Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGILANGAN MINYAK BUMI DAN NABATI

Oleh :

Ullia Nurul Ismala

1507123812

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2016
Proses Pengolahan Minyak Nabati
Pada Pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat alami
minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang dikehendaki.

Ekstraksi adalah pengolahan dengan pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair
(misalnyabahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling
bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau
tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.

Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan
atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan
dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji
coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.

Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun ekstraksi minyak atau lemak itu
bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression
dan solvent extraction.

1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering,
penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein
pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus
oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi
dengan dua cara,yaitu :

a. Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya
proses tersebut.Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan
temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan
temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau
lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pangaduk,kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu
50C sambil diaduk.

Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian dipisahkan.Proses wet
rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular,sedangkan proses wet
rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air
bertujuan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.Peralatan yang
digunakan adalah autoclave atau digester.

Gambar 1. Proses wet rendering

b. Dry Rendering

Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung.Dry
rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat
pengaduk (agitator).Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan
kedalam ketel tanpa penambahan air.

Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.Pemanasan dilakukan pada suhu 220F sampai 230F
(105C-110C).Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar
ketel.Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

2. Pengepresan Mekanik (mechanical expression)

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,terutama untuk bahan
bahan yang berasal dari biji-bijian.Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan
yang berkadar minyak tinggi(30-70%).Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.Perlakuan pendahuluan tersebut
mencakup pembuatan serpih,perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua
cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu:

a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)

Pada cara hydraulic pressing,bahan di press dengan tekanan sekitar 2000pound/inch2 (140,6
kg/cm = 136 atm).Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung pada
lamanya pengepresan,tekanan yang dipergunakan,serta kandungan minyak dalam bahan
asal.Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6
persen,tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
Gambar 2. hydraulic press

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan mekanis
dapat dilihat pada gambar.

Gambar 3. Skema cara memperoleh minyak dengan pengepresan

b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan
atau tempering.Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan
sekitar 15-20 ton/inch2.Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5
persen,sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen.
Gambar 4.expeller pressing
Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau
dengan sentrifugasi.

3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent extraction)


Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan
lemak.Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen
atau lebih rendah. Mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller
pressing,karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.Pelarut minyak atau lemak
yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum
eter,gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan.Perlu diperhatikan
bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 persen.Bila lebih, seluruh
sistem solvent extraction perlu diteliti lagi.

Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi, yaitu ekstraksi dengan pelarut
organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan
menggunakan alat soklet.
Metode Ekstraksi
Metoda metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi, perkolasi serta refluks. Metoda-metoda
ekstraksi sebagai berikut :

1. Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (Voight, 1995).

2. Prinsip Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian
simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam
sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh (Voight, 1995).

Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya
kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (Voight,
1995).

3. Prinsip Sokletasi

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat
dengan cara penyarian berulang ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang
diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan
padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga
diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Proses pengambilan minyak dari ampas kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi
sokletasi (Voight, 1995).

Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material atau bahan
padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu
didih, tabung soklet, dan kondensor.Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk mempermudah
pelarutan senyawa (Voight, 1995)

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul
setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan
kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat
padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat - syarat pelarut yang
digunakan dalam proses sokletasi :

1. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol

2. Titik didih pelarut rendah.

3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.

4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.

5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.

6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.

2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.

3. Proses sokletasi berlangsung cepat.

4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.

5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi adalah sebagai berikut :

1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau
senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.

2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksimeyer,


Na, wagner, dan reagen-reagen lainnya.

3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang


berlangsung.Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar
matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis
hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut
senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi (Voight, 1995).

4. Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat
bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnyaberlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Voight,1995).

5. Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air
dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak
menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap
akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak (Voight, 1995).

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi :

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,
prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya
belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia
yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat
dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat
mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya
untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini
(utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik
yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa
dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Voight, 1995).

Anda mungkin juga menyukai