Anda di halaman 1dari 37

Laporan Praktikum Fitokimia

Isolasi simplisia dan Uji identifikasi senyawa simplisia


Judul Praktikum : Isolasi simplisia dan Uji identifikasi senyawa simplisia
Tujuan : Mengetahui kandungan senyawa aktif dalam simplisia rimpang temu giring
melalui proses isolasi
A. Tinjauan Pustaka
2.1 Isolasi
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah sebuah usaha bagaimana caranya
memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang
murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa yang dikategorikan sebagai metabolit primer dan
metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami ini mentargetkan untuk
mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena senyawa metabolit sekunder diyakini dan telah
diteliti dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain manfaatnya dalam
bidang pertanian, kesehatan dan pangan.
Teknik-teknik Isolasi : Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia dari bahan alam hayati pada
dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan dalam proses
industri. Senyawa bahan alam hasil proses metabolit sekunder pada umumnya dengan kandungan
yang relatif kecil, maka metode-metode dalam proses industri tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal tersebut maka metode umum dalam isolasi senyawa metabolit sekunder dapat
digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas sampel terbatas dan perlunya
menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud tersebut.
Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan sehingga untuk
isolasi dapat diarahkan pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha
mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik
yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan
senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
2.2 Uraian Tumbuhan
Temu giring banyak ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan kecil atau peladangan dekat rumah
penduduk, terutama di kawasan Jawa Timur. Kini, temu giring sudah banyak diusahakan oleh
masyarakat sebagai tanaman apotik hidup, terutama di pulau Jawa. Penduduk Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Jawa Barat sudah mengusahakannya sebagai bahan jamu atau obat tradisional yang
relatif menguntungkan.
2.2.1 Sistematika Tumbuhan
Sistematika tumbuhan temu giring adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma heyneana Val et van Zijp.

2.2.2 Nama Daerah


Jawa : Temu giring
Bali : Temu poh
2.2.3 Nama Asing
Inggris : Pale tumeric
2.2.4 Morfologi Tumbuhan
Temu giring merupakan suatu tumbuhan tahunan. Tumbuhan temu giring memiliki ketinggian
mencapai 2 meter.
Batang temu giring berwarna hijau pucat dan tumbuh tegak yang tersusun atas banyak pelepah
daun. Daunnya berbentuk lanset yang melebar. Helaian daunnya tipis, uratnya kelihatan dan
berwarna hijau muda. Bunga temu giring muncul dari bagian samping batang semu. Pinggiran
mahkota bunga berwarna merah. Bunga ini memiliki daun-daun pelindung yang berujung lancip.
Musim bunga berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan Mei tahun berikutnya, namun paling
banyak dijumpai pada bulan September sampai Desember.
Rimpang temu giring tumbuh menyebar di sebelah kiri dan kanan batang secara memanjang
sehingga terlihat kurus atau membengkok ke bawah. Secara kesuluruhan, rimpang temu giring
umumnya tumbuh mengarah ke bawah dengan percabangan berbentuk persegi. Apabila rimpang
dibelah, akan terlihat daging rimpang berwarna kuning, berbau khas temu giring. Rimpang
bagian samping umumnya memiliki rasa lebih pahit. Tanaman ini tumbuh pada daerah hingga
ketinggian 750 m di atas permukaan laut. Temu giring dijumpai sebagai tanaman liar di hutan jati
atau di halaman rumah, terutama di tempat yang teduh. Perbanyakan dilakukan dengan stek
rimpang induk atau rimpang cabang yang bertunas.
2.2.5 Kandungan Kimia
Kandungan kimia rimpang temu giring antara lain minyak atsiri dengan komponen tanin dan
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksi-kurkumin dan bis-desmetoksi-kurkumin,
pati, saponin, dan flavonoid.
2.2.6 Khasiat
Secara tradisional rimpang temu giring mempunyai beberapa khasiat antara lain sebagai obat
luka, obat cacing, obat sakit perut, obat pelangsing, memperbaiki warna kulit, obat untuk
mengatasi perasaan tidak tenang atau cemas, jantung berdebar-debar, haid tidak teratur, obat
rematik, menambah nafsu makan, meningkatkan stamina, menghaluskan kulit, obat jerawat, obat
cacar air dan obat batuk. Temu giring mengandung senyawa khas kurkumin yang dapat
meningkatkan proliferasi sel T, sehingga kurkumin mempunyai prospek cukup baik untuk
meningkatkan sistem imun.
Uraian Kimia
1. Alkaloida Alkaloida merupakan senyawa organik yang bersifat basa, memiliki atom nitrogen
dan pada umumnya memiliki aktivitas fisiologi. Pada dunia tumbuh-tumbuhan, alkaloida
terdapat pada berbagai famili dan bangsa. Alkaloida ditemukan pada berbagai bagian dari
tumbuhan seperti pada biji, buah, daun, batang dan akar. Pereaksi yang umum untuk uji alkaloida
adalah pereaksi Bouchardat (Iodium dalam kalium iodida), pereaksi Mayer (Kalium Merkuri
Iodida), dan Dragendorff (Kalium Bismuth Iodida). Kebanyakan alkaloida berupa zat padat yang
berbentuk kristal. Alkaloida biasanya tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit, sangat sukar
larut dalam air, tetapi garamnya yang terbentuk dengan asam selalu mudah larut dalam air,
Alkaloida bebas mudah larut dalam eter, kloroform dan pelarut lainnya yang bersifat non polar.

2. Saponin Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa
yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam.
3. Flavonoida Flavonoida merupakan senyawa polifenol yang mempunyai struktur dasar C6-C3C6. Golongan terbesar flavonoida mempunyai cincin piral yang menghubungkan rantai
karbonnya. Senyawa flavonoida selalu terdapat pada tumbuhan dalam bentuk glikosida dimana
satu atau lebih gugus hidroksi fenol berikatan dengan gula. Gugus hidroksil selalu terdapat pada
atom C 5 dan 7 pada cincin A dan juga pada atom C 3, 4 dan 5 pada cincin B. Flavonoida
berupa senyawa yang larut dalam air dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok
dengan eter minyak bumi. Flavonoida berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila
ditambahkan basa atau amonia. Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan
karena itu menunjukkan pada pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar UV dan spektrum
sinar tampak. Flavonoida umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai
glikosida. Flavonoida merupakan senyawa golongan fenol alam bersifat antibakteri.
4. Tanin Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak
terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada bagian tertentu dari tumbuhan, seperti daun,
buah dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan, dan membentuk
senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan garam besi.
5. Triterpenoida/Steroida Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Triterpenoida banyak terdapat pada tumbuhan dan hewan, dapat berada dalam bentuk
bebas, maupun dalam bentuk glikosida. Triterpenoida berupa senyawa yang tidak berwarna dan
berbentuk kristal. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpenoida dapat dibagi
menjadi empat golongan senyawa, yaitu triterpena sebenarnya, steroida, saponin dan glikosida
jantung. Kedua golongan terakhir terutama terdapat sebagai glikosida. Steroida merupakan suatu
senyawa yang mengandung inti siklopentanoperhidrofenantren. Steroida memiliki berbagai
aktivitas biologik.
B. Metode praktikum
3.1 Alat dan Bahan Praktikum
A. Alat: 1. Pisau/cutter 2. Tabung reaksi 3. Pipet 4. Kertas perkamen, spatel 5. Kertas saring 6.
Corong 7. Waterbath 8. Timbangan
B. Bahan: 1. Rimpang temu Giring (Curcuma heyneana val.) 2. Aquadest 3. CHCl3 4. Metanol 5.
Etanol 6. Amoniak 7. H2SO4 2N dan H2SO4 P 8. HCl dan HCl P 9. FeCl3 10. Logam Mg 11.
Pereaksi Mayer 12. Pereaksi Bouchardat 13. Pasir
3.2 Prosedur Kerja Penelitian
Prosedur Kerja:
A. Pengumpulan simplisia 1. Pengumpulan simplisia Temu Giring (Curcuma heyneana val.) 2.
Sortasi simplisia 3. Perajangan 4. Pengeringan.
B. Uji pendahuluan
1. Pemeriksaan alkaloid dengan cara Calvenor dan Fitzgerald 1 gram sampel segar dipotong
halus, digerus dengan pasir secukupnya dan 1 ml CHCl3 Tambahkan 1 ml amoniak, saring ke
dalam tabung reaksi Tambahkan 5 tetes H2SO4 2N, kocok selama 1 menit. Diamkan Ambil
lapisan asam dibagi dua : 1) Lapisan asam pertama ditambahkan pereaksi Mayer 2 tetes, maka
timbul endapan putih 2) Lapisan asam kedua tambahkan pereaksi Bouchardat 2 tetes, maka
timbul endapan putih.

2. Pemeriksaan flavonoid 2 gram sampel ditambahkan 2 ml methanol, kemudian dipanaskan


lalu disaring dalam keadaan panas dan pekatkan di waterbath Tambahkan HCl (pekat) dan
logam Mg, hasil positif berwarna merah.
3. Pemeriksaan terpen/steroid, fenol, dan saponin 2 gram sampel ditambahkan 2 ml etanol
kemudian dipanaskan selama 25 menit Saring dalam keadaan panas, kemudian filtrat diuapkan
di waterbath sampai kering. Tambahkan 2 ml CHCl3 Bagian yang tidak larut dalam kloroform
tambahkan 1 ml aquadest Ambil 2 ml lapisan air: 1) lapisan air dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kocok, jika terbentuk busa mantap dan tidak hilang selama 3 menit positif saponin 2)
lapisan air ditambahkan 2 ml HCl dan 1-2 tetes FeCl3 jika terbentuk warna merah positif fenol
Ambil lapisan kloroform, tambahkan pereaksi Bouchardat dan 2-3 tetes H2SO4 pekat maka akan
terbentuk warna hijau sampai biru untuk terpen dna warna merah untuk steroid.
4. Pemeriksaan tanin 2 gram sampel ditambahkan 10 ml aquadest, dipanaskan di waterbath
Saring dalam keadaan dingin, tambahkan FeCl3 akan terbentuk warna biru tua positif tanin.
C. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1.1 Identifikasi Kandungan rimpang remugiring

E. Keterangan : F. + = Mengandung senyawa tersebut G. - = Tidak mengandung senyawa


tersebut
Berdasarkan tabel 4.1.1 terlihat bahwa Rimpang Temugiring mengandung alkaloid, flavonoid
dan steroid tetapi tidak mengandung saponin, terpen, dan tanin.
Berdasarkan tabel 4.1.1 terlihat bahwa rimpang temugiring mengandung alkaloid, flavonoid dan
steroid tetapi tidak mengandung saponin, terpen, dan tanin. Untuk mengetahui apakah rimpang
Temugiring mengandung 6 senyawa fitokimia tersebut kita harus melakukan uji identifikasi
terlebih dahulu. Pertama adalah kandungan alkaloid, dimana rimpang temugiring segar bersama
pasir digerus dan tambahkan CHCl3, kemudian basakan dengan ammonia dan tambahkan
H2SO4 kemudian kocok sampai terbentuk dua lapisan asam, masing-masing lapisan
ditambahkan pereaksi Mayer dan pereaksi Bouchardat. Berdasarkan hasil praktikum, Rimpang
Temugiring mengandung alkaloid karena terbentuk endapan putih dengan pereaksi Meyer dan
pereaksi Bouchardat. Namun pada literatur tidak disebutkan rimpang temugiring mengandung
alkaloid.
Kedua pengujian flavonoid, rimpang temugiring ditambahkan etanol kemudian disaring, lalu
tambahkan HCl Pekat dan Logam Magnesium. Berdasarkan hasil praktikum, rimpang temugiring
mengandung flavonoid karena memberikan warna merah. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
rimpang temugiring mengandung flavonoid.
Ketiga pengujian terpen, steroid, fenol dan saponin. rimpang temugiring diekstrak dengan etanol
kemudian ditambahkan kloroform dan air sehingga membentuk dua lapisan yang tidak
bercampur yaitu lapisan air yang bersifat polar dan lapisan kloroform yang bersifat non polar.
Maka saponin dan fenol akan terdapat pada lapisan air, sedangkan steroid dan terpen terdapat

pada lapisan kloroform. Berdasarkan hasil praktikum, rimpang temugiring pada bagian lapisan
air setelah dikocok tidak membentuk busa selama 3 menit yang menandakan bahwa rimpang
temugiring tidak mengandung saponin. Begitu pula setelah ditambahkan FeCl3 tidak terbentuk
warna merah yang menandakan bahwa rimpang temugiring tidak mengandung fenol. Selanjutnya
pada bagian lapisan kloroform ditambahkan Liebermen Bouchardat, asam asetat anhidrat dan
H2SO4 terbentuk warna merah yang menandakan bahwa rimpang temugiring mengandung
steroid tetapi tidak mengandung terpen.
Keempat pengujian tanin, rimpang temugiring ditambahkan aqudest kemudian dikocok dan
disaring setelah itu filtrat yang didapat ditambahkan FeCl3. Berdasarkan hasil praktikum,
rimpang temugiring tidak mengandung tannin karena tidak memberikan warna biru tua.
Berdasarkan hasil praktikum terdapat ketidaksesuaian kandungan pada literatur. Hal ini
disebabkan umur tanaman pada saat panen, waktu panen, lingkungan tumbuh tidak diketahui dan
tidak terstandar.
H. Kesimpulan
Rimpang Temugiring mengandung alkaloid, flavonoid dan steroid
http://sdcahyaningsih.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-fitokimiaisolasi.html

Laporan Akhir Praktikum


LAPORAN PRAKTIKUM PENAPISAN FITOKIMIA | Fitokimia

PENAPISAN FITOKIMIA GOLONGAN ALKALOID,


FLAVONOID, SAPONIN, QUINON, TRITERPENOID,
MINYAK ATSIRI DAN KUMARIN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan

Melakukan uji identifikasi pendahuluan terhadap kandungan metabolit sekunder yang

terdapat dalam simplisia tumbuhan.

Dapat mengenal golongan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang biasa terdapat

dalam tumbuhan

1.2 Dasar Teori


Penapisan fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari simplisia sebelum
dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam
tumbuhan tergantung kepada sensitivitas dari prosuder analisis dan banyaknya kandungan kimia
senyawa yang diidentifikasi.
Tahap-tahap kerja pada analisa fitokimia dari simplisia tumbuhan dapat dilalui dengan tahapan
berikut ini,
A. Penyiapan simplisia
a. Panen, pengumpulan organ tumbuhan
-

teknik pengumpulan

jenis organ tumbuhan


b. Pencucian dan sortasi basah
c. Perajangan, untuk memperkecil ukuran simplisia terutama organ seperti: rhizoma,
umbi/tuber, bulbus, dll.
d. Pengeringan dengan cara:

pengeringan alamiah

pengeringan buatan
e. Sortasi kering
f. Pewadahan dan penyimpanan

B. Ekstraksi
C. Metode pemisahan/Isolasi

D. Uji kemurnian isolat (kristal)


E. Identifikasi dan penentuan struktur
Penggolongan komponen kimia dalam tumbuhan, ada beberapa macam antara lain:
A.

Berdasarkan biosintesis

- Metabolit primer
- Metabolit sekunder
B.

Berdasarkan Kepolaran

- Senyawa non polar: steroid, lemak, minyak atsiri


- Senyawa semi polar: kumarin, kuinon, alkaloid
- Senyawa polar: glikosida, saponin, dll.
C.

Berdasarkan sifat asam-basa

- Senyawa basa: alkaloid, amina, dll.


- Senyawa asam: fenol, flavonoid
- Senyawa netral: kumarin, kuinon, dll.
1.2.1

Kumarin

Glikosida yang mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan.


Senyawa golongan kumarin mempunyai aktivitas biologi yang sangat beragam diantaranya
sebagai antikoagulan, estrogenik, fotosensitifitas pada kulit, antimikroba, vasodilator,
moluskasidal, antelmintik, antimalaria, antitumor, anti- HIV, antivirus, Ca antagonis, sitostatik,
inhibitor 5-lipooksigenase, inhibitor monoamin yang sangat potensial digunakan sebagai obat.
Simplisia yang mengandung kumarin antara lain adalah,
Kemuning
Tanaman asal

: Murraya paniculata(L) Jack

Familia

: Rutaceae

Bagian tanaman yang digunakan

: Anak daun dari daun majemuk

Isi

tanaman

minyak

atsiri,

damar,

meransinhidrat murangatin, muralongin.


Penggunaan

: Anti tiroid, kelebihan lemak

tanin, glikosida

muayin,

Data penelitian

: kemuning mengandung alkaloid murayina yang berupa

derivat karbazol, mungkin berasal dari asam antranilat, dalam buahnya mengandung senyawa
kumarin: kumarayin, dan daunnya mengandung febalosin.
Pulasari
Tanaman Asal

: Alyxia reinwardtii

Familia

: Apocynaceae

Bagian tanaman yang digunakan

: kulit batang dan kulit cabang

Isi tanaman

: kumarin, minyak atsiri, asam organik

Penggunaan

: demam, sariawan mulut, disentri, pewangi, karminativ,

dan spasmolitik.
1.2.2 Triterpenoid Dan Steroid
Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asilik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik
yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa
senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik , yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kerektifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah
reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat + H 2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena
dan sterol memberikan warna hijau-biru. Tersebar luas dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan.
Struktur: - Asiklik : misal : skualen.
- Siklik : - mono
- bi
- tri
- tetra
- penta
Triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas ialah triterpenoid penta siklik.
Struktur kimia triterpenoid terdapat dalam bentuk bebas atau glikosida.
Bentuk bebas : kepolarannya menengah.
glikosida

: kepolarannya polar.

Steroid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren
dan merupakan senyawa organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan dengan struktur
inti

molekulnya C-17, tetrasiklis dengan susunan 3 cincin segienam dan 1 cincin segi

lima. Serupa dengan triterpen tetrasiklis, tetapi tidak mempunyai gugus metil pada C-4 dan C14.
Ciri umum steroid nabati adalah:
1)

Adanya gangguan OH pada C-3

2)

Adanya ikatan rangkap antara C5 dan C6

Klasifikasi:
Didasarkan atas jumlah atom C atau sumber alamnya.
1)

Berdasarkan struktur inti C-17 dengan jumlah atom C substitusi maka steroid

dibagi

dalam 5 kelompok sebagai berikut:

a. Kelompok estrogen (18 atom C) inti estron.


b. Kelompok androgen (19 atom C) inti androstan.
c. Kelompok gestogen dan Kortikosteroid (21atom C) inti pregnan.
d. Kelompok as. Empedu (24 atom C) inti kholan.
e. Kelompok sterol (27 atom C) inti kholestan.
2)

Berdasarkan sumber alamnya dibagi dalam 4 kelompok:


a. Zoosterol: berasal dari hewan, terutama yang bertulang belakang.
b. Fitosterol : berasal dari tumbuhan berklorofil.

c. Mikosterol : berasal dari cendawan.


d. Sterol : berasal dari makhluk hidup laut yang tidak bertulang belakang, misal: spons.
Biosintesis Steroid:
Titik tolak biosintesis steroid adalah Ianosterol (pada hewan) dan siklo artenol (pada tumbuhan),
keduanya adalah senyawa triterpen. Ianosterol dan sikloartenol dibiosintesis dari asam asetat
melalui pembentukan asam mevalonat dan skualen. Jadi biosintesis adalah melalui jalur asetatmevalonat.
Identifikasi Steroid:

Reaksi Lieberman buchardat


KLT
fase diam

: silika gel 60 F254

fase gerak

: CHCl3 : Etil asetat (2:1)

deteksi

UV 254 nm

: fluorescensi lemah

UV 366 nm

: tidak berfluorescensi

penampak bercak: anisaldehid sulfat


(panaskan 1050C 2-5 menit)
ungu s/d biru ungu
Simplisia yang mengandung golongan steroid dan triterpenoid :
Brotowali
Tanaman asal

: Tinospora crispa (L.)

Famili

: Menispermaceae

Bagian tanaman yang digunakan

: Batang

Isi tanaman

: Pati, glikosida pikroretosid, alkaloid, berberin dan palmatin, zat pahit pikroretin,

harsa, damar lunak. Akarnya mengandung berberin, dan kolumbin.


Penggunaan

: Antipiretik, sakit perut, sakit kulit, tonikum, sakit kuning, pegal-pegal.

Jati Belanda
Tanaman asal

: Guazuma ulmifolia Lamk

Famili

: Sterculiaceae

Isi tanaman

: Tanin, lendir, damar

Penggunaan

: Astringen, obat pelangsing, diare, obat batuk

1.2.3 Minyak Atsiri


Minyak atsiri adalah zat berbau atau biasa disebut dengan minyak esential, minyak eteris karena
pada suhu kamar mudah menguap di udara terbuka tanpa mengalami penguraian. Istilah esential
atau minyak yang berbau wangi dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman
penghasilnya. Dalam keadaan murni dan segar biasanya minyak atsiri umumnya tidak berwarna

atau kekuning-kuningan dengan rasa dan bau yang khas. Namun dalam penyimpanan lama
minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resi serta warnanya berubah menjadi lebih gelap.
Sumber minyak atsiri dapat diperoleh dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji,
batang, akar, ataupun rimpang. Selain itu dapat larut baik dalam etanol dan pelarut organik,
namun sukar larut dalam air dan kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70 %.
Umumnya zat organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H, dan O, berupa senyawa
alifatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid, keton, alkohol dan
asam.
Secara kimia minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai
macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propan.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada awal terjadinya minyak atsiri di dalam tanaman.
Terpenoid berasal dari suatu unit sederhana yang disebut sebagai isoprena. Sehingga dapat
dikatakan komponen minyak atsiri termasuk senyawa isoprenoid, karena molekul- molekulnya
tersusun dari unit-unit isopren. Sementara fenil propan terdiri dari gabungan inti benzen dan
propana. Penyusun minyak atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa monoterpen dan
seskuiterpen yang merupakan komponen utama minyak atsiri. Minyak atsiri dapat digunakan
sebagai:
1. Menarik serangga (penyerbukan)
2. Untuk kosmetik / parfum
3. Penolak serangga
4. Sebagai bumbu masak
5. Antiseptik (obat)
6. Karminativum
Sifat- Sifat Minyak Atsiri
Adapun sifat-sifat minyak atsiri adalah sebagai berikut:
1.

Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa

2.

Bau khas

3.

Rasa getir, tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin bila

terasa di kulit
4.

Dalam keadaan murni mudah menguap pada suhu kamar

5.

Tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak menjadi tengik

6.

Tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik oleh oksigen, matahari atau panas

7.

Indeks bias umumnya tinggi dan bersifat optis aktif (memiliki atom C asimetrik)

8.

Kelarutannya sangat kecil di dalam air

9.

Mudah larut dalam pelarut organik


Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam bernagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar, dalam sel-sel
parenkim, di dalam saluran minyak, di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen ataupun
terkandung dalam semua jaringan.
Minyak atsiri dapat terbentuk langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin
dari dinding sel atau hidrolisis dari glikosida tertentu. Peranan utama minyak atsiri pada
tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah bunga dan daun rusak), serta
sebagai pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi
sebagai penarik serangga guna membantu penyerbukan silang dari bunga
Klasifikasi Minyak Atsiri:
A.

Monoterpen

1.

Monoterpen asiklik :

a.

Hidrokarbon: mirsen, osimen

b.

Aldehid : geranial, neral

c.

Alkohol : geraniol, nerol, linalool

2.

Monoterpen monosiklik :

a.

Hidrokarbon : - d.limonen

- -terpinen
- -terpinen

- -felandren

- -terpinen

- -felandren

b.

Aldehid : felandral, peril aldehid

c.

Keton : menton, pulegon, piperiton, karvon

d.

Alkohol : mentol, piperitol, karveol, -terpineol

e.

Oksida : 1,8-sineol (eugenol), askaridol

3. Monoterpen Bisiklik

a.

Grup tuyan

: -tuyen, sabinen, tuyon, sabinol

b.

Grup karan

: kar-3-en, kar-4-en, karon

c.

Grup pinan

: -pinen,-pinen, mirtenal, mirtenol

d.

Grup kamfan

: kamfer, borneol, kamfen

e.

Grup fenkhan

: fenkhon,-fenkhen

f.

Monoterpen tidak beraturan

: -tuyaplisin, nepetalakton

B.

Seskuiterpen

1.

Seskuiterpen asiklis

: farnesol, nerolidol

2.

Seskuiterpen monosiklis

: -bisabolen, -bisabolen, zingiberen,

asam absisat
3.

Seskuiterpen bisiklis

: -kadinen, -selinen, azulen

4.

Seskuiterpen trisiklis

: santonin, aromadendren

Kerangka dasar komponen minyak atsiri adalah terpen yang terdiri dari satuan isoprena. Satuan
isoprena yang berperan aktif secara biosintetik adalah isopentenil pirofosfat, dimetil alil
pirofosfat serta senyawa yang terbentuk dari asam asetat lewat jalur biosintesis asam mevalonat.
Geranil piropsfat adlah prekursor C10 dari terpen dan berperan penting dalam pembentukan
monoterpen siklik serta dibentuk melalui kondensasi dari masing-masing satuan isopentenil.
Prekursor pertama untuk komponen fenil propanoid dalam minyak atsiri adalah asam siamat dan
asam p-hidroksi sinamatyang juga dikenal sebagai asam p-kumarat. Dalam tanaman, senyawa ini
dibentuk dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin yang akhirnya disintesis lewat jalur
asam sikimat yang dapat dibantu oleh Escherichia coli yang membutuhkan asam amino aromatik
untuk pertumbuhannnya. Asam sikimat selanjutnya akan menghasilkan asam korismat yang bisa
menghasilkan triptofan lewat jalur asam antranilat dan asam prefenat . asam prefanat mengalami
dehidrasi dan dekarboksilasi sehingga menghasilkan asam fenilpiruvat (prekursor fenilalanin),
atau justru mengalami dehidrogenasi dab dekarboksilasi menghasilkan asam p-hidroksifenil
piruvat (prekursor tirosin).

Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.

Penyulingan (destilasi)

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prinsip
dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap tersebut
dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
2.

Ekstraksi/ penyarian dengan pelarut organik (mudah menguap) yang sesuai

Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut
organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak
atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar
minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri yang
larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
3.

Enflurage

Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan memanfaatkan
aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri
dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik enzimnya
masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa minggu,
misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar tidak mengubah
aktivitas enzim.
4.

Penyarian dengan lemak padat

Biasanya untuk memperoleh minyak atsiri dari bunga-bungaan


a.

tanpa pemanasan (enfleurage)

b.

dengan lemak panas (maserasi)

5.

Pemerasan

Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang termasuk
keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak tahan
pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak lemak pecah

dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk minyak
atsiri yang rendamannya relatif besar.
6.

Penyarian dengan gas CO2

Metode berdasarkan pada kelarutan minyak atsiri yangbaik dalam CO2.


Cara Pengujian
Kimia :
a.

2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam sulfat pekat coklat hitam

b.

2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam encer kuning

c.

2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % coklat tua

d.

2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes kalium iodida 6 % kuning


Pengujian Mutu

Setiap minyak atsiri mempunyai sifat khas dari senyawa kimia yang menyusunnya. Sifat ini
dapat berubah karena proses pengolahan dan penyimpanan perlu dilakukan.
Pengujian mutu yang dilakukan adalah :
1.

Uji organoleptik

2.

Uji sifat fisika dan kimia


- warna, kejernihan dan bau

- persentase alkohol

- bobot jenis

- kadar aldehid dan keton

- putaran optik

- kadar fenol

- indek bias

- kadar sineol

- bil. Asam

- logam berat

- bil. Ester dan bil. Penyabunan


Penentuan Minyak Atsiri
a. KLT
b. KGC
c. SM
Pereaksi Warna / Penampak bercak :

Anisaldehid H2SO4

Vanilin H2SO4

H2SO4 pekat

SbCl3 dalam CHCl3

Larutan KMnO4 0,2 % dalam air


Tanaman Penghasil Minyak Atsiri

a.

Minyak kapulaga

b.

Minyak kenanga

c.

Minyak kayu manis

d.

Minyak ketumbar

e.

Minyak sereh

f.

Minyak melati

g.

Minyak lavender

h.

Minyak pala

i.

Minyak lada

j.

Minyak mawar

k.

Minyak nilam

l.

Minyak cendana

m. Minyak akar wangi


n.

Minyak jahe

Contoh simplisia yang mengandung minyak atsiri:


Minyak Jahe/ Ginger Oil
Tanaman asal

: Zingiber officinale

Famili

: Zingiberaceae

Rendeman

: 3,5 %

Sumber

: rimpang

Komponen Penyusun : oleoresin, zingiberena, zingiberol, zingerol, zingerona,


felandren, sineol, geraniol, borneol, linalool
Kegunaan
Lengkuas

: bahan pewangi permen, parfum, korigen odoris, karminativum

kamfena,

Tanaman asal

: Languas Galanga (L.)

Famili

: Zingiberaceae

Bagian tanaman yang digunakan

: Rimpang

Kandungan tanaman

: minyak atsiri lebih kurang 1% mengandung kamfer,

sineol, dan asam metilsinamat.


Penggunaan
1.2.4

: Karminatif, antifungi, sakit perut, malaria.

Tanin

Tanin merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks yang tersebar
luas pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa kompleks yang dibentuk dari campuran
polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin umumnya terdapat
dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu. Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari
protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka
reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan.
Fungsi tanin dalam tumbuhan adalah untuk menghalau hewan pemakan tumbuhan karena berasa
sepat.
Secara kimia tanin dapat dibedakan dalam 2 jenis:
Tanin terkondensasi, hampir terdapat didalam paku-pakuan dan Gymnospermae, serta tersebar
luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Merupakan senyawa inti fenol
dengan karbohidrat atau protein. Contohnya: proantosianidin (flavolan).
Tanin terkondensasi secara biosintetis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin
tunggal yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligodimer yang lebih tinggi. Nama lain
untuk tanin terkondensasi ialah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas,
beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan
asam akan menghasilkan sianidin.
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan tumbuhan hijau dengan mencelupkan
kedalam HCl 2M mendidih selama setengah jam. Bila terbentuk warna merah yang dapat
diekstraksi dengan amil atau butil alkohol, maka ini merupakan bukti adanya senyawa tersebut.

Tanin terhidrolisis/dapat dihidrolisis, penyebarannya terbatas pada tumbuhan Dicotyledonae.


Contohnya: Galotanin dan Elagitanin. Yang merupakan senyawa ester dari asam galat
(polihidrat) dengan glukosa.
Simplisia yang mengandung Tanin
Catechu (gambir, Pale catechu)
Adalah sari air kering yang diperoleh dari daun yang diperoleh dari daun dan ranting muda.
Tanaman asal

: Uncaria gambier (Hunter) Roxb

Familia

: Rubiaceae

Pemerian

: tidak berbau, rasa mula-mula pahit dan sangat sepat, kemudian agak

manis.
Tempat tumbuh

: Indonesia dan Malaysia

Pemakaian

: Astringen kuat

Kandungan

: d-katekhin 7-33% dan Asam Katekutanat 22-50%

Jambu Biji
Tanaman Asal

: Psidium Guajava L

Familia

: Myrtaceae

Bagian yang digunakan

: Daun

Isi tanaman

: Tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak, lemak, asam malat.

Penggunaan

: Antidiare, astringens, sariawan, menghentikan perdarahan.

Delima
Tanaman asal

: Punica granatum L.

Familia

: Punicaceae

Bagian yang digunakan

: kulit buah

Isi tanaman

: tanin 22-25%, alkaloid cair terutama peleterina dan isopeleterina,

kalsium oksalat, pati


Penggunaan

: buah; obat cacing, disentri, astringen


Bunga; radang selaput lendir gusi

1.2.5

Saponin

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan
ekstrak tumbuhan merupakan bukti akan adanya saponin. Bila didalam tumbuhan terdapat
banyak saponin, sukar untuk memekatkan ekstrak alkohol-air dengan baik, walaupun dengan
menggunakan penguap putar. Yang paling sederhana untuk membuktikan adanya unsur saponin
dalam simplisia adalah dengan cara mengocok nya, dan perhatikan apakah akan terbentuk busa
tahan lama pada permukaan cairan. Saponin dapat juga diperiksa dalam ekstrak kasar
berdasarkan kemampuannya menghemolisis sel darah.
Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin karena ikatan glikosidanya, dan lebih mudah
dipisahkan dengan KLT pada selulosa.
Saponin memiliki berat molekul tinggi sehingga menjadikan upaya isolasi ntuk mendapatkan
saponin

yang

murni

menemui

banyak

kesulitan.

Berdasarkan

struktur

aglikonnya

(sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu tipe steroid dan tipe
triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal
usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
Kegunaan
Semua saponin mengakibatkan hemolisis. Oleh karena itu, relatif berbahaya bagi semua
organisme binatang bila saponin diberikan secara parenteral. Saponin memiliki kegunaan dalam
pengobatan, terutama karena sifatnya yang mempengaruhi absorpsi zat aktif secara farmakologi.
Kumis kucing
Daun ungu
Tanaman asal

: Graptophyllum pictum

Familia

: Acanthaceae

Bagian yang digunakan

: Daun

Isi tanaman

: alkaloid, saponin, tanin, lendir

Penggunaan

: Daun; wasir, diuretik, obat bisul

1.2.6

Kuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada
benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi dengan 2 ikatan rangkap
karbon karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi 4 kelompok:
benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya

terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan
dengan gula sebagai glkosida atau kuinol tanwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam
hal demikian, diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebas nya. Kuinon
isoprenoid terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis dan dengan demikian kuinon tersebar
secara merata dalam tumbuhan.
Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam.
Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan sangat kecil.
Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen
kuinon ini tidak mendominasi.
Deteksi pendahuluan kuinon,
Untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat dilakukan dengan reaksi
warna. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi semyawa
tanwarna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan
dengan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan mengocok
larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak basa
lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon menuknjukan geseran batokrom
yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri khasnya.
1.2.7

Flavonoid

Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon yang terdapat berupa
tepung putih pada tumbuhanPrimula, dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat
ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan
alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi.
Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa atau amoniak,
jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukan pita
serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam
tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar
daripada yang lainnya. Penyebaran flavonoid meliputi,

Golongan Tumbuhan

Flavonoid

Bakteri

Hampir tidak ada sama sekali

Fungi
Ganggang merah
Lumut hati

Sedikit tipe flavonoid, terutama 3deoksiantosianin, glikoflavon

Equisetum

Flavonoid berstruktur sederhana, 3deoksiantosian,


flavon,
flavonol,
leukoantosianidin, kalkon dan flavanon.

Lycopodium
Paku-pakuan
Gymnospermae

Kebanyakan flavonoid, biasanya tipe


sederhana, biflavonil

Angiospermae

Segala
jarang

macam

flavonoid,

biflavonil

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid
tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas
flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir
selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna.
Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6.
Aktivitas biologi flavonoid antara lain,
- anti kanker

: kuersetin, mirisetin

- anti oksidant

: kuersetin, antosianidin, dan prosianidin

- anti inflamasi

: apigenin, taksifolin, luteolin, kuersetin

- anti alergi

: nobeletin, tangeretin

- anti hipertensi

: prosianidin

- anti virus

: amentiflavum, skutellarein, kuersetin

Klasifikasi flavonoid umumnya didasarkan atas inti molekul,


*Harbone membagi flavonoid kedalam kelompok
-

Antosianin

Proantosianidin

Flavonol

Flavon

Khalkon dan auron

Flavanon

Glikoflavon

Isoflavon

Biflavonil

*Berdasarkan warna flavonoid


*Berdasarkan flavonoid major dan flavonoid minor
- flavonoid major

: flavon, flavonol, biflavonil

- flavonoid minor

: khalkon, dihidrokhalkon, auron, flavanon, flavononol dan isoflavon.

Identifikasi flavonoid: reaksi warna,kromatografi,spektrofotometri


Perlu dipisahkan dari senyawa lain isolasi +.u. klorofil
Flavonoid: polaritas kurang, polaritas sedang, sangat polar
Cara-cara isolasi flavonoid:
1. Bahan segar
Bahan dilumatkan + aseton (jika perlu) digesti perkolasi, saring fitrat + EMT (4060oC) 2 x vol
(jika perlu + sedikit air)
fase air
EMT

: glikosid + aglikon polar


: lemak, 2.w. lipofil

antosianin harus dalam suasana agak asam


2. Bahan kering
sari metanol uapkan kering residu
didigesti dengan air panas
fase air

: glikosid

residu

: lemak, klorofil, lipid

3. Isolasi untuk reaksi warna


500 mg bahan

refluks

10 saring

sisa kering 10 ml sediaan cair 10 ml met OH


Panas filtrat + 10 ml H2O + 5 ml EMT kocok memisah
lap. air uapkan t: 40o

sisa + 5 ml etil asetat

p: <<<
saring reaksi warna a 1 ml
4. Isolasi menurut MMI (Materia Medika Indonesia)
500 mg bahan padat refluks 10 saring
sisa kering 10 ml sediaan cair

10 ml met OH

Panas filtrat + 10 ml H2O + 5 ml EMT kocok pisahkan lap. Air/metanol, uapkan t :


400 sisa + 5 ml etil asetat.
Beberapa simplisia yang mengandung flavonoid antara lain:
Kumis kucing
Tanaman Asal

: Orthosiphon stamineus

Familia

: Labiatae

Bagian yang digunakan

: Daun

Isi tanaman

: Senyawa K, saponin, orthosipon glikosida, minyak atsiri, dan

saponin
Penggunaan

: diuretik, batu ginjal, encok

Tempuyung
Tanaman asal

: Sonchus arvensis

Familia

: Asteraceae

Bagian yang digunakan

: Daun

Isi tanaman

: silika, kalium, flavonoid, inositol

Penggunaan

: diuretika, antiurolitiasis

1.2.8

Alkaloid

Kimia dan penyebaran


Alkaloid sekitar 5500 telah diketahui keberadaannya, merupakan golongan zat tumbuhan
sekunder yang terbesar. Tidak ada satupun istilah alkaloid yang memuaskan, tetapi pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering kali
beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol; jadi digunakan
secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif,

kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada
suhu kamar.
Definisi
Alkaloid adalah senyawa yang bersifat basa ( dengan adanya atom N ), biasanya mengandung
atom N atau lebih, umumnya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik atau
heterosiklik.
Ikatan N dalam molekulnya dapat berupa :
1.

Amin primer

: C2NH2

2.

Amin sekunder

: C2NH

3.

Amin tersier

: C3N

4.

Amin quarterner

: C5N

5.

Nitrogen oksida

: C3N=O

Alkaloid dalam tumbuhan biasa terdapat sebagai garam dengan saam organic.
Misalnya: Asam tartarat
Asam sitrat

(alkaloid tartrat)
(alkaloid sitrat)

Asam

asetat

Asam mefenamat

(alkaloid mevalonat)

Asam kinat

(alkaloid kinat)

Asam malat

(alkaloid malat)

(alkaloidasetat)

Ciri utama dari alkaloid :


1.

Rasa pahit

2.

Bersifat basa lemah

3.

Zat organik mengandung unsur N

Asam amino yang sering dijumpai pada biosintesis alkaloid :


1.

Senyawa alifatik : ornitina, lisina

2.

Senyawa aromatic : asam nikotinat, fenil alanin, tirosin, triptopana

Manfaat senyawa alkaloid bagi tumbuhan :

Untuk menghalau pemangsa ( pemakan tumbuhan )

Penyebaran

Alkaloid tidak hanya dihasilkan tumbuhan tingkat tinggi, tapi juga dapat dihasilkan oleh

tumbuhan tingkat rendah.

Dapat ditemukan pada tumbuhan :

1.

Ascomycetes

: Claviceps purpurea

2.

Pteridophyta

: Equisentum arvense

3.

Gymnospermae

: Ephedra sp

4.

Monocotyledoneae

: Colchicum sp, Veratrum sp

5.

Dicotyledoneae terdapat pada tanaman familia: Apocynaceae, Leguminoceae, Solanaceae,

Rubiaceae, Rutaceae dll.


Penyaringan (ekstraksi) alkaloid :
1.

Menggunakan eter sebagai cairan penyari :

Keuntungan :

a)

Eter tidak membentuk emulsi dan pada pengocokkan tidak mempersukar proses

pemisahan.
b)

Eter tidak mempunyai titik didih rendah, sehingga sangat ideal untuk penyaringan alkaloid

termolabil.

Kerugian :

a)

Daya larut kecil bagi senyawa alkaloid tertentu.

b)

Eter dapat dijenuhkan dengan air,

c)

Eter mudah terurai dan ada kemungkinan peledakan pada saat ekstrak / sari diuapkan.

2.

Menggunakan CHCl3 sebagai cairan penyari :

Keuntungan :

a)

Memiliki daya larut yang besar untuk melarutkan alkaloid.

b)

Kemungkinan terurai lebih kecil dari eter.

c)

Tidak ada bahaya peledakan pada pemanasan.

Kerugian :

a)

Titik didih CHCl3 agak tinggi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai cairan penyari bagi

masih dapat tercampur dengan air.

alkaloid termolabil.
b)

Dapat membentuk emulsi pada pengocokkan, sehingga dapat timbul kesulitan pada

penyarian dan pemisahan lapisan.


Penggolongan senyawa alkaloid :

A.

Alkaloid sejati :
Tipe C4-N

: I. Asal Ornitina

a)

Pirolidina Alkaloid

b)

Tropana Alkaloid

c)

Pirolizidina Alkaloid

B.

Tipe C5-N

a)

Piperidina Alkaloid

b)

Kinolizina Alkaloid

: II. Asal Lisina

III. Asal Asam Nikotinat


a)

Nikotinat Alkaloid

b)

Anabasina Alkaloid

IV. Asal Tirosina


a)

Benzil-Isokinolina Alkaloid

b)

Isokinolina Alkaloid

V. Asal Fenilalanin
a)

Amaryllidaceae Alkaloid

VI. Asal Triptopana


a)

Indol Alkaloid

b)

Kuinolina Alkaloid

c)

Secale Alkaloid

d)

Fisostigmina Alkaloid

e)

Erythrina Alkaloid

Proto alkaloid

Berasal dari asam amino tidak heterosiklik

Pseudo alkaloid

Prekusor (zat pemula) bukan dari asam amino, terdiri dari :


1.

Steroid Alkaloid

2.

Iridoid Alkaloid

3.

Purina Alkaloid

4.

Imidazol Alkaloid

Identifikasi alkaloid
1.

Deteksi pendahuluan

Karena secara kimia alkaloid begitu heterogen dan begitu banyak, mereka tidak dapat
diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan kromatografi tunggal. Pada
umumnya, sukar mengidentifikasi suatu alkaloid dari sumber tumbuhan baru tanpa mengetahui
kira-kira jenis alkaloid apa yang mungkin ditemukan dalam tumbuhan tersebut.
Di samping itu, karena kelarutan dan sifat lain alkaloid sangat berbeda-beda, cara penjaringan
umum untuk alkaloid dalam tumbuhan mungkin tidak akan berhasil mendeteksi senyawa khas.
Sebagai basa, alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol yang bersifat
asam lemah (HCl 1M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan dengan amonia pekat.
Pemisahan pendahuluan demikian dari bahan tumbuhan lainnya dapay diulangi, atau pemurnian
selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi pelarut(ekstraksi cair-cair). Adanya alkaloid pada
ekstrak nisbi kasar yang demikian dapat diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi alkaloid.
Tetapi sebaiknya dilakukan KKt dan KLT dalam beberapa pengembang umum yang dapat
digunakan, dan kemudian kertas serta pelat disemprot dengan penampak bercak untuk alkaloid.
2.

Langkah kerja

Ekstraksi jaringan kering dengan asam asetat 10% dalam etanol, biarkan sekurang-kurangnya 4
jam. Pekatkan ekstrak sampai seperempat volume asal dan endapkan alkaloid dengan
meneteskan NH4OH 1%. Larutkan sisa dalam beberapa tetes etanol atau kloroform.
3.

Pereaksi alkaloid

Untuk pereaksi dragendoff dibuat 2 larutan persediaan: (1) 0,6 g bismutsubnitrat dalam 2 ml HCl
pekat dan 10 ml air; (2) 6 g kalium iodida dalam 10 ml air. Larutan persediaan ini dicampur
dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml air. Untuk menyemprot kertas dengan pereaksi iodoplatinat, 10
ml larutan platina klorida 5% dicampur dengan 240 ml kalium iodida 2% dan diencerkan
dengan air sampai 500 ml. Untuk menyemprot pelat, campurkan 10 ml platina klorida 5%, 5 ml
HCl pekat, dan 240 ml kalium iodida 2%.
Pereaksi marquis hanya dapat digunakan untuk pelat KLT dan terdiri atas`1ml formaldehida
dalam 10 ml H2SO4 pekat (bahaya, asam bersifat merusak).

BAB II
PROSEDUR DAN HASIL PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Bahan :

Serbuk simplisia : Kina Cortex, kumis kucing, gambir, brotowali, jahe, kemuning

NaOH 1 N

NH4OH pekat

NH4OH 30 %

Na asetat

Kloroform

HCl encer

HCl pekat

Amilalkohol

FeCl3 1 %

Eter

Asam asetat anhidrat

H2SO4 pekat

Etanol

Serbuk Mg

Pereaksi Meyer

- cara pembuatan reagen : 1,35 gr HgCl2 dan 5 gr KI dilarutkan dalam 30 ml air, kemudian di ad
kan dengan air hingga 100 ml.

Pereaksi Dragendorff

larutan A : 0,85 gr Bismuth Nitrat basa, larutkan dalam campuran (10 ml asetat dan 40 ml

air)
-

larutan B : 8 gr KI dilarutkan dalam 20 ml air

Larutan Stock : Volume yang sama dari larutan A dan larutan B disimpan dalam botol

gelap.
-

Reagen penyemprot : 1ml dari larutan stock dicampur dengan 2 ml asam asetat dan 10 ml

air sebelum digunakan

Pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1)

Pereaksi Libermann- Burchard (anhidrida asetat + H2SO4 pekat)

Alat :

Tabung reaksi

Kertas saring

Penangas air

Cawan penguap

Kapas corong

Pipet

Erlenmeyer

Gelas kimia

Hot plate

Gelas ukur

2.2 Prosedur Kerja


1. Identifikasi Golongan Alkaloid
Bahan :
Kina Cortex
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambah 5 ml NH4OH 30 %, digerus di dalam mortir, ditambahkan 20 ml
kloroform dan digerus kembali dengan kuat, kemudian disaring dengan kertas saring, diperoleh
filtrat larutan organik ( larutan A ). Sebagian larutan A diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1 :
10 di dalam tabung reaksi, larutan bagian atas diambil ( larutan B ).
Pengujian :
Larutan A diteteskan pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff merah /
jingga pada kertas saring ( alkaloid )
Larutan B dibagi ke dalam 2 tabung reaksi :
a)

+ Dragendorff merah bata/ jingga ( alkaloid )

b)

+ Meyer

putih ( alkaloid )

2.Identifikasi Golongan Flavonoid


Bahan :
Daun kumis kucing

Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air panas dan didihkan selama 10 menit, didinginkan,
disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
5 ml filtrat ditambah serbuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 5 ml amilalkohol kemudian dikocok
dengan kuat sampai terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna merah yang merupakan
lapisan amilalkohol ( flavonoid )
3. Identifikasi Golongan Saponin
Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
Seperti identifikasi golongan flavonoid.
Pengujian :
10 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok vertikal selama 10 detik, didiamkan 10
menit terbentuk busa yang stabil dan bila ditambahkan 1 tetes HCl 1 % busa tetap stabil bedakan
dengan sabun ( saponin ).
4. Identifikasi Golongan Kuinon
Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
Seperti identifikasi golongan flavonoid.
Pengujian :
5 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi,ditambahkan 1 tetes NaOH 1 M merah
( kuinon )
5. Identifikasi Golongan Tanin
Bahan :
Gambir
Penyiapan filtrat :

1 gr serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air, didihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring
dengan kertas saring diperoleh filtrat yang kemudian dibagi ke dalam 2 bagian.
Pengujian :
o Filtrat I + FeCl3 1 % biru tua atau hijau kehitaman ( tanin )
o Filtrat II + 15 ml pereaksi Stiasny ( formaldehid 30 % : HCl pekat = 2 : 1 ) dipanaskan di atas
penangas air merah muda ( tanin katekuat )
merah muda disaring, filtrat dijenuhkan dengan Na asetat, ditambahkan beberapa tetes FeCl 3 1
% biru tinta ( tanin galat ).
6. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid
Bahan :
Batang brotowali
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, wadah ditutup dengan
aluminium foil, dan diikat dengan karet, disaring di dalam lemari asam dan diperoleh filtrat.
Pengujian :
5 ml filtrat diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu, ke dalam residu ditambah 2
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat ( pereaksi Libermann- Burchard ) hijau,
biru kehitaman atau merah ( steroid atau triterpenoid ).
7. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri
Bahan :
Jahe
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 10 ml eter dan dipasang
corong pisah yang diberi lapisan kapas basah pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di
atas penangas air, didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
Filtrat diuapkan pada cawan penguap, residu dilarutkan dengan 5 ml etanol, disaring dengan
kertas saring, filtratnya diuapkan pada cawan penguap residu berbau aromatik ( minyak
atsiri ).

8. Identifikasi Golongan Kumarin


Bahan :
Daun kemuning
Penyiapan filtrat :
1 gr simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 10 ml kloroform dan dipasang corong
yang diberi lapisan kapas basah pada mulut tabung, dipanaskan 20 menit diatas penangas,
didinginkan dan disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
Filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai kering ditambah air panas 10 ml, didinginkan,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 0.5 ml NH4OH 10 % difluoresensi biru atau
hijau ( kumarin )
2.3 Data Hasil Pengamatan
Identifikasi Golongan Alkaloid
serbuk simplisia + NH4OH 30 %, digerus di dalam mortir, + kloroform dan digerus kembali
dengan kuat, disaring, diperoleh filtrat larutan organik ( larutan A ). Sebagian larutan A
diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1 : 10 di dalam tabung reaksi, larutan bagian atas diambil
( larutan B ).
Pengujian :
Larutan A diteteskan pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff merah /
jingga pada kertas saring ( alkaloid )
Larutan B dibagi ke dalam 2 tabung reaksi :
c)

+ Dragendorff

d)

+ Meyer

Jadi, kulit kina mengandung alkaloid hanya saja dalam pengujian tidak menunjukan adanya
endapan setelah ditambah pereaksi dragendrorff dan meyer kemungkinan terjadi human error.
Identifikasi Golongan Flavonoid
5ml filtrat kumis kucing + serbuk Mg + 1ml HCl + 5ml amilalkohol, dikocok, terbentuk 2
lapisan pada lapisan atas yaitu lapisan amilalkohol, terbentuk warna merah.

Jadi, kumis kucing positif mengandung flavonoid.


Identifikasi Golongan Saponin
5ml filtrat kumis kucing, dikocok selama 10 detik

terbentuk busa, dan selama 10 menit

busa tetap stabil, + HCl 1% busa tetap stabil.


Jadi, kumis kucing positif mengandung saponin.
Identifikasi golongan tanin
Filtrat gambir + ferri(III) klorida 1% terbentuk warna biru tua. ( tanin )
Filtrat gambir + reagen Stiasny dipanaskan terbentuk endapan merah muda. ( tanin katekuat )
Endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan Na asetat, + ferri (III) klorida terbentuk warna biru
tinta. ( tanin galat )
Jadi, Gambir positif mengandung tanin, tanin katekuat dan tanin galat.
Identifikasi Golongan Kuinon
5 ml filtrat kumis kucing + NaOH 1N, tidak terjadi perubahan warna.
Jadi, Kumis kucing tidak mengandung Kuinon.
Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid, (data kelompok

Filtrat hasil maserasi diuapkan sehingga pelarut menguap dan didapat residu, residu + pereaksi
Libermann Burchard, terbentuk warna hijau.
Identifikasi Golongan Minyak Atsiri
Simplisia + petroleum eter

saring, filtrat diuapkan, residu dilarutkan dengan alkohol,

saring, filtrat diuapkan, residu berbau aromatik.


Jadi, jahe mengandung minyak atsiri.
Identifikasi Golongan Kumarin
Simplisia+ kloroform, panaskan dengan tabung dan penutup kapas dan corong dalam penangas
air. Filtrat diuapkan, residu + air panas, dinginkan, larutan dalam tabung reaksi + NH 4OH. Amati
dengan sinar lampu ultraviolet.

Karena panjang gelombang sinar UV tidak sesuai maka flouresensi pada filtrat tidak terjadi.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
3.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini untuk menguji adanya kandungan metabolit sekunder pada beberapa
jenis tanaman yang telah diketahui kandungannya, jadi praktikum ini untuk membuktikan adanya
kandungan metabolit sekunder itu. Kandungan metabolit sekunder yang dibuktikan pada
praktikum kali ini adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, minyak atsiri, kumarin,
steroid dan triterpenoid.
Untuk membuktikan adanya senyawa golongan alkaloid menggunakan serbuk simplisia kina
cortex, alkaloid termasuk senyawa yang bersifat basa lemah dapat diekstraksi dengan pelarut
seemipolar dalam suasana basa atau dengan alkohol dalam suasana asam. Pada percobaan ini
dilakukan

dengan

metode

yang

pertama.

Yakni

serbuk

simplisia

ditambahkan

dengan NH4OH (basa) hal ini dilakukan untuk mengendapkan alkaloidnya, kemudian
ditambahkan pelarut kloroform (semi polar) sehingga didapat senyawa-senyawa yang bersifat
semi polar seperti alkaloid, lipid, pigmen, dan senyawa lainnya. Setelah disaring didapat filtrat
(larutan A) yang mengandung alkaloid, sebagian ekstrak kental diekstraksi dengan asam encer
(HCl) sehingga didapat larutan asam/garam alkaloid (larutan B). Larutan A diuji dengan
menggunakan pereaksi Dragendorff pada kertas saring sehingga akan tampak semburat warna
merah/jingga. Dan untuk larutan B ditambahkan pereaksi dragendorff dan pada tabung yang
lainnya ditambah dengan pereaksi mayer akan terbentuk endapan. Tetapi dari hasil praktikum
setelah ditambah pereaksi tidak menghasilkan endapan yang kemungkinan kesalahan itu timbul
dari human error yang terjadi pada saat mengekstraksi dengan asam encer dan kondisi pereaksi
yang tidak dibuat baru sehingga mempengaruhi pada hasil ekstraksi.
Untuk senyawa golongan flavonoid dibuktikan pada tanaman kumis kucing (bagian daun).
Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat asam. Filtrat dari daun kumis kucing tersebut
ditambahkan serbuk magnesium dan HCl pekat. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang
mudah larut dalam air karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai
glikosida, HCl ditambahkan agar kemudian terbentuk aglikon flavonoid (memisahkan flavonoid

dari senyawa gula yang mengikatnya). Setelah amilalkohol ditambahkan dan dikocok kuat akan
terbentuk 2 lapisan, lapisan amilalkohol berada diatas dan lapisan amilalkohol menjadi berwarna
merah menunjukan adanya senyawa flavonoid.
Pada uji saponin yang menggunakan filtrat kumis kucing setelah dilakukan pengocokan kuat
pada filtrat akan terbentuk busa, busa ini terjadi karena rantai gula yang terkandung dalam filtrat
pecah. Untuk membuktikan busa yang terbentuk merupakan hasil dari adanya rantai gula yang
pecah dapat ditambahkan HCl encer, jika saponin maka busa akan tetap stabil.
Pengujian golongan senyawa kuinon yang menggunakan filtrat daun kumis kucing tidak
menunjukan perubahan warna merah intensif setelah ditambah NaOH 1N, hal ini terjadi karena
memang dalam tanaman kumis kucing tidak mengandung kuinon.
Tanin atau polifenol yang termasuk golongan senyawa fenol dapat diidentifikasi secara khas
dengan Ferri (III) klorida akan menunjukan warna biru tua atau hijau kehitaman. Reaksi ini
menunjukan adanya tanin dalam filtrat gambir, untuk menguji adanya tanin katekuat dengan
menambahkan pereaksi Stiasny kemudian dipanaskan dalam penangas air yang kemudian akan
terbentuk endapan merah muda. Untuk tanin galat setelah endapan disaring, filtrat ditambahkan
CH3COONa sampai jenuh, kemudian ditambah FeCl3 akan terbentuk warna biru tinta.
Minyak atsiri diidentifikasi dari rimpang jahe. Minyak atsiri yang merupakan senyawa non-polar
dapat dipisahkan dari komponen lain dengan menggunakan pelarut organik yang bersifat nonpolar, seperti petroleum eter yang ditambahkan pada serbuk simplisia dalam tabung reaksi
kemudian dipanaskan dalam penangas air dan pada mulut tabung ditutup dengan kapas agar
petroleum eter tidak mudah menguap, dan jika ditutup rapat dikhawatirkan akan
terjadi bumping. Minyak atsiri yang bersifat non-polar akan tertarik sempurna kedalam pelarut
non-polar (petroleum eter). Residu yang didapat dari hasil penyaringan dicuci dengan alkohol,
residu yang didapat dari penyaringan berbau aromatik (berbau menyenangkan) menunjukan
dalam rimpang jahe mengandung minyak atsiri.
Golongan steroid dan triterpenoid yang bersifat non-polar yang terkandung dalam brotowali
diekstraksi dengan cara maserasi dingin, yang merupakan ekstraksi cair-padat antara serbuk
simplisia dan pelarut, metode ini digunakan karena dikhawatirkan jika dengan pemanasan akan
ada komponen dari simplisia yang rusak. Filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya hingga
didapat residu, residu ini kemudian diidentifikasi dengan pereaksi Libermann-Burchard dan

menunjukan warna hijau atau merah yang menunjukan adanya senyawa golongan steroid dan
triterpenoid.
Simplisia ditambahkan pelarut kloroform untuk menarik senyawa kuinon dari simplisia, tabung
ketika dipanaskan ditutup dengan kapas agar kloroform tidak mudah menguap, tidak ditutup
langsung agar tidak terjadi bumping. Tetapi dari hasil praktikum ini tidak dapat dibuktikan
karena sinar UV yang ada panjang gelombangnya tidak sesuai.
3.2 Kesimpulan
Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang penting bagi kehidupan tumbuhan
penghasilnya untuk mempertahankan diri dari serangan makhluk lain. Alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid dan triterpenoid, kuinon, kumarin dan minyak atsiri merupakan beberapa contoh
dari metabolit sekunder yang telah diidentifikasi pada praktikum kali ini, ekstraksi senyawa
dilakukan dengan beberapa metode dan pelarut organik yang cocok. Kemudian diidentifikasi
dengan reagen-reagen yang sesuai yang dapat menunjukan reaksi-reaksi yang khas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan
terbitan kedua. Bandung: ITB
Redaksi TRUBUS. 2003. Seri Pengalaman Obat Tradisional Sembuhkan Mereka. Jakarta:
Trubus.
http://en.wikipedia,org/wiki/biosynthesis
http://en.wikipedia,org/wiki/image:coumarin_acsv.svg

Source : http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Read
more:
post.html#ixzz3KMpQcBiP

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/blog-

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/blog-post.html

Anda mungkin juga menyukai