Anda di halaman 1dari 5

Proses Pembuatan Margarin

Margarin dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya diproduksi dari lemak
beef yang disebut oleo-margarine. Margarin sedikitnya mengandung 80% lemak dari
total beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri dari turunan susu skim, air, atau
protein kedelai cair. Dan sisanya 1-3% merupakan garam, yang ditambahkan
sebagai flavor.

Proses Pembuatan

1. Tahap Netralisasi

Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak
atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan
kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan
lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya.

2. Tahap Bleaching (pemucatan)

Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang
tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur minyak
dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah pemucat), dan
karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan
juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak
misalnya peroksida. (Ketaren,1986).



3. Tahap Hidrogenasi

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis.
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon
asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan
menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.

Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada
katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih
ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung
sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi
minyak

4. Tahap Emulsifikasi

Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan cara
penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80oC dengan tekanan
1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu

a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak

Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak
yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air minyak terutama
dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin sedangkan penambahan b-
karoten pada margarine sebagai zat warna serta vitamin A dan D untuk menambah
gizi.

b. Proses pencampuran emulsifier fase cair

Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam minyak.
Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk membuat
emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah : garam untuk memberikan
rasa asin TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah teroksidasinya minyak
yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik Natrium Benzoat
sebagai bahan pengawet (Baileys,1950). Vitamin A dan D akan bertambah dalam
minyak. Selain itu minyak akan berbentuk emulsi dengan air dan membentuk
margarin. Beberapa bahan tambahan seperti garam, anti oksidan dan Natrium
benzoat juga akan teremulsi dalam margarin dalam bentuk emulsifier fase cair.
(Baileys,1950).

Tabel 1. Jenis emulsifier yang diijinkan untuk pembuatan margarin
















Bahan bakar diesel, selain berasal dari petrokimia juga dapat disintesis dari ester asam lemak yang
berasal dari minyak nabati. Bahan bakar dari minyak nabati (biodiesel) dikenal sebagai produk yang
ramah lingkungan, tidak mencemari udara, mudah terbiodegradasi, dan berasal dari bahan baku
yang dapat diperbaharui. Pada umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai
karbon antara C6-C22. Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang mengandung
asam lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan
sebagai bahan baku biodiesel. Pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi dua tahap,
dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO
maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.




Transesterifikasi

Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium
hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung
sekitar 2 jam pada suhu 58-65C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah
asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor
transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk
dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reactor
dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan
konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan
gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih
besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses
transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses
transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari
metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol
yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.

Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang
tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55C.
Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).

Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan
dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas
pada produk dengan suhu sekitar 95C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah
permukaan cairan pada alat pengering.

Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk menghilangkan
partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak
besi) yang berasal dari dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang
dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.

Anda mungkin juga menyukai