SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat menyesesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
Oleh :
RIDWAN MAHPUDIN
D1A130766
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : D1A130766
setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Asam salisilat adalah obat topikal yang digunakan untuk mengobati sejumlah
masalah kulit, seperti jerawat, ketombe dan masalah kulit lainnya. Asam
salisilat juga memiliki efek samping mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Salah satu efek samping ringan yang sering terjadi adalah kulit kering.
Persyaratan asam salisilat dalam krim anti jerawat berdasarkan surat
keputusan Kepala Badan POM RI No.HK.00.05.4.1745 tanggal 5 Mei 2003
yaitu tidak boleh lebih dari 2%. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kadar
asam salisilat pada krim anti jerawat yang beredar di pasar maupun Skin Care
di Kabupaten Subang. Analisis kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dengan fase gerak toluen dan asam asetat glasial (4:1) dan uji
warna dengan menggunakan pereaksi FeCl3. Sedangkan analisis kuantitatif
asam salisilat pada krim anti jerawat menggunakan pelarut etanol 95% dan
diukur dengan spektrofotometer UV. Validasi metode dilakukan untuk
membuktikan bahwa metode yang digunakan telah memenuhi persyaratan.
Kadar asam salisilat yang memenuhi batas persyaratan adalah sampel ZY
0,790%, SC 1,55%, IN 0,787%, dan UV 2,332%. Sedangkan sampel SH 3,09
%, FA 4,6% dan DR 4,67% tidak memenuhi persyaratan karena melebihi ba-
tas kadar maksimum asam salisilat yang ditentukan oleh BPOM yaitu lebih
dari 2%.
i
ABSTRACT
Salicylic acid is a topical medication used to treat a number of skin problems, such as
acne, dandruff and others. Salicylic acid also has side effects ranging from mild to severe.
Some mild side effects that often occur was the dry skin. Requirements of salicylic acid in
anti acne cream, based on the decision letter of the head of BPOM RI No.HK. 00.05.4.1745
dated May 5, 2003, which should not be more than 2%. The purpose of this research was to
determine the levels of salicylic acid on anti acne cream that circulating in the market and
Skin Care in Subang Regency. Qualitative analysis using thin-layer chromatography (TLC)
with mobile phase toluen and glacial acetic acid (4:1), and also color test by using a
reactant FeCl3. Whereas quantitative analysis of salicylic acid acne creams using 95%
ethanol solvent and measured by UV spectrophotometry. Method validation is performed to
prove that the method has meet the requirements. Salicylic acid levels that meet the
requirements are the samples ZY 0.790%, SC 1.55%, IN 0.787%, and UV 2.332%. While
the sample SH 3.09%, FA 4.6% and DR 4.67%, did not meet the requirements because it
exceeds the maximum levels of salicylic acid, which is determined by the BPOM ie not
more than 2%.
Keyword: Anti Acne Cream, salicylic acid, ataipis Layer Chromatography (TLC),
Ultraviolet Spectrophotometry.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada
Krim Anti Jerawat Yang Beredar Di Kabupaten Subang Dengan Metode
Spektrofotometri Ultra Violet”. Penulis membuat skripsi ini untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Program
Studi Farmasi Fakultas Mipa Universitas Al-Ghifari.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat
membantu dan bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada
bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Al-Ghifari Bandung
dung.
3. Ibu Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi
Ghifari Bandung.
iii
5. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt, selaku Pembimbing II yang
6. Ibu Sri Maryam, S.Si., Apt, selaku dosen wali kelas B angkatan 2012.
keduanya.
8. Teruntuk Risna Yunia Andini, S.Farm terima kasih untuk motifasi dan
dukungannya.
9. Semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yang tidak dapat
semua amal kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
senang hati.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... v
DAFTAR LABEL ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRA ..................................................................................................... ix
v
3.3.8 Penetapan Kadar Asam Salisilat Secara Spektrofotometri Ul-
tra Violet ........................................................................................ 23
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Uji Warna Sampel Krim dengan FeCl3 ..................................................................... 25
4.2 Hasil KLT Sampel Krim ........................................................................................... 26
4.3 Hasil Pengukuran Linieritas ...................................................................................... 27
4.4 Parameter Penentuan Akurasi ................................................................................... 29
4.5 Hasil Pengukuran Parameter Presisi ......................................................................... 30
4.6 Kadar Asam Salisilat dalam Sampel Krim................................................................ 31
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur kimia asam salisilat ...................................................................................... 7
2.2 Diagram Spektrofotometer UV-Visible .................................................................... 14
4.1 Kurva linieritas konsentrasi terhadap absorbansi ..................................................... 28
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I : Sampel Krim yang Digunakan ................................................................. 36
Lampiran II : Hasil Uji Warna dengan FeCl3.................................................................. 37
Lampiran III : Hasil Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ................................ 38
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit
rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan
diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997)
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar, krim juga bisa di
gunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit atau skin care dan
Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal dalam bidang
dermatologi, dan telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan
keratolitik. Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi veruka,
kulit, hiperpigmentasi pascainflamasi, dan akne. Efek samping lokal yang sering
1
Asam salisilat adalah obat topikal yang digunakan untuk mengobati
sejumlah masalah kulit, seperti jerawat, ketombe, dan masalah kulit lainnya.
Asam salisilat juga bisa digunakan untuk antiseptik serta digunakan pula
sebagai bahan utama untuk aspirin. Ketika digunakan untuk anti jerawat,
asam salisilat akan mencegah sel-sel kulit mati menutup folikel rambut
jerawat. Asam salisilat sangat iritatif, kadarnya yang tinggi dalam sediaan
dampak yang ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan
ini tidak sepenuhnya diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu
produk kosmetik, termasuk anti produk jerawat tidak boleh lebih dari 2 %.
1. Berapa kadar asam salisilat yang terdapat di dalam kosmetika krim anti
2
2. Apakah kosmetika krim anti jerawat yang beredar di pasaran dan di Skin
tetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.?
1. Menentukan kadar asam salisilat pada krim anti jerawat yang beredar di
krim anti jerawat yang beredar di Kabupaten Subang yang lolos uji keamanan ser-
krim anti jerawat yang beredar di pasar dan Skin Care dengan menggunakan
1. Pengumpulan sampel.
3
a) Pembuatan larutan baku asam salisilat 1000 ppm
4. Analisis Kuantitatif
5. Analisis Kualitatif
a) Validasi metode
1 Linieritas
2 Akurasi
3 Presisi
Penelitian ini dilaksanakan dari mulai bulan Februari 2016 sampai dengan Juli
dung.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetika
permulaan jaman batu dan dapat diasumsikan bahwa kosmetik memiliki sejarah
ketenangan, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi
udara, serta faktor-faktor lingkungan lain, mencegah penuaan, dan secara umum
Pemakaian bahan kosmetika tertentu dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan timbulnya jerawat ini terdapat pada berbagai krim muka seperti
bedak, bedak dasar (foundation), pelembab (moisturiser) dan krim penahan sinar
5
6
Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif
dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi. Pada
satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air ditujukan untuk
pemakaian luar. Krim diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak (water in
oil, W/O) seperti penyegar kulit atau minyak dalam air (oil in water,O/W) seperti
Adapun bahan dasar krim misalnya dalam krim pelembab adalah : mineral oil,
lanolin, paraffin wax, olive oil, dan bahan tambahan lainnya. (Ditjen POM, 1985)
Asam salisilat merupakan zat anti akne sekaligus keratolitik yang lazim
diberikan secara topikal. Penggunaanya dalam kosmetik anti akne atau karatolitik
6
merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan kosmetika tersebut dalam
perawatan kulit yang berjerawat. Asam salisilat berkhasiat keratolitis dan sering
digunakan sebagai obat ampuh terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan epi-
dermis setempat dan disebabkan oleh infeksi dengan virus papova. Asam salisilat
sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat
dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dan asam organik dengan subtitusi
Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal. Dalam bidang
dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai
bahan keratolitik. Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi
veruka, kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis.
kulit, hiperpigmentasi pascainflamasi dan akne. Efek samping lokal yang sering
Gambar 2.1
7
Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic acid atau
memiliki pKa 2,97. dapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun wintergreen,
spearmint, dan sweet birch. Saat ini asam salisilat telah dapat diproduksi secara
sintetik. Bentuk makroskopik asam salisilat berupa bubuk kristal putih dengan
rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk asam salisilat sukar
larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Sifat lipofilik asam salisilat
dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penyalahgunaan obat bebas ini.
keracunan salisilat bersifat ringan. Gejala saluran cerna lebih menonjol pada
intoksikasi asam salisilat. Efek terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang
berat dapat terjadi pada dosis besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan
kematian terjadi setelah pemakaian secara topikal. Gejala keracunan sistemik akut
dapat terjadi setelah penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas
pada kulit, bahkan sudah terjadi beberapa kematian. Pemakaian asam salisilat
secara topikal pada konsetrasi tinggi juga sering mengakibatkan iritasi lokal,
jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas dan pada kulit
8
Persyaratan kadar asam salisilat dalam krim anti jerawat berdasarkan Surat
keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.4.1745 tanggal 5 Mei 2003 yaitu
penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau plastik kaku dengan
suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati adsorbent (padatan penyerap).
Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses pengembangan oleh pelarut (elusi). Karena
maupun senyawa anorganik. Di dalam analisis dengan KLT, suatu contoh dalam jumlah
yang sangat kecil ditempatkan (sebagai titik noda) di atas permukaan pelat tipis 24 fasa
diam (adsorbent), kemudian pelat diletakkan dengan tegak dalam bejana pengembang
yang berisi sedikit pelarut pengembang. Oleh aksi kapiler, pelarut mengembang naik
tergantung pada kelarutan komponen dalam pelarut dan derajat kekutan komponen
teradsorbsi pada fasa diam. Hasilnya adalah sederetan bercak-becak (nodanoda) yang
tegak lurus terhadap permukaan pelarut dalam bejana (Tri Utami, 2014).
komponen atas dasar perbedaan adsorpsi partisi oleh fase diam di bawah gerak
9
pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur. pemilihan pelarut sangat
dipengaruhi oleh macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan. KLT dapat
dipakai dengan dua tujuan, pertama dipakai selayaknya sebagai metode untuk
mencapai hasil kualitatif atau preparative. kedua dipakai untuk menjajaki sistem
pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau
Kromatograpi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari satu
yang sama. Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda bewarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga RF. RF merupakan nilai dari jarak
relatif pada pelarut. Harga RF dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap
persamaan:
perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi (k’) sama dengan 0 yang berisi so-
lute bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai Minimun
Rf adalah 0 dan ini teramati jika solute tertahan pada posisi titik awal permukaan
10
2.4 Spektrofotometri Uv-Visibel
traviolet dan sinar tampak melalui senyawa yang memiliki ikatan-ikatan rangkap,
sebagian dari radiasi biasanya diserap oleh senyawa. Jumlah radiasi yang diserap
sinar radisi disebabkan oleh pengurangan energi dari sinar radiasi pada saat
lebih tinggi. Ada empat kemungkinan radiasi elektromagnetik pada molekul atau
atom akan mengalami perubahan energi eksitasi yang berupa : energi translasi,
energi rotasi, energi vibrasi, dan energi elektronik. Radiasi cahaya UV-Vis pada
molekul atau atom akan menyebabkan energi elektronik, oleh sebab itu spektra
UV-Vis disebut juga spektra elektronik sebagai akibat transisi antara dua tingkat
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan
11
cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
A. Analisis Kualitatif
identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan
cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi
massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi / analisis kualitatif suatu
senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi UV-Vis adalah panjang
gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut; yang kesemuanya itu dapat
B. Analisis Kuantitatif
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
sinar yang diserap jika tidak ada bahan penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan
radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas
penampang per detik. Serapan dapat terjadi jika foton / radiasi yang mengenai
cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk
12
Hubungan antara kadar dengan intensitas sinar yang diserap oleh sampel
sebagai berikut :
Dimana:
A = absorban
a = absorptifitas molekul
b = ketebalan kuvet
C = konsentrasi larutan
Oleh karena a dan b nilainya tetap (wadah yang dipakai spesifik), maka A
dianggap bahwa, (1) radiasi yang masuk adalah monokromatik, (2) spesies
penyerap tidak tergantung satu terhadap lainnya dalam proses penyerapan, (3)
penyerapan terjadi dalam volume yang mempunyai luas penampang yang sama,
(4) dengan radiasi tenaga adalah cepat (tidak terjadi fluorosensi), dan (5) indeks
bias tak tergantung pada konsentrasi (tidak berlaku pada konsentrasi yang tinggi),
13
2.4.3 Instrumen Spektrofotometri UV-Visible
mengandung zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan dipantulkan,
diabsorpsi oleh zatnya dan sisanya ditransmisikan. (Gandjar dan Rohman, 2007)
2.2.
Gambar 2.2
a. Sumber– sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah Ultra Violet
pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa
atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang
14
b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen–
ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu
2.5 Validasi
analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan
2.5.1 Linearitas
apabila nilai r > 0,98. Rentang adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi
15
r =
–
2.5.2 Akurasi
analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat
b = konsentrasi standar
16
2.5.3 Presisi
homogenitas yang sama. Presisi dapat dipertimbangkan pada tiga tingkat yaitu
pengukuran (Denny.2010).
Nilai standar deviasi dan persen koefisien variasi dapat dihitung dengan
KV =
Batas deteksi dari prosedur analisis individu adalah jumlah terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi tanpa memerlukan kuantifikasi sebagai nilai
yang tepat. Batas kuantitasi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
diukur secara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang sesuai. Batas kuantitasi
merupakan parameter uji kuantitatif untuk senyawa dalam tingkat rendah dalam
matrik sampel, dan digunakan secara khusus untuk pengukuran kemurnian atau
respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan
17
Q=
18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labul ukur, Breaker glass,
pipet volume, spatel, pipet tetes, corong, alumunium foil, batang pengaduk, pipa
kuvet kuarsa.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah krim anti jerawat yang
diperoleh di pasaran dan Skin care di Kabupaten Subang. Sedangkan bahan kimia
yang digunakan adalah baku Asam salisilat, etanol 95% (Teknis Sakura), Asam
Sampel krim anti jerawat yang diperoleh diambil dari pasar dan skin care
yaitu Pasar Kalijati, Pasar Purwadadi, Pasar Pujasera, Pasar Pagaden, Pasar
Pamanukan, Skin Care SH dan Skin Care FA yang berada di Kabupaten Subang.
19
3.3.2 Pembuatan Larutan Uji Sampel Krim
homogen, kemudian dibiarkan mengendap, disaring dan difitrat dalam labu ukur
25 mL. Endapan ditambah etanol 95%, diaduk, disaring dan filtrat dimasukkan ke
dalam labu ukur, ditambahkan etanol sampai tanda batas. (BPOM, 2011).
ukur 50 mL, lalu ditambahkan etanol 95% hingga tanda batas, (BPOM,
2011).
etanol 95%, dipipet sebanyak 2 tetes pada plat tetes lalu tambahkan larutan FeCl3
dalam bejana lalu tutup dengan plat kaca didiamkan hingga eluen tersebut
20
3.3.6 Identifikasi Sampel dengan KLT
Lempeng KLT yang telah diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam ov-
en pada suhu 105°C selama 30 menit dengan membuat batas penotolan dan batas
elusi 10 cm. Larutan uji ditotolkan secara terpisah dengan menggunakan pipa
kapiler dengan jarak 1,5 cm dari bagian bawah lempeng. Jarak antar noda adalah
2,5 cm, kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Lempeng KLT yang
dahulu dijenuhkan dengan fase gerak Toluena – Asam asetat glacial (4:1).
Dibiarkan fasa bergerak naik sampai mendekati batas elusi. Lempeng KLT di
angkat dan dibiarkan kering diudara, diamati di bawah sinar UV254 berfluoresensi
a) Penentuan Linearitas
berturut-turut 0,3 ml, 0,6 ml, o,9 ml, 1,2 ml, 1,5 ml dan 1,8 ml
larutan blanko.
b) Penentuan Akurasi
21
konsentrasi dibuat sebanyak tiga kali ulangan. Absorbansi dimasukkan ke
Rohman, 2012).
b = konsentrasi standar
c) Penentuan Presisi
Sebanyak 1,5 mL standar 100 ppm ditambah etanol 95% pada labu
b = konsentrasi standar
22
3.3.8 Penetapan Kadar Asam salisilat Secara Spektrofotometri UV
ukur 10 mL, lalu ditambahkan etanol 95% sampai tanda batas dan homogenkan.
23
BAB 1V
4.1 Sampling
Sampel yang diambil dalam penelitian ini harganya bervariasi mulai dari
harga yang murah sampai yang mahal. Sampel yang diambil sebayak 7 sampel
dan ketujuh sampel tersebut diambil dari toko kosmetik yang berada di pasar dan
skin care yang berada di Kabupaten Subang.Sampel yang diambil dari pasar
berinisial krim IN, krim ZY, krim DR, krim SC dan krim UV. Sedangkan dari
skin care yaitu krim skin care FA dan krim skin care SH.
Uji warna yang dilakukan pada sampel yaitu dengan menggunakan reagen
FeCl3, untuk memastikan ada tidaknya kandungan asam salisilatnya dan terjadi
perubahan warna menjadi ungu atau ungu kecoklatan. Sampel yang positif
mengandung asam salisilat tercantum pada 4.1 dan gambar uji warna tertera pada
lampiran 1.
24
Table 4.1
Sample Hasil
DR +
SC +
IN +
ZY +
UV +
SH +
FA +
menggunakan radiasi sinar Ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2012) Hasil KLT
25
Hasil dari identifikasi sampel krim anti jerawat dengan KLT disajikan dalam tabel
4.2 dan gambar hasil identifikasi Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terdapat pada
Lampiran II.
Tabel 4.2
asam salisilat
DR 3,9 cm 3,9/7=0,55 cm
SC 3,6 cm 3,6/7=0,51 cm
IN 2,8 cm 2,8/7=0,4 cm
ZY 3 cm 3/7=0,42 cm
UV 3,3 cm 4,9/7=0,47 cm
SH 3,4 cm 3,4/7=0,48 cm
FA 3,6 cm 3,6/7=0,51 cm
Dari hasil analisis diperoleh bahwa Rf sampel dan nilai Rf dari larutan ba-
ku asam salisilat berdekatan. Dimana sesuai parameter pada KLT yang digunakan
26
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
atau bantuan transformasi yang baik, untuk mendapatkan hasil dari variabel data
yang di peroleh tercantum dalam tabel 4.3, kemudian dapat dibuat kurva kalibrasi
Tabel 4.3
C A1 A2 A3 Absorbansi Rata-ata
(ppm)
27
1.000
0.900
0.800
0.700
0.600
0.500
0.400 y = 0.0475x + 0.0418
0.300 R² = 0.9945
0.200
0.100
0.000
0 3 6 9 12 15 18
Gambar 4.1
korelasi r2=0,994, Hal ini menunjukan bahwa kurva yang diperoleh adalah linier,
karena adanya kesesuaian atau korelasi yang baik antara kadar analit dan respon
detektor. Hal ini sesuai dengan syarat parameter linieritas yaitu lebih besar dari
0,990.
hasil analisis terhadap sampel. (Food and Drug administration. 2001). Penilaian
perolehan kembali dihitung dari kadar yang terukur atau kadar hasil dibandingkan
dengan kadar yang sebenarnya dikalikan 100%. Akurasi di katakan baik jika
28
Tabel 4.4
(ppm)
3 106.807
3 105.404
3 104.704
9 93.614
9 94.784
9 95.018
15 99.537
15 99.677
15 99.958
yaitu 90-110%. Hal ini menunjukan bahwa metode yang digunakan telah
memenuhi syarat akurasi dengan memiliki nilai ketetapan dan ketelitian yang
baik.
29
konsentrasi yaitu rendah, sedang dan tinggi dari kurva standar. (food and drug
Tabel 4.5
(ppm)
15 14,909
15 14,931
15 14,952
15 14,931
15 14,994
15 14,973
Rata-Rata 14,978
SD 0,031
KV 0,207
diterima yaitu kurang dari 2% sehingga dapat disimpulkan bahwa metode tersebut
30
Batas deteksi merupakan hasil dari perhitungan. Didapatkan batas deteksi
sebesar 0,632 dan batas kuantitatif sebesar 2,104. Data dan perhitungan batas
Penetapan kadar asam salisilat dalam krim anti jerawat yang beredar di
asam salisilat pada krim anti jerawat disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
1 ZY 3,162 0,790
2 DR 18,692 4,673
3 SC 6,236 1,559
4 IZ 3,148 0,787
5 UV 9,331 2,332
6 SH 12,397 3,097
7 FA 18,636 4,659
31
Kadar asam salisilat dalam krim anti jerawat yang sesuai dengan persyaratan
BPOM yaitu tidak lebih dari 2%, dari ketujuh sampel yang memenuhi persyaratan
batas maksimum asam salisilat itu ada 3,4 sampel lainnya melebihi batas kadar
BAB V
5.1 Simpulan
Kadar Asam salisilat dalam sampel krim anti jerawat yang beredar di pasar
dan skin care Kabupaten Subang, ada 3 yang masih berada dalam batas aman
Sampel lainnya telah melebihi batas kadar yang telah ditetapkan yaitu sampel
produk kosmetik, termasuk produk anti jerawat tidak boleh lebih dari 2% (BPOM
RI).
5.2 Saran
Perlu dilakukan analisis zat aktif lainnya yang digunakan sebagai anti
32
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Tentang Metode Analisis Kosmetik,
Nomor HK.03.1.23.08.11.07331. Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003. Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., Nomor
HK.03.1.23.08.11.07517.
Fatma, F.D., 2013., Analisis Pengawet Pada Sirop yang Beredar di Psasar resmi Kota Sura-
baya. Universitas Airlangga, Skripsi Hal 38.
R.A, Day, JR & A. L. Underwood.., 1993., Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI.,
terjemah Pudjaatmaja, A.H., Erlangga., Jakarta Hal 1-2.
Depkes RI, (2000), Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta.
33
Katzung, B, G., (2009), Farmakologi Dasar dan Klinik, buku 3 Edisi VIII, Medika, Jakarta
Gholib., dan Rohman, ., 2012. Kimia Farmasi Analisis : Spektrofotometri UV-Visibel . Yog-
yakarta Pustaka Pelajar., Hal 240-265.
Tjay, H,T., dkk., (2007), Obat - Obat Penting Khasiat Penggunaan , Efek – Efek
Sampingnya, , Edisi IV, PT Elax Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
34
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2013. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi., Yogyakarta., Penerbit Pustaka Pelajar., Hal 473-484.
Gholib., dan Rohman, ., 2012. Kimia Farmasi Analisis : Spektrofotometri UV-Visibel . Yog-
yakarta Pustaka Pelajar., Hal 240-265.
Tjay, H,T., dkk., (2007), Obat - Obat Penting Khasiat Penggunaan , Efek – Efek
Sampingnya, , Edisi IV, PT Elax Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2013. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi., Yogyakarta., Penerbit Pustaka Pelajar., Hal 473-484.
35
LAMPIRAN 1
Sampel Krim ZY
36
LAMPIRAN II
37
Sampel ZY
LAMPIRAN III
Keterangan :
II Sampek Krim FA
38
IV Sampel Krim SH
V Sampel Krim UV
VI Sampel Krim DR
39