Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Kimia Analitik
Kimia analitik terbagi atas bidang-bidang yang disebut analisa kuantitatif dan analisa
kualitatif. Analisa kualitatif menyangkut identifikasi zat. mengenai unsur atau senyawa yang
ada di dalam contoh. Analisa kualitatif dapat dijumpai pada pelajaran kimia umum. pada
saat memisahkan dan mengidentifikasi banyak unsur dengan pengendapan hidrogen sulfida.
Analisis kuantitatif mengenai penentuan beberapa zat tertentu ada didalam suatu contoh
atau sampel. Zat yang ditentukan atau zat yang diinginkan (analitik) dapat terdiri dari
sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa(1).
2.2 Asal Mula Penukar Ion
Mulanya resin penukar ion yang digunakan adalah dari material alami, namun dengan
semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan, saat ini telah digunakan resin penukar
ion sintetik yang di buat dari kapolimerisasi zat zat tertentu yang mengandung ion
pelarutan sebagai gugus fungsinya. Pertukaran ion berlangsung dengan cara difusi fluida
yang keluar masuk resin, sehingga ion-ion yang lebih besar dari ukuran tertentu tidak dapat
bereaksi karena seleksi tertentu dari derajat ikatan silang resin. Gugus fungsi berupa asam
atau basa yang diikat oleh polimer pembentuk resin dan menentukan sifat dasar dari resin
yang dibentuk. Jumlah gugus fungsi persatuan berat resin menentukan kapsitas jasal atau
kapasitas paritik pertukaran yang dinyatakan sebagai dry weight capasity (meq/g resin).
Faktor lain yang mempengaruhi sifat resin adalah jenis gugus fungsi, yang menentukan jenis
tipe resin penukar ion yang dibentuk dan di luar pengaruh terhadap kesetimbangan
pertukaran dan selektivitas(2).
2.3 Pengertian Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah semua jenis upaya pemisahan kimia menggunakan kolom
sebagai wadah fase diamnya. Kromatografi kolom mengandalkan proses pemisahan pada
distribusi analit pada fase diam dan fase gerak. Kolom akan terisis fase diam, baik berupa

fase diam padat maupun fse diam cair dan kemudian dialiri oleh fase gerak baik fase gerak
cair maupun fase gerak gas(3).
2.4 Pengertian Penukar Ion
Umum diartikan sebagai pertukaran dari ion-ion yang bertanda muatan listrik sama
antara suatu larutan dan suatu badan (bahan) yang padat serta sangat tidak dapat larut
dengan larutan tersebut itu mana bersentuhan. Pertukaran ion harus mengandung ion-ion
miliknya sendiri, agar pertukaran dapat berlangsung dengan cukup cepat dan ekstensif
sehingga mempunyai nilai praktis, zat padat itu harus mempunyai struktur molekuler yang
terbuka dan permeabel (dapat ditembusi) sehingga ion-ion dan molekul-molekul pelarut
dapat bergerak keluar masuk dengan bebas(4).
Penukaran ion bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini
membawa suatu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan pada ion-ion lawannya
(ion aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam suatu penukar kation dan berupa
anion-anion dalam suatu penukar anion. Jadi, suatu penukar kation terdiri dari suatu anion
polimerik dan kation-kation aktif, sementara suatu penukaran anion adalah suatu kation
polimerik dengan anion-anion aktif(3).
Pertukaran ion merupakan proses pertukaran kimia yaitu zat yang tidak dapat larut
memisahkan ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit dan melepaskan ion
bermuatan sejenis ke dalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran
ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur fisik dari resin penukar ion(5).
2.5 Pengertian Resin Penukar Ion
Resin adalah senyawa alami atau sintesis yang pada awalnya memiliki kekentalan atau
viskositas tinggi. Resin penukar ion adalah suatu polimer organik yang mengandung gugus gugus bermuatan yang terikat secara kovalen dan dapat berinteraksi secara elektrostatik
dengan ion- ion gerak yang tandanya berlawanan. Resin dapat larut dalam alkohol tetapi
tidak larut dalam air. Berikut adalah gambar struktur resin penukar kation dan anion(6):

Resin penukar kation

Resin penukar anion

2.6 Klasifikasi Resin(7)


Klasifikasi dari resin terdiri dari resin penukar kation (bermuatan positif) dan resin
penukar anion (bermuatan negatif). Resin penukar kation dan resin penukar aniondihasilkan
dari polimer organik. Resin dapat secara luas diklasifikasikan sebagai penukar kation asam
kuat atau asam lemah dan penukar anion basa kuat atau basa lemah. Resin kation dan anion
sendiri dibagi ke dalam beberapa kelompok :
a. Resin penukar kation asam kuat
Dinamakan resin kation asam kuat karena sifat kimianya mirip dengan asam kuat. Resin
terionisasi baik dalam asam ( R - SO3H ) dan garam ( R - SO3Na ) yang merupakanbentuk
kelompok asam sulfonat. Dalam pelunakan air, pada saat resin telah jenuh, resin tersebut
dapat diregenerasi dengan cara dikontakan dengan larutan asam kuat. Resin penukar kation
asam kuat dapat digunakan dalam seluruh rentang pH. Reaksi yang terjadi di resin penukar
kation asam kuat:
NaCl + R-H HCL + RNa
NaCl + R-SO32- HCl + R- SO32- + Na+
b. Resin penukar kation asam lemah
Dalam resin penukar kation asam lemah,resin terionisasi dalam asam karboksilat (COOH).
Derajat disosiasi dari resin penukar kation asam lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
Akibatnya, sebagian dari kapasitas resin bergantung pada pH larutan. Reaksi yang terjadi
pada resin penukar kation asam lemah:

R-COOH + NaHCO3 RCOONa + Na2SO4


Regenerasi resin akan digunakan dengan menggunakan asam yang lebih kuat daripada
gugus fungsi resin. Reaksi :
RCOONa + HCl RCOOH + NaCl
c. Resin penukar anion basa kuat
Resin penukar anion basa kuat dapat digunakan di seluruh rentang pH. Resin ini digunakan
dalam bentuk hidroksida (OH-) yang digunakan untuk deionisasi air. Resin yang telah jenuh,
diregenerasi dengan sodium hidroksida ( NaOH ) sehingga ion resin kembali menjadi
hidroksida. Reaksi yang terjadi:
R-R3N+:OH- + NaCl R-NR3-:Cl- + NaOH
d. Resin penukar anion basa lemah
Resin penukar anion basa lemah sama seperti resin penukar kation asam lemah yang dalam
derajat ionisasi sangat dipengaruhi oleh pH . Akibatnya, resin penukar anion basa lemah
menunjukkan kapasitas tukar minimum di atas pH 7. Resin penukar anion basa lemah tidak
memiliki bentuk ion hidroksida seperti halnya resin penukar anion basa kuat . Resin ini tidak
menghasilkan garam. Reaksi yang terjadi:
R-NH2- + HCl R-NH2-HCl
Berikut adalah tabel ringkasan resin penukar kation asam dan anion basa:

2.7 Sifat Sifat Resin


Berikut sifat sifat resin diantaranya (6):
1. Kapasitas penukaran ion
Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat dipertukarkan dan
dinyatakan dalam mek (milliekivalen) per gram resin kering dalam bentuk hidrogen atau
kloridanya atau dinyatakan dalam milliekivalen tiap milliliter resin (meq/ml).
2. Selektivitas resin penukar ion
Sifat ini merupakan suatu sifat resin penukar ion yang menunjukan aktifitas pilihan atas
ion tertentu .Hal ini disebabkan karena penukar ion merupakan suatu proses
stoikhiometrik dan dapat balik (reversible) serta memenuhi hukum kerja massa. Faktor
yang menentukan selektivitas terutama adalah gugus ionogenik dan derajat ikat silang.
Secara umum selektivitas penukaran ion dipengaruhi oleh muatan ion dan jari-jariion.
Selektivitas resin penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion dipisahkan
dalam suatu larutan apabila dalam larutan tersebat terdapat ion-ion bertanda muatan
sama, demikian juga dapat atau tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan (6).
Selektivitas penukar ion bergantung pada distribusi ion anorganik dengan resin penukar
ion dan larutan, sebagai berikut(8):

a.

Pada larutan dengan konsentrasi rendah dan temperatur ruangan, efisiensi pertukaran

b.

meningkat seiring dengan meningkatnya muatan pertukaran ion.


Na+ < Ca2+ < Al3+ < Th4+
Dalam kondisi yang serupa dan muatan konstan, muatan ion tunggal efisiensi

c.

pertukaran meningkat seiring dengan menurunnya ukuran kation yang terhidrasi


Li+< H+< Na+< NH4+< K+< Rb+< Cs+
Sedangkan untuk ion bermuatan bivalent, ukuran ion menjadi faktor penting tetapi

d.

garam yang tidak terdisosiasi sempurna pada kation tertentu juga memiliki peranan.
Cd2+< Be2+< Mn2+< Mg2+ = Zn2+< Cu2+ = Ni2+< Co2+< Ca2+< Sr2+< Pb2+< Ba2+
Dengan resin penukar anion basa kuat, efisiensi pertukaran untuk anion dengan
muatan tunggal bervariasi dengan ukuran ion yang terhidrasi pada perlakuan serupa
untuk kation yang diindikasikan. Pada larutan yang diencerkan dengan anion

bermuatan banyak pada umunya lebih mudah diabsorpsi.


Ketika larutan yang mengandung kation sedang dipertukarkan untuk ion dengan muatan
berbeda, afinitas relatif ion dengan muatan yang lebih tinggi akan meningkat terhadap
larutan. Oleh karena itu, untuk mempertukarkan ion yang muatannya lebih tinggi,
pertukaran akan lebih baik jika konsentrasi ditingkatkan, sedangkan jika ion yang
bermuatan lebih rendah, pertukaran akan lebih mudah jika pengencerannya lebih tinggi.

3. Derajat ikat silang (crosslinking)


Sifat ini menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer. Derajat ikat silang
tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas pertukaran, perilaku mekaran,
perubahan volume, seletivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
6

4. Porositas
Nilai porositas

menunjukan

ukuran

pori-pori

saluran-saluran

kapiler. Ukuran

saluransaluranini biasanya tidak seragam. Porositas berbanding lansung derajat ikat


silang, walaupun ukuran saluran-saluran kapilernya tidak seragam. Jalinan resin penukar
mengandung rongga-rongga, tempat air terserap masuk. Porositas mempengaruhi
kapasitas dan keselektifan. Bila tanpa pori, hanya gugus ionogenik di permukaan saja
yang aktif.
5. Kestabilan resin
Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak dibuat. Kestabilan
fisikdan mekanik terutama menyangkut kekuatan dan ketahanan gesekan. Ketahanan
terhadappengaruh osmotik, baik saat pembebanan maupun regenerasi, juga terkait
jenismonomernya. Kestabilan termal jenis makropori biasanya lebih baik daripada yang
gel, walau derajat ikat silang serupa. Akan tetapi lakuan panas penukar kationmakropori
agak mengubah struktur kisi ruang dan porositasnya.
2.8 Komponen Resin Penukar Ion
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai ke bentuk semula disebut
regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagen yang sesuai disebut
elusi dan pereaksinya disebut sebagai efluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran
total adalah jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom dinyatakan
dalam miliekivalen. Kapasitas pertukara ion setara dengan jumlah ekuivalen proton yang
dapat dipertukarkan tiap satuan volume resin. Jika kapasitas resin telah tercapai biasanya
dilakukan daur ulang dengan mencuci resin dengan asam sehingga komponen yang tertahan
dalam resin dapat dikeluarkan kembali sehingga kapasitas dapat dikembalikan(9).

2.9 Golongan Penukar Ion


Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya resin penukar ion dapat secara luas
diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni sebagai berikut(9):
1. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan HSO3 ).
2. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan COOH).
3. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau
kuartener).
4. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebgai gugusan labil).

2.10 Prinsip dan Faktor Pertukaran Ion(10)


Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion
yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan
jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar
anion. Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada reaksi
berikut:
Reaksi pertukaran kation : 2 NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR (s) + 2 NaCl (aq)
Reaksi pertukaran anion : 2 RCl (s) + Na2SO4 R2SO4 (s) + 2 NaCl
Reaksi pertukaran kation menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2 diolah
dengan resin penukar kation NaR, dengan R adalah resin. Resin mempertukarkan ion Na +
dan melepaskan ion Na+ yang dimilikinya ke dalam larutan. Tahap terjadinya reaksi
pertukaran ion disebut tahap service. Jika resin tersebut telah mempertukarkan semua ion
Na+ yang dimilikinya, makareaksi pertukaran ion akan terhenti. Pada saat itu resin dikatakan
telah mencapai titik habis ( jenuh ) sehingga harus diregenerasi dengan larutan yang
mengandung ion Na+ seperti NaCl. Tahap regenerasi merupakan kebalikan dari tahap
service. Resin penukar kation yang mempertukarkan ion Na+dinamakan resin penukar kation
dengan siklus Na.
Faktor faktor yang mempengaruhi pertukaran ion(6):
a. pH dan suhu
b. kecepatan air
c. konsentrasi ion terlarut
d. tinggi atau jumlah media penukar ion
Adapun faktor faktor yang dapat merusak kerja resin(6):
a. oksidasi (khususnya oleh Cl2 dan ozon), menyebabkan cross link terputus dan gugus
penukar menjadi tidak aktif. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya yaitu
memasang kolom adsorben (karbon) sebelum kolom resin.
b. Faouling, pori pori tertutup oleh zat organik dan koloid dari hidroksida logam dan
silika
2.11 Teknik Penukar Ion
Teknik kromatografi penukar ion, faktor kapasitas merupakan tetapan yang sangat
penting yang menunjukkan seberapa kuat komponen-komponen dalam sampel yang dibawa
oleh fasa gerak berinteraksi dengan resin (fasa diam). Koefisien distribusi (Dm) adalah
perbandingan antara solut yang terikat dalam fase diam dan solut yang berada dalam larutan.
Dalam kromatografi penukaran ion, Dm dinyatakan dalam k(11).

Pendekatan sederhana untuk mendapatkan hubungan antara konsentrasi kation


teradsorpsi dengan konsentrasi kation di dalam larutan melalui analisis kuantitatif dapat
memberikan parameter-parameter kuantitatif proses seperti kapasitas adsorpsi dan afinitas
kation oleh adsorben. Distribusi kation logam diantara fasa cair dan fasa padat merupakan
ukuran posisi keseimbangandalam proses adsorpsi, dimana sistem adsorpsi tersebut dapat
dinyatakan dengan satu set sifat termodinamika yang melibatkan pengukuran panas dan
spontanitas reaksi adsorpsi(12).
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif yang biasa disebut degan ion logam, dapat
dibedakan dari satu dan yang lainnya melalui reaksi spesifik dari tiap kation tersebut.
Contohnya : ion Ag+ yang berasal dari AgNO3, dengan ion Ci yang berasal dari HCl NaCl
yang dapat membentuk endapan putih yang tidak larut dalam aqua reagen. Begitu pula
dengan ion-ion yang lainsehingga dengan perbedaan reaksi kimia atau sifat fisiknya, kita
dapat membedakan kation yang satu dengan yang lain (9).
2.12 Mekanisme Pertukaran Resin Penukar Ion(14):
Resin mengandung kation B+ dan akan dipertukarkan dengan kation A+ dalam larutan.
Kation A+ dan B+ akan terdifusi karena perbedaan konsentrasi antara resin dan larutan.

Kation B+ dapat dipertukarkan dengan kation A+ karena ion B+ memenuhi selektivitas dan
bisa menggantikan posisi A+ berdasarkan ukuran kation terhidrasi. Kation B+ yang
memenuhi syarat pertukaran akan masuk kedalam pori dengan cara difusi. Pertukaran ion
akan berlangsung sampai kesetimbangan tercapai. Reaksi pertukaran ion yang terjadi :
A+ + R-B+ B+ + R-A+
2.13 Tahap Tahap Kolom Penukar Ion(13)
1. Start up

Prinsip: Pengaturan laju alir, konsentrasi awal air sadah dan tinggi resin mempengaruhi
jumlah ion yang dipetukarkan.
Kegunaan: Untuk mempersiapkan kolom yang akan digunakan dan mengatur tinggi serta
laju air resin sesuai penugasan.
Tujuan: Laju alir dan tinggi resin yang telah ditetapkan pada kondisi start up akan
digunakan untuk proses selanjutnya

2. Service
Prinsip: Air sadah dilewatkan ke kolom yang berisi unggun resin sehingga akan
berlangsung proses pertukaran ion antara ion Ca 2+ dengan ion Na+ yang terdapat dalam
resin penukar ion.
Kegunaan: mengetahui kapasitas operasi resin
Tujuan: untuk menukarkan ion-ion yang terdapat dalam air sadah

10

Gambar berikut berhubungan dengan rumus COP pada tahap service

11

(1) Pada awal tahap operasi, kapasitas resin yang mengikat logam maksimum sehingga
seluruh ion di dalam air terikat oleh resin. Konsentrasi ion logam dalam air keluaran
sangat kecil.
(2) Tahap kedua menjelaskan kemampuan resin dalam mengikat ion sudah mulai
berkurang sehingga konsentrasi ion logam yang terdapat dalam air mulai meningkat
(3) Tahap ketiga, resin sudah mulai jenuh dan pada akhirnya tidak mampu mengikat ion
logam. Hampir seluruh ion akan lolos dari resin. Nilai Ce/Co akan maksimum di
angka 1 yang menjelaskan tidak ada lagi pertukaran ion yang terjadi
3. Backwash
Prinsip: air yang dialirkan dari bawah kolom resin akanterfluidisasikan dengan bantuan
karbon aktif sehingga pengotor yang terdapat di dalam air dapat hilang.
Kegunaan: untuk menghilangkan zat padat atau gas yang terperangkap di dalam kolom
dan untuk membentuk ulang lapisan unggun resin
Tujuan: menghilangkan kotoran atau gas, memisahkan resin-resin yang menggumpal,
mengatur kembali resin-resin dalam kolom agar distribusi aliran seragam

4. Regenerasi

12

Prinsip: resin yang dialiri air sadah dan bermuatan NaCl kembali diregenerasi
menggunakan NaCl sehingga akan mendorong ion-ion air sadah yang sudah
dipertukarkan.
Kegunaan: mengembalikan atau menggantikan ion Na+ ke dalam resin yang sudah jenuh
Tujuan: untuk mengganti ion yang pernah dipertukarkan selama proses service dan
mengembalikan resin pada kapasitas awal

Gambar berikut berhubungan dengan rumus COP pada tahap regenerasi:

13

(1) Tahap pertama menunjukkan resin masih dalam keadaan jenuh. Nilai Ce/Co masih
tinggi yang disebabkan ion logam di dalam resin masih banyak.
(2) Tahap kedua menunjukkan kemampuan resin dalam mempertukarkan ion mulai
meningkat, ion Ca2+ dan Mg2+lepas di dalam resin dan kemudian digantikan dengan
ion Na+
(3) Tahap ketiga menunjukkan resin kembali ke kapasitas semula (Ce=0) Hal ini
menunjukkan resin bekerja kembali seperti semula dan saat itu juga regenerasi
dihentikan.
5. Rinsing
Prinsip: unggun dialiri air demin dari bagian atas kolom ke bagian bawah kolom. Air
yang keluar diukur pHnya.
Kegunaan: membersihkan ion-ion dari hasil proses regenerasi dengan jumlah berlebih
yang terperangkap di dalam unggun resin
Tujuan: untuk membersihkan unggun resin dari benda asing ataupun sisa dari hasil
proses-proses sebelumnya terutama proses regenerasi.
2.14 Kesetimbangan dan Koefisien Distribusi Penukar Ion
Kesetimbangan penukar ion dapat dianologikan dengan kesetimbangan kimia. Hukum
aksi masa dapat digunakan untuk menyatakan kesetimbangannya walaupun hukum ini k. wr
14 dikhususkan pada system homogen. Reaksi penukaran ion adalah sebagai berikut(14):

Koefisien distribusi ditentukan dari perbandingan antara koefisien aktifitas spesies


dalam fase resin dan dalam fase larutan. Struktur kimia dari matriks resin berefek pada
koefisien selektifitasnya. Pertukaran dua ion dengan valensi yang berbeda, koefisien
selektivitasnya juga bergantung pada koefisien aktivitas dalam dua fasa dan pada konsentrasi
logam total dalam fase resin(14).
Faktor-faktor yang menentukan distribusi ion-ion antara suatu larutan, meliputi(15):
a. Sifat ion yang dipertukarkan. Pada Tingkat pertukaran bertambah dengan bertambahnya
valensi ion yang bertukar.

14

b. Pada valensi konstan, untuk ion univalent, pertukaran bertambah dengan berkurangnya
ukuran kation terhidrasinya.
c. Dengan resin penukar anion basa kuat, dalam larutan encer, anion polivalen umumnya
lebih dipilih untuk diserap.
d. Bila kation dalam larutan bertukar dengan ion yang berbeda valensinya, afinitas relatif
dari ion yang bervalensi lebih tinggi bertambah dengan bertambahnya keenceran.
Aplikasi resin banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja, dalam sebuah
penelitian tentang efektivitas dan kapasitas resin penukar anion dengan sistem batch
terhadap nitrat menunjukkan bahwa resin mampu menurunkan kadar nitrat hingga di bawah
Baku Mutu Air Golongan B dengan efektivitas antara 99,98% - 99,99%. Resin mampu
menurunkan kadar nitrat dalam air yang berasal dari sumber mata air yang telah tercemar
nitrat (melebihi Baku Mutu Air Golongan B), sehingga kadarnya dapat di bawah Baku Mutu
Air Golongan B(16).

DAFTAR PUSTAKA
1.

Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

2.

Nugroho, W., dan Setyo P. 2013. Removal Klorida, Tds dan Besi pada Air Payau Melalui
Penukar Ion dan Filtrasi Campuran Zeolit Aktif dengan Karbon Aktif. Jurnal Teknik Waktu.
Vol. 11 (1).

3.

Surjani Wonoraharjdjo. Metode-metode Pemisahan Kimia. (Jakarta: akademia.2013), h. 159.

4.

J.Bassett ,dkk. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC,199R4), h.245

15

5.

Titis Sekar Humani dan Martalena amli, preparasi dan uji stabilitas 177lu-dotanimotuzumab sebagai radiofarmaka terapi kanker, Jurnal Penelitian, (Yogyakarta, ISSN
1978-0176, 2010), h. 2.

6.

Lestari dkk. Karateristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air Bebas Mineral (GCA
01) RSG-GAS. Seminar Nasional III SDM Teknologi Nukli;2007. ISSN 1978-0176.

7.

Modul Praktikum Laboratorium Teknologi Kimia I: Modul 1.10 Ion Exchange.

8.

Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis including Elementary Instrumental


Analysis,4th edition, Chapter 7, page: 165;167.

9.

S.M. Khopkar,. Konsep Dasar Kimia Analitik, h.118.1990.

10. Setiadi T. Pengolahan dan Penyediaan Air. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Bandung;2007.
11. Susiantini, E., Moch. Setyadji. Pemisahan Zr-Hf dalam Asam Sulfat dengan Resin Penukar
Anion. J.Tek. Bhn. Nukl. Vol. 8 (2).
12. Bahri, S., Muhdarina, Nurhayati dan Fitri A., 2011, Isoterma dan Termodinamika Adsorpsi
Kation Cu2+ Fasa Berair pada Lempung Cengar Terpilar, Jurnal Natur Indonesia, ISSN
1410-9379.
13. http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_ion-exchange.pdf ... 14
14. Khopkar, S. M., 1998, Basic Concepts of Analytical Chemistry, Second Edition, New Age
International Limited, New Delhi.
15. Basset, dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, (diterjemahkan
oleh: Handyana, A.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

16

16. Putra, A. A. B., 2007, Efektivitas dan Kapasitas Resin Penukar Anion dengan Sistem Batch
dalam Meningkatkan Nitrat dan Aplikasinya pada Air dari Sumber Mata Air di Desa Sedang,
Journal of Environmental Science, Vol 2, No, 2, Hal 1-8.

17

Anda mungkin juga menyukai