PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
2. Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
disolusi suatu zat.
1.2 Difusi
1.2.1 Pengertian Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus
terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan
kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan
teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek
yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer)
molekul yang diam dari solid atau fluida (Suyitno, 1988).
Keterangan:
dM/dt : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi
S : luas permukaan zat
Cs : kelarutan zat padat
C : konsentrasi zat dalam larutan saat waktu t
h : tebal lapisan difusi
Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan sebagai berikut:
D=k.T6..r .(1.2)
Keterangan:
D : koefisien difusi
k : konstanta Boltzman (13,8 x 10-24 J/atom K)
T : suhu
r : jari-jari molekul
: viskositas pelarut
Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat
dari sediaan padat dalam medium tertentu. Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai
hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu
dispersi homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan pelarutan
atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke
dalam medium tertentu dari suatu padatan (Suyitno, 1988).
Tahap disolusi meliputi proses pelarutan obat pada permukaan partikel padat
yang membentuk larutan jenuh di sekeliling partikel yang dikenal sebagai lapisan
diam (stagnant layer). Kemudian obat yang terlarut dalam lapisan diam ini berdifusi
ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi obat yang tinggi ke daerah konsentrasi obat
yang rendah (Suyitno, 1988).
Menurut Suyitno (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
difusi, yaitu:
Ukuran partikel, Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
Luas suatu area, Semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
difusinya.
Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut. Maka
kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk padatan yang
terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu. Prinsip disolusi
dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut (Martin, 1990).
1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat
yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat.Menurut
Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut :
kT
6r
D= ............................................................(1.3)
Keterangan :
D : koefisien difusi
r :jari-jari molekul
k :konstanta Boltzman
:viskositas pelarut
T :suhu
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu
zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan
viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat
asam atau basa lemah.
a) Untuk asam lemah
dc Ka
K.C.Cs 1
dt
H
..........................................(1.4)
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika
pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi
besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur
internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda
juga.
Dari gambar 1.2 rumus struktur asam salisilat di atas, terlihat bahwa asam
salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polarnya adalah gugus
OH dan gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Dari rumus
struktur ini dapat dilihat bahwa asam salisilat larut pada sebagian pelarut polar
dan sebagian pada pelarut non polar, tetapi sukar larut dengan sempurna pada
pelarut polar saja atau pelarut nonpolar saja karena memiliki gugus polar dan
nonpolar sekaligus dalam satu gugus. Sehingga otomatis mudah larut pada
pelarut semipolar seperti alkohol dan eter. Hal ini sesuai dengan pustaka yang
menyebutkan bahwa asam salisilat sukar larut pada air yang merupakan pelarut
polar dan benzena yang merupakan pelarut nonpolar tetapi mudah larut pada
etanol dan eter yang merupakan pelarut semipolar (Kramer, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Alfred, Martin. 2008. Farmasi Fisika Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu
Farmasetik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: UI Press
Amir ,syarif.2007. farmaklologi dan terapi edisi kelima. Gaya Baru : Jakarta
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia
Kramer. 1996.Fisika Untuk SMA. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Martin, Alfied. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga.Universitas Erlangga:jakarta
Suyitno. 1988. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Penerbit Erlangga: Jakarta.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Hasil Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Suatu Zat
Tabel 3.2 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Suatu Zat
Waktu Konsentrasi Asam Salisilat tiap Perubahan Suhu
(menit) 28 C 40 C 50 C
1 0,00525 N 0,00975 N 0,011 N
5 0,0075 N 0,01575 N 0,017 N
10 0,01025 N 0,0185 N 0,023 N
15 0,0135 N 0,02125 N 0,02705 N
20 0,0155 N 0,0215 N 0,0255 N
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Pengaruh Variasi Massa terhadap Kecepatan Disolusi Suatu
Zat
Pada percobaan ini, dilakukan uji kecepatan disolusi yang bertujuan untuk
menentukan kecepatan disolusi suatu zat yang menerapkan faktor pengaruh variasi
massa terhadap kecepatan disolusi suatu zat. Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran
yang menyatakan banyaknya zat yang terlarut dalam pelarut setiap satuan waktu. Zat
yang digunakan pada percobaan ini adalah asam salisilat. Metode yang digunakan
pada percobaan ini adalah metode suspensi, dimana serbuk asam salisilat
dimasukkan ke akuades tanpa melakukan pengontrolan eksak terhadap luas
permukaan partikel dan sampel diambil pada waktu tertentu dan kadar zat terlarut
ditentukan.
Pada percobaan pertama ini yaitu pengaruh kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi zat, diawali dengan dimasukkannya akuades sebanyak 400 ml ke
dalam gelas piala. Asam salisilat sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam gelas piala
dan dilakukan pengadukan dengan kecepatan 100 rpm dan pada suhu ruang 28 C.
Setiap selang waktu 1 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit, larutan
diambil sebanyak 20 ml. Setiap pengambilan larutan asam salisilat digantikan
dengan menambahkan 20 ml akuades ke dalam gelas piala. 20 ml larutan asam
salisilat yang telah diambil dengan menggunakan pipet volume tadi ditambahkan 3
tetes indikator phenolftalein untuk dititrasi dengan NaOH 0,05 N. Indikator
phenolftalein digunakan untuk memberikan perubahan warna yang menandakan
tercapainya titik akhir titrasi. Ketika titik akhir titrasi telah tercapai, titrasi
dihentikan. Titrasi ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi setiap larutan yan g
diambil dari pengadukan setiap selang waktu tadi.
Massa NaOH yang terpakai untuk masssa asam salisilat 1 gram pada selang
waktu 1 menit adalah 2,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,00525 N, pada
selang waktu 5 menit adalah 3,3 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,0075 N,
pada selang waktu 10 menit adalah 4,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,01025 N, pada selang waktu 15 menit adalah 5,4 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,0135 N, pada selang waktu 20 menit adalah 6,2 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,0155 N.
Massa NaOH yang terpakai untuk masssa asam salisilat 2 gram pada selang
waktu 1 menit adalah 6,7 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,01675 N, pada
selang waktu 5 menit adalah 8,4 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,021 N,
pada selang waktu 10 menit adalah 3,6 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,009 N, pada selang waktu 15 menit adalah 9,6 ml dan konsentrasi yang didapat
sebesar 0,024 N, pada selang waktu 20 menit adalah 11,5 ml dan konsentrasi yang
didapat sebesar 0,02875 N.
0.04
0.03
0.03
f(x) = 0x 1
+gram
0.01
0.02
R = 0.33
0.02 Linear (1 gram)
Konsentrasi Asam Salisilat (N) f(x) = 0x + 0
0.01 f(x) = 0x 2
+gram
0.01
R = 1
0.01 R = 0.76Linear (2 gram)
0 3 gram
20 Linear (3 gram)
040
Waktu (menit)
Massa
NaOH yang terpakai untuk masssa asam salisilat 3 gram pada selang waktu 1 menit
adalah 2 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,005 N, pada selang waktu 5
menit adalah 4,1 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,01025 N, pada selang
waktu 10 menit adalah 4,0 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,01 N, pada
selang waktu 15 menit adalah 5,0 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar 0,0125 N,
pada selang waktu 20 menit adalah 5,0 ml dan konsentrasi yang didapat sebesar
0,0125 N.
Gambar 3.1 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Perbedaan Massa
Dari gambar 3.1 yang diperoleh, didapat persamaan linear untuk massa asam
salisilat 1 gram sebesar y = 0,0006x + 0,0141 dengan R2 = 0,3347. Dari data R2 yang
didapat bernilai < 0,9, hal ini berarti grafik berdasarkan data percobaan kurang valid
sehingga tidak bisa digunakan untuk acuan. Dari grafik yang diperoleh, didapat
persamaan linear untuk massa asam salisilat 2 gram sebesar y = 0,0006x + 0,0048
dengan R2 = 0,9957. Dari data R2 yang didapat bernilai > 0,9, hal ini berarti linear
persamaan dari grafik mendekati kebenaran data. Dari grafik yang diperoleh didapat
persamaan linear untuk massa asam salisilat 3 gram sebesar y = 0,0004x + 0,0065
dengan R2 = 0,7608. Dari data R2 yang didapat bernilai < 0,9, hal ini berarti grafik
berdasarkan data percobaan kurang valid sehingga tidak bisa digunakan untuk acuan.
Dari data yang diperoleh, diketahui terjadi kesalahan pada saat percobaan.
Kesalahan ini mungkin terjadi pada saat pengambilan asam salisilat yang kurang
akurat dengan menggunakan pipet volume. Perubahan massa sangat mempengaruhi
nilai konsentrasi sehingga juga mempengaruhi hasil dari kecepatan disolusi.
Perubahan massa juga sebanding dengan dengan koefisien difusi dan luas permukaan
zat. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak massa zat yang digunakan
semakin banyak zat yang terlarut sehingga semakin besar konsentrasi dan semakin
besar pula kecepatan disolusi suatu zat yang dihasilkan (Bird, 1993).
0.03
f(x) = 0x + 0.01
0.03 R = 0.85
f(x) = 0x + 0.01
0.02
R = 0.87 28
0.02 Linear (28)
Konsentrasi (M) f(x) = 0x + 0
R = 1 40
0.01 Linear (40)
0.01 50
Linear (50)
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (Menit)
Gambar
3.2 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Perbedaan Massa
Dari gambar 3.2 yang diperoleh, didapat persamaan linear untuk suhu 28 C
sebesar y = 0,0006x + 0,0048 dengan R2 = 0,9957. Dari data R2 yang didapat bernilai
> 0,9, hal ini berarti linear persamaan dari grafik mendekati kebenaran data. Dari
grafik yang diperoleh, didapat persamaan linear untuk suhu 40 C sebesar y =
0,0006x + 0,0113 dengan R2 = 0,8695. Dari data R2 yang didapat tidak jauh dari 0,9,
hal ini berarti linear persamaan dari grafik hampir mendekati kebenaran data. Dari
grafik yang diperoleh didapat persamaan linear untuk suhu 50 sebesar y = 0,0008x
+ 0,0125 dengan R2 = 0,8454. Dari data R2 yang didapat tidak jauh dari 0,9, hal ini
berarti linear persamaan dari grafik hampir mendekati kebenaran data. Dari data-data
tersebut, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan konsentrasi asam salisilat pada
percobaan ini meningkat. Dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu dan
semakin lama pemanasan, maka konsentrasi asam salisilat yang terlarut akan
semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kenaikan suhu
memperbesar kelarutan zat (Cs) yang bersifat endotermik serta memperbesar harga
koefisien difusi zat (Martin, 2008).
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
B.1 TUGAS
1. Buatlah kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan
waktu untuk setip perbedaan suhu.
Jawab :
0.03
f(x) = 0x + 0.01
0.03 R = 0.85
f(x) = 0x + 0.01
0.02
R = 0.87 28
0.02 Linear (28)
Konsentrasi (M) f(x) = 0x + 0
R = 1 40
0.01 Linear (40)
0.01 50
Linear (50)
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (Menit)
Jawab :
0.04
0.03
0.03
f(x) = 0x + 0.01
1 gram
0.02 R = 0.33
Linear (1 gram)
Konsentrasi (M) 0.02
f(x) = 0x + 0 2 gram
f(x)
R ==10x + 0.01 Linear (2 gram)
0.01
R = 0.76
3 gram
0.01
Linear (3 gram)
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
B.2 Pertanyaan
1.1 Kesimpulan
1. Kecepatan disolusi suatu zat adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya
suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu.
2. Jika suhu di tingkatkan, maka kecepatan disolusi suatu zat akan semakin besar
karena dapat memperbesar kelarutan zat.
3. Jika kecepatan pengadukan di tingkatkan, maka kecepatan disolusi suatu zat
akan semakin besar, karena mengurangi ketebalan lapisan difusi
1.2 Saran
1. Pratikan harus teliti dalam menimbang zat
2. Pratikan harus teliti dalam menentukan volume titrasi
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN
b. Pada suhu 40 C
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 3,9.0,05
Nas = 0,0155N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 7,4 .0,05
Nas = 0,0185N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 6,8.0,05
Nas = 0,017 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 10,2.0,05
Nas = 0,0255 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 8,3.0,05
Nas = 0,02075 N
c. Pada suhu 50 C
Setelah 1 menit
Vas . Nas =VNaOH.NNaOH
20 .Nas = 4,4.0,05
Nas = 0,011N
Setelah 5 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 .Nas = 6,3.0,05
Nas = 0,01575N
Setelah 10 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 9,2.0,05
Nas = 0,023 N
Setelah 15 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20 . Nas = 8,5 .0,05
Nas = 0,02125 N
Setelah 20 menit
Vas . Nas =VNaOH. NNaOH
20. Nas = 8,6.0,05
Nas = 0,0215 N