Anda di halaman 1dari 12

RESIN PENUKAR ION

Tanti Oktapianti
123020025
Asisten : Galuh Permata Sari
Tujuan Percobaan : untuk mengetahui pemurnian atau pemisahan zat-zat dengan metode resin
penukar ion.
Prinsip Percobaan : berdasarkan pada penukaran ion dimana ion positif akan terikat oleh ion
negatif dan juga sebaliknya. Dapat dijelaskan dengan persamaan berikut :
MX(aq) + Res-H HX(aq) + Res-M
HX(aq) + Res-OH H2O(aq) + Res-X
Metode Percobaan :

Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Resin Kation
Warna

Resin Anion
Warna

Influent Effluent
Putih keruh Bening

Reaksi
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

Influent Effluent
Bening kekuningan Bening

Reaksi
Fe2+ + KSCN Fe(SCN)2 + 2K+

(Sumber : Tanti Oktapianti, Kelompok A, Meja 12, 2012)


Pembahasan :
Resin penukar ion merupakan salah satu metoda pemisahan menurut perubahan kimia. Resin
penukar ion ada dua macam yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Jika disebut resin
penukar kation maka kation yang terikat pada resin akan digantikan oleh kation pada larutan yang
dilewatkan. Begitupun pada resin penukar anion maka anion yang terikat pada resin akan
digantikan pleh anion pada larutan yang dilewatkan (Wahono, 2007).
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif)
tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Syarat-syarat dasar bagi
suatu resin yang berguna adalah resin itu harus cukup terangkai-silang, sehingga keterlarutannya
yang dapat diabaikannya. Resin itu harus cukup hidrofolik untuk memungkinkan difusi ion-ion
melalui strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna. Resin harus menggunakan
cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang
sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air. (Harjadi, 1993).
Suatu resin penukar kation adalah sebagai suatu polimer berbobot molekul tinggi, yang
terangkai-silang yang mengandung gugus-gugus sulfonat, karboksilat, fenolat, dan sebagainya
sebagai suatu bagian integral dari resin itu serta sejumlah kation yang ekuivalen.
MX (aq) + Res-H HX (aq) + Res-M

Suatu resin penukar-anion adalah suatu polimer yang mengandung gugus-gugus amino (atau
amonium kuartener) sebagai bagian bagian integral dari kisi polimer itu dan sejumlah ekuivalen
anion-anion seperti ion klorida, hidroksil atau sulfat (Basset,1994).
MX (aq) + Res-H H2O (aq) + Res-X

Ion Exchange adalah proses penyerapan ion-ion oleh resin dengan cara ion-ion dalam fasa cair
(biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan
resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi
berlangsung, setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin jenuh

dengan ion yang diserap.


Alat penukar ion ada 2 macam : Alat penukar ion dengan kolom ganda dan alat penukar ion
kolom tunggal.
Cara kerja kolom ganda yaitu pada proses kolom ganda, air mentah mula-mula masuk kedalam
penukar kation. Disini semua kation yang terkandung dalam air (terutama ion kalsium,
magnesium, dan natrium) ditukar dengan ion hidrogen. Dalam kolom berikutnya yang berisi
penukar anion, maka anion (terutama ion khlorida, sulfat dan bikarbonat) ditukar dengan ion
hidroksil. Ion hidrogen yang berasal dari penukar kation dan ion hidroksil dari penukar anion akan
membentuk ikatan dan menghasilkan air. Setelah air terbentuk maka resin penukar ion harus
diregenerasi. Pelaksanaan regenerasi pada proses kolom ganda sangat sederhana. Kedalam kolom
penukar kation dialirkan asam khlorida encer dan kedalam kolom penukar anion dialirkan larutan
natrium hidroksida encer. Regeneran yang berlebihan selanjutnya dibilas dengan air.
Cara kerja kolom tunggal yaitu pada proses kolom tunggal, resin penukar kation dan penukar
anion dicampur menjadi satu dalam sebuah kolom tunggal. Dengan proses ini dapat dicapai
tingkat kemurnian air yang jauh lebih tinggi daripada dengan proses kolom ganda. Sebaliknya,
pada proses kolom tunggal regenerasi resin penukar lebih kompleks.
Dalam proses resin penukar ion larutan yang akan dimurnikan dimasukkan kedalam kolom
yang didalamnya terdapat resin dan glass woll. Glass woll sebagai salah satu komponen untuk
menjernihkan larutan, glass woll dapat diganti dengan bulu angsa namun harga bulu angsa yang
relatif mahal, menyebabkan glass woll banyak digunakan. Larutan yang melalui kolom disebut
influent, sedangkan larutan yang keluar kolom disebut effluent. (Khopkar, 1990).
Langkah-langkah kerja regenerasi kolom tunggal diantaranya pemisahan resin penukar kation
dan penukar anion dengan klasifikasi menggunakan air (pencucian kembali dari bawah ke atas).
Dalam hal ini resin penukar anion yang lebih ringan (berwarna lebih terang) akan berada diatas
resin penukar kation yang lebih berat (berwarna lebih gelap).
Sedangkan proses regenerasi dalam kolom tunggal yaitu untuk regenerasi, regeneran bersama
dengan air dialirkan melewati kedua lapisan resin, asam khlorida encer (HCl) dialirkan dari bawah
ke atas melewati resin penukar kation dan dikeluarkan dari kolom pada ketinggian lapisan
pemisah. Larutan natrium hidroksida encer (NaOH) dialirkan dari atas ke bawah melewati resin
penukar anion, juga dikeluarkan pada ketinggian lapisan pemisah.
Kelebihan kedua regeneran kemudian dicuci dengan air. Ketinggian permukaan air dalam
kolom diturunkan dan kedua resin penukar dicampur dengan cara memasukkan udara tekan dari
ujung bawah kolom. Pencucian ulang kolom tunggal dengan air dari atas ke bawah sampai alat
ukur konduktivitas menunjukkan kondisi kemurnian air yang diinginkan.
Resin penukar ion sering digunakan untuk menghilangkan kesadahan dalam air. Air yang
banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah. Kesadahan

air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kesadahan sementara yang disebabkan oleh garamgaram karbonat (CO3-) dan bikarbonat (HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan
kesadahan tetap yang disebabkan oleh adanya garam-garam khlorida (Cl -) dan sulfat (SO42-) dari
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Dari percobaan yang dilakukan yaitu pemurnian air yang diduga Fe 2+ dan air yang
mengandung AgNO3 dengan metode resin didapatkan hasil yaitu pada resin kation influentnya
berwarna putih keruh dan effluentnya bening dengan reaksi :
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

Sedangkan hasil yang didapat pada resin anion yaitu influentnya berwarna kekuningan dan
effluentnya tidak berwarna (bening), dengan reaksi :
Fe2+ + KSCN Fe(SCN)2 + 2K+

Faktor kesalahan pada resin penukaran ion adalah ketika resin ion kation dan anion tidak di
regenerasi, maka akan menimbulkan lewat jenuh pada resin, berdampak pada larutan yang akan di
murnikan.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil percobaan resin penukar ion, bahwa anion akan mengikat yang positif (+) dan
kation akan mengikat negatif (-). Resin penukar ion digunakan dalam proses pembuatan air
mineral. Setelah dilakukan resin penukar ion dihasilkan effluent yang bebas dari logam-logam
berat. Terutama dalam pembuatan air mineral, karena manusia tidak boleh mengkonsumsi air
mineral yang mengandung logam. Kita dapat melakukan pemurnian air dengan metode resin
penukar ion melalui proses penyerapan ion-ion oleh resin dengan cara ion-ion dalam fase cair
yang diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Anion dan Kation.http://auroracahya.wordpress.com/2012/03/15/an ion-dan-kation/.
Access: 10 Desember 2012.

Anonim.2012.Macam-macam Resin.http://pelatihanguru.net/tag/macam-macam-resin Access:10


Desember 2012.
Harjadi, W.1993.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Khopkar.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta.
Sutrisno, E.T. dan Nurminabari, I.S.2010.Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Pasundan
: Bandung.
Wahono.2007.Resin Penukar Ion.Balai Pustaka : Jakarta

RESIN PENUKAR ION

I.

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu antara lain :

a.

b.

Dapat mengetahui dan memahami teknik pemisahan dengan metode resin penukar
ion

Dapat menentukan kapasitas resin penukar ion

c.

Dapat melakukan pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam larutan campuran dengan
teknik resin penukar ion.

B. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan dalam praktikum ini yaitu melakukan pemisahan dengan


teknik resin penukar ion berdasarkan pada jumlah gugus ion yang dapat dipertukarkan
yang terkandung dalam setiap gram bagian resin tersebut.

II.

Teori

Di tahun 1935 Adam dan Holmes membuat resin sistesis pertama dengan hasil
kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini memiliki gugusan
reaktif OH, COOH, HSO 3sebagai pusat-pusat pertukaran. Gugusan fungsional asam
(atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion dengan muatan berlawanan. Ion yang
labil adalah H+ pada penukar kation.. resin dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener
adalah terionisasi kuat, tidak larut dan sangat reaktif. Resin-resin demikian dengan gugusan
yang terionisasai kuat seperti HSO3 , R3NH disebut sebagai penukar kuat, sedangkan gugusan
ion yang terionisasi secara parsial seperti > COOH, OH, dan NH2 dikenal sebagai resin
penukar yang lemah. Tingkat ionisasinya dapat diketahui dengan mentitrasi resin dengan
menggunakan basa (Khopkar, 2003).

Resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi,


yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang
mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai
karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung
(swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis
kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar konsentrasi jumlah
ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam
campuran dengan kromatografi penukar ion (Mahmudi, 2008).
IV. Hasil Pengamatan

A. Data Pengamatan

1.

Penentuan Kapasitas Resin Penukar Anion

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1.

Resin penukar anion dipanaskan


selama 15 menit
2. 1 gram resin kering + air suling
3. Resin ditetesi dengan NaNO3 0,25 M
melalui corong pisah
4. Ditampung dalam erlenmeyer
5.
Dititrasi dengan larutan standar
AgNO3 + indikator kromat

Resin kering

Sampel menetes melewati kolom resin dan


menjadi efluen yang akan ditirasi

Larutan berwarna bening, setelah dititrasi


terdapat endapan Ag2CrO4 yang berwarna
putih. Volume AgNO3 yang diperlukan 6,2
mL.

Reaksi yang terjadi


Na+ NO3-

OH- H+
R+ OH- + Na+ NO3

R+ NO3- + Na+ OH- (efluen)

2NaOH + K2CrO4

Na2CrO4 + 2KOH

Na2CrO4 + AgNO3

Ag2CrO4

+ NaNO3

Endapan
Penentuan Kapasitas :
C =
=
2.

= 3,1 g/ml

Pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam campuran

Penentuan konsentrasi Zn
Perlakuan

1. 25 ml efluent diencerkan menjadi 100


ml
2. Ditambah buffer pH 10 (2 ml)
3. Ditambah indikator EBT
4. Dititrasi dengan larutan standar EDTA
0,1 M

Pengamatan

Larutan berwarna bening


Larutan berwarna merah anggur
Larutan berwarna biru

Penentuan konsentrasi Mg
Perlakuan

25 ml efluen diencerkan menjadi 100


ml dengan aquades
2. Ditambah buffer pH 10 (2 ml)
3. Ditambah 2 tetes indikator EBT
4. Dititrasi dengan larutan standar EDTA
0,1 M

Pengamatan

1.

Larutan berwarna bening


Larutan berwarna merah anggur
Larutan berwarna biru

EDTA dapat berkoordianasi dengan sebuah logam melalui gugus dan nitrogen dan 4
a.

Zn
1 mol EDTA = 1 mol Zn
(M.V) EDTA = (M.V) Zn2+
0,1 x 24 ml
= MZn x 25 ml
M Zn
= 0, 096 M

a.

Zn
1 mol EDTA = 1 mol Zn
(M.V) EDTA = (M.V) Zn2+
0,1 x 24 ml
= M Zn x 25 ml
M Zn
= 0, 096 M

C. Pembahasan

Istilah pertukaran ion secara umum diartikan orang sebagai pertukaran dari ion-ion
bertanda muatan listrik sama, antara suatu larutan dan suatu badan (bahan) yang padat serta sangat
tidak dapat larut, di mana larutan itu bersentuhan, zat padat itu harus mempunyai struktur molekul
dan terbuka, dan permeabel.

Resin penukar ion adalah suatu senyawa polimer tinggi organik dimana terdapat gugusan
fungsional yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar. Kalau ion yang dapat ditukar itu adalah
kation, maka resin disebut resin penukar kation (cation exchange resin), tetapi bila yang
dipertukarkan adalah anion, maka disebut resin penukar anion (cation exchange resin).

Bahan resin penukar ion merupakan suatu jaringan hidrogen tiga dimensi yang lentur dan
mengikat sejumlah besar gugus yang dapat diionkan. Dan jaringan hidrokarbon yang banyak
digunakan saat ini adalah hasil kopolimerisasi antara stirena dan divinilbenzena, polimer yang
dihasilkan mempunyai ketahanan terhadap oksidasi dan reduksi serta tahan terhadap goncangan
mekanik. Maka berdasarkan hal tersebut untuk menentukan kapasitas resin penukar ion pada
percobaan ini, resin penukar ion yang digunakan harus cukup terangkai silang sehingga
kelarutannya dapat diabaikan, harus cukup hidrofilik sehingga memungkinkan difusi ion-ion
melalui struktur dengan laju yang terukur dan berguna, resin menggunakan cukup banyak gugus
penukaran ion yang dapat dicapai dan harus stabil, dan resin yang sedang mengembang harus
lebih besar rapatannya dari pada air.

Kapasitas pertukaran ion total dari suatu resin bergantung pada jumlah total
gugus-gugus aktif ion persatuan bobot bahan dan semakin banyak jumlah ion-ion itu,
maka kapasitasnya semakin besar. Kapasitas total pertukaran ion biasanya dinyatakan
sebagai mili-ekuivalen per gram penukar ion.

Pada percobaan penentuan kapasitas penukar ion dengan penukar anion digunakan resin
anion berbentuk zeroit 225 dalam bentuk klorida. Mula-mula resin dimasukan dalam kolom resin
dan kemudian ditambahkan air suling (aquades) setinggi 1 cm di atas permukaan resin
penambahan air ini bertujuan agar resinmengembang sehingga ion yang berada pada resin akan
diaktifkan dan mudah dipertukarkan dengan ion lawan.Resin bersifat hidrofilik (menyukai air)
sehingga ion-ion pada resin akan bergerak bebas dalam pori-pori yang terisi air.

Penambahan eluent pada kolom melalui corong pisah harus sama kecepatan penetesan
kolom resin (influent) yaitu dengan kecepatan 2 ml per menit. Hal ini bertujuan agar mendapatkan
proses pertukaran ion yang efektif karena laju alir mempengaruhi proses ini. Jika keduanya
memiliki kecepatan alir yang yang berbeda maka akan berpengaruh terhadap konsentrasi
effluennya sehingga hasil yang diperoleh kurang efektif. Dan jika laju alir eluent lebih lambat dari
pada laju alir influent maka cairan yang berada dalam kolom resin akan turun ke bawah dan resin

akan mengering. Hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi karena jika resinnya kering maka ion-ion yang
terdapat pada resin tidak dapat dipertukarkan dengan ion-ion pada efluen karena akan memberi
peluang masuknya gelembung-gelembung udara ke dalam kolom sehingga proses pertukaran
menjadi tidak efektif.

Namun kecepatan aliran efluen menjadi kendala dalam percobaan ini. Saat terjadi proses
elusi, cairan yang berada dalam kolom resin dikeluarkan dengan kecepatan tertentu yang
berpengaruh pada pengikatan kation oleh resin. Ketepatan mengatur kecepatan aliran efluen 2
tetes/detik sulit dilakukan, sehingga menyebabkan ketidakakuratan dalam melakukan hasil yang
diperoleh.

Eluen (NaNO3) dijadikan sebagai umpan, pada saat dialirkan ke dalam kolom resin
terjadi gaya difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah mampu mendorong ion-ion OH yang terkandung pada permukaan resin, sehingga resin penukar anion dapat mempertukarkan ionion OH- dengan anion-anion lain secara ekivalen. Pada perlakuan ini resin penukar anion
ditambahkan larutan standara AgNO3 sehingga kesetimbangan bergeser dimana komplek anion
terurai menjadi kationnya kembali sehingga lepas dari resin. Di mana efluen yang diidentifikasi
dengan penambahan indikator kalium kromat diperoleh larutan berwarna bening dan setelah
dititrasi menghasilkan endapan AgNO3 yang berwarna putih dengan persamaan reaksi sebagai
berikut :

2R+ Cl- + NaNO3

2R+ NO3- + NaCl

Dan berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kapasitas resin penukar anion adalah sebesar 1,5
mek/gram.

Pada penentuan kapasitas resin kation digunakan Na 2SO4 sebagai eluen yang dialirkan
melalui corong pisah. Eluen ini akan mengalami pertukaran ion dengan resin, dimana yang
dipertukarkan adalah ion positifnya. Dan setelah semua effluent diperoleh, selanjutnya dititrasi
dengan larutan basa, dalam hal ini digunakan NaOH 1 M, yang sebelumnya telah ditambahkan
dengan indicator PP. Dititrasi dengan basa karena effluent yang dihasilkan merupakan suatu asam
kuat yaitu H2SO4. Dan setelah dititrasi maka kapasitas resin dapat ditentukan. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh kapasitas resin penukar kation sebesar 1,6 mek/gram, dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :

R-H+ + Na2SO4

R-Na+ + H2SO4

Pada percobaan terakhir yaitu pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam


campuran. Ketika 25 ml efluen diencerkan menjadi 100 ml dan ditambah buffer pH 10
maka akan menghasilkan larutan berwarna bening dan kemudian ditambah indikator
EBT menghasilkan larutan berwarna merah anggur. Dan setelah dititrasi dengan larutan
standar EDTA larutan berwarna biru. Pada saat dielusi ulang antara logam Zn dan Mg
diketahui bahwa yang akan keluar sebagai effluent terlebih dahulu adalah logan Mg, dan
yang tertinggal atau yang masih terikat pada resin yaitu logam Zn. Hal ini terjadi karena
didasarkan kereaktifan dari masing-masing logam. Dimana diketahui bahwa logam Mg
lebih reaktif dari pada logam Zn. Sehingga Mg akan bereaksi terlebih dahulu dengan
eluen. Dan selanjutnya Zn dielusi ulang setelah Mg terelusi. Pada percobaan ini dipeoleh
konsentrasi logam Zn adalah 0,096 M sedangkan konsetrasi logam Mg adalah 0,094 M

V. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :

1.

Resin penukar ion merupakan polimer tinggi organik yang mengandung gugus-gugus fungsional
ionik dan merupakan salah satu metode pemisahan zat di mana terjadi penggantian suatu ion yang
terikat pada resin dengan ion lain.

2.

Kapasitas resin penukar anion yang diperoleh adalah sebesar 1,5 mek/gram dan kapasitas resin
penukar kation sebesar 1,6 mek/gram.

3.

Konsentrasi logam Zn yang diperoleh adalah 0,096 M sedangkan konsentrasi logam Mg adalah
0,094 M.

DAFTAR PUSTAKA

Antara, I.K. et al. 2008. Kajian Kapasitas Dan Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat
Klor Dan Aplikasinya Pada Air. FMIPA Universitas Udayana. Bukit Jimbaran. Jurnal
Kimia 2 (2), Juli 2008 : 87-92

Bahti H. 1998. Kromatografi. Universitas Padjajaran : Bandung.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai