986).

c. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan
jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak,
sehingga akan mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan
membuat lemak bersifat plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak
atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen
murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses
hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper
chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada
logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang
berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.
d. Tahap Emulsifikasi
Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak
dengan cara penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu
80oC dengan tekanan 1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi,
yaitu :
Proses pencampuran emulsifier fase minyak
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat
larut dalam minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air
dari emulsi air minyak terutama dalam penyimpanan. Emulsifier ini
contohnya Lechitin sedangkan penambahan b- karoten pada margarine
sebagai zat warna serta vitamin A dan D untuk menambah gizi.
Proses pencampuran emulsifier fase cair
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut
dalam minyak. Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang
akan dipakai untuk membuat emulsi dengan minyak. Emulsifier fase
cair ini adalah :

(a) garam untuk memberikan rasa asin TBHQ sebagai bahan anti
oksidan

yang

mencegah

teroksidasinya

minyak

yang

mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik


(b) Natrium Benzoat sebagai bahan pengawet (Baileys,1950). Vitamin
A dan D akan bertambah dalam minyak. Selain itu minyak akan
berbentuk emulsi dengan air dan membentuk margarin. Beberapa
bahan tambahan seperti garam, anti oksidan dan Natrium benzoat
juga akan teremulsi dalam margarin dalam bentuk emulsifier fase
cair. (Baileys,1950).

2. Pengolahan Biji Menjadi Inti Kernel


Hasil dari pengolahan buah kelapa sawit selain CPO adalah PKO. Minyak
PKO dihasilkan dari pengepressan inti sawit (kernel). Pengolahan buah kelapa
sawit hanya memproduksi minyak CPO dan kernelnya saja.
Ampas press yang dihasilkan oleh mesin press terdiri dari Fibre dan nut.
Untuk mendapatkan kernel, maka perlu dilakukan proses pemisahan antara
fibre dan nut terlebih dahulu. Selanjutnya dari nut yang telah dipisahkan di

proses terlebih dahulu untuk memperoleh kernel. Adapun fibre dari ampas
press digunakan sebagai bahan bakar Boiler.
a. Cake Braker Conveyor (CBC)
CBC merupakan suatu screw
conveyor

yang

pada

dipasang plat persegi


tempat
nut.

terlemparnya
CBC

tepinya
sebagai

fiber

berfungsi

dan
untuk

mengurai gumpalan fiber dengan


nut sehingga fiber dan nut terpisah atau tidak menggumpal. Ampas yang
terdiri dari fiber dan nut hasil dari pengepresan yang masih menggumpal
masuk ke CBC 1 kemudian ke CBC 2, dan membawanya ke depericarper.
b. Depericarper
Depericarper
adalah

alat

memisahkan
dengan
bantuan

nut
fan.

untuk
fiber
dengan
Fiber

dan nut dari CBC


masuk
depericarper.

ke
Disini

fraksi ringan yang berupa fiber dihisap fibre cyclone dan di angkut oleh
fibre and shell conveyor sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi
berat berupa nut turun ke bawah masuk ke nut polishing drum.
c. Nut Polishing Drum

Nut polishing drum berupa


drum

yang

ujungnya

berputar

berlubang-

yang
lubang

dengan kecepatan putaran 17


rpm. Fungsi nut polishing drum
adalah

sebagai

pemisah

kotoran dari nut. Nut yang


jatuh dari depericarper akan
mengalami perputaran sehingga nut dan kotoran terpisah. Selanjutnya nut
diangkutoleh wet nut cross conveyor, wet nut transport, kemudian
dihisap destroner cyclone menuju Nut Hopper untuk selanjutnya diteruskan ke
Ripple mill.
d. Ripple Mill
Ripple mill merupakan alat yang
berfungsi

untuk

memecah

nut

sehingga inti terlepas dari cangkang,


dimana alat ini terdiri dari rotor atau
silinder besi yang berputar (rotaring
rotor) dan plat persegi yang diam
(stationary plate). Nut dari nut bin
masuk ke ripple mill di atur oleh
fibrating feeders. Rotating rotor berfungsi sebagai alat pemecah, sedangkan
stationary plate merupakan plat bergerigi tajam yang berfungsi sebagai
landasan biji. Rotating rotor terdiri dari 30 batang rotor (riplle bar) yang
terbuat dari high carbon steel. Nut masuk melalui rotor yang berputar
sehingga akan terhimpit atau tertekan dinding stationary plate dengan kuat
dan menyebabkan cangkang pecah.
e. Light Tenera Dry Separating (LTDS) 1 dan 2
LTDS merupakan tempat pemisahan cangkang, serat/fiber dan kernel
dengan bantuan fan. Dari ripple mill kernel akan dibawa oleh Cracked

Mixture Conveyor dan Cracked


Mixture Elevator menuju LTDS
1. Di LTDS 1 terdapat air lock
yang berfungsi untuk mengunci
udara sehingga bagian di bawah
air lock tidakakan tehisap oleh
fan kecuali yang berasal dari
umpan dan belum melewati air lock.
Proses pemisahan terjadi, karena fraksi-fraksi yang lebih ringan (fiber dan
cangkang ringan) akan dihisap oleh fan dan masuk ke LTDScyclone. Fraksi
berat (kernel) akan jatuh ke wet elevator dan dikirim ke kernel silo dryer. Dan
fraksi yang agak berat (cangkang dan kernel sedang) akan masuk ke LTDS 2
yang juga memiliki air lock dan hisapan fan lebih ringan dibanding LTDS 1.
Cangkang kembali terhisap LTDS cyclone, sedangkan kernel dan sebagian
cangkang agak berat yang belum dipisahkan lagi pada claybath.

f. Claybath
Claybath adalah alat pemisahan
kernel dengan cangkang berdasarkan
perbedaan

berat

jenis.

Proses

pemisahan

ini

secara

basah

menggunakan
(500kg/shift),

larutan
dan

air.

CaCO3
Claybath

berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan


berat jenis. Berat jenis Kernel = 1,1, berat jenis cangkang = 1,3 sehingga berat
jenis CaCO3 yang dibutuhkan adalah = 1,2 dengan
partikel CaCO3 lolos mesh 400.
Fraksi yang ringan akan mengapung (kernel) dan fraksi yang berat akan
tenggelam (cangkang). Kernel yang merupakan fraksi ringan akan melalui

Wet Kernel Conveyor dan Wet Kernel Elevator menuju kernel silo dryer,
sedangkan cangkang melalui Wet Shell Transport Fan akan dibawa ke shell
bin sebagai bahan bakar boiler.
g. Kernel Silo Dryer

Kernel

silo

dryer

merupakan

tempat pengeringan kernel dengan


menggunakan temperatur 60-70C
selama 4 jam. Kernel yang masih
mengandung air perlu dikeringkan
sampai kadar airnya 7%. Prinsip
kerjanya udara panas dariheater fan dihembuskan ke dalam kernel silo. Kernel
yang telah dikeringkan ini akan di bawa oleh Dryed Kernel Conveyor ke
Bulking Kernel untuk di kemas dan selanjutnya dipasarkan.

3. Produk Turunan PKO (Palm Kernel Oil)


A. Cocoa Butter Substitutes (CBS)

Alat dan Fungsinya

a. Labu Leher Tiga

Digunakan

dalam

proses

destilasi. Pada masing-masing leher


adalah tempat untuk memasukkan
bahan kimia yang akan di destilasi, dan
satunya lagi untuk jalan uap cairan
yang akan dilewatkan pada gelas
pendingin.

b. Corong Pisah
Memisahkan dua macam pelarut
yang tidak saling bercampur sebagaimana
dalam

proses

ekstraksi

cair-cair.

memisahkan cairan dari cairan yang lain


berdasarkan berat jenisnya.

c. Hot Plate
Untuk

memanaskan

larutan.

Biasanya untuk larutan yang mudah


terbakar.

d. Stirrer

Untuk menghomogenkan suatu


larutan dengan pengadukan.

e. Oven
Mengeringkan peralatan yang akan
digunakan.

f.

Termometer
Untuk mengukur suhu.

g. Batang Pengaduk

Untuk mengaduk larutan.

h. Gelas Ukur
Mengukur volume larutan.

i. Rotary Evaporator
Alat yang digunakan untuk melakukan
ekstraksi,penguapan
efisien dan lembut.

j. Pipet Tetes

pelarut

yang

Memindahkan beberapa tetes zat


cair.

k. Erlenmeyer
Menyimpan

dan

memanaskan

larutan dan menampung filtrate hasil


penyaringan.

l. Kromatografi Gas
Kromatografi

Gas

adalah proses pemisahan


campuran

menjadi

komponen-komponennya
dengan menggunakan gas
sebagai fase bergerak yang
melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.

Bahan yang digunakan


a. Methanol kering
b. Na2SO4 anhidrat
c. KOH
d. H2SO4 pekat
e. Benzene
f. CaCl2, kloroform
g. asam sitrat
h. natrium metoksida dan aquadest
i. RBDPO
j. PKO

Proses pengolahan CBC


a. Pembuatan Metil Ester RBDPO dan PKO.
Sampel (RBDPO atau PKO) sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam
labu yang telah dilengkapi dengan kondensor dan dihubungkan dengan
kaca berisi natrium sulfat anhidrat dan kapas serta labu dilengkapi dengan
pengaduk magnet. Methanol kering sebanyak 100 ml dan benzene 200 ml
dimasukkan ke dalam labu sambil didinginkan dan diaduk,kemudian
ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat melalui corong penetes. Campuran
direfluks selama tiga jam. Hasil reaksi yang terbentuk diuapkan pelarutnya
kemudian diekstraksi dengan n-heksan dan dicuci dengan aquadest dan
selanjutnya dikeringkan dengan natrium sulfat anhidrat dan disaring untuk
kemudian filtratnya diuapkan. Residu yang diperoleh adalah metal ester
asam lemak yang dimurnikan melalui destilasi vakum sehingga diperoleh
metal ester asam lemak murni. Metil ester ini kemudian dianalisa dengan
kromatografi gas.

b. Interesterifikasi antara PKO dengan RBDPO.


RBDPO sebanyak 50 gram dicampur dengan 50 gram PKO lalu
dimasukkan ke dalam aspirator dan ditambahkan katalis natrium
metoksida sebanyak 0.3 gram. Campuran ini diaduk menggunakan
pengaduk mekanik dengankecepatan putaran 3000 rpm selama 4 jam.
Setelah itu katalis diinaktivasi dengan menggunakan 20 ml asam sitrat
20%, kemudian dipisahkan dengan corong pisah dan diperoleh hasil reaksi
interesterifikasi dan ditentukan titik leburnya dan dianalisa kandungan
asam lemak padat dengan pulsa NMR tipe BS-684. dengancara yang sama
juga dilakukan interesterifikasi antara RBDPO dan PKO dengan
perbandingan 9:1, 8:2, 3:7, 6:4, 4:6, 3:7, 2:8, dan 1:9.
c. Komposisi Asam Lemak
Hasil analisa KGC menunjukkan komposisi asam-asam lemak utama
yang digunakan dalam penelitian ini yang terdapat dalam RBDPO (C12:
0.37%, C14: 1.19%, C16:43.94%, C18: 4.09%, C20: 0.14%, C18:1:
38.55%, C18:2: 11.66%) dan PKO (C8: 3.63%, C10:3.54%, C12: 46.81%,
C14: 15.85%, C16: 8.65%,C18: 2.34%, C18:1: 16.47%, C18:2: 2.67%).
Pada data di atas komponen utama penyusun RBDPO terdiri dari asam
palmitat 43.94% dan oleat 38.55%. RBDPO mengandung asam lemak
jenuh dan tidak jenuh yang hamper sama sehingga hal ini mempengaruhi
sifat fisik dari RBDPO yang bersifat semi padat pada suhu kamar. Pada
data PKO dapat dilihat bahwa PKO memiliki komposisi asam lemak jenuh
yang rantaikarbonya pendek dalam jumlah yang besar dan sedikit asam
lemak tidak jenuh (19.14%).Keadaan ini menyebabkan PKO memiliki
daya tahan tinggi terhadap oksidasi dan titik leburnya tidak begitu tinggi
(26oC) sehingga cair pada temperature kamar. Namun keadaan ini
menyebabkan PKO tidak dapat digunakan sebagai pengganti mentega
coklat yang sifatnya pada suhu kamar dan melebur pada suhu tubuh.
Untuk itulah perlu dilakukan modifikasi untuk mendapatkan lemak yang
padat dan memiliki sifat fisik seperti mentega coklat. Jenis asam lemak

sangat berperan dalam sifat-sifat minyak/lemak, baik sifat-sifat fisika


maupun karakteristik nutrisi minyak/lemak. Dengan demikian komposisi
asam lemak pada RBDPO dan PKO dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam memperoleh lemak yang padat dan memiliki sifat
fisik seperti mentega coklat melalui interesterifikasi antara kedua
minyak/lemak tersebut. Hasil kromatografi gas menunjukkan bahwa PKO
mengandung asam lemak laurat sebanyak 46.81% yang merupakan
kandungan tertinggi. Asam lemak ini mempunyai cita rasa yang tinggi
yang dapat saling berdistribusi dengan asam lemak pada RBDPO sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan pengganti mentega coklat dari
laurat.
d. Titik Lebur Hasil Interesterifikasi antara RBDPO dengan PKO
Hasil penentuan titik lebur untuk RBDPO dan PKO sebelum
interesterifikasi masing-masing berturut-turut 50oC dan 26oC. Hal ini
diduga berkaitan dengan komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh
yang dikandungnya yang mempengaruhi titik lebur RBDPO dan PKO.
Interesterifikasi mengubah titik lebur dari minyak

di mana

interesterifikasi yang dilakukan antara minyak nabati yang berbeda titik


leburnya akan menghasilkan titik lebur baru yang berada diantara kedua
titik lebur bahan pencampurnya. Dapat dilihat bahwa titik lebur hasil
interesterifikasi antara RBDPO dan PKO dengan perbandingan 3:7, 4:6,
6:4, dan 7:3 masing-masing berturut-turut 33oC, 33.5oC,34oC, dan 35oC.
Berdasarkan hasil yang diperoleh ternyata semakin banyak PKO maka
titik lebur hasil interesterifikasi semakin kecil, hal ini diduga karena
jumlah asam lemak tidak jenuh atau asam lemak jenuh rantai pendek yang
memiliki titik lebur yang rendah dari PKO semakin bertambah dalam
campuran

dan

mempengaruhi

titik

lebur

hasil

interesterifikasi.

Berdasarkan pengukuran titik lebur pada hasil interesterifikasi antara PKO


dengan RBDPO maka perbandingan 6:4, 7:3 memenuhi sifat fisik sebagai

pengganti mentega coklat yang syarat utamanya adalah padat pada suhu
kamar (27oC) dan melebur pada suhu tubuh (36.5 37oC).
e. Kandungan Lemak Padat (Solid Fat Content) Hasil Interesterifikasi
antara RBDPO dan PKO.
Kandungan Lemak Padat (Solid Fat Content) dari hasil interesterifikasi
antara RBDPO dan PKO dianalisa dengan Pulse Nuclear Resonance
(NMR) Analizer Bruker NMS 120 dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Kandungan Lemak Padat dari Hasil Interesterifikasi antara
RBDPO dan PKO Hasil Interesterifikasi RBDPO: PKO Kandungan
Lemak Padat

Dengan membandingkan hasil interesterifikasi antara PKO dan


RBDPO dengan mentega coklat Ghana yang diinteresterifikasi dengan
Illexao diperoleh kandungan lemak padat 4.5 16.6% pada temperature
35oC dan juga dibandingkan dengan interesterifikasi antara mentega coklat
Malaysia dengan stearin kelapa sawit diperoleh kandungan lemak padat
13.7%

pada

temperature

35oC.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

interesterifikasi antara RBDPO dan PKO dengan perbandingan 3:7, 4:6,


6:4, dan 7:3 mempunyai kandungan lemak padat relative rendah pada 35oC
yaitu masing-masing 0%, 0.44%, 1.44%, dan 2.57% sehingga mudah
dicerna dan diabsorbsi oleh usus. Oleh karena itu 6:4 dan 7:3
perbandingan hasil interesterifikasi tersebut layak digunakan sebagai
pengganti mentega coklat (Tarigan,2015)

B. Sabun

Alat dan fungsinya

a. Beaker Glass
Breaker

glass

berfungsi

untuk

mengukur dan mencampurkan bahan yang


akan digunakan dalam proses pembuatan
sabun. Pada mulutnya terdapat corong yang
berfungsi untuk menuangkan cairan agar
tidak tumpah kemana-mana.

b. Gelas Ukur
Mengukur volume larutan yang akan
dicampurkan
biodiesel.

c. Termometer

pada

proses

pembuatan

Termometer

digunakan

untuk

mengukur suhu pada proses pembuatan


biodiesel.

d. Batang Pengaduk
Batang pengaduk berfungsi untuk
mengaduk larutan.

e. Pemanas Magnetic Stirrer

Pemanas magnetic stirrer berfungsi


untuk menyatukan adukan supaya larutan
dapat tercampur dengan baik.

f. Timbangan Neraca Analitis


Timbangan Neraca Analisis Berfungsi Mengukur Jumlah Zat Yang
Diperlukan Dalam Pembuatan Sabun

g.

Kaca Arloji
Kaca arloji berfungsi untuk menutup gelas
kimia pada saat penimbangan dilakukan.

h. Cetakan
Cetakan

berfungsi

untuk

membentuk

sabun sesuai dengan keinginan kita.

i.

Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu pembuatan sabun.

Bahan yang digunakan


a. Asam stearat
b. PKO
c. NaOH 30 %
d. Etanol
e. Asam sitrat
f. TEA
g. Aquadest
h. Pewangi.

Proses Pengolahan Sabun


a) Pertama bahan yang akan digunakan harus di timbang dengan baik dan
dimasukkan ke dalam beaker glass.
b) Bahan yang dimasukkan dibeaker glass kemudian dicairkan dengan
asam stearat pada suhu 60 oC menggunakan magnetic stirrer yang
disebut sebagai campuran bahan I.
c) Campuran bahan I kemudian ditambahkan minyak sawit dan dilakukan
pengadukan dengan kecepatan tetap serta suhu dijaga pada (60-70)oC.
d) Setelah larutan tercampur dengan rata, ditambahkan NaOH kemudian
diaduk dengan kecepatan tetap sehingga larutan tercampur rata dan
menjadi bahan yang disebut stok sabun.

e) Kemudian kedalam campuran ditambahkan bahan lainnya seperti


etanol hingga tercampur dengan rata.
f) Kedalam campuran kemudian ditambahkan air atau air gula yang bisa
membuat sabun menjadi transparan,suhu harus tetap dijaga 60-70oC.
g) Kemudian ditambahkan asam sitrat dan TEA kedalam campuran I
dengan kecepatan adukan yang tetap dan pada suhu 60-70oC.
h) Pada saat semua larutan sudah tercampur dengan rata maka hentikan
pemanasan dan adukan.
i) Campuran didiamkan sejenak sampai suhu 40oC dan ditambahkan
pewangi pada sabun.
j) Kemudian buang buih atau busa yang mengapung di atas campuran.
k) Setelah buih atau busa selesai dibuang maka campuran siap dicetak
dan dibiarkan dingin sampai suhu 40oC sampai mengeras.
l) Simpan sabun selama 3 minggu sebelum sabun digunakan atau
dipasarkan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Produk turunan CPO (Crude Palm Oil) salah satunya adalah biodiesel dan
margarin. Proses pengolahan biodiesel dari CPO adalah sebagai berikut:

Transesterifikasi

Pencucian

Pengeringan

Filtrasi

Proses pengolahan margarin dari CPO adalah sebagai berikut:

Tahap Netralisasi

Tahap Bleaching (Pemucatan)

Tahap Hidrogenasi

Tahap Emulsifikasi

Proses pengolahan biji menjadi inti kernel adalah sebagai berikut:

Cake Braker Conveyor (CBC)

Depericarper

Nut Polishing Drum

Ripple Mill

Light Tenera Dry Separating (LTDS) 1 dan 2

Claybath

Kernel Silo Dryer

Produk turunan dari PKO (Palm Kernel Oil) salah satunya adalah Cocoa Butter
Substitutes (CBS) dan Sabun.

Anda mungkin juga menyukai