Modul 6
KECEPATAN DISOLUSI
I. Prinsip Percobaan
Penentuan disolusi dari zat aktif asam salisilat pada suhu kamar 25oC
dengan kecepatan pengadukan 50, 100, dan 150 rpm dengan cara penentuan
ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
cepat kelarutan suatu sediaan obat ketika kontak dengan cairan tubuh,sehingga
suatu zat.
tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarut tersebut.
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu
20 derajat dan kecuali dinyatakan lain menunjukan bahwa, 1 bagian bobot zat
padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam volume tertentu pelarut (Arief,
1997).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 1 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukan sedikit
kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu.
zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan zat tidak diketahui dengan pasti,
Zat
larut 10 sampai 30
Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut.
Maka kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk
padatan yang terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu. Prinsip
disolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Proses
pelarutan zat ini dikembangkan oleh Noyes Whitney dalam bentuk persamaan
berikut :
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 2 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
𝑑𝑀 𝐷𝑆
= (Cs-C)
𝑑𝑡 ℎ
D : koefisien difusi
𝑘𝑇
D = 6𝜋𝑟
D : koefisien difusi
T : suhu
: jari-jari molekul
η : viskositas pelarut
difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan dengan ketebalan h. Bila
konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil daripada kelarutan zat
tersebut (Cs) sehingga dapat diabaikan, maka harga (Cs-C) dianggap sama dengan
𝑑𝑀 𝐷𝑆𝐶𝑠
=
𝑑𝑡 ℎ
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 3 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
dibelakang lapisan difusi statis tersebut, pada harga x yang lebih besar dari h,
terjadi pencampuran dalam larutan, dan obat terdapat pada konsentrasi yang sama
Pada antarmuka permukaan padat dan lapisan difusi, x=0, obat dalam
bentuk padat berada dalam keseimbangan dengan obat dalam lapisan difusi.
lapisan difusi adalah konstan, seperti terlihat oleh garis lurus yang mempunyai
1. Suhu
𝑘𝑇
D = 6𝜋𝑟
Keterangan :
D : koefisien difusi
r : jari-jari molekul
k : konstanta Boltzman
ή : viskosita pelarut
T : suhu
2. Viskositas
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 4 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
3. pH Pelarut
Kelarutan zat aktif yang bersifat asam lemah dan basa lemah pada
Demikian dengan senyawa basa lemah akan memiliki kelarutan yang lebih
𝑑𝑐 𝐾𝑎
Asam Lemah = 𝑑𝑡 = K.C.Cs (1 + 𝐻+)
Jika (H+) kecil atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan
𝑑𝑐 𝐻+
Basa Lemah = 𝑑𝑡 = K.C.Cs (1 + 𝐾𝑎 )
Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan
4. Kecepatan pengadukan
zat. Pada zat yang mudah menggumpal setelah menjadi partikel, maka
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 5 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi
6. Polimorfisme
berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada
antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah
Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas
Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. Obat berbentuk
garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam
maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 6 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
yang identik. Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara
pelarutan obat.
c. Faktor formulasi
Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat
antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi
secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat
kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal
ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 7 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
tiga, yaitu :
Bentuk partikel
Polimorfi
Temperatur
Viskositas cairan
c. Faktor teknologi
menurunkan laju disolusi karena kenaikan adalah kekentalan. Contoh lain adalah
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 8 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
bahan pelicin yang bersifat hidrofob karena mampu menolak air sehingga
1. Metode Suspensi
dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya zat diubah
menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti pada metode suspensi.
Penentuan dengan metode suspensi dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji
disolusi tipe dayung seperti yang tercantum pada USP. Sedangkan untuk metode
permukaan tetap, dapat digunakan alat seperti diusulkan oleh Simonelli dkk
sebagai berikut:
zat aktif dapat dilakukan pada beberapa tahap pembuatan suatu sediaan obat,
antara lain :
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 9 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan terhadap bahan baku obat
dengan tujuan untuk memilih sumber bahan baku dan memperoleh informasi
2. Tahap Formulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan untuk memilih formula
3. Tahap Produksi
Pada tahap ini kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitas sediaan
Asam Salisilat
Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur
halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna
putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metal salisilat alami dapat berwarna
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 10 dari 33
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1439H/2017
Penetapan kadar : Timbang saksam lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 25 ml
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 11 dari 33