Anda di halaman 1dari 7

BAB 5.

ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

ASPEK TEORI PELARUTAN


BAB
5 DAN PELINTASAN MEMBRAN

5.1. PELARUTAN SEDIAAN PADAT


Sejak beberapa Farmakope, khususnya Farmakope Amerika (USP XVIII) mencantumkan ketentuan uji pelarutan
untuk beberapa zat aktis dalam sediaan tablet, maka Wagner mengemukakan perlunya dilakukan pemastian pelepasan zat
aktif di dalam tubuh dengan cara melakukan uji pelarutan yang melengkapi uji pemecahan tablet.
Klein pada tahun 1932 pertama kali melakukan penentuan laju pelarutan tablet dengan menggunakan solvometer,
walau sebenarnya hal itu juga telah dilakukan oleh seorang peneliti Rusia tahun 1922.
 Farmakokinetika sepenuhnya didasarkan pada melarutnya zat aktif dalam cairan biologik dan kemudian memasuki
berbagai kompartemen tubuh. Sejak sekitar 15 tahun terakhir, telah dicoba berbagai metoda pengujian laju pelarutan.
 Adanya berbagai ragam bentuk sediaan farmasi dengan aksi lambat menuntut adanya metoda pengujian, terutama untuk
mengevaluasi suatu formula dan mengendalikan lot produksi (Ballrd & Nelson).
 Untuk tablet tidak bersalut, Le Hir berpendapat bahwa pemecahan merupakan suatu karakter yang penting, tetapi tidak
cukup untuk menjamin ketersediaanhayati suatu obat.
 Diperlukan adanya suatu metoda yang sederhana dan dapat diproduksi kembali dan bila mungkin selalu dibakukan. Bila
pengambilan kesimpulan hanya didasarkan atas salah satu parameter kinetik pelepasan maka akibatnya untuk obat yang
sama dan diuji pada laboratorium berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda bahkan bertentangan .

5.1.1 DASAR TEORI


Cartensen mengemukakan perlunya dibedakan antara kaidah hukum yang diterapkan pada perilaku permukaan
suatu partikel padat yang kontak dengan fase cair dan mekanisme yang berperan dalam suatu kelompok elemen padat
seperti bahan penyusun tablet, butir dalam kapsul, butir yang dibebaskan dari supositoria setelah peleburan basisnya.
Pemahaman tentang faktor fisiko kimia yang mempengaruhi pelarutan zat aktif dalam bentuk sediaan padat harus
dilengkapi dengan pemahaman tentang mekanisme perpindahan antara cairan pelarutan dan sediaan yang akan melarut atau
mekanisme pencucian.
Bahan yang terlarut atau solut (linarut) akan memasuki pelarut dan membentuk suatu “larutan”. Masuknya bahan
terlarut ini disebut “transfer bahan”.
Berkaitan dengan penurunan potensial untuk mendapatkan energi listrik, maka masuknya linarut ke dalam pelarut
merupakan faktor penting yang dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi yang diperlukan untuk membentuk suatu larutan.
Perubahan yang disebabkan oleh pemecahan tablet atau pemecahan kapsul-kapsul dan yang mengubah bentuk
permukaan yang kontak dapat disertai dengan perubahan struktur intergranuler dan intragranuler dari partikel penyusun
bentuk sediaan awal.
Pada percobaan untuk menentukan laju penembusan zat aktif ke dalam larutan, perlu diamati perubahan
konsentrasi zat aktif yang terlarut setiap satuan waktu, yang merupakan jumlah linarut efektif yang terlarut.

5.1.1.1Perubahan padat – cair


Suatu partikel padat ditandai dengan ukuran partikel (diameter rerata, “diameter ekivalen” jika partikel berbentuk
bulat),keadaan kristal atau amorl, bobot jenis dan derajat porositas.
Struktur padatan mungkin kompak seperti serbuk silika, atau berpori seperti alumina.
Menurut Rouquerol perlu dibedakan pengertian antara padatan berpori (porous) terhadap padatan spons (arang)
dari padatan terbagi yang sering diperoleh melalui penggerusan.
Dalam bidang farmasi, bila bahan-bahan berpori alami ukuran partikelnya dikecilkan dengan penggerusan maka
serbuk yang didapat mengalami perubahan lagi selama “satuan operasional” (“satuan operasional” merupakan satuan
teknik dengan batasan yang nyata dan pasti; contohnya: pencampuran serbuk dan homogenitas, granulasi dan pemadatan,
pengempaan dan perolehan tablet)
Pembuatan tablet dilakukan dalam serangkaian proses yang rumit dan dipengaruhi oleh faktor-faktor :
 tekstur serbuk dasar (atau susunan pori-pori)
 porositas yang terkait dengan penyebaran ukuran pori-pori.
 permeabilitas yang ditentukan oleh penumpukan partikel dan perubahannya akibat proses pemadatan (granulasi,
kekompakan pengempaan, dan lain-lain).
Rangkaian faktor tersebut menentukan keberhasilan pelarut membasahi partikel atau agregat partikel hingga
terjadi penembusan cairan ke dalam padatan.

a. Pembasahan Partikel
Pada saat terjadi kontak antara partikel dengan cairan akan terlihat kemampuan partikel untuk terbasahi dan sifat
ini terutama tergantung pada tegangan permukaan cairan.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 57


BAB 5. ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

Bila pengukuran tegangan permukaan antara cairan dan gas atau antara dua cairan mudah dilakukan maka
kemampuan terbasahi suatu partikel atau suatu serbuk dapat diramalkan dengan menggunakan suatu metoda sederhana.
Sudut kontak yang terbentuk antara padatan dan cairan, tergantung pada gaya tarik relatif antara padatan dan
cairan dan antara molekul-molekul cairan tersebut.
Secara termodinamika teori GIBBS menerangkan proses penyerapan pada permukaan.Gibbs membuktikan bahwa
pada larutan encer, besarnya konsentrasi di permukaan, tergantung pada tegangan permukaan sesuai dengan persamaan.

𝐶 𝑑𝑦
𝛤 = ×
𝑅𝑇 𝑑𝐶

Γ = konsentrasi larutan pekat dipermukaan.


C = konsentrasi larutan
R = tetapan gas
T = suhu mutlak
dy/dC = perbedaan tegangan permukaan karena perbedaan konsentrasi.

Rumus di atas berkaitan dengan fenomena dinamika yang harus dicapai pada keadaan seimbang.

b. Tahap penembusan
Penembusan cairan ke dalam pori-pori padatan mengikuti hukum Wasburn, dan menurut persamaan tegangan
permukaan sebagai berikut :

2 𝛾 cos ∅
𝑃 =
𝑟

𝛾 = tegangan permukan
∅ = sudut singgung padatan/cairan
r = jari-jari pori.

Penembusan cairan lebih cepat terjadi bila tegangan permukaan kecil dan jari-jari besar.Nilai tegangan permukaan
menyatakan suatu parameter yang dapat berubah setelah pengukuran.

c. Tahap Pelarutan
Etienne berpendapat bahwa proses pelarutan diawali dari melarutnya bagian terluar yang selanjutnya memasuki
cairan pelarutan. Kelarutan bertambah besarjika ukuran partikel dasar semakin kecil (Pers. Ostwald-Freundlich)

𝑠 4𝛾𝑉
𝑙𝑜𝑔 =
𝑠𝑜 2,303 𝑅 𝑇 𝑑

d = ukuran partikel
S = kelarutan partikel kecil
So = kelarutan partikel besar
t = tegangan permukaan partikel (energi permukaan padatan yang kontak dengan larutan).
V = volume molar
d = diameter terpilih untuk meningkatkan kelarutan.

Jadi dengan menggunakan rumus tersebut maka dari peningkatan kelarutan hingga jumlah yang dikehendaki dapat
digunakan untuk menentukan ukuran partikel.
Bagian berpori secara perlahan-lahan mengering mulai dari bagian luar sampai bagian dalam dan selanjutnya
membentuk suatu rintangan yang memperlambat laju pelarutan zat aktif yang terjebak di bagian pori-pori yang lebih dalam.
Dinding pori dapat juga bertindak sebagai mekanisme proses penghambatan pelarutan. Adanya osmose pelarut yang
diikuti dengan dialisis zat aktif, dalam hal mikrokapsul, maka fenomena ini merupakan mekanisme utama yang mengatur
perpindahan pelarut ke bagian dalam padatan.
Laju linarut memasuki larutan sangat penting dalam biofarmasetik dan laju ini diatur oleh beberapa mekanisme
berbeda yang tergantung pada keadaan kontak antara linarut dan pelarut. Etienne dan Cartensen mengusulkan penggunaan
bilangan Schmidt (Sc) untuk mekanisme tersebut.

𝜂 𝑘𝑒𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛
Bilangan Schmidt (Sc) = =
𝛽𝐷 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖

 Bila bilangan Schmidt rendah, maka keseimbangan difusi segera tercapai. Dalam hal ini partikel padatan dikelilingi
oleh lapisan cairan dan bertindak sebagai mekanisme dasar pertukaran cairan dan padatan.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 58


BAB 5. ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

 Sebaliknya bila bilangan Schmidt tinggi, maka koefisien difusi rendah dan kekentalan tinggi. Disini proses peremajaan
lapisan cairan di permukaan padatan lebih berperan.

d. Penggantian lapisan cairan di sekitar padatan


(i). Teori film: keseimbangan antara linarut dan pelarut terjadi sesuai dengan Hukum Fick. Arus J (jumlah bahan yang
melewati satu satuan luas permukaan pada setiap satu satuan waktu tertentu (M L-2 T-1) adalah:

𝛿𝐶
𝑗 = −𝐷
𝛿𝑥

D = tetapan koefisien difusi


𝛿𝐶/𝛿𝑋 = gradien konsentrasi yang melewati ketebalan 𝛿𝑋.

Jika m adalah jumlah zat aktif yang terlarut dalam waktu t untuk luas permukaan S, sedangkan Cs adalah konsentrasi
jenuh (pada daerah kontak antara cairan dan padatan) dan C adalah konsentrasi larutan di luar lapisan daerah yang
mengelilingi padatan, maka perubahan m sebagai fungsi waktu adalah:

𝑑𝑚
= k S (CS – C)
𝑑𝑡

k adalah tetapan laju pelarutan.

Jika C < Cs atau yang berada pada keadaan “hilang” maka gradien konsentrasi diharapkan tak terbatas(pada
1
prakteknya kondisi ini dianggap tak terhingga jika C ≤ CS).
10
1
Jika C > CS keadaannya disebut “tidak hilang”
10
Difusi merupakan mekanisme utama dalam proses pelarutan dan aliran yang terjadi di atas padatan berbentuk laminer.
Permukaan yang tidak tetap dapat berubah selama proses pelarutan.
Hixson dan Crowell telah menghitung perubahan luas permukaan setelah pengecilan ukuran partikel. Dengan
menganggap bahwa molekul itu bulat maka volume setiap satuan massa dihitung menurut rumus berikut:

3 3
√𝑚𝑜 – √𝑚= kt

mo = jumlah awal
m = jumlah sisa

Hukum ini disebut “Hukum Akar pangkat Tiga”.Agar hukum ini dapat diterapkan maka pelepasan zat aktif harus
dikendalikan secara difusi dan seluruh massa cairan dihomogenkan dengan pengadukan.

(ii). Teori perubahan permukaan yang tidak tetap (atau teori Danckwert) antara cairan dan padatan : perpindahan
linarut kedalam pelarut dapat dinyatakan dengan perubahan luas permukaan S dan perbedaan konsentrasi Cs –C;
difusi D dan jari-jari partikel r :
𝑑𝑚 𝐷
= 𝑆 + D ( Cs – C )
𝑑𝑡 𝑟

Berkaitan dengan proses pelepasan, Nielbergall & Goyan menunjukkan bahwa “Hukum Akar Pangkat Tiga“ tidak
dapat diterapkan pada proses pelepasan yang disebabkan oleh penggantian permukaan menurut model Danckwert,
yang pada kontak padatan terjadi aliran turbulen.
Oleh karena itulah Farmakope Amerika mencantumkan penggunaan dispositif (keranjang berputar) yang dapat
menghasilkan putaran laminer atau turbulen tergantung pada laju perputaran dan massa jenis tablet yang dianalisis.

Pada teori film dan teori pergantian permukaan koefisien difusinya dianggap selalu tetap.Penelitian Nedich &
Kildsing membuktikan bahwa koefisien difusi dapat berkurang bila konsentrasi meningkat terutama bila ada bahan-bahan
yang dapat meningkatkan kekentalan (pektin, turunan selulosa, dan lain-lain).
Tergantung pada pendekatan yang dilakukan untuk menetapkan hubungan antara mekanisme pelarutan yang
diperkirakan dan penerapannya dalam penetapan kinetik pelarutan.Leeson & Cartensen berpendapat bahwa serbuk (dan
bentuk sediaan-sediaan lainnya yang dibuat dari serbuk) harus dianggap sebagai kumpulan partikel-partikel yang
terdispersi.
Selama proses pelarutan terjadi pengurangan ukuran partikel dalam perbandingan yang sama untuk setiap partikel.
“Permukaan yang tidak tetap” antara padatan dan pelarut akan selalu berubah (cara pengukuran sehari-hari untuk
menetapkan kinetika pelarutan hanya dapat menentukan fenomena umum)
Demikian pula secara bertahap jumlah partikel akan berkurang karena terjadinya pelarutan total.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 59


BAB 5. ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

5.1.1.2 Kinetik Perubahan Linarut dan Larutan


a. Perubahan linarut – pelarut
Dalam hal penerapan teori film pada transfer senyawa antara padatan dan pelarut, maka kondisi percobaan harus
dibuat sedemikian agar dapat diperoleh larutan yang homogen.
- konsentrasi yang diperlukan untuk mempertahankan keadaan “hilang”
- kinetik pelarutan didapat dengan penetapan konsentrasi pada rentang waktu yang cukup,dimana terjadi proses
pelarutan; pada saat pengambilan cuplikan homogenitas larutan harus terjamin karena hal tersebut mencerminkan
proses pelepasan zat aktif dari sediaan padat.
Jika dibuat analogi dengan penyarian,ada saat terjadi keseimbangan pelarutan atau yang dikenal dengan sebutan
“teori tunak”.
Sehubungan dengan peremajaan lapisan cairan yang mengelilingi padatan,atau pencapaian homogenitaslarutan,
maka perlu dipertimbangkan perubahan antara daerah yang lebih pekat dan daerah yang kurang pekat.

b. Perubahan secara konveksi dan difusi : Bilangan PECLET


Tawashi & Bisailon mendukung suatu teori fenomena difusi dan konveksi yang mengatur transfer bahan antara
padatan dan massa larutan. Pengaturan transfer dijamin dengan pengaturan pengadukan. Untuk itulah digunakan suatu
bilangan adimensi PECLET yang berkaitan dengan transfer bahan secara konveksi dan difusi. Bilangan PECLET N
dinyatakan dalam rumus:

𝑑𝑎 2 𝜔
NPe =
𝐷

da = diameter pengaduk (cm)


𝜔 = kecepatan sudut (putaran per detik)
D = koefisien difusi (cm2/dt)
(Untuk cairan dengan koefisien difusi mendekati 10-5, maka bilangan PECLET nya sekitar 10-5)

Peningkatan bilangan Peclet seiring dengan peningkatan transfer bahan secara konveksi, sedangkan penurunan
bilangan PECLET menunjukkan bahwa fenomena difusi lebih dominan.

c. Pelarutan pada permukaan


(i). Interaksi antara cairan dan kandungannya
Gerakan cairan dalam wadah dapat berbeda-beda tergantung pada carapengadukan. Bilangan adimensional digunakan
untuk menyatakan parameter pengadukan.
Bilangan REYNOLDS (NRc) menyatakanenergi yang berhubungan dengan kekentalan.

𝑑 2 ωρ
N Rc =
𝜂
η = kekentalan dinamik
𝜌 = masa jenis

Nilai tersebut dapat lebih rendah atau lebih tinggi 2000, tergantung pada sifataliran yang laminer atau turbulen dalam
volume peredaran cairan.

(ii) Interaksi antara cairan dan partikel pengeringan


Pada kontak antara pelarut dan sediaan yang diuji (atau substansi), keadaannya perlu diatur sedemikian agar aliran
media pelarutan bersifat laminer sehingga dengan demikian sediaan berada dalam keadaan hidrodinamik seperti
dalamsaluran cerna.
Pengadukan partikel-partikel(atau tablet) oleh cairan dinyatakan dengan bilangan Reynolds. Dalam hal ini
pengadukan dibuat sedemikian sehingga terjadi aliran laminer atau yang sering dinyatakan dalam “butiran
REYNOLD” .
Bilangan REYNOLD disebut juga “butir REYNOLD” atau Re (g) berkaitan dengan gerak partikel dalam cairan u,
diameter partikel d, masa jenis padatan, massa jenis cairan, dan kekentalan cairan.

𝑢𝑑 ( 𝜌𝑠 −𝜌𝑙 )
Re (g) =
𝜂

Pada aliran tertentu, laju pergerakan partikel dipengaruhi oleh diameter silinder. Bila bentuk wadah tak tertentu, perlu
direncanakan laju perputaran maksimal yang dapat dicapai dengan memperhatikan jarak antara padatan dan alat
pengaduk atau yang disebut “diameter efektif”
Jika aliran cairan bersifat laminer dapat terjadi pembentukan film cairan disekitar partikel yang akan ditembus oleh
senyawa yang berdifusi. Keadaan ini terjadi bila bilangan REYNOLD mendekati satu.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 60


BAB 5. ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

d. Penjenuhan permukaan berpori oleh pelarut


Metode ini berhubungan dengan metode ETIENNE yang berkaitan dengan penyarian atau pengadukan suspensi
dan diterapkan pada padatan yang berasal dari alam atau campuran padatan berpori.
Dengan mempertimbaangkan sifat porous dari partikel maka digunakan “Kriteria REYNOLDS tentang pori-pori
kritik” yang tergantung pada laju pergerakan cairan disetiap pori-pori seperti persamaan berikut ini:

𝜌 𝑈𝑚𝑝 𝑑𝑝
Re (P) =
𝜂

Ump= laju pergerakan cairan dalam pori


Dp = diameter pori
(bila nilai Re lebih besar dari 6, maka aliran tidak lagi bersifat laminer)

Oleh sebab itulah dengan perhitungan, aliran laminer dapat dipertahankansedemikianhingga partikel dalam cairan
mempunyai bilangan REYNOLD Re dari butiran atau pori-pori mendekati satu unit.

e. Pengaturan pelarutan
Le Goff berpendapat bahwa pada pelarutan zat aktif yang berada dalam media porous seperti tablet terjadi
persaingan antara kinetik fisik dan kinetik kimia pada bataspermukaan antara linarut dan pelarut.
- Jika sediaan sangat larut, maka “pengaturan difusi” mengendalikan laju pelepasan.
- Jika sediaan sukar larut, maka sebaliknya “pengaturan kimia” yang akan mengendalikanlaju pelepasan zat aktif, jadi
kelarutan zat aktif dalam pelarut yang terpilih pada suhu tertentu yang lebih menentukan laju pelarutan (dalam hal
larutan tidak ideal)
Le Goff mengemukakan skema yang mengelompokkan semua fenomena pelarutan dalam lingkungan porous
(Gambar 5.1). Pada sistem laminer, pelarutan disekitar partikel merupakan lapisan yang bergerak berkesinambungan yang
disebut juga “lapisan pembatas”

butiran berongga
9 1. gaya transpor molekul pelarut
lapisan pembatas 2. difusieksternal melalui lapisan pembatas
8 3. difusi internal dalam pori
7 4,5,6 menunjukkan reaksi kimia
6 4. penyerapan molekul pelarut secara kimia pada permukaan partikel di
2 3 4 sebelah dalam
5 5 perubahan kimia molekul pelarut yang diperkaya
6. penyerapan molekul pelarut yang diperkaya
7 difusi internal molekul pelarut yang diperkaya
1 8 difusi internal molekul pelarut yang diperkaya
pori
9 gaya transpor molekul pelarut yang diperkaya

Gambar5.1.Kinetik fisik dari reaksi kimia heterogen

Penembusan pelarut menembus pori merupakan fungsi dari tegangan permukaan,dan selanjutnya linarut memasuki
larutan.
Diawali dengan difusi dan dilanjutkan dengan konveksi dari titik 8 merupakan proses peremajaan pelarut untuk
mengulangi daur lengkap dari titik 1 sampai 9.

5.1.1.3. Kinetik Pelarutan


a. Pengendalian Pelepasan: Fenomena Umum
Bila bentuk sediaan padat hanya dapat diperoleh dengan 1 (satu) cara,misalnya dengan pengempaan
langsung,maka pelepasan zat aktif terjadi menurut 1(satu) kinetik yang selanjutnya dapat digunakan untuk meramalkan
ketersediaan hayatinya.
Pada tablet berlapis ganda atau tablet berinti banyak, proses pelepasan zat aktif mengikuti 2 (dua) kinetik yaitu :
- Kinetika order 0 (perlepasan berbanding lurus dengan waktu) untuk bagian yang bereaksi cepat.
- Kinetika order 1 (log dari jumlah zat aktif yang terlepas berbanding lurus dengan waktu) untuk bagian dengan aksi yang
berbeda.
Apabila berkaitan dengan uji laju pelepasan zat aktif dari sediaan padat yang tidak seluruhnya larut (tablet, kapsul
dan lain-lain), maka uji kinetik pelarutannya dilakukan pada senyawa murni.
Laju pelarutan zat aktif tidak hanya dipengaruhi oleh kelarutan zat aktif namun juga oleh sifat fisik bagiaan yang
tidak larut (keterbasahan, porositas, dan lain-lain),ikatan yang terjadi antara zat aktif dengan bahan yang tidak larut dalam
pelarut (senyawa penukar ion, bahan tambahan lipida dan turunan selulosa)
Dengan demikian fenomena yang berkesinambungan akan selalu tetap terjamin bila komposisi cairan pelarutan
tidak berubah (atau cukup untuk menjaga keadaan “Sink”) dan keadaan hidrodinamikanya tetap.
Jadi pada penetapan kinetik pelarutan hanya ada satu parameter yang berubah yaitu konsentrasi zat aktif yang
dilepaskan kedalam cairan pelarutan.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 61


BAB 5. ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

b. Pernyataan matematik kinetik pelarutan


Keberadaan zat aktif dalam pelarut atau berkurangnya kadar zat aktif dalam sediaan padat dapat dinyatakan
sebagai fungsi dari waktu.

(i). Reaksi Order 0.


Laju pelarutan adalah tetap dan tidak tergantung pada jumlah zat aktif, dan dinyatakan dalam persamaan:

−𝑑𝑄
=𝑘
𝑑𝑡

Q = jumlah linarut
k = tetapan laju pelarutan (koefisien arah kurva)
Tanda ( - ) menyatakan penurunan jumlah linarut.

Penurunan secara integral persamaan tersebut dalam rentang waktu 𝑡0 sampai saat t, menunjukkan jumlah linarut
yang tersisa 𝑄𝑡

𝑄𝑡 = 𝑄0 – kt

Waktu paruh, atau waktu yang diperlukan untuk pelepasan separuh dari jumlah linarut yang ada dan dinyatakan
dengan persamaan:
𝑄0
t 1/2 =
2𝑘

(ii). Reaksi order 1


Laju pelarutan berbanding lurus dengan sisa zat aktif dan pelepasan linarut berkurang sebanding dengan
waktu.Pengurangan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:

dQ
- =kQ
dt

Setelah diintegrasi dan diubah kedalam bentuk logaritmanya, maka diperoleh:

kt
log Qt = 𝑄0 −
2,303

Atau dibuat bentuk eksponensialnya:

Qt = Qo .e-kt

Waktu paruh atau waktu pelepasan 50% adalah


0,693
t1/2 =
𝑘

Menurut Nedich & Kildsig, perlu diketahui konsentrasi yang teramati dari setiap tipe reaksi pelepasan pada formula
sediaan padat yang dipelajari. Pada sebagian besar keadaan order pelepasan zat aktif berada 0 sampai 1.
Harga tersebut, menurut Graham menyatakan mekanisme fisik yang berperan dalam masuknya zat aktif ke dalam
larutan, yang secara umum ditulis:

𝑑𝑄
= − 𝛼𝑄𝛽
𝑑𝑡

Nilai dalam persamaan ini adalah :


2/3 jika permukaan yang tidak tetap merupakan bagian luar sediaan
1 jika permukaan yang tidak tetap adalah permukaan pori
0 jika tidak terjadi perubahan luas permukaan.

Nilai 𝛼 tergantung pada tetapan laju k, konsentrasi jenuh dan luas permukaan yang berubah.
Dari nilai koefisien korelasi antara nilai 𝛽 yang dipilih dan yang dihitung setelah uji pelepasan zat aktif maka dapat
diketahui perbedaan antara model pelepasan yang dipilih dan nilai pengukuran.
Pada keadaan tertentu, mekanisme pelepasan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari Weibull. Penyataan ini dapat
menjadi dasar perbandingan antara kinetik pelepasan yang diperoleh dari penggunaan alat yang berbeda.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 62


BAB 5. ASPEK TEORI PELARUTAN DAN PELINTASAN MEMBRAN

c.Penyataan grafik
Kurva linier merupakan cara yang paling mudah untuk membandingkan hasil pengujian pelepasan zat aktif antar lot
atau antar formula.
Meskipun demikian, selain kinetik order nol, bila konsentrasi yang terukur atau yang tersisa dinyatakan pada sumbu
3
– y dalam bentuk akar kuadrat √ atau akar pangkat tiga √ maka order reaksi pelepasan zat aktif dapat diukur.

d.Perhitungan Statistik
Dari kurva yang diperoleh dan dikombinasikan dengan perhitungan order reaksi maka dapat diketahui adanya (atau
tidak adanya) tahapan yang berurutan dalam proses pelarutan, seperti misalnya pelarutan yang cepat pada awal dan yang
diikuti dengan pelepasan berikutnya yang lebih perlahan.

e.Korelasi
Pentingnya nilai korelasi antara kinetik pelepasan dan ketersediaanhayati telah banyak diungkapkan oleh para pakar
biofarmasi..

5.1.2PENERAPAN
Mekanisme pertukaran anrara padatan dan cairan serta pengaruhnya pada laju pelepasan laju pelepasan zat aktif,
serta penyataan matematik dari fenomena fisik yang terukur merupakan dasar yang diperlukan oleh seorang farmasetis
untuk merencanakan formula atau untuk pengawasan mutu sediaan.
Mekanisme itu perlu perlu dipahami untuk menentukan konsep dan menggunakan peralatan pada penentuan kinetik
pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan padat.
Menurut Armand, Charpentier, Lerk dan Tawashi adalah penting untuk mengetahui keadaan hidrodinamika yang
terkait dengan peristiwa pertukaran yang terjadi antara sediaan dan pelarut. Dengan demikian secara pasti aliran cairan,
keadaan geometrik dan terutama wadah cuplikan dapat ditentukan.Penetapan kinetik pelepasan memerlukan banyak
pengujian lainnya.

MG – Biofarmasi Fakultas Farmasi UTND Medan - 2015 63

Anda mungkin juga menyukai