I. TUJUAN
II. PRINSIP
Membandingkan nilai ambang pahit pada simplisia biji pare atau paria
(Momordica charantia L) dan kulit bratawali atau Tinosporae cacus cortex
dengan larutan kinin sulfat sebagai larutan standar.
Alat: Bahan:
1. Labu takar 50 ml 1. Simplisia biji pare dan kulit bratawali
2. Labu takar 100 ml 2. Air minum
3. Labu takar 500 ml
4. Pipet volume 5 ml
5. Pipet ukur 10 ml
6. Tabung reaksi
7. Pemanas
8. Corong dan kertas saring
9. Stopwatch
10. Gelas ukur 50 ml
11. Beaker glass
12. Pipet tetes
13. Mortar dan stamper
14. tabung reaksi dan raknya
IV. PROSEDUR
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
tabung
Sk 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8
Air
minum 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 4,8 4,6 4,4 4,2
(ml)
C = Kinin
HCl (mg)
0,042 0,044 0,046 0,048 0,050 0,052 0,054 0,056 0,058
Dalam 10
ml larutan
No. tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sr (ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Air minum (ml) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
2000 x C
axb
Dimana :
a : konsentrasi larutan stock (Sr) (mg/ml)
b : volume Sr (ml) pada tabung konsentrasi ambang pahit
c : jumlah kinin HCl (mg) pada tabung dengan konsentrasi ambang
pahit
V. Data Pengamatan
Bobot kinin sulfat = 0,3652 gram = 365,2 mg
1. Konfersi kinin sulfat terhadap kinin HCl
=
No.Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Kepahitan - - - - - - - - +++ +++
No.Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Kepahitan - - - - - - +++ - - -
a = 0‚04 mg/mL
b =9
c = 0‚054
Indeks kepahitan =
3. Data Hasil Kelompok 4
Kepahitan simplisia
No.Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Kepahitan + + + + +
No.Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Kepahitan +
a = 0‚04 mg/mL
b = 10
c = 0‚048
Indeks kepahitan =
VI. PEMBAHASAN
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Selain biji pare dilakukan juga percobaan pada kulit bratawali dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ranunculales
Suku : Menispermaceae
Marga : Tinospora
Jenis : Tinospora crispa (L) Miers.
Brotowali Sebagai Obat. Di Indonesia, seperti Bali, batang brotowali
banyak dipakai untuk mengobati sakit perut, demam, dan sakit kuning. Di
samping itu, pipisan atau tumbukan daunnya banyak digunakan sebagai obat
gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang. Di Jawa, brotowali banyak
digunakan untuk mengobati demam dan sebagai obat luar, seperti untuk lukan
dangatal-gatal. Air rebusan batang brotowali banyak dipakai untuk
menyembuhkan gatal-gatal, koreng dan borok-borok yang sulit disembuhkan atau
penyakit ganreng. Baru pada awal abad ke-20, di Indonesia, brotowali mulai
banyak digunakan untuk mengobati penyakit gula atau kencing manis (diabetes
mellitus). Brotowali merupakan tumbuhan obat dari famili menispermaceae yang
serbaguna karena dapat dimanfaatkan untuk obatberbagai penyakit seperti
rematik, kencing manis, sakit kuning, dan beberapapenyakit lainnya (Tjay, 2007).
Langkah pertama dalam pengujian yaitu membuat larutan stok kinin. Kinin
HCl dijadikan sebagai standar indeks kepahitan karena senyawa pahit dari kinin
HCl dapat terdeteksi dalam ambang yang sangat rendah sekalipun. Standar
kepahitan dari kinin HCl yaitu 1g/2000mL. Kinin HCl digunakan karena
penetapan kepahitan secara internasional menggunakan kinin HCl. Kinin
hidroklorida berasal dari kina yang merupakan tanaman obat berupa pohon yang
berasal dari Amerika Selatan yang ditanam pada ketinggian 900-3.000 m dpl
(Sultoni, 1995).
Namun pada praktikum ini tidak digunakan kinin HCl murni melainkan kinin
sulfat dikarenakan kinin sulfat memiliki rasa yang pahit meskipun dalam
konsentrasi rendah sekalipun. Kinin sulfat yang di tersedia yaitu berbentuk tablet
dengan bobot sebesar 365,2 mg. Kemudian dikonversi dengan hasil kinin HCl 0,1
gram atau setara dengan 0,188 gram kinin sulfat. Larutan kinin sulfat pun dibuat
dengan berbagai konsentrasi, mulai dari konsentrasi yang rendah hingga ke
konsentrasi yang tinggi. Hal ini bertujuan agar pahit yang dirasakan berbeda-beda
sehingga akan diperoleh angka untuk menentukan derajat kepahitan. Selain kinin
HCl dan juga kinin sulfat, golongan alkaloid lainnya pun dapat digunakan sebagai
pembanding atau parameter kepahitan, misalnya kinin dihidroklorida, kinin
bisulfat, kinin glukonat, sinkonin, dan sinkonidin.
Indeks derajat kepahitan di uji pada bagian tengah dari permukaan atas lidah.
Kaitan antara indeks kepahitan dengan mutu dari suatu simplisia adalah semakin
tinggi indeks kepahitan maka semakin tinggi kualitas suatu simplisia. Karena
bahwa rasa pahit itu sendiri kemungkinan besar berkontribusi terhadap aktivitas
farmakologis yang diinginkan dan dapat mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan untuk membantu fungsi pencernaan dan meningkatkan nafsu makan.
Secara fitokimia, struktur kimia zat pahit sangat bervariasi, antara lain senyawa
seskuiterpen absthintin (Artemisia absinthium Vault) glikosida seko-iridoid
amarogentin dari akar gentian (Gentiana luteal), alkaloid kuinin dari kulit batang
kina (Cinchona ledgeriana Moens), dan flavonoid jeruk (naringin
dan neohesperidin). Akan tetapi tidak semua herba yang berasa pahit memiliki
efek meningkatkan nafsu makan atau memperbaiki fungsi pencernaan,tetapi
banyak juga senyawa pahit yang bersifat toksis seperti seperti strychnin dari
Strychnos nux vomica L.
Nilai kepahitan berperan dalam penentuan takaran atau kadar simplisia yang
harus digunakan agar memiliki efek terapeutik. Karena nilai kepahitan ini
berhubungan erat dengan sekresi asam lambung yang dihasilkan. Setiap simplisia
memiliki nilai kepahitan yang berbeda-beda, dan ambang batas pahit akan
berbeda-beda pada tiap orang. Karena rasa pahit yang timbul dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya jika orang tersebut tidak suka atau jarang
mengkonsumsi bahan makanan yang berasa pahit, maka reseptor rasa pahitnya
akan sensitif terhadap rasa pahit. Namun jika orang tersebut sudah sering
mengkonsumsi bahan makanan yang berasa pahit, maka reseptor pahit tersebut
bergeser kesensitifan pahitnya, sehingga akan terjadi pergeseran pada ambang
batas pahitnya. Hal lain yang mempengaruhinya adalah anatomi lidah orang yang
mencicipinya rusak jadi rasa yang dirasakan tidak dihantarkan ke pusat otak untuk
diproses sehingga rasanya tidak dapat dirasakan. Selain itu juga apabila orang
tersebut telah makan makanan yang lain, misalnya makan makanan yang manis,
jadi rasa pahitnya tidak terlalu terasa. Maka simplisia yang akan diuji derajat
kepahitannya harus dirasakan atau dilakukan pengujian dalam waktu yang sama
dan dengan orang yang sama. Sehingga dalam rentang waktu tersebut, masing-
masing orang yang melakukan pengujian dikondisikan dalam suatu perlakuan
yang sama dan pengujian harus dilakukan dengan 1 orang dengan orang yang
sama karena sensitifitas tiap orang berbeda-beda, jadi bila dilakukan oleh orang
yang berbeda derajat kepahitan yang didapat akan berbeda pula.
Indeks kepahitan tiap orang berbeda disebabkan oleh beberapa factor yaitu
kebiasaan meminum atau memakan makanan yang rasanya pahit, kerusakan pada
papilla lidah yang sering terkena air panas, sedang mengkonsumsi obat yang
memiliki rasa sangat pahit, merokok, atau pada saat dilakukan pengujian
sebelumnya telah memekan makanan yang memiliki rasa yang kuat.
Jika nilai c atau konsentrasi kinin yang didapat pada saat dilakukan percobaan
mendapat nilai yang tinggi, maka seseorang tersebut lemah atau kurang sensitif
terhadap rasa pahit. Begitupun sebaliknya apabila seseorang mendapatkan nilai c
yang rendah maka sensitifitasnya terhadap pahit sangat tinggi. Ketika didapat nilai
c yang tinggi, maka indeks kepahitan akan tinggi pula. Tetapi ketika didapat nilai
c yang lebih rendah maka nilai indeks kepahitan akan rendah juga.
Beberapa zat pahit yang terdapat dalam simplisia adalah dari turunan alkaloid.
Seperi kafein, flavonoid. Alkaloid menimbulkan rasa pahit karena sifatnya yang
basa. Tetapi pada tumbuhan atau simplisia tidak hanya mengandung alkaloid
melainkan beragam senyawa ada didalamnya seperti saponin, asam silikat, kafein,
kalium, damar, flavonoid, tannin, kalsium, lipase, kurkumin, sineol, minyak atsiri,
karpain, dan masih banyak lagi yang lainnya.
1. Alkaloid
2. Flavonoid
3. Terpenoid
4. Tanin
Ketika indeks kepahitan suatu simplisia tinggi maka efek farmakologis yang
diberikan akan semakin cepat karna dengan indeks kepahitan yang tinggi
menandakan senyawa yang terkandung didalamnya memiliki konsentrasi atau
kadar yang tinggi pula. Indeks kepahitan yang berbeda disebabkan oleh responden
atau orang yang menguji suatu zat memiliki sensitifitas terhadap rasa pahit yang
berbeda serta perbedaan konsentrasi zat pahit yang dikandung simplisia berbeda.
VII. KESIMPULAN
T. E. W. Solomon, 1980. Organic Chemistry. 2th Ed. New York: John Willey and
Sons
Tjay, Tan Hoan. 2007. “Obat – Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya edisi 6”. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.