Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
2. Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
disolusi suatu zat.

1.2 Difusi
1.2.1 Pengertian Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus
terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan
kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan
teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek
yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer)
molekul yang diam dari solid atau fluida (Suyitno, 1988).

Menurut Suyitno (1988), disolusi merupakan proses ketika suatu zat


padat masuk ke dalam pelarutmenghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain
proses saat zat padat melarut. Makakecepatan disolusi dapat dinyatakan
sebagaijumlah zat dalam bentuk padatan yangterlarut dalam pelarut tertentu
sebagai fungsi dari waktu. Prinsip disolusi dikendalikanoleh afinitas antara zat
padat dengan pelarut. Proses pelarutan zat ini dikembangkan oleh Noyes
Whitney dalam bentuk persamaan berikut:
dM/dt=DSh-1(Cs-C).................................................(1.1)

Keterangan:
dM/dt : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi
S : luas permukaan zat
Cs : kelarutan zat padat
C : konsentrasi zat dalam larutan saat waktu t
h : tebal lapisan difusi
Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan sebagai berikut:
D=k.T6..r .(1.2)
Keterangan:
D : koefisien difusi
k : konstanta Boltzman (13,8 x 10-24 J/atom K)
T : suhu
r : jari-jari molekul
: viskositas pelarut
Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat
dari sediaan padat dalam medium tertentu. Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai
hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu
dispersi homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan pelarutan
atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke
dalam medium tertentu dari suatu padatan (Suyitno, 1988).

Tetapan laju disolusi merupakan suatu besaran yang menunjukkan


jumlah bagian senyawa obat yang larut dalam media per satuan waktu. Uji
disolusi yang diterapkan pada sediaan obat bertujuan untuk mengukur serta
mengetahui jumlah zat aktif yang terlarut dalam media pelarut yang diketahui
volumnya pada waktu dan suhu tertentu, menggunakan alat tertentu yang
didesain untuk uji parameter disolusi (Martin, 1990).

Tahap disolusi meliputi proses pelarutan obat pada permukaan partikel padat
yang membentuk larutan jenuh di sekeliling partikel yang dikenal sebagai lapisan
diam (stagnant layer). Kemudian obat yang terlarut dalam lapisan diam ini berdifusi
ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi obat yang tinggi ke daerah konsentrasi obat
yang rendah (Suyitno, 1988).
Menurut Suyitno (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
difusi, yaitu:
Ukuran partikel, Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.

Ketebalan membran, Semakin tebal membran, maka semakin lambat


kecepatan difusi.

Luas suatu area, Semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
difusinya.

Jarak, Semakin besar jarak antara dua konsentrasi,maka semakin lambat


kecepatan difusinya.

Suhu, Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak


dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

1.2.2 Kecepatan Disolusi

Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut. Maka
kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk padatan yang
terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu. Prinsip disolusi
dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut (Martin, 1990).

Gambar 1.1 Disolusi Suatu Padatan Matriks (Martin, 1990)


Menurut Amir (2007), faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
disolusi suatu zat , diantaranya yaitu:

1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat
yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat.Menurut
Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut :

kT
6r
D= ............................................................(1.3)
Keterangan :
D : koefisien difusi
r :jari-jari molekul
k :konstanta Boltzman
:viskositas pelarut
T :suhu

2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu
zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan
viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.

3. pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat
asam atau basa lemah.
a) Untuk asam lemah
dc Ka
K.C.Cs 1
dt
H
..........................................(1.4)
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.

b) Untuk basa lemah


dc H

K.C.Cs 1
dt Ka
....(1.5)
Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.

4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika
pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi
besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.

6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur
internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda
juga.

7. Sifat Permukaan Zat


Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat
hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar
partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan
kecepatan disolusinya bertambah.

Selain dari faktor-faktor tersebut, dalam bentuk sediaan seperti tablet,


formulasi juga sangat berpengaruh seperti misalnya pengaruh bahan tambahan
yangdigunakan dantekanan kompresi yang digunakan saat mencetak tablet.
Bahantambahan dalam hal ini berpengaruh terutama jika membentuk kompleks yang
tidaklarut seperti kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks
dengantetrasiklin atau penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti
magnesiumstearat (Kramer.1996)

Menurut Kramer (1996), Supaya partikel padat terdisolusi maka molekul


solut pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian
bergerak menjauhi permukaan memasuki pelarut. Tergantung pada kedua proses
ini dan bagaimana cara proses transport berlangsung maka perilaku disolusi
dapat digambarkan secara fisika. Dari segi kecepatan disolusi yang terlibat
dalam zat murni, ada tiga dasar model fisika yang umum Di dalam pembahasan
untuk memahami mekanisme disolusi, kadang-kadang digunakan salah satu
model atau gabungan dari model-model tersebut.
a. Model lapisan difusi (diffusion layer model)
Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada
permukaan padat terdapat satu lapis tipis cairan dengan ketebalan , merupakan
komponen kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan
padat Reaksi pada permukaa n padat-cair berlangsung cepat. Begitu model solut
melewati antar muka liquid film bulk film, pencampuran secara cepat akan
terjadi dan gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi
ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liguid film
b. Model barrier antar muka (interfacial barrier model)
Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan
dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan. Sebagai hasilnya, tidak
dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan, dan hal ini harus dijadikan
pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat-cair
sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor
yang relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis.
c. Model Dankwert (Dankwert model)
Model ini beranggapan bahwa transpor solut menjauhi permukaan padat
terjadi melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antar muka padat-cair
karena terjadi pusaran difusi secara acak. Paket pelarut terlihat pada permukaan
padatan. Selama berada pada antar muka, paket mampu mengabsorpsi solut
menurut hukum difusi biasa, dan kemudian digantikan oleh paket pelarut segar.
Jika dianggap reaksi pada permukaan padat terjadi segera, proses pembaharuan
permukaan tersebut terkait dengan kecepatan transpor solut atau dengan kata
lain disolusi.
Menurut Martin (1990), Penetapan kadar asam salisilat dapat dilakukan
dengan titrasi asam basa dengan menggunakan natrium hidroksida dan indikator
fenolftalein. Pada penetapan kadar asam salisilat, reaksi yang terjadi:

Asam Salisilat + NaOH > Natrium Salisilat + H2O


Pada praktikum kali ini, akan ditentukan kecepatan disolusi dari asam salisilat.
Adapun rumus molekul adalah C7H6O3 dan rumus strukturnya sebagai berikut:

Gambar 1.2 Rumus struktur asam salisilat

Dari gambar 1.2 rumus struktur asam salisilat di atas, terlihat bahwa asam
salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polarnya adalah gugus
OH dan gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Dari rumus
struktur ini dapat dilihat bahwa asam salisilat larut pada sebagian pelarut polar
dan sebagian pada pelarut non polar, tetapi sukar larut dengan sempurna pada
pelarut polar saja atau pelarut nonpolar saja karena memiliki gugus polar dan
nonpolar sekaligus dalam satu gugus. Sehingga otomatis mudah larut pada
pelarut semipolar seperti alkohol dan eter. Hal ini sesuai dengan pustaka yang
menyebutkan bahwa asam salisilat sukar larut pada air yang merupakan pelarut
polar dan benzena yang merupakan pelarut nonpolar tetapi mudah larut pada
etanol dan eter yang merupakan pelarut semipolar (Kramer, 1996).
DAFTAR PUSTAKA

Alfred, Martin. 2008. Farmasi Fisika Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu
Farmasetik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: UI Press
Amir ,syarif.2007. farmaklologi dan terapi edisi kelima. Gaya Baru : Jakarta
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia
Kramer. 1996.Fisika Untuk SMA. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Martin, Alfied. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga.Universitas Erlangga:jakarta
Suyitno. 1988. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Penerbit Erlangga: Jakarta.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat Alat yang Digunakan


1. Mechanical stirrer
2. Water Batch
3. Gelas Kimia 500 ml
4. Termometer
5. Pipet Ukur 50 ml
6. Gelas Ukur 100 ml
7. Buret
8. Erlenmeyer
9. Stopwatch
10. Statip dan Klem
11. Neraca Analitik
2.2 Bahan Bahan yang Digunakan
1. Asam Salisilat
2. NaOH 0,05 N
3. Indikator PP
4. Akuades
2.3 Prosedur Percobaan
2.3.1 Pengaruuh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepaan Disolusi Zat
1. Akuades sebanyak 400 ml dimasukkan kedalam gelas kimia.
2. Termometer dipasang pada bejana untuk mengamati suhu larutan.
3. Bejana ditempatkan di dalam water batch pada suhu ruang, 1 gram asam
salisilat dimasukkan ke dalam bejana, motor pengaduk dihidupkan pada
kecepatan 100 rpm.
4. Sebanyak 20 ml larutan diambil dari bejana setiap selang 1, 5, 10, 15 dan 20
menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel, segera
digantikan dengan 20 ml akuades.
5. Kadar asam salisilat yang terlarut ditentukan dengan titrasi secara asam
basamenggunakan NaOH 0,05 N dan indikator PP. Koreksi perhitungan kadar
yang diperoleh dilakukam setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan
karena penggantian larutan akuades.
6. Percobaan yang sama dilakukan kembali untuk massa asam salisilat sebesar 2
gram dan 3 gram.
7. Hasil yang diperoleh ditulis dalam tabel.
2.3.2 Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Disolusi Zat
1. Akuades sebanyak 400 ml dimasukkan kedalam gelas kimia.
2. Termometer dipasang pada bejana untuk mengamati suhu larutan.
3. Bejana ditempatkan di dalam water batch pada suhu ruang, 1 gram asam
salisilat dimasukkam ke dalam bejana, motor pengaduk dihidupkan pada
kecepatan 100 rpm.
4. Sebanyak 20 ml larutan diambil dari bejana setiap selang 1, 5, 10, 15 dan 20
menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel, segera
digantikan dengan 20 ml akuades.
5. Kadar asam salisilat yang terlarut ditentukan dengan titrasi secara asam
basamenggunakan NaOH 0,05 N dan indikator PP. Koreksi perhitungan kadar
yang diperoleh dilakukam setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan
karena penggantian larutan akuades.
6. Percobaan yang sama dilakukan kembali untuk suhu 40 C dan 50 C
7. Hasil yang diperoleh ditulis dalam tabel.
2.3 Pengamatan
2.3.1 Hasil Pengamatan Pada Pengaruh Variasi Massa Terhadap Kecepatan
Disolusi
Tabel 2.1Volume NaOH Terpakai Saat Titrasi Pada Berbagai Variasi Massa
No Menit Volume NaOH yang Terpakai(ml)
1 Gram 2 Gram 3 Gram
1 1 2,1 6,7 2
2 5 3,3 8,4 4,1
3 10 4,1 3,6 4,0
4 15 5,4 9,6 5,0
5 20 6,2 11,5 5,0

2.3.2 Hasil Pengamatan Pada Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Disolusi


Tabel 2.2 Volume NaOH Terpakai Saat Titrasi Pada Berbagai Variasi Suhu
No Menit Volume NaOH yang Terpakai (ml)
28 C 40 C 50 C
1 1 2,1 3,9 4,4
2 5 3,3 6,8 6,3
3 10 4,1 7,4 8,5
4 15 5,4 8,3 8,6
5 20 6,2 10,2 9,2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


3.1.1 Hasil Percobaan Pengaruh Variasi Massa terhadap Kecepatan Disolusi
Suatu Zat
Tabel 3.1 Pengaruh Variasi Massa terhadap Kecepatan Disolusi Suatu Zat
Waktu Konsentrasi Asam Salisilat tiap Variasi Massa
(menit) 1 gram 2 gram 3 gram
1 0,00525 N 0,01675 N 0,005 N
5 0,0075 N 0,021 N 0,01025 N
10 0,01025 N 0,009 N 0,01 N
15 0,0135 N 0,024 N 0,0125 N
20 0,0155 N 0,02875 N 0,0125 N

3.1.2 Hasil Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Suatu Zat
Tabel 3.2 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Suatu Zat
Waktu Konsentrasi Asam Salisilat tiap Perubahan Suhu
(menit) 28 C 40 C 50 C
1 0,00525 N 0,00975 N 0,011 N
5 0,0075 N 0,01575 N 0,017 N
10 0,01025 N 0,0185 N 0,023 N
15 0,0135 N 0,02125 N 0,02705 N
20 0,0155 N 0,0215 N 0,0255 N

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Pengaruh Variasi Massa terhadap Kecepatan Disolusi Suatu
Zat
Pada percobaan ini, dilakukan uji kecepatan disolusi yang bertujuan untuk
menentukan kecepatan disolusi suatu zat yang menerapkan faktor pengaruh variasi
massa terhadap kecepatan disolusi suatu zat. Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran
yang menyatakan banyaknya zat yang terlarut dalam pelarut setiap satuan waktu. Zat
yang digunakan pada percobaan ini adalah asam salisilat. Metode yang digunakan
pada percobaan ini adalah metode suspensi, dimana serbuk asam salisilat
dimasukkan ke akuades tanpa melakukan pengontrolan eksak terhadap luas
permukaan partikel dan sampel diambil pada waktu tertentu dan kadar zat terlarut
ditentukan.
Pada percobaan pertama ini yaitu pengaruh kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi zat, diawali dengan dimasukkannya akuades sebanyak 400 ml ke
dalam gelas piala. Asam salisilat sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam gelas piala
dan dilakukan pengadukan dengan kecepatan 100 rpm dan pada suhu ruang 28 C.
Setiap selang waktu 1 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit, larutan
diambil sebanyak 20 ml. Setiap pengambilan larutan asam salisilat digantikan
dengan menambahkan 20 ml akuades ke dalam gelas piala. 20 ml larutan asam
salisilat yang telah diambil dengan menggunakan pipet volume tadi ditambahkan 3
tetes indikator phenolftalein untuk dititrasi dengan NaOH 0,05 N. Indikator
phenolftalein digunakan untuk memberikan perubahan warna yang menandakan
tercapainya titik akhir titrasi. Ketika titik akhir titrasi telah tercapai, titrasi
dihentikan. Titrasi ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi setiap larutan yan g
diambil dari pengadukan setiap selang waktu tadi.
Massa NaOH yang terpakai untuk masssa asam salisilat 1 gram pada selang
waktu 1 menit adalah 2,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,00525 N, pada
selang waktu 5 menit adalah 3,3 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,0075 N,
pada selang waktu 10 menit adalah 4,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,01025 N, pada selang waktu 15 menit adalah 5,4 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,0135 N, pada selang waktu 20 menit adalah 6,2 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,0155 N.
Massa NaOH yang terpakai untuk masssa asam salisilat 2 gram pada selang
waktu 1 menit adalah 6,7 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,01675 N, pada
selang waktu 5 menit adalah 8,4 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,021 N,
pada selang waktu 10 menit adalah 3,6 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,009 N, pada selang waktu 15 menit adalah 9,6 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,024 N, pada selang waktu 20 menit adalah 11,5 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,02875 N.
0.04
0.03
0.03
f(x) = 0x 1
+gram
0.01
0.02
R = 0.33
0.02 Linear (1 gram)
Konsentrasi Asam Salisilat (N) f(x) = 0x + 0
0.01 f(x) = 0x 2
+gram
0.01
R = 1
0.01 R = 0.76Linear (2 gram)
0 3 gram
20 Linear (3 gram)
040
Waktu (menit)

Massa
NaOH yang terpakai untuk masssa asam salisilat 3 gram pada selang waktu 1 menit
adalah 2 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,005 N, pada selang waktu 5
menit adalah 4,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,01025 N, pada selang
waktu 10 menit adalah 4,0 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,01 N, pada
selang waktu 15 menit adalah 5,0 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,0125 N,
pada selang waktu 20 menit adalah 5,0 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,0125 N.
Gambar 3.1 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Perbedaan Massa
Dari gambar 3.1 yang diperoleh, didapat persamaan linear untuk massa asam
salisilat 1 gram sebesar y = 0,0006x + 0,0141 dengan R2 = 0,3347. Dari data R2 yang
didapat bernilai < 0,9, hal ini berarti grafik berdasarkan data percobaan kurang valid
sehingga tidak bisa digunakan untuk acuan. Dari grafik yang diperoleh, didapat
persamaan linear untuk massa asam salisilat 2 gram sebesar y = 0,0006x + 0,0048
dengan R2 = 0,9957. Dari data R2 yang didapat bernilai > 0,9, hal ini berarti linear
persamaan dari grafik mendekati kebenaran data. Dari grafik yang diperoleh didapat
persamaan linear untuk massa asam salisilat 3 gram sebesar y = 0,0004x + 0,0065
dengan R2 = 0,7608. Dari data R2 yang didapat bernilai < 0,9, hal ini berarti grafik
berdasarkan data percobaan kurang valid sehingga tidak bisa digunakan untuk acuan.
Dari data yang diperoleh, diketahui terjadi kesalahan pada saat percobaan.
Kesalahan ini mungkin terjadi pada saat pengambilan asam salisilat yang kurang
akurat dengan menggunakan pipet volume. Perubahan massa sangat mempengaruhi
nilai konsentrasi sehingga juga mempengaruhi hasil dari kecepatan disolusi.
Perubahan massa juga sebanding dengan dengan koefisien difusi dan luas permukaan
zat. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak massa zat yang digunakan
semakin banyak zat yang terlarut sehingga semakin besar konsentrasi dan semakin
besar pula kecepatan disolusi suatu zat yang dihasilkan (Bird, 1993).

3.2.2 Pembahasan Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Suatu Zat


Pada percobaan ini, dilakukan uji kecepatan disolusi yang bertujuan untuk
menentukan kecepatan disolusi suatu zat yang menerapkan faktor pengaruh suhu
terhadap kecepatan disolusi suatu zat. Pada percobaan kedua ini juga digunakan
metode suspensi, dimana serbuk asam salisilat dimasukkan ke dalam air tanpa
melakukan pengontrolan eksak terhadap luas permukaan partikelnya dan sampel
diambil pada waktu tertentu dan kadar zat yang larut ditentukan. Zat yang digunakan
pada percobaan ini adalah asam salisilat dan akuades. Suhu yang digunakan pada
percobaan ini adalah 28C, 40 C, 50 C, dan massa asam salisilat yang digunakan
sebesar 1 gram untuk setiap perubahan suhu yang digunakan.
Pada percobaan ini, larutan diambil sebanyak 20 ml dan dilakukan titrasi
dengan menggunakan NaOH 0,05 N. Kadar asam salisilat yang larut ditentukan
dengan titrasi dimana NaOH 0,05 N sebagai titran dan phenolftalein digunakan
untuk memberikan perubahan warna yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi.
Pada akhir titrasi, jumlah mol asam salisilat sama dengan jumlah mol NaOH dan
warna larutan asam salisilat juga berubah dari bening menjadi merah muda.
Massa NaOH yang terpakai untuk 1 gram asam salisilat pada suhu ruang 28 C
untuk selang waktu 1 menit adalah 2,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,00525 N, untuk selang waktu 5 menit adalah 3,3 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,0075 N, untuk selang waktu 10 menit adalah 4,1 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,01025 N, untuk selang waktu 15 menit adalah 5,4 ml dan
konsentrasi yang didapat sebesar 0,0135 N, untuk selang waktu 20 menit adalah 6,2
ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,0155 N.
Massa NaOH yang terpakai untuk 1 gram asam salisilat pada suhu 40 C
untuk selang waktu 1 menit adalah 3,9 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,00975 N, untuk selang waktu 5 menit adalah 6,8 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,01575 N, untuk selang waktu 10 menit adalah 7,4 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,0185 N, untuk selang waktu 15 menit adalah 8,3 ml dan
konsentrasi yang didapat sebesar 0,02125 N, untuk selang waktu 20 menit adalah
10,2 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,0215 N.
Massa NaOH yang terpakai untuk 1 gram asam salisilat pada suhu 50 C
untuk selang waktu 1 menit adalah 4,4 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,011 N, untuk selang waktu 5 menit adalah 6,3 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,017 N, untuk selang waktu 10 menit adalah 8,5 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,023 N, untuk selang waktu 15 menit adalah 8,6 ml dan konsentrasi
yang didapat sebesar 0,02705 N, untuk selang waktu 20 menit adalah 9,2 ml dan
konsentrasi yang didapat sebesar 0,0255 N.

0.03
f(x) = 0x + 0.01
0.03 R = 0.85
f(x) = 0x + 0.01
0.02
R = 0.87 28
0.02 Linear (28)
Konsentrasi (M) f(x) = 0x + 0
R = 1 40
0.01 Linear (40)

0.01 50
Linear (50)
0
0 5 10 15 20 25

Waktu (Menit)

Gambar
3.2 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Perbedaan Massa

Dari gambar 3.2 yang diperoleh, didapat persamaan linear untuk suhu 28 C
sebesar y = 0,0006x + 0,0048 dengan R2 = 0,9957. Dari data R2 yang didapat bernilai
> 0,9, hal ini berarti linear persamaan dari grafik mendekati kebenaran data. Dari
grafik yang diperoleh, didapat persamaan linear untuk suhu 40 C sebesar y =
0,0006x + 0,0113 dengan R2 = 0,8695. Dari data R2 yang didapat tidak jauh dari 0,9,
hal ini berarti linear persamaan dari grafik hampir mendekati kebenaran data. Dari

grafik yang diperoleh didapat persamaan linear untuk suhu 50 sebesar y = 0,0008x

+ 0,0125 dengan R2 = 0,8454. Dari data R2 yang didapat tidak jauh dari 0,9, hal ini
berarti linear persamaan dari grafik hampir mendekati kebenaran data. Dari data-data
tersebut, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan konsentrasi asam salisilat pada
percobaan ini meningkat. Dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu dan
semakin lama pemanasan, maka konsentrasi asam salisilat yang terlarut akan
semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kenaikan suhu
memperbesar kelarutan zat (Cs) yang bersifat endotermik serta memperbesar harga
koefisien difusi zat (Martin, 2008).
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
B.1 TUGAS
1. Buatlah kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan
waktu untuk setip perbedaan suhu.
Jawab :
0.03
f(x) = 0x + 0.01
0.03 R = 0.85
f(x) = 0x + 0.01
0.02
R = 0.87 28
0.02 Linear (28)
Konsentrasi (M) f(x) = 0x + 0
R = 1 40
0.01 Linear (40)

0.01 50
Linear (50)
0
0 5 10 15 20 25

Waktu (Menit)

2. Buatlah kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan


waktu untuk setip perbedaan suhu.

Jawab :
0.04

0.03

0.03
f(x) = 0x + 0.01
1 gram
0.02 R = 0.33
Linear (1 gram)
Konsentrasi (M) 0.02
f(x) = 0x + 0 2 gram
f(x)
R ==10x + 0.01 Linear (2 gram)
0.01
R = 0.76
3 gram
0.01
Linear (3 gram)
0
0 5 10 15 20 25

Waktu (menit)

B.2 Pertanyaan

1. Apa perbedaan difusi dan disolusi ?


Jawab : Disolusi didefinisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke
dalam pelarut menghasilkan suatu larutan, secara sederhana dapat juga
dikatakan sebagai proses dimana zat padat melarut. Adapun difusi adalah
peristiwa mengalirnya atau berpindahnyasuatu zat dalam pelarut dari bagian
konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
2. Terangkan definisi dari pengadukan ?
Jawab : Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari
bahan yang diaduk seperti molekul molekul, zat zat yang bergerak, atau
komponennya menyebar (terdispersi).
3. Sebutkan 5 macam impeller yang dapat digunakan dalam proses
pengadukan !
Jawab : Poros Pengaduk, gayung pengaduk, paddle (pedal), turbin dan
propeller (bolang baling )
4. Bagaimana pengaruh temperatur dan kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi zat yang diamati dari percobaan, berikan kesimpulan
yang ringkas dan tepat.
Jawab : berdasarkan percobaan yang kami lakukan pengaruh suhu terhadap
kecepatan disolusi zat adalah dengan meningkatnya temperatur maka
memperbesar kelarutan zat yang bersifat endotermik serta memperbesar
kelarutan harga koefisien difusi zat. Dan selanjutnya kami melakukan
percoobaan berdasarkan banyaknya zat yang terlarut dikarenakan alat stirer
yang digunakan tidak bisa diatur selain 100 rpm, dan berdasarkan data yang
kami dpat hasilnya adalah fluktuasi, ini mungkin disebabkan kesalahan
praktikan saat melakukan pengambilan sample, waktu pengambilan tidak
pas atau pada saat melakukan titrasi terjadi kesalahan.
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Kecepatan disolusi suatu zat adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya
suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu.
2. Jika suhu di tingkatkan, maka kecepatan disolusi suatu zat akan semakin besar
karena dapat memperbesar kelarutan zat.
3. Jika kecepatan pengadukan di tingkatkan, maka kecepatan disolusi suatu zat
akan semakin besar, karena mengurangi ketebalan lapisan difusi
1.2 Saran
1. Pratikan harus teliti dalam menimbang zat
2. Pratikan harus teliti dalam menentukan volume titrasi
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN

1. Pembuatan larutan NaOH 0,05 N


Mr NaOH= 39,997 gr/mol
massa 1000
MNaOH= mr x 100

39,997 x 0,05 x 100


MassaNaOH= 1000

Massa NaOH = 0,199 gram

2. Kadar asam salisilat terlarut pada pengaruh massa


a. Penggunaan 1 gram asam salisilat
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 2,1 .0,05
Nas = 5,25 x 10-3 N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 3,3 .0,05
Nas = 8,25 x 10-3 N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 4,1 .0,05
Nas = 0,01025 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 5,4 .0,05
Nas = 0,0135 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 6,2 .0,05
Nas = 0,0155 N

b. Penggunaan 2 gram asam salisilat


Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 6,7.0,05
Nas = 0,01675N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 8,4.0,05
Nas = 0,021N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 3,6 .0,05
Nas = 0,01025 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 9,6.0,05
Nas = 0,024 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 11,5.0,05
Nas = 0,02875 N
c. Penggunaan 3 gram asam salisilat
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 2.0,05
Nas = 0,005N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 4,1.0,05
Nas = 0,01025N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 3,6 .0,05
Nas = 0,01 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 5.0,05
Nas = 0,0125 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 5 .0,05
Nas = 0,0125 N

3. Kadar asam salisilat terlarut pada pengaruh massa


a. Pada suhu ruang (28 C)
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 2,1 .0,05
Nas = 5,25 x 10-3 N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 3,3 .0,05
Nas = 8,25 x 10-3 N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 4,1 .0,05
Nas = 0,01025 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 5,4 .0,05
Nas = 0,0135 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 6,2 .0,05
Nas = 0,0155 N

b. Pada suhu 40 C
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 3,9.0,05
Nas = 0,0155N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 7,4 .0,05
Nas = 0,0185N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 6,8.0,05
Nas = 0,017 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 10,2.0,05
Nas = 0,0255 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 8,3.0,05
Nas = 0,02075 N

c. Pada suhu 50 C
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 4,4.0,05
Nas = 0,011N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 6,3.0,05
Nas = 0,01575N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 9,2.0,05
Nas = 0,023 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 8,5 .0,05
Nas = 0,02125 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 8,6.0,05
Nas = 0,0215 N

Anda mungkin juga menyukai