Anda di halaman 1dari 8

WETTABILITY

PENDAHULUAN
Wettability penting dalam mengoptimalkan perolehan migas dan berpengaruh terhadap kinerja reservoir
terutama dalam tahap waterflood dan EOR (enhanced oil recovery).
Wettability atau kebasahan didefinisikan sebagai kecenderungan suatu fluida untuk menyebar atau menempel
pada permukaan padatan dengan adanya fluida lain yang immiscible (dua fluida yang saling tidak bercampur).
Kecenderungan untuk menyebar atau menempel ini karena adanya gaya adhesi, yang merupakan faktor
tegangan permukaan. Faktor ini pula yang akan menentukan fluida mana yang lebih membasahi suatu padatan.
Besaran wettability dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
• Jenis mineral yang terkandung dalam batuan tersebut.
• Ukuran butir batuan, semakin halus ukuran butir batuan maka semakin besargaya adhesi yang terjadi.
• Jenis kandungan hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak mentah (crudeoil).
Sebelum terjadinya migrasi minyak , reservoir berupa kuarsa, karbonat, dan dolomite atau berupa water wet.
Dalam wettability, dikenal istilah imbibisi dan drainage.
Imbibisi adalah kenaikan saturasi dari fasa wetting dimana fasa non-wetting digantikan oleh fasa wetting,
baik berupa imbibisi spontan pada saat reservoir terbentuk atau imbibisi yang dipaksakan seperti pada saat
waterflood. Imbibisi menggambarkan terjadinya kenaikan saturasi air.
Drainage adalah kenaikan saturasi pada fasa non-wetting, dimana fasa wetting digantikan oleh fasa non-
wetting. Drainage menggambarkan kenaikan saturasi minyak. Drainage terjadi pada saat terjadinya migrasi
minyak ke dalam reservoir.
 Wettability dibagi menjadi 3, yaitu :

 Water Wet
Terjadi jika suatu batuan mempunyai sudut kontak fluida (minyak dan air) terhadap batuan itu sendiri lebih kecil
dari 90o (θ< 90o). Kejadian ini terjadi sebagai akibat dari gaya adhesi yang lebih besar pada sudut lancip yang
dibentuk antara air dengan batuan dibandingkan gaya adhesi pada sudut yang tumpul yang dibentuk antara minyak
dengan batuan. Pada formasi ini, minyak akan berada pada pori-pori yang lebih besar, sehingga ada kemungkinan
ketika diproduksikan, minyak ini akan terjebak karena terputus dari massa minyak yang lain.
 Oil Wet
Terjadi jika suatu batuan mempunyai sudut kontak antara fluida (minyak dan air) terhadap batuan itu sendiri dengan
sudut lebih besar dari 90o(θ>90o). Karakter oil wet pada kondisi batuan reservoir tidak diharapkan terjadi sebab
akan menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal pada batuan reservoir saat diproduksikan lebih besar daripada
water wet. Pada formasi ini, minyak cenderung akan muncul sehingga produksi minyak akan cenderung terus
mengalir sehingga Sor (saturation oil residual) akan turun.
 Mixed Wet
Yaitu suatu batuan terbasahi oleh kedua fluida sebesar 50%/50%. Mixed wet dapat dikatakan jika tidak menunjukkan
adanya kecenderungan kebasahan seperti ditunjukkan oleh water wet maupun oil wet.
SUDUT KONTAK (CONTACT ANGLE)
 Sebuah cairan yang kontak secara langsung dengan dinding sebuah wadah, misal
tabung kapiler, antara cairan dengan permukaan benda padat tersebut akan
membentuk suatu sudut sebesar θ, yang mana sebagai fungsi dari tegangan adhesi
relative cairan tersebut dengan permukaan benda padat, yang mana sudut kontak
tersebut diperoleh dari persamaan young :

Dimana:
σso = tegangan permukaan antara benda padat dan minyak
σsw = tegangan permukaan antara benda padat dengan air
σwo = tegangan permukaan antara air dengan minyak
 Gambar diatas menunjukkan adanya kesetimbangan gaya yang terjadi
pada permukaan air-minyak dan padatan. Fluida yang mempunyai sifat membasahi
dapat dilihat dari besarnya sudut kontak yang terbentuk. Gaya yang mengakibatkan
air lebih bersifat membasahi padatan untuk sistem air-minyak dan padatan adalah:

AT= Gaya adhesi, dyne/cm.


σso = Tegangan permukaanantara zat padat-minyak, dyne/cm.
σsw = Tegangan permukaan antara zat padat-cair, dyne/cm.
σwo = Tegangan permukaan antara air-minyak, dyne/cm.
θwo = Sudut kontak antara air-minyak
 Sessile drop method biasanya digunakan untuk mengukur secara langsung sudut kontak untuk menentukan
kecenderungan kebasahan benda padat oleh minyak dan air. Secara halus, permukan yang homogen diperlukan
untuk melakukan pengukuran ini, permukaan kuarsa yang telah digosok biasanya digunakan unutk melakukan
pengukuran sudut kontak sistem air-minyak.

 Pada gambar diatas, A, B, dan C menunjukkan pengukuran menggunakan tetesan air yang dikelilingi oleh minyak;
dan D, E, dan F menunjukkan tetesan minyak yang dikelilingi oleh air. Sudut kontak diukur melalui fase yang lebih
rapat. Gambar A, B, C mengilustraskan prosedur dimana plat padat tertutupi secara horisontal dibawah
permukaan minyak murni dan setetes air terdapat di atas plat padat. Sebuah foto sistem tersebut diambil untuk
pengukuran sudut kontak secara akurat. Dengan sudut kontak  diukur melalui fase yang lebih rapat. Prosedur
kedua adalah sebuah plat ditutupi air secara horisontal dan terdapat tetesan minyak pada bawah plat (gambar D,
E, F). Sudut kontak diukur melalui fase air dan diterapkan analisis yang sama.
 Pada gambar A, B, C, menunjukkan bahwa jika sudut kontak yang dibentuk oleh tetesan air kurang dari 90 o (A)
 maka plat tersebut besifat basah air (water-wet), apabila sama dengan 90o (B)  maka basah campuran / netral
(neutral-wet / mixed wet), dan apabila lebih dari 90o (C) maka basah minyak (oil-wet).
  Pada gambar D, E, F, menunjukkan bahwa plat pada sistem D bersifat basah air, sistem E bersifat basah
campuran / netral, sedangkan sistem F bersifat basah minyak.
APLIKASI KONSEP WETTABILITY
 Sifat kebasahan suatu batuan dipengaruhi oleh komposisi kimia penyusunnya. Sehingga konsep
ikatan unsur kimia sangat berpengaruh terhadap sifat kebasahan suatu permukaan batuan
terhadap air ataupun minyak.
 Litologi                     Wettability
Sandstone              Neutral-wet – Water-wet
Clay                              Neutral-wet
Carbonate              Neutral-wet – Oil-wet
 Terkait untuk keperluan eksplorasi maupun eksploitasi minyak bumi, maka formasi yang
bersifat water-wet lebih mudah untuk dilakukan oil recovery. Hal ini disebabkan karena
formasi yang bersifat water-wet memiliki saturasi minyak yang tinggi, yang artinya, air
membasahi dan memenuhi pori-pori terkecil pada butir batuan dan minyaknya berada di atas
air, yang mana minyak lebih mudah bergerak dan tumpah karena tidak ada gaya adesi
terhadap permukaan batuan. Sehingga untuk oil recovery pada formasi dengan
reservoir sandstone dilakukan dengan injeksi air ke dalam formasi tersebut. Dengan harapan
menambah volume air dan mendorong minyak untuk keluar dan diproduksi.
 Untuk reservoir karbonat, yang mana bersifat oil-wet memerlukan enhanced oil recovery
(EOR) dengan injeksi bahan kimia yang dimaksudkan mengubah struktur kimia permukaan
batuan dan minyak tidak lagi membasahi permukaan batuan.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Mengapa Wettability penting untuk dipelajari ?
2. Jelaskan istilah imbibisi dan drainage !
3. Bagaimana kondisi minyak saat formasi water wet dan oil
wet ?
4. Bagaimana sudut kontak dari wettability ?
5. Berupa apakah reservoir sebelum terjadi migrasi minyak ?
6. Apa kegunaan sessile drop method ?

Anda mungkin juga menyukai