2. Saponin Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa
yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam.
3. Flavonoida Flavonoida merupakan senyawa polifenol yang mempunyai struktur dasar C6-C3C6. Golongan terbesar flavonoida mempunyai cincin piral yang menghubungkan rantai
karbonnya. Senyawa flavonoida selalu terdapat pada tumbuhan dalam bentuk glikosida dimana
satu atau lebih gugus hidroksi fenol berikatan dengan gula. Gugus hidroksil selalu terdapat pada
atom C 5 dan 7 pada cincin A dan juga pada atom C 3, 4 dan 5 pada cincin B. Flavonoida
berupa senyawa yang larut dalam air dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok
dengan eter minyak bumi. Flavonoida berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila
ditambahkan basa atau amonia. Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan
karena itu menunjukkan pada pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar UV dan spektrum
sinar tampak. Flavonoida umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai
glikosida. Flavonoida merupakan senyawa golongan fenol alam bersifat antibakteri.
4. Tanin Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak
terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada bagian tertentu dari tumbuhan, seperti daun,
buah dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan, dan membentuk
senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan garam besi.
5. Triterpenoida/Steroida Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Triterpenoida banyak terdapat pada tumbuhan dan hewan, dapat berada dalam bentuk
bebas, maupun dalam bentuk glikosida. Triterpenoida berupa senyawa yang tidak berwarna dan
berbentuk kristal. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpenoida dapat dibagi
menjadi empat golongan senyawa, yaitu triterpena sebenarnya, steroida, saponin dan glikosida
jantung. Kedua golongan terakhir terutama terdapat sebagai glikosida. Steroida merupakan suatu
senyawa yang mengandung inti siklopentanoperhidrofenantren. Steroida memiliki berbagai
aktivitas biologik.
B. Metode praktikum
3.1 Alat dan Bahan Praktikum
A. Alat: 1. Pisau/cutter 2. Tabung reaksi 3. Pipet 4. Kertas perkamen, spatel 5. Kertas saring 6.
Corong 7. Waterbath 8. Timbangan
B. Bahan: 1. Rimpang temu Giring (Curcuma heyneana val.) 2. Aquadest 3. CHCl3 4. Metanol 5.
Etanol 6. Amoniak 7. H2SO4 2N dan H2SO4 P 8. HCl dan HCl P 9. FeCl3 10. Logam Mg 11.
Pereaksi Mayer 12. Pereaksi Bouchardat 13. Pasir
3.2 Prosedur Kerja Penelitian
Prosedur Kerja:
A. Pengumpulan simplisia 1. Pengumpulan simplisia Temu Giring (Curcuma heyneana val.) 2.
Sortasi simplisia 3. Perajangan 4. Pengeringan.
B. Uji pendahuluan
1. Pemeriksaan alkaloid dengan cara Calvenor dan Fitzgerald 1 gram sampel segar dipotong
halus, digerus dengan pasir secukupnya dan 1 ml CHCl3 Tambahkan 1 ml amoniak, saring ke
dalam tabung reaksi Tambahkan 5 tetes H2SO4 2N, kocok selama 1 menit. Diamkan Ambil
lapisan asam dibagi dua : 1) Lapisan asam pertama ditambahkan pereaksi Mayer 2 tetes, maka
timbul endapan putih 2) Lapisan asam kedua tambahkan pereaksi Bouchardat 2 tetes, maka
timbul endapan putih.
pada lapisan kloroform. Berdasarkan hasil praktikum, rimpang temugiring pada bagian lapisan
air setelah dikocok tidak membentuk busa selama 3 menit yang menandakan bahwa rimpang
temugiring tidak mengandung saponin. Begitu pula setelah ditambahkan FeCl3 tidak terbentuk
warna merah yang menandakan bahwa rimpang temugiring tidak mengandung fenol. Selanjutnya
pada bagian lapisan kloroform ditambahkan Liebermen Bouchardat, asam asetat anhidrat dan
H2SO4 terbentuk warna merah yang menandakan bahwa rimpang temugiring mengandung
steroid tetapi tidak mengandung terpen.
Keempat pengujian tanin, rimpang temugiring ditambahkan aqudest kemudian dikocok dan
disaring setelah itu filtrat yang didapat ditambahkan FeCl3. Berdasarkan hasil praktikum,
rimpang temugiring tidak mengandung tannin karena tidak memberikan warna biru tua.
Berdasarkan hasil praktikum terdapat ketidaksesuaian kandungan pada literatur. Hal ini
disebabkan umur tanaman pada saat panen, waktu panen, lingkungan tumbuh tidak diketahui dan
tidak terstandar.
H. Kesimpulan
Rimpang Temugiring mengandung alkaloid, flavonoid dan steroid
http://sdcahyaningsih.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-fitokimiaisolasi.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
dalam tumbuhan
teknik pengumpulan
pengeringan alamiah
pengeringan buatan
e. Sortasi kering
f. Pewadahan dan penyimpanan
B. Ekstraksi
C. Metode pemisahan/Isolasi
Berdasarkan biosintesis
- Metabolit primer
- Metabolit sekunder
B.
Berdasarkan Kepolaran
Kumarin
Familia
: Rutaceae
Isi
tanaman
minyak
atsiri,
damar,
tanin, glikosida
muayin,
Data penelitian
derivat karbazol, mungkin berasal dari asam antranilat, dalam buahnya mengandung senyawa
kumarin: kumarayin, dan daunnya mengandung febalosin.
Pulasari
Tanaman Asal
: Alyxia reinwardtii
Familia
: Apocynaceae
Isi tanaman
Penggunaan
dan spasmolitik.
1.2.2 Triterpenoid Dan Steroid
Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asilik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik
yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa
senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik , yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kerektifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah
reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat + H 2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena
dan sterol memberikan warna hijau-biru. Tersebar luas dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan.
Struktur: - Asiklik : misal : skualen.
- Siklik : - mono
- bi
- tri
- tetra
- penta
Triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas ialah triterpenoid penta siklik.
Struktur kimia triterpenoid terdapat dalam bentuk bebas atau glikosida.
Bentuk bebas : kepolarannya menengah.
glikosida
: kepolarannya polar.
Steroid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren
dan merupakan senyawa organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan dengan struktur
inti
molekulnya C-17, tetrasiklis dengan susunan 3 cincin segienam dan 1 cincin segi
lima. Serupa dengan triterpen tetrasiklis, tetapi tidak mempunyai gugus metil pada C-4 dan C14.
Ciri umum steroid nabati adalah:
1)
2)
Klasifikasi:
Didasarkan atas jumlah atom C atau sumber alamnya.
1)
Berdasarkan struktur inti C-17 dengan jumlah atom C substitusi maka steroid
dibagi
fase gerak
deteksi
UV 254 nm
: fluorescensi lemah
UV 366 nm
: tidak berfluorescensi
Famili
: Menispermaceae
: Batang
Isi tanaman
: Pati, glikosida pikroretosid, alkaloid, berberin dan palmatin, zat pahit pikroretin,
Jati Belanda
Tanaman asal
Famili
: Sterculiaceae
Isi tanaman
Penggunaan
atau kekuning-kuningan dengan rasa dan bau yang khas. Namun dalam penyimpanan lama
minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resi serta warnanya berubah menjadi lebih gelap.
Sumber minyak atsiri dapat diperoleh dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji,
batang, akar, ataupun rimpang. Selain itu dapat larut baik dalam etanol dan pelarut organik,
namun sukar larut dalam air dan kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70 %.
Umumnya zat organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H, dan O, berupa senyawa
alifatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid, keton, alkohol dan
asam.
Secara kimia minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai
macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propan.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada awal terjadinya minyak atsiri di dalam tanaman.
Terpenoid berasal dari suatu unit sederhana yang disebut sebagai isoprena. Sehingga dapat
dikatakan komponen minyak atsiri termasuk senyawa isoprenoid, karena molekul- molekulnya
tersusun dari unit-unit isopren. Sementara fenil propan terdiri dari gabungan inti benzen dan
propana. Penyusun minyak atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa monoterpen dan
seskuiterpen yang merupakan komponen utama minyak atsiri. Minyak atsiri dapat digunakan
sebagai:
1. Menarik serangga (penyerbukan)
2. Untuk kosmetik / parfum
3. Penolak serangga
4. Sebagai bumbu masak
5. Antiseptik (obat)
6. Karminativum
Sifat- Sifat Minyak Atsiri
Adapun sifat-sifat minyak atsiri adalah sebagai berikut:
1.
2.
Bau khas
3.
Rasa getir, tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin bila
terasa di kulit
4.
5.
6.
Tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik oleh oksigen, matahari atau panas
7.
Indeks bias umumnya tinggi dan bersifat optis aktif (memiliki atom C asimetrik)
8.
9.
Minyak atsiri terkandung dalam bernagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar, dalam sel-sel
parenkim, di dalam saluran minyak, di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen ataupun
terkandung dalam semua jaringan.
Minyak atsiri dapat terbentuk langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin
dari dinding sel atau hidrolisis dari glikosida tertentu. Peranan utama minyak atsiri pada
tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah bunga dan daun rusak), serta
sebagai pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi
sebagai penarik serangga guna membantu penyerbukan silang dari bunga
Klasifikasi Minyak Atsiri:
A.
Monoterpen
1.
Monoterpen asiklik :
a.
b.
c.
2.
Monoterpen monosiklik :
a.
Hidrokarbon : - d.limonen
- -terpinen
- -terpinen
- -felandren
- -terpinen
- -felandren
b.
c.
d.
e.
3. Monoterpen Bisiklik
a.
Grup tuyan
b.
Grup karan
c.
Grup pinan
d.
Grup kamfan
e.
Grup fenkhan
: fenkhon,-fenkhen
f.
: -tuyaplisin, nepetalakton
B.
Seskuiterpen
1.
Seskuiterpen asiklis
: farnesol, nerolidol
2.
Seskuiterpen monosiklis
asam absisat
3.
Seskuiterpen bisiklis
4.
Seskuiterpen trisiklis
: santonin, aromadendren
Kerangka dasar komponen minyak atsiri adalah terpen yang terdiri dari satuan isoprena. Satuan
isoprena yang berperan aktif secara biosintetik adalah isopentenil pirofosfat, dimetil alil
pirofosfat serta senyawa yang terbentuk dari asam asetat lewat jalur biosintesis asam mevalonat.
Geranil piropsfat adlah prekursor C10 dari terpen dan berperan penting dalam pembentukan
monoterpen siklik serta dibentuk melalui kondensasi dari masing-masing satuan isopentenil.
Prekursor pertama untuk komponen fenil propanoid dalam minyak atsiri adalah asam siamat dan
asam p-hidroksi sinamatyang juga dikenal sebagai asam p-kumarat. Dalam tanaman, senyawa ini
dibentuk dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin yang akhirnya disintesis lewat jalur
asam sikimat yang dapat dibantu oleh Escherichia coli yang membutuhkan asam amino aromatik
untuk pertumbuhannnya. Asam sikimat selanjutnya akan menghasilkan asam korismat yang bisa
menghasilkan triptofan lewat jalur asam antranilat dan asam prefenat . asam prefanat mengalami
dehidrasi dan dekarboksilasi sehingga menghasilkan asam fenilpiruvat (prekursor fenilalanin),
atau justru mengalami dehidrogenasi dab dekarboksilasi menghasilkan asam p-hidroksifenil
piruvat (prekursor tirosin).
Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.
Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prinsip
dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap tersebut
dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
2.
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut
organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak
atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar
minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri yang
larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
3.
Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan memanfaatkan
aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri
dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik enzimnya
masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa minggu,
misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar tidak mengubah
aktivitas enzim.
4.
b.
5.
Pemerasan
Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang termasuk
keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak tahan
pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak lemak pecah
dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk minyak
atsiri yang rendamannya relatif besar.
6.
b.
c.
d.
Setiap minyak atsiri mempunyai sifat khas dari senyawa kimia yang menyusunnya. Sifat ini
dapat berubah karena proses pengolahan dan penyimpanan perlu dilakukan.
Pengujian mutu yang dilakukan adalah :
1.
Uji organoleptik
2.
- persentase alkohol
- bobot jenis
- putaran optik
- kadar fenol
- indek bias
- kadar sineol
- bil. Asam
- logam berat
Anisaldehid H2SO4
Vanilin H2SO4
H2SO4 pekat
a.
Minyak kapulaga
b.
Minyak kenanga
c.
d.
Minyak ketumbar
e.
Minyak sereh
f.
Minyak melati
g.
Minyak lavender
h.
Minyak pala
i.
Minyak lada
j.
Minyak mawar
k.
Minyak nilam
l.
Minyak cendana
Minyak jahe
: Zingiber officinale
Famili
: Zingiberaceae
Rendeman
: 3,5 %
Sumber
: rimpang
kamfena,
Tanaman asal
Famili
: Zingiberaceae
: Rimpang
Kandungan tanaman
Tanin
Tanin merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks yang tersebar
luas pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa kompleks yang dibentuk dari campuran
polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin umumnya terdapat
dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu. Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari
protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka
reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan.
Fungsi tanin dalam tumbuhan adalah untuk menghalau hewan pemakan tumbuhan karena berasa
sepat.
Secara kimia tanin dapat dibedakan dalam 2 jenis:
Tanin terkondensasi, hampir terdapat didalam paku-pakuan dan Gymnospermae, serta tersebar
luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Merupakan senyawa inti fenol
dengan karbohidrat atau protein. Contohnya: proantosianidin (flavolan).
Tanin terkondensasi secara biosintetis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin
tunggal yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligodimer yang lebih tinggi. Nama lain
untuk tanin terkondensasi ialah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas,
beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan
asam akan menghasilkan sianidin.
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan tumbuhan hijau dengan mencelupkan
kedalam HCl 2M mendidih selama setengah jam. Bila terbentuk warna merah yang dapat
diekstraksi dengan amil atau butil alkohol, maka ini merupakan bukti adanya senyawa tersebut.
Familia
: Rubiaceae
Pemerian
: tidak berbau, rasa mula-mula pahit dan sangat sepat, kemudian agak
manis.
Tempat tumbuh
Pemakaian
: Astringen kuat
Kandungan
Jambu Biji
Tanaman Asal
: Psidium Guajava L
Familia
: Myrtaceae
: Daun
Isi tanaman
Penggunaan
Delima
Tanaman asal
: Punica granatum L.
Familia
: Punicaceae
: kulit buah
Isi tanaman
1.2.5
Saponin
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan
ekstrak tumbuhan merupakan bukti akan adanya saponin. Bila didalam tumbuhan terdapat
banyak saponin, sukar untuk memekatkan ekstrak alkohol-air dengan baik, walaupun dengan
menggunakan penguap putar. Yang paling sederhana untuk membuktikan adanya unsur saponin
dalam simplisia adalah dengan cara mengocok nya, dan perhatikan apakah akan terbentuk busa
tahan lama pada permukaan cairan. Saponin dapat juga diperiksa dalam ekstrak kasar
berdasarkan kemampuannya menghemolisis sel darah.
Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin karena ikatan glikosidanya, dan lebih mudah
dipisahkan dengan KLT pada selulosa.
Saponin memiliki berat molekul tinggi sehingga menjadikan upaya isolasi ntuk mendapatkan
saponin
yang
murni
menemui
banyak
kesulitan.
Berdasarkan
struktur
aglikonnya
(sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu tipe steroid dan tipe
triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal
usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
Kegunaan
Semua saponin mengakibatkan hemolisis. Oleh karena itu, relatif berbahaya bagi semua
organisme binatang bila saponin diberikan secara parenteral. Saponin memiliki kegunaan dalam
pengobatan, terutama karena sifatnya yang mempengaruhi absorpsi zat aktif secara farmakologi.
Kumis kucing
Daun ungu
Tanaman asal
: Graptophyllum pictum
Familia
: Acanthaceae
: Daun
Isi tanaman
Penggunaan
1.2.6
Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada
benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi dengan 2 ikatan rangkap
karbon karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi 4 kelompok:
benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya
terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan
dengan gula sebagai glkosida atau kuinol tanwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam
hal demikian, diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebas nya. Kuinon
isoprenoid terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis dan dengan demikian kuinon tersebar
secara merata dalam tumbuhan.
Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam.
Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan sangat kecil.
Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen
kuinon ini tidak mendominasi.
Deteksi pendahuluan kuinon,
Untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat dilakukan dengan reaksi
warna. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi semyawa
tanwarna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan
dengan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan mengocok
larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak basa
lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon menuknjukan geseran batokrom
yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri khasnya.
1.2.7
Flavonoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon yang terdapat berupa
tepung putih pada tumbuhanPrimula, dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat
ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan
alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi.
Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa atau amoniak,
jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukan pita
serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam
tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar
daripada yang lainnya. Penyebaran flavonoid meliputi,
Golongan Tumbuhan
Flavonoid
Bakteri
Fungi
Ganggang merah
Lumut hati
Equisetum
Lycopodium
Paku-pakuan
Gymnospermae
Angiospermae
Segala
jarang
macam
flavonoid,
biflavonil
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid
tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas
flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir
selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna.
Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6.
Aktivitas biologi flavonoid antara lain,
- anti kanker
: kuersetin, mirisetin
- anti oksidant
- anti inflamasi
- anti alergi
: nobeletin, tangeretin
- anti hipertensi
: prosianidin
- anti virus
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
Flavanon
Glikoflavon
Isoflavon
Biflavonil
- flavonoid minor
: glikosid
residu
refluks
10 saring
p: <<<
saring reaksi warna a 1 ml
4. Isolasi menurut MMI (Materia Medika Indonesia)
500 mg bahan padat refluks 10 saring
sisa kering 10 ml sediaan cair
10 ml met OH
: Orthosiphon stamineus
Familia
: Labiatae
: Daun
Isi tanaman
saponin
Penggunaan
Tempuyung
Tanaman asal
: Sonchus arvensis
Familia
: Asteraceae
: Daun
Isi tanaman
Penggunaan
: diuretika, antiurolitiasis
1.2.8
Alkaloid
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada
suhu kamar.
Definisi
Alkaloid adalah senyawa yang bersifat basa ( dengan adanya atom N ), biasanya mengandung
atom N atau lebih, umumnya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik atau
heterosiklik.
Ikatan N dalam molekulnya dapat berupa :
1.
Amin primer
: C2NH2
2.
Amin sekunder
: C2NH
3.
Amin tersier
: C3N
4.
Amin quarterner
: C5N
5.
Nitrogen oksida
: C3N=O
Alkaloid dalam tumbuhan biasa terdapat sebagai garam dengan saam organic.
Misalnya: Asam tartarat
Asam sitrat
(alkaloid tartrat)
(alkaloid sitrat)
Asam
asetat
Asam mefenamat
(alkaloid mevalonat)
Asam kinat
(alkaloid kinat)
Asam malat
(alkaloid malat)
(alkaloidasetat)
Rasa pahit
2.
3.
2.
Penyebaran
Alkaloid tidak hanya dihasilkan tumbuhan tingkat tinggi, tapi juga dapat dihasilkan oleh
1.
Ascomycetes
: Claviceps purpurea
2.
Pteridophyta
: Equisentum arvense
3.
Gymnospermae
: Ephedra sp
4.
Monocotyledoneae
5.
Keuntungan :
a)
Eter tidak membentuk emulsi dan pada pengocokkan tidak mempersukar proses
pemisahan.
b)
Eter tidak mempunyai titik didih rendah, sehingga sangat ideal untuk penyaringan alkaloid
termolabil.
Kerugian :
a)
b)
c)
Eter mudah terurai dan ada kemungkinan peledakan pada saat ekstrak / sari diuapkan.
2.
Keuntungan :
a)
b)
c)
Kerugian :
a)
Titik didih CHCl3 agak tinggi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai cairan penyari bagi
alkaloid termolabil.
b)
Dapat membentuk emulsi pada pengocokkan, sehingga dapat timbul kesulitan pada
A.
Alkaloid sejati :
Tipe C4-N
: I. Asal Ornitina
a)
Pirolidina Alkaloid
b)
Tropana Alkaloid
c)
Pirolizidina Alkaloid
B.
Tipe C5-N
a)
Piperidina Alkaloid
b)
Kinolizina Alkaloid
Nikotinat Alkaloid
b)
Anabasina Alkaloid
Benzil-Isokinolina Alkaloid
b)
Isokinolina Alkaloid
V. Asal Fenilalanin
a)
Amaryllidaceae Alkaloid
Indol Alkaloid
b)
Kuinolina Alkaloid
c)
Secale Alkaloid
d)
Fisostigmina Alkaloid
e)
Erythrina Alkaloid
Proto alkaloid
Pseudo alkaloid
Steroid Alkaloid
2.
Iridoid Alkaloid
3.
Purina Alkaloid
4.
Imidazol Alkaloid
Identifikasi alkaloid
1.
Deteksi pendahuluan
Karena secara kimia alkaloid begitu heterogen dan begitu banyak, mereka tidak dapat
diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan kromatografi tunggal. Pada
umumnya, sukar mengidentifikasi suatu alkaloid dari sumber tumbuhan baru tanpa mengetahui
kira-kira jenis alkaloid apa yang mungkin ditemukan dalam tumbuhan tersebut.
Di samping itu, karena kelarutan dan sifat lain alkaloid sangat berbeda-beda, cara penjaringan
umum untuk alkaloid dalam tumbuhan mungkin tidak akan berhasil mendeteksi senyawa khas.
Sebagai basa, alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol yang bersifat
asam lemah (HCl 1M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan dengan amonia pekat.
Pemisahan pendahuluan demikian dari bahan tumbuhan lainnya dapay diulangi, atau pemurnian
selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi pelarut(ekstraksi cair-cair). Adanya alkaloid pada
ekstrak nisbi kasar yang demikian dapat diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi alkaloid.
Tetapi sebaiknya dilakukan KKt dan KLT dalam beberapa pengembang umum yang dapat
digunakan, dan kemudian kertas serta pelat disemprot dengan penampak bercak untuk alkaloid.
2.
Langkah kerja
Ekstraksi jaringan kering dengan asam asetat 10% dalam etanol, biarkan sekurang-kurangnya 4
jam. Pekatkan ekstrak sampai seperempat volume asal dan endapkan alkaloid dengan
meneteskan NH4OH 1%. Larutkan sisa dalam beberapa tetes etanol atau kloroform.
3.
Pereaksi alkaloid
Untuk pereaksi dragendoff dibuat 2 larutan persediaan: (1) 0,6 g bismutsubnitrat dalam 2 ml HCl
pekat dan 10 ml air; (2) 6 g kalium iodida dalam 10 ml air. Larutan persediaan ini dicampur
dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml air. Untuk menyemprot kertas dengan pereaksi iodoplatinat, 10
ml larutan platina klorida 5% dicampur dengan 240 ml kalium iodida 2% dan diencerkan
dengan air sampai 500 ml. Untuk menyemprot pelat, campurkan 10 ml platina klorida 5%, 5 ml
HCl pekat, dan 240 ml kalium iodida 2%.
Pereaksi marquis hanya dapat digunakan untuk pelat KLT dan terdiri atas`1ml formaldehida
dalam 10 ml H2SO4 pekat (bahaya, asam bersifat merusak).
BAB II
PROSEDUR DAN HASIL PRAKTIKUM
Serbuk simplisia : Kina Cortex, kumis kucing, gambir, brotowali, jahe, kemuning
NaOH 1 N
NH4OH pekat
NH4OH 30 %
Na asetat
Kloroform
HCl encer
HCl pekat
Amilalkohol
FeCl3 1 %
Eter
H2SO4 pekat
Etanol
Serbuk Mg
Pereaksi Meyer
- cara pembuatan reagen : 1,35 gr HgCl2 dan 5 gr KI dilarutkan dalam 30 ml air, kemudian di ad
kan dengan air hingga 100 ml.
Pereaksi Dragendorff
larutan A : 0,85 gr Bismuth Nitrat basa, larutkan dalam campuran (10 ml asetat dan 40 ml
air)
-
Larutan Stock : Volume yang sama dari larutan A dan larutan B disimpan dalam botol
gelap.
-
Reagen penyemprot : 1ml dari larutan stock dicampur dengan 2 ml asam asetat dan 10 ml
Alat :
Tabung reaksi
Kertas saring
Penangas air
Cawan penguap
Kapas corong
Pipet
Erlenmeyer
Gelas kimia
Hot plate
Gelas ukur
b)
+ Meyer
putih ( alkaloid )
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air panas dan didihkan selama 10 menit, didinginkan,
disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
5 ml filtrat ditambah serbuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 5 ml amilalkohol kemudian dikocok
dengan kuat sampai terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna merah yang merupakan
lapisan amilalkohol ( flavonoid )
3. Identifikasi Golongan Saponin
Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
Seperti identifikasi golongan flavonoid.
Pengujian :
10 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok vertikal selama 10 detik, didiamkan 10
menit terbentuk busa yang stabil dan bila ditambahkan 1 tetes HCl 1 % busa tetap stabil bedakan
dengan sabun ( saponin ).
4. Identifikasi Golongan Kuinon
Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
Seperti identifikasi golongan flavonoid.
Pengujian :
5 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi,ditambahkan 1 tetes NaOH 1 M merah
( kuinon )
5. Identifikasi Golongan Tanin
Bahan :
Gambir
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air, didihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring
dengan kertas saring diperoleh filtrat yang kemudian dibagi ke dalam 2 bagian.
Pengujian :
o Filtrat I + FeCl3 1 % biru tua atau hijau kehitaman ( tanin )
o Filtrat II + 15 ml pereaksi Stiasny ( formaldehid 30 % : HCl pekat = 2 : 1 ) dipanaskan di atas
penangas air merah muda ( tanin katekuat )
merah muda disaring, filtrat dijenuhkan dengan Na asetat, ditambahkan beberapa tetes FeCl 3 1
% biru tinta ( tanin galat ).
6. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid
Bahan :
Batang brotowali
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, wadah ditutup dengan
aluminium foil, dan diikat dengan karet, disaring di dalam lemari asam dan diperoleh filtrat.
Pengujian :
5 ml filtrat diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu, ke dalam residu ditambah 2
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat ( pereaksi Libermann- Burchard ) hijau,
biru kehitaman atau merah ( steroid atau triterpenoid ).
7. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri
Bahan :
Jahe
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 10 ml eter dan dipasang
corong pisah yang diberi lapisan kapas basah pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di
atas penangas air, didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
Filtrat diuapkan pada cawan penguap, residu dilarutkan dengan 5 ml etanol, disaring dengan
kertas saring, filtratnya diuapkan pada cawan penguap residu berbau aromatik ( minyak
atsiri ).
+ Dragendorff
d)
+ Meyer
Jadi, kulit kina mengandung alkaloid hanya saja dalam pengujian tidak menunjukan adanya
endapan setelah ditambah pereaksi dragendrorff dan meyer kemungkinan terjadi human error.
Identifikasi Golongan Flavonoid
5ml filtrat kumis kucing + serbuk Mg + 1ml HCl + 5ml amilalkohol, dikocok, terbentuk 2
lapisan pada lapisan atas yaitu lapisan amilalkohol, terbentuk warna merah.
Filtrat hasil maserasi diuapkan sehingga pelarut menguap dan didapat residu, residu + pereaksi
Libermann Burchard, terbentuk warna hijau.
Identifikasi Golongan Minyak Atsiri
Simplisia + petroleum eter
Karena panjang gelombang sinar UV tidak sesuai maka flouresensi pada filtrat tidak terjadi.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
3.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini untuk menguji adanya kandungan metabolit sekunder pada beberapa
jenis tanaman yang telah diketahui kandungannya, jadi praktikum ini untuk membuktikan adanya
kandungan metabolit sekunder itu. Kandungan metabolit sekunder yang dibuktikan pada
praktikum kali ini adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, minyak atsiri, kumarin,
steroid dan triterpenoid.
Untuk membuktikan adanya senyawa golongan alkaloid menggunakan serbuk simplisia kina
cortex, alkaloid termasuk senyawa yang bersifat basa lemah dapat diekstraksi dengan pelarut
seemipolar dalam suasana basa atau dengan alkohol dalam suasana asam. Pada percobaan ini
dilakukan
dengan
metode
yang
pertama.
Yakni
serbuk
simplisia
ditambahkan
dengan NH4OH (basa) hal ini dilakukan untuk mengendapkan alkaloidnya, kemudian
ditambahkan pelarut kloroform (semi polar) sehingga didapat senyawa-senyawa yang bersifat
semi polar seperti alkaloid, lipid, pigmen, dan senyawa lainnya. Setelah disaring didapat filtrat
(larutan A) yang mengandung alkaloid, sebagian ekstrak kental diekstraksi dengan asam encer
(HCl) sehingga didapat larutan asam/garam alkaloid (larutan B). Larutan A diuji dengan
menggunakan pereaksi Dragendorff pada kertas saring sehingga akan tampak semburat warna
merah/jingga. Dan untuk larutan B ditambahkan pereaksi dragendorff dan pada tabung yang
lainnya ditambah dengan pereaksi mayer akan terbentuk endapan. Tetapi dari hasil praktikum
setelah ditambah pereaksi tidak menghasilkan endapan yang kemungkinan kesalahan itu timbul
dari human error yang terjadi pada saat mengekstraksi dengan asam encer dan kondisi pereaksi
yang tidak dibuat baru sehingga mempengaruhi pada hasil ekstraksi.
Untuk senyawa golongan flavonoid dibuktikan pada tanaman kumis kucing (bagian daun).
Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat asam. Filtrat dari daun kumis kucing tersebut
ditambahkan serbuk magnesium dan HCl pekat. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang
mudah larut dalam air karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai
glikosida, HCl ditambahkan agar kemudian terbentuk aglikon flavonoid (memisahkan flavonoid
dari senyawa gula yang mengikatnya). Setelah amilalkohol ditambahkan dan dikocok kuat akan
terbentuk 2 lapisan, lapisan amilalkohol berada diatas dan lapisan amilalkohol menjadi berwarna
merah menunjukan adanya senyawa flavonoid.
Pada uji saponin yang menggunakan filtrat kumis kucing setelah dilakukan pengocokan kuat
pada filtrat akan terbentuk busa, busa ini terjadi karena rantai gula yang terkandung dalam filtrat
pecah. Untuk membuktikan busa yang terbentuk merupakan hasil dari adanya rantai gula yang
pecah dapat ditambahkan HCl encer, jika saponin maka busa akan tetap stabil.
Pengujian golongan senyawa kuinon yang menggunakan filtrat daun kumis kucing tidak
menunjukan perubahan warna merah intensif setelah ditambah NaOH 1N, hal ini terjadi karena
memang dalam tanaman kumis kucing tidak mengandung kuinon.
Tanin atau polifenol yang termasuk golongan senyawa fenol dapat diidentifikasi secara khas
dengan Ferri (III) klorida akan menunjukan warna biru tua atau hijau kehitaman. Reaksi ini
menunjukan adanya tanin dalam filtrat gambir, untuk menguji adanya tanin katekuat dengan
menambahkan pereaksi Stiasny kemudian dipanaskan dalam penangas air yang kemudian akan
terbentuk endapan merah muda. Untuk tanin galat setelah endapan disaring, filtrat ditambahkan
CH3COONa sampai jenuh, kemudian ditambah FeCl3 akan terbentuk warna biru tinta.
Minyak atsiri diidentifikasi dari rimpang jahe. Minyak atsiri yang merupakan senyawa non-polar
dapat dipisahkan dari komponen lain dengan menggunakan pelarut organik yang bersifat nonpolar, seperti petroleum eter yang ditambahkan pada serbuk simplisia dalam tabung reaksi
kemudian dipanaskan dalam penangas air dan pada mulut tabung ditutup dengan kapas agar
petroleum eter tidak mudah menguap, dan jika ditutup rapat dikhawatirkan akan
terjadi bumping. Minyak atsiri yang bersifat non-polar akan tertarik sempurna kedalam pelarut
non-polar (petroleum eter). Residu yang didapat dari hasil penyaringan dicuci dengan alkohol,
residu yang didapat dari penyaringan berbau aromatik (berbau menyenangkan) menunjukan
dalam rimpang jahe mengandung minyak atsiri.
Golongan steroid dan triterpenoid yang bersifat non-polar yang terkandung dalam brotowali
diekstraksi dengan cara maserasi dingin, yang merupakan ekstraksi cair-padat antara serbuk
simplisia dan pelarut, metode ini digunakan karena dikhawatirkan jika dengan pemanasan akan
ada komponen dari simplisia yang rusak. Filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya hingga
didapat residu, residu ini kemudian diidentifikasi dengan pereaksi Libermann-Burchard dan
menunjukan warna hijau atau merah yang menunjukan adanya senyawa golongan steroid dan
triterpenoid.
Simplisia ditambahkan pelarut kloroform untuk menarik senyawa kuinon dari simplisia, tabung
ketika dipanaskan ditutup dengan kapas agar kloroform tidak mudah menguap, tidak ditutup
langsung agar tidak terjadi bumping. Tetapi dari hasil praktikum ini tidak dapat dibuktikan
karena sinar UV yang ada panjang gelombangnya tidak sesuai.
3.2 Kesimpulan
Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang penting bagi kehidupan tumbuhan
penghasilnya untuk mempertahankan diri dari serangan makhluk lain. Alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid dan triterpenoid, kuinon, kumarin dan minyak atsiri merupakan beberapa contoh
dari metabolit sekunder yang telah diidentifikasi pada praktikum kali ini, ekstraksi senyawa
dilakukan dengan beberapa metode dan pelarut organik yang cocok. Kemudian diidentifikasi
dengan reagen-reagen yang sesuai yang dapat menunjukan reaksi-reaksi yang khas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan
terbitan kedua. Bandung: ITB
Redaksi TRUBUS. 2003. Seri Pengalaman Obat Tradisional Sembuhkan Mereka. Jakarta:
Trubus.
http://en.wikipedia,org/wiki/biosynthesis
http://en.wikipedia,org/wiki/image:coumarin_acsv.svg
Source : http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Read
more:
post.html#ixzz3KMpQcBiP
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/blog-
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/blog-post.html