Anda di halaman 1dari 9

RESIN

Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang


tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta
gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Penukar ion adalah
elektrolit yang larut dalam air yang dapat menukar ion dengan elektrolit terlarut.
Pertukaran ion didefinisikan sebagai pertukaran ion yang reversibel antara fase
padatan dan fase cair yang dalam struktur padatan tidak ada perubahan tetap.
Padatan adalah bahan penukar ion, sedangkan ion dapat merupakan zat aktif.
Apabila digunakan sebagai suatu pembawa zat aktif, bahan penukar ion
memberikan suatu cara untuk mengikat zat aktif pada matriks polimer tak larut
dan dapat secara efektif menutup rasa dan arome zat aktif yang akan
diformulasikan menjadi tablet kunyah. Resin penukar ion adalah suatu jaringan
polimer yang mempunyai gugus fungsi ionik. Ion adalah partikel bermuatan
listrik. Berdasarkan muatan listriknya, ada dua jenis ion yaitu ion bermuatan
positif dan ion bermuatan negatif. Ion bermuatan positif disebut kation sedangkan
ion bermuatan negatif disebut anion.

Sifat – Sifat Resin


Sifat – sifat penting resin :
 Kebesaran partikel à kecepatan pertukaran
 Derajat cross-linking à kekakuan, pengembangan
 Sifat dari gugus fungsional à macam ion yang ditukar
 Kekuatan gugus fungsional à koefisien distribusi
 Banyaknya gugus fungsional à kapasitas resin

Syarat-syarat dasar suatu resin


 Resin itu harus cukup terangkai silang, sehingga kelarutannya dapat diabaikan
 Resin itu harus hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur
 Harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan
harus stabil
 Resin yang sedang mengembung ,harus lebih besar rapatannya daripada air

Macam-macam Resin Penukar Ion


Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya, resin penukar ion dapat
diklasifikasikan dalam berbagai macam, yaitu :
1. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3)
Contoh paling baik dari resin penukar kation asam kuat adalah “principal
sulfonated styrene-divinylbenzene copolymer produc” seperti amberlite IRP-69
(Rhom dan Haas) dan DOWEX MSC-1 (Dow Chimical). Resin ini dapat
digunakan untuk menutup rasa dan aroma zat aktif kationik (mengandung
amin) sebelum diformulasi dalam tablet kunyah. Resin ini merupakan produk
sferik yang dibuat dengan mensulfonasi butir-butir kopolimer divinilbenzen
srien dengan zat pensulfonasi pilihan berupa asam sulfat, asam klorosulfonoat,
atau sulfur trioksida. Penggunaan zat pengembang yag non reaktif umumnya
diperlukan untuk pengembangan yang cepat dan seragam dengan kerusakan
minimum. Resin penukar kation asam kuat berfungsi diseluruh kisaran pH.
2. Resin penukar kation bersiat asam lemah (mengandung gugusan COOH)
Resin penukar kation asam lemah yang paling umum adalah yang dibuat
dengan tautan silang atau asam karboksilat tak jenuh seperti asam metakrilat
dengan suatu zat tautan silang seperti divinilbenzen. Contohnya mencakup
DOWEX CCR-2 (DOW chemical) dan Amberlit IRP-65 (Rhom dan Haas).
Resin pertukaran kation asam lemahberfungsi pada pH diatas 6.
3. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier
atau kuartener)
Resin penukar anion basa kuat adalah resin amin kuartener sebagai hasil dari
reaksi trietilamin yang kopolimer dari stiren dan dvinil benzen yang
diklorometilasi, misalnya amberlite IRP-276 (Rhom and Hass), dan DOWEX
MSA-A (DOWnChemical). Resin penukar anion basa kuat ini befungsi
diseluruh kisaran pH.
4. Resin penukar anionbersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil).
Resin penukar ion basa lemah dibentuk dengan mereaksikan amin primer dan
amin sekunder atau amonia dengan kopolimer stiren dan divinil benzene yang
diklorometilasi, biasanya digunakan dimetilamin. Resin penukar anion basa
lemah ini berfungsi dengan baik dibawah pH.

Cara Mengoperasikan Resin Penukar Ion


Pada proses kolom ganda, air mentah mula-mula masuk ke dalam kolom
penulcar kation. Di sini sernua kation yang terkandung dalam air (terutama ion
kalsium, magnesium dan natrium) ditukar dengan ion hidrogen. Dalarn kolom
berikutnya yang berisi penukar anion, maka anion (terutama ion khlorida, sulfat
dan bikarbonat) ditukar dengan ion hidroksil. Ion hidrogen yang berasal dari
penukar kation dan ion hidroksil dari penukar anion akan membentuk ikatan dan
menghasilkan air. Setelah air terbentuk maka resin penukar ion harus diregenerasi.
Pelaksanaan regenerasi pada proses kolorn ganda sangat sederhana. Ke dalam
kolom penukar kation dialirkan asarn khlorida encer dan ke dalam kolom penukar
anion dialirkan larutan natrium hidroksida encer. Regeneran yang berlebihan
selanjutnya dibilas dengan air. Pada proses unggun campuran – kolom tunggal,
resin penukar kation dan penukar anion dicampur menjadi satu dalam sebuah
kolom tunggal. Dengan proses unggun campuran dapat dicapai tingkat kemurnian
air yang jauh lebih tinggi daripada dengan proses kolom ganda. Sebaliknya, pada
proses unggun campuran regenerasi resin penukar lebih kompleks. Langkah-
langkah kerja pada regenerasi unggun campuran:Pernisahan resin penukar kation
dan penukar anion dengan cara klasifikasi menggunakan air (pencucian kembali
dari bawah ke atas). Dalam hal ini resin penukar anion yang lebih ringan
(kebanyakan berwarna lebih terang) akan berada di atas resin 349 penukar kation
yang lebih berat (kebanyakan berwarna lebih gelap). Pencucian kembali harus
dilangsungkan terus sampai di antara kedua resin terlihat suatu lapisan pemisah
yang tajam.
1. Untuk regenerasi, regeneran bersama dengan air dialirkan melewati kedua
lapisan resin Asam khlorida encer dialirkan dari bawah ke atas melewati resin
penukar kation, dan dikeluarkan dari kolom pada ketinggian lapisan pernisah.
Larutan natrium hidroksida encer dialirkan dari atas ke bawah melewati resin
penukar anion, juga dikeluarkan pada keting gian lapisan pemisah.
2. Kelebihan kedua regeneran kemudian dicuci dengan air
3. Ketinggian permukaan air dalam kolom diturunkan dan kedua resin penukar
dicampur dengan cara memasukkan udara tekan dari ujung bawah kolom.
4. Pencucian ulang unggun campuran dengan air dari atas ke bawah, sampai alat
ukur konduktivitas menunjukkan kondisi kemurnian air yang diinginkan.
Sekarang instalasi siap untuk dioperasikan lagi. Baik pada instalasi
pclunakan maupun pada instalasi demineralisasi air, maka pengalihan dari kondisi
operasi ke proses regenerasi, pelaksanaan regenerasinya sendiri, dan pengalilian
kembah ke kondisi 350 operasi dapat dilakukan baik secara manual maupun
secara otomatik. Untuk mencapai kualitas air atau performansi yang optimal dan
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada resin penukar, maka petunjuk kerja
yang diberikan oleh pabrik pembuat instalasi (misalnya mengenai urutan
pelaksanaan operasi, kuantitas dan konsentrasi regeneran, waktu regenerasi dan
waktu pencucian) harus diikuti dengan seksama.

Resin Penukar Ion Positif


Resin kation yang dikeluarkan pabriknya telah dimuati oleh ion Na+
sebagai ion standarnya. Untuk pemakaian penyerapan ion-ion logam berat dalam
larutan, resin dengan muatan ion Natrium ini sudah bisa langsung digunakan.
Sebagai contoh, kita akan menyerap ion logam tembaga (Cu2+) dari
larutan yang mengandung senyawa tembaga II sulfat (CuSO4). Kristal garam
tembaga sulfat (CuSO4) saat dilarutkan terurai (terdisosiasi) menjadi kation
logam tembaga (Cu2+) dan anion sulfat (SO42-). Kristal maupun larutan garam
tembaga II sulfat berwarna biru ; kristalnya berwarna biru tua, dan warna larutan
makin encer makin berwarna biru terang. Jika kita menggunakan resin kation
yang telah termuati oleh kation Na+ di dalamnya, maka reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
Rc(2 Na+) + Cu2+ + SO42- → Rc(Cu2+) + 2 Na+ + SO42-
Reaksi di atas memperlihatkan terjadinya pertukaran ion logam natrium
(yang sebelumnya berada di dalam resin kation) dengan ion logam tembaga,
dengan hasil akhir ion logam natrium terdesak dan keluar dari resin, digantikan
oleh ion logam tembaga yang terserap ke dalam resin. Reaksi pertukaran ion ini
bisa berlangsung antara pH = 0 hingga 7.
Bagaimana jika muatan resin diganti, dari yang awalnya ion natrium
menjadi ion hidrogen? Bagaimana reaksinya terhadap ion logam tembaga yang
berasal dari senyawa tembaga II sulfat?
Pada pH = 0 (kandungan asam tinggi), hampir tak terjadi reaksi pertukaran
antara ion tembaga dan hidrogen. Makin tinggi kandungan ion hidrogen dalam
larutan yang mengandung ion tembaga, makin tak terjadi reaksi pertukaran ion.
Jika pH dinaikkan, terjadi reaksi pertukaran antara ion hidrogen yang berasal dari
dalam resin, dengan ion tembaga yang berasal dari larutan. Makin tinggi pH
larutan, makin banyak pertukaran ion yang terjadi. Reaksinya sebagai berikut;
Rc(2H+) + Cu2+ + SO42- → Rc(Cu2+) + 2 H+ + SO42-
Dari persamaan reaksi pertukaran ion di atas terlihat bahwa pertukaran ion
antara tembaga dengan hidrogen akan menurunkan pH larutan. Ini terjadi karena
adanya pelepasan 2 ion hidrogen ke larutan setiap terserapnya 1 ion tembaga ke
dalam resin kation. Agar semua ion hidrogen yang berada di dalam resin bertukar
dengan ion-ion logam tembaga, maka kita harus menaikkan kembali pH larutan
menggunakan ion hidroksil (OH–). Resin kation memiliki warna yang berbeda
dari resin anion. Umumnya resin kation berwarna coklat, atau coklat kehitaman,
sedangkan resin anion berwarna kuning cerah keputihan. dari segi perbandingan
berat jenis, resin kation memiliki berat jenis yang lebih berat dibanding resin
anion.

Resin Penukar Ion Negatif


Resin anion terdiri dari resin kelompok basa kuat (Strongly Base Anion
Exchange Resin) dan resin kelompok basa lemah (Weakly Base Anion Exchange
Resin). Resin kelompok basa kuat mampu mempertahankan muatan positifnya
pada rentang pH yang luas, sementara resin kelompok basa lemah tak mampu
mempertahankan muatan positif pada pH yang tinggi.
Resin anion (Ra) adalah polymer adsorbent ion-ion negatif. Seperti halnya
yang telah dijelaskan pada resin kation, resin anion berfungsi sebagai wadah
pertukaran antara ion-ion negatif yang ada di dalam resin, dengan ion-ion negatif
yang berasal dari larutan. Resin yang masih baru dari bungkusnya umumnya telah
dimuati oleh anion klor (Cl–). Resin dengan muatan ion klor ini telah dapat
digunakan untuk pertukaran antara ion klor dengan ion OH–, atau ion CN–, ion
S2-, yang berasal dari dalam larutan.
Pertukaran antara ion klor yang dimiliki resin deng ion-ion tersebut di atas
hanya bisa terjadi pada pH di atas 7. Jika pH diturunkan ke bawah 7, pertukaran
tak terjadi. Anion yang bisa digunakan untuk segala tingkatan pH adalah ion
hidroksil (OH–). Untuk mengganti muatan ion klor di dalam resin menjadi ion
hidroksil, kita bisa menggunakan larutan NaOH 10% sebagai media pertukaran.
Reaksinya sebagai berikut :
Ra(Cl–) + Na+ + OH– → Ra(OH–) + Na+ + Cl–
Dari persamaan reaksi di atas, pertukaran antara ion klor dan ion OH akan
menurunkan pH larutan menuju ke angka netral. Agar semua ion klor bertukar
dengan ion hidroksil, kita harus kembali menaikkan pH dengan cara menambah
NaOH ke dalam larutan.
ACTIVATED CARBON

Karbon aktif adalah karbon yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi
sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai adsorben. Karbon
aktif dapat berupa serbuk, butiran dan lempengan yang terbuat dari karbon
amorph dengan karakteristik dengan luas permukaan per unit volume. Karbon
aktif mampu mengadsorbsi gas maupun cairan, Untuk mengadsorbsi fasa cair
karbon aktif yang digunakan umumnya memiliki daerah pori sekitar 3 nm atau
lebih, sedangkan untuk mengadsorbsi fasa gas memiliki diameter lebih kecil dari
3 nm.
Struktur karbon aktif terdiri dari atom karbon yang tersusun paralel dari
lapisan heksagonal menyerupai struktur grafit, yang terbentuk pada orbital sp2.
Setiap karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan ikatan σ, pada
orbital pz terdiri dari satu elektron dari delokalisasi ikatan π. Perbedaan ikatan
pada permukaan lapisan dihubungkan oleh ikatan vanderwaals.
Unsur utama bahan dasar pembuatan karbon aktif melalui metode steam
gas ini harus mengandung beberapa hal, diantaranya yang paling penting adalah
rendahnya kandungan zat volatil, kandungan unsur karbon tinggi, memiliki
porositas kecil, dan memiliki kemampuan yang cukup untuk pengikisannya.
Karbon aktif digunakan sebagai molekul penyaring, pemurnian cairan dan
gas, pemurnian dan penjernihan air, proses pembuatan makanan, katalis,
penghilangan sulfur dan nitrogen pada industri, pemurnian emas, aktif karbon
digunakan pada pabrik sukrosa, glukosa, maltosa, laktosa, minuman ringan,
minyak, parafin, phosphor, plastik, gliserol, gelatin, pektin, kafein, kuinin, vitamin
C, jus buah, bir dan perusahaan alkohol.
Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses dehidrasi, karbonisasi
dan dilanjutkan dengan proses aktivasi material karbon yang biasanya barasal dari
tumbuh-tumbuhan. Proses karbonisasi dilakukan dengan pembakaran dari
material yang mengandung karbon dan dilakukan tanpa adanya kontak langsung
dengan udara. Proses karbonisasi juga dikenal dengan pirolisis yang didefinisikan
sebagai suatu tahapan dimana material organik awal ditransformasikan menjadi
sebuah material yang semuanya berbentuk karbon. Proses karbonisasi dilanjutkan
dengan proses aktivasi dimana proses ini akan mengubah produk atau material
karbon menjadi adsorben. Adsorben mempunyai porositas yang tinggi dengan
luas permukaan yang besar yaitu 500-1500m2/gr.

Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni aktivasi secara
kimia dan aktivasi secara fisika.
 Aktivasi Secara Kimia
Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan pemakian bahan-bahan kimia. Aktivasi secara kimia biasanya
menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium klorida (CaCl2),
magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium hidroksida (NaOH),
natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl). Sabarudin (1996)
melakukan aktivasi kimia terhadap arang tempurung kelapa menggunakan NaCl
dengan variasi konsentrasi antara 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40%.
Kerugian penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif terletak
pada proses pencucian bahan-bahan mineral tersebut kadang-kadang sulit
dihilangkan lagi dengan pencucian sedangkan keuntungan penggunaan bahan-
bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu aktivasi yang relatif pendek,
karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya adsorbsi terhadap suatu
adsorbat akan lebih baik.
Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau
penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan
tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi
air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan
endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi
permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi.
 Aktivasi Secara Fisika
Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan bantuan panas, uap dan CO 2. Metode aktivasi secara fisika antara
lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.
Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada
arang sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang
mudah menguap dan membuang produksi tar atau hidrokarbon-hidrokarbon
pengotor pada arang.
Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam
sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.
Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori
yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang
baru. Fluidized bed reactor dapat digunakan untuk proes aktivasi fisika. Tipe
reaktor ini telah digunakan untuk pembuatan karbon aktif dari batu.
Penggunaan gas nitrogen selama proses aktivasi karena nitrogen
merupakan gas yang inert sehingga pembakaran karbon menjadi abu dan oksidasi
oleh pamanasan lebih lanjut dapat dikurangi, selain itu dengan aktivasi gas akan
mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas
permukaannya. Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450 °C - 700 °C dapat
meningkatkan luas permukaan spesifik dari karbon aktif.

Anda mungkin juga menyukai