a. Pembasahan Partikel
Pada saat terjadi kontak antara partikel dengan cairan akan terlihat kemampuan partikel untuk terbasahi dan sifat
ini terutama tergantung pada tegangan permukaan cairan.
Bila pengukuran tegangan permukaan antara cairan dan gas atau antara dua cairan mudah dilakukan maka
kemampuan terbasahi suatu partikel atau suatu serbuk dapat diramalkan dengan menggunakan suatu metoda sederhana.
Sudut kontak yang terbentuk antara padatan dan cairan, tergantung pada gaya tarik relatif antara padatan dan
cairan dan antara molekul-molekul cairan tersebut.
Secara termodinamika teori GIBBS menerangkan proses penyerapan pada permukaan.Gibbs membuktikan bahwa
pada larutan encer, besarnya konsentrasi di permukaan, tergantung pada tegangan permukaan sesuai dengan persamaan.
𝐶 𝑑𝑦
𝛤 = ×
𝑅𝑇 𝑑𝐶
Rumus di atas berkaitan dengan fenomena dinamika yang harus dicapai pada keadaan seimbang.
b. Tahap penembusan
Penembusan cairan ke dalam pori-pori padatan mengikuti hukum Wasburn, dan menurut persamaan tegangan
permukaan sebagai berikut :
2 𝛾 cos ∅
𝑃 =
𝑟
𝛾 = tegangan permukan
∅ = sudut singgung padatan/cairan
r = jari-jari pori.
Penembusan cairan lebih cepat terjadi bila tegangan permukaan kecil dan jari-jari besar.Nilai tegangan permukaan
menyatakan suatu parameter yang dapat berubah setelah pengukuran.
c. Tahap Pelarutan
Etienne berpendapat bahwa proses pelarutan diawali dari melarutnya bagian terluar yang selanjutnya memasuki
cairan pelarutan. Kelarutan bertambah besarjika ukuran partikel dasar semakin kecil (Pers. Ostwald-Freundlich)
𝑠 4𝛾𝑉
𝑙𝑜𝑔 =
𝑠𝑜 2,303 𝑅 𝑇 𝑑
d = ukuran partikel
S = kelarutan partikel kecil
So = kelarutan partikel besar
t = tegangan permukaan partikel (energi permukaan padatan yang kontak dengan larutan).
V = volume molar
d = diameter terpilih untuk meningkatkan kelarutan.
Jadi dengan menggunakan rumus tersebut maka dari peningkatan kelarutan hingga jumlah yang dikehendaki dapat
digunakan untuk menentukan ukuran partikel.
Bagian berpori secara perlahan-lahan mengering mulai dari bagian luar sampai bagian dalam dan selanjutnya
membentuk suatu rintangan yang memperlambat laju pelarutan zat aktif yang terjebak di bagian pori-pori yang lebih dalam.
Dinding pori dapat juga bertindak sebagai mekanisme proses penghambatan pelarutan. Adanya osmose pelarut yang
diikuti dengan dialisis zat aktif, dalam hal mikrokapsul, maka fenomena ini merupakan mekanisme utama yang mengatur
perpindahan pelarut ke bagian dalam padatan.
Laju linarut memasuki larutan sangat penting dalam biofarmasetik dan laju ini diatur oleh beberapa mekanisme
berbeda yang tergantung pada keadaan kontak antara linarut dan pelarut. Etienne dan Cartensen mengusulkan penggunaan
bilangan Schmidt (Sc) untuk mekanisme tersebut.
𝜂 𝑘𝑒𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛
Bilangan Schmidt (Sc) = =
𝛽𝐷 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖
Bila bilangan Schmidt rendah, maka keseimbangan difusi segera tercapai. Dalam hal ini partikel padatan dikelilingi
oleh lapisan cairan dan bertindak sebagai mekanisme dasar pertukaran cairan dan padatan.
Sebaliknya bila bilangan Schmidt tinggi, maka koefisien difusi rendah dan kekentalan tinggi. Disini proses peremajaan
lapisan cairan di permukaan padatan lebih berperan.
𝛿𝐶
𝑗 = −𝐷
𝛿𝑥
Jika m adalah jumlah zat aktif yang terlarut dalam waktu t untuk luas permukaan S, sedangkan Cs adalah konsentrasi
jenuh (pada daerah kontak antara cairan dan padatan) dan C adalah konsentrasi larutan di luar lapisan daerah yang
mengelilingi padatan, maka perubahan m sebagai fungsi waktu adalah:
𝑑𝑚
= k S (CS – C)
𝑑𝑡
Jika C < Cs atau yang berada pada keadaan “hilang” maka gradien konsentrasi diharapkan tak terbatas(pada
1
prakteknya kondisi ini dianggap tak terhingga jika C ≤ CS).
10
1
Jika C > CS keadaannya disebut “tidak hilang”
10
Difusi merupakan mekanisme utama dalam proses pelarutan dan aliran yang terjadi di atas padatan berbentuk laminer.
Permukaan yang tidak tetap dapat berubah selama proses pelarutan.
Hixson dan Crowell telah menghitung perubahan luas permukaan setelah pengecilan ukuran partikel. Dengan
menganggap bahwa molekul itu bulat maka volume setiap satuan massa dihitung menurut rumus berikut:
3 3
√𝑚𝑜 – √𝑚= kt
mo = jumlah awal
m = jumlah sisa
Hukum ini disebut “Hukum Akar pangkat Tiga”.Agar hukum ini dapat diterapkan maka pelepasan zat aktif harus
dikendalikan secara difusi dan seluruh massa cairan dihomogenkan dengan pengadukan.
(ii). Teori perubahan permukaan yang tidak tetap (atau teori Danckwert) antara cairan dan padatan : perpindahan
linarut kedalam pelarut dapat dinyatakan dengan perubahan luas permukaan S dan perbedaan konsentrasi Cs –C;
difusi D dan jari-jari partikel r :
𝑑𝑚 𝐷
= 𝑆 + D ( Cs – C )
𝑑𝑡 𝑟
Berkaitan dengan proses pelepasan, Nielbergall & Goyan menunjukkan bahwa “Hukum Akar Pangkat Tiga“ tidak
dapat diterapkan pada proses pelepasan yang disebabkan oleh penggantian permukaan menurut model Danckwert,
yang pada kontak padatan terjadi aliran turbulen.
Oleh karena itulah Farmakope Amerika mencantumkan penggunaan dispositif (keranjang berputar) yang dapat
menghasilkan putaran laminer atau turbulen tergantung pada laju perputaran dan massa jenis tablet yang dianalisis.
Pada teori film dan teori pergantian permukaan koefisien difusinya dianggap selalu tetap.Penelitian Nedich &
Kildsing membuktikan bahwa koefisien difusi dapat berkurang bila konsentrasi meningkat terutama bila ada bahan-bahan
yang dapat meningkatkan kekentalan (pektin, turunan selulosa, dan lain-lain).
Tergantung pada pendekatan yang dilakukan untuk menetapkan hubungan antara mekanisme pelarutan yang
diperkirakan dan penerapannya dalam penetapan kinetik pelarutan.Leeson & Cartensen berpendapat bahwa serbuk (dan
bentuk sediaan-sediaan lainnya yang dibuat dari serbuk) harus dianggap sebagai kumpulan partikel-partikel yang
terdispersi.
Selama proses pelarutan terjadi pengurangan ukuran partikel dalam perbandingan yang sama untuk setiap partikel.
“Permukaan yang tidak tetap” antara padatan dan pelarut akan selalu berubah (cara pengukuran sehari-hari untuk
menetapkan kinetika pelarutan hanya dapat menentukan fenomena umum)
Demikian pula secara bertahap jumlah partikel akan berkurang karena terjadinya pelarutan total.
𝑑𝑎 2 𝜔
NPe =
𝐷
Peningkatan bilangan Peclet seiring dengan peningkatan transfer bahan secara konveksi, sedangkan penurunan
bilangan PECLET menunjukkan bahwa fenomena difusi lebih dominan.
𝑑 2 ωρ
N Rc =
𝜂
η = kekentalan dinamik
𝜌 = masa jenis
Nilai tersebut dapat lebih rendah atau lebih tinggi 2000, tergantung pada sifataliran yang laminer atau turbulen dalam
volume peredaran cairan.
𝑢𝑑 ( 𝜌𝑠 −𝜌𝑙 )
Re (g) =
𝜂
Pada aliran tertentu, laju pergerakan partikel dipengaruhi oleh diameter silinder. Bila bentuk wadah tak tertentu, perlu
direncanakan laju perputaran maksimal yang dapat dicapai dengan memperhatikan jarak antara padatan dan alat
pengaduk atau yang disebut “diameter efektif”
Jika aliran cairan bersifat laminer dapat terjadi pembentukan film cairan disekitar partikel yang akan ditembus oleh
senyawa yang berdifusi. Keadaan ini terjadi bila bilangan REYNOLD mendekati satu.
𝜌 𝑈𝑚𝑝 𝑑𝑝
Re (P) =
𝜂
Oleh sebab itulah dengan perhitungan, aliran laminer dapat dipertahankansedemikianhingga partikel dalam cairan
mempunyai bilangan REYNOLD Re dari butiran atau pori-pori mendekati satu unit.
e. Pengaturan pelarutan
Le Goff berpendapat bahwa pada pelarutan zat aktif yang berada dalam media porous seperti tablet terjadi
persaingan antara kinetik fisik dan kinetik kimia pada bataspermukaan antara linarut dan pelarut.
- Jika sediaan sangat larut, maka “pengaturan difusi” mengendalikan laju pelepasan.
- Jika sediaan sukar larut, maka sebaliknya “pengaturan kimia” yang akan mengendalikanlaju pelepasan zat aktif, jadi
kelarutan zat aktif dalam pelarut yang terpilih pada suhu tertentu yang lebih menentukan laju pelarutan (dalam hal
larutan tidak ideal)
Le Goff mengemukakan skema yang mengelompokkan semua fenomena pelarutan dalam lingkungan porous
(Gambar 5.1). Pada sistem laminer, pelarutan disekitar partikel merupakan lapisan yang bergerak berkesinambungan yang
disebut juga “lapisan pembatas”
butiran berongga
9 1. gaya transpor molekul pelarut
lapisan pembatas 2. difusieksternal melalui lapisan pembatas
8 3. difusi internal dalam pori
7 4,5,6 menunjukkan reaksi kimia
6 4. penyerapan molekul pelarut secara kimia pada permukaan partikel di
2 3 4 sebelah dalam
5 5 perubahan kimia molekul pelarut yang diperkaya
6. penyerapan molekul pelarut yang diperkaya
7 difusi internal molekul pelarut yang diperkaya
1 8 difusi internal molekul pelarut yang diperkaya
pori
9 gaya transpor molekul pelarut yang diperkaya
Penembusan pelarut menembus pori merupakan fungsi dari tegangan permukaan,dan selanjutnya linarut memasuki
larutan.
Diawali dengan difusi dan dilanjutkan dengan konveksi dari titik 8 merupakan proses peremajaan pelarut untuk
mengulangi daur lengkap dari titik 1 sampai 9.
−𝑑𝑄
=𝑘
𝑑𝑡
Q = jumlah linarut
k = tetapan laju pelarutan (koefisien arah kurva)
Tanda ( - ) menyatakan penurunan jumlah linarut.
Penurunan secara integral persamaan tersebut dalam rentang waktu 𝑡0 sampai saat t, menunjukkan jumlah linarut
yang tersisa 𝑄𝑡
𝑄𝑡 = 𝑄0 – kt
Waktu paruh, atau waktu yang diperlukan untuk pelepasan separuh dari jumlah linarut yang ada dan dinyatakan
dengan persamaan:
𝑄0
t 1/2 =
2𝑘
dQ
- =kQ
dt
kt
log Qt = 𝑄0 −
2,303
Qt = Qo .e-kt
Menurut Nedich & Kildsig, perlu diketahui konsentrasi yang teramati dari setiap tipe reaksi pelepasan pada formula
sediaan padat yang dipelajari. Pada sebagian besar keadaan order pelepasan zat aktif berada 0 sampai 1.
Harga tersebut, menurut Graham menyatakan mekanisme fisik yang berperan dalam masuknya zat aktif ke dalam
larutan, yang secara umum ditulis:
𝑑𝑄
= − 𝛼𝑄𝛽
𝑑𝑡
Nilai 𝛼 tergantung pada tetapan laju k, konsentrasi jenuh dan luas permukaan yang berubah.
Dari nilai koefisien korelasi antara nilai 𝛽 yang dipilih dan yang dihitung setelah uji pelepasan zat aktif maka dapat
diketahui perbedaan antara model pelepasan yang dipilih dan nilai pengukuran.
Pada keadaan tertentu, mekanisme pelepasan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari Weibull. Penyataan ini dapat
menjadi dasar perbandingan antara kinetik pelepasan yang diperoleh dari penggunaan alat yang berbeda.
c.Penyataan grafik
Kurva linier merupakan cara yang paling mudah untuk membandingkan hasil pengujian pelepasan zat aktif antar lot
atau antar formula.
Meskipun demikian, selain kinetik order nol, bila konsentrasi yang terukur atau yang tersisa dinyatakan pada sumbu
3
– y dalam bentuk akar kuadrat √ atau akar pangkat tiga √ maka order reaksi pelepasan zat aktif dapat diukur.
d.Perhitungan Statistik
Dari kurva yang diperoleh dan dikombinasikan dengan perhitungan order reaksi maka dapat diketahui adanya (atau
tidak adanya) tahapan yang berurutan dalam proses pelarutan, seperti misalnya pelarutan yang cepat pada awal dan yang
diikuti dengan pelepasan berikutnya yang lebih perlahan.
e.Korelasi
Pentingnya nilai korelasi antara kinetik pelepasan dan ketersediaanhayati telah banyak diungkapkan oleh para pakar
biofarmasi..
5.1.2PENERAPAN
Mekanisme pertukaran anrara padatan dan cairan serta pengaruhnya pada laju pelepasan laju pelepasan zat aktif,
serta penyataan matematik dari fenomena fisik yang terukur merupakan dasar yang diperlukan oleh seorang farmasetis
untuk merencanakan formula atau untuk pengawasan mutu sediaan.
Mekanisme itu perlu perlu dipahami untuk menentukan konsep dan menggunakan peralatan pada penentuan kinetik
pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan padat.
Menurut Armand, Charpentier, Lerk dan Tawashi adalah penting untuk mengetahui keadaan hidrodinamika yang
terkait dengan peristiwa pertukaran yang terjadi antara sediaan dan pelarut. Dengan demikian secara pasti aliran cairan,
keadaan geometrik dan terutama wadah cuplikan dapat ditentukan.Penetapan kinetik pelepasan memerlukan banyak
pengujian lainnya.