Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARDISASI BAHAN ALAM

PERCOBAAN VI
PENETAPAN INDEKS KEPAHITAN

Disusun oleh :
Rheinanda Maulia Ayu (10060320107)
Hilal Faturohman (10060320108)
Mohamad Vito Gandana (10060320109)
Mutiara Nur Afni (10060320111)
Dita Anggun Novianta (10060320112)
Shift / Kelompok : D / 1
Tanggal Praktikum : Kamis, 21 April 2022
Tanggal Laporan : Kamis, 28 April 2022
Asisten :
Alfi Fitriyani, S.Farm., Apt

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1443 H
PERCOBAAN VI
PENETAPAN INDEKS KEPAHITAN

I. Tujuan Percobaan
Memahami cara penetapan Indeks kepahitan serta dapat menentukan Indeks
kepahitan dari simplisia uji yang dibandingkan terhadap Indeks kepahitan kinin
hidroklorida.

II. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Corong Air minum
Erlenmeyer Kertas saring
Gelas ukur 50 ml Tablet kina
Labu takar 50 ml Simplisia
Labu takar 100 ml
Labu takar 500 ml
Mortir
Pipet volume 1 ml
Pipet volume 5 ml
Pipet ukur 10 ml
Pemanas
Stopwatch
Stamper

III. Prosedur Percobaan


3.1 Pembuatan Larutan Stok Kinin Sulfat dan Pengencerannya

Hal yang dilakukan adalah pertama, menyiapkan 9 tabung reaksi untuk


membuat suatu seri pengenceran larutan stok kinin sulfat,kemudian satu buah
tablet kina dihaluskan,lalu ditimbang sebanyak 125mg,setealah itu dimasukkan
kedalam labu ukur 50mL.Setelah dimasukkan kedalam labu ukur air
ditambahkan hingga volumenya genap 50mL,lalu diambil 1mL dan encerkan
dengan air minum dalam labu ukur 100mL serta dilanjutkan dengan
pengocokan. Setelah itu hal yang dilakukan selanjutnya yaitu dibuatlah suatu
seri pengenceran dalam 9 tabung reaksi sebagai berikut:

No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9
SK (ml) 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8
Air minum (ml) 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 4,8 4,6 4,4 4,2
c = Kinin HCl (mg) 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
dalam 10 ml larutan 2 4 6 8 0 2 4 6 8

3.2 Pembuatan Larutan Ekstrak dan Pengencernya

0,2 gram simplisia batang brotowali ditimbangg lalu dipanaskan dengan


dalam 45 mL air minum selama 60 menit. Kemudian diamkan dan dinginkan
ekstrak tersebut hingga mencapai suhu kama,rlalu disaring dengan
menggunakan kertas saring dan digenapkan volumenya dalam labu takar 50 mL
(hingga mencapai batas). Selanjutnya, dipipet ekstrak bahan uji sebanyak 1 mL
dari labu takar 50 mL dan diencerkan dengan ditambahkan air minum ke dalam
labu takar 100 mL ( hingga mencapai batas) setara dengan 0,04
mg/ml.Kemudian dibuat larutan seri pengenceran dalam 10 tabung reaksi
sebagai berikut

No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ST (ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Air minum 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
(ml)

3.3 Pengujian Indeks Kepahitan

Dalam pengujian indeks kepahitan dilakukan secara 2 tahap. Tahap


pertama yaitu pengujian kepahitan terhadap larutan kinin sulfat sebagai
pembanding indeks kepahitan dari larutan ekstrak bahan uji .Hal yang
dilakukan adalah yang pertama, dibilas mulut dengan menggunakan air minum.
Kedua, Dicicipi 10 mL larutan kinin Sulfat dengan cara dimasukkan ke dalam
mulut kemudian digerakkan di sekitar pangkal lidah selama 30 detik dan
dimulai dari yang konsentrasinya yang paling encer (tabung 1). Jika sensasi
pahit tidak lagi dirasakan di dalam mulut setelah 30 detik, dikeluarkan larutan
dan tunggu selama 1 menit untuk memastikan adanya sensitivitas yang lambat.
Apabila relawan setelah mencicipi 10 mL larutan kinin Sulfat tabung 1
merasakan adanya rasa pahit, maka pengujian tahap pertama diakhiri. Apabila
relawan setelah mencicipi 10 mL larutan kinin sulfat tabung 1 tidak merasakan
adanya rasa pahit, maka pengujian tahap pertama akan dilanjutkan dengan
konsentrasi larutan kinin sulfat yang lebih tinggi paling tidak setelah 10 menit
dan setelah membilas mulut terlebih dahulu dengan air minum. Hal ini
dilakukan hingga relawan merasakan adanya rasa pahit terhadap salah satu 10
tabung larutan kinin sulfat dengan konsentrasi yang berbeda beda.

Tahap kedua yaitu pengujian kepahitan terhadap larutan ekstrak bahan uji.
Hal yang dilakukan adalah yang pertama untuk menghemat waktu pada
pengujian tahap kedua dianjurkan untuk memastikan larutan pada tabung
nomor 5 memberikan sensasi pahit atau tidaknya. Apabila larutan pada tabung
nomor 5 menimbulkan sensasi pahit, maka konsentrasi ambang pahit dari
ekstrak bahan uji ditentukan dengan mencicipi larutan pada tabung 1 sampai 4.
Apabila larutan pada tabung nomor 5 tidak menimbulkan sensasi pahit, maka
konsentrasi ambang pahit dari ekstrak bahan uji ditentukan dengan mencicipi
larutan pada tabung 6 sampai 10.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Simplisia

Nama Simplisia : Batang Brotowali

Nama Latin Simplisia : Tnisporae Crispae Caulis

Nama Latin Tumbuhan : Tinospora Crispa (L)


4.1.2 Pengamatan Kepahitan

No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Kepahitan√

4.2 Perhitungan
4.2.1 Bobot Kinin Sulfat
 BM Kinin Sulfat : 746 , 462 g/mol
 BM Kinin HCl : 396 , 2 g/mol
 Bobot Kinin Sulfat = BM Kinin Sulfat x 0,1 g
BM Kinin HCl
= 746 , 462 g x 0,1 g
396,2 g
= 0,188 gram Kinin Sulfat
4.2.2 Bobot yang ditimbang
 Bobot Kinin Sulfat : 188 g  X
 Bobot Tablet Teoritis : 300 mg
 Bobor rata-rata tablet : 396 mg
 Bobot yang ditimbang = X x Bobot rata-rata
tablet
Bobot Tablet Teoritis
= 188 g x 396 mg

300 mg

= 248,18 gram

4.2.3 Indeks Kepahitan

a : Konsentrasi Larutan Stok (ST) = 0,04 mg/ml

b : volume ST pada tabung dengan konsentraso ambang pahit = 1 ml


c : jumlah kinin HCl pada tabung derigan konsentrasi ambang pahit = 0,042
mg

 Indeks Kepahitan = 2000 x c

axb

= 2000 x 0,042

0,04 mg/mL x 1 ml

= 2100 unit/gram

V. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan bebrapa percobaan yaitu pembuatan


larutan stok kinin HCL dan pengencerannya , pembuatan larutan ekstrak dan
pengamatannya , dan pengujian indeks kepahitan. Tujuan dari dilakukannya
praktikum kali ini adalah menentukan derajat kepahitan dari kini HCL yang
dilarutkan. Prinsip dari percobaan kali ini adalah penentuan derajat kepahitan
dengan indera pengecap yang dibandingkan dengan zat lain yaitu yang
digunakan pada percobaan ini adalah kinin HCL. Penetapan mutu suatu
simplisia dalam standarisasi simplisia , dipengaruhi oleh beberapa parameter
yaitu kadar senyawa zat aktif dimana salah satu komponen parameternya adalah
penentuan derajat kepahitan simplisia. Derajat kepahitan harus dihitung karena
suatu rasa pahit dari tanaman obat dapat memiliki efek terapeutik.

Nilai kepahitan berperan dalam penentuan takaran atau kadar simplisia yang
harus di gunakan agar memiliki efek terapeutik dan juga untuk mengetahui nilai
kepahitan. Nilai kepahitan berkaitan erat dengan sekresi asam lambung yang
dihasilkan. Pada praktikum kali ini tanaman yang digunakan adalah batang
brotawali ( tinosporae caulis ).

Tanaman Brotowali dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama


bratawali (Melayu), andawali (Sunda), brotowali (Jawa Tengah), dan antawali
(Bali) (Muharni et al., 2015). Brotowali berasal dari Asia Tenggara. Wilayah
penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Indo Cina,
Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia, tanaman brotowali
banyak ditemukan di Pulau Jawa, Bali, dan Ambon (Kresnady, 2003).

Dalam Sherley dan Aspan, (2008) klasifikasi tumbuhan brotowali adalah


sebagai berikut:

 Divisi: Spermatophyta
 Class: Dicotyledoneae
 Ordo: Ranunculales
 Famili: Menispermaceae
 Genus: Tinospora Spesies: Tinospora crispa L.

Secara umum didalam tanaman brotowali terkandung berbagai macam


senyawa kimia antara lain alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid,
harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid, berberin, palmatin, kolumbin dan
kaokulin atau pikrotoksin. Brotowali mengandung banyak senyawa kimia yang
berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kandungan
senyawa kimia berkhasiat sebagai obat tersebut terdapat diseluruh bagian
tanamannya mulai dari akar, batang sampai daun. Akar brotowali mengandung
senyawa antimikroba berberin dan kolumbin (Kresnady, 2003).

Komponen utama yang telah diidentifikasi aktif adalah terpenoid. Senyawa


terpenoid yang berperan menurunkan serum gula darah pada diabetes adalah
borapentol B. Adapun mekanisme pengobatan oral untuk penderita DM yaitu
dengan cara penghambatan kerja enzim alfa glukosidase yang berperan dalam
konversi karbohidrat menjadi glukosa. Dengan dihambatnya kerja enzim alfa
glucosidase menyebabkan kadar glukosa dalam darah dapat dikembalikan
dalam batas normal (Rosidah et al., 2015).

Hal pertama yang dilakukan untuk melakukan percobaan indeks kepahitan


adalah dengan membuat membentuk larutan stock kinin HCl. Mula-mula
menimbang kinin sebanyak 125 mg,lau ditambahkan air minum ad
larut,kemudian serbuk kinin dimasukan kedalam labu ukur 125ml,lalu
ditambahkan air minum ad larut,setelah larut digenapkan ad 50 ml. Digunakan
air minum bukan aquades karena aquades memiliki tingkat kerendahannya
tinggi,sudah melalui penyulingan dan kandungan mineralnya rendah sehingga
indera pengecap akan kebal dan tidak akan bisa merasakan sensasi pahit dari
simplisia. Setelah dilarutkan,diambil 1 ml untuk diencerkan lalu diberi sesi
pengenceran kini yang berbeda,hal ini bertujuan agar pahit yang dirasakan
berbeda-beda sehingga diperoleh angka untuk menentukan derajat kepahitan.
Lalu tabung yang berisi larutan stock kinin HCl dicicipi,dimulai dari tabung
yang konsentrasi kinin nya paling rendah. Dari percobaan ambang batas rasa
pahit dari praktikan terdapat pada tabung ke-1 dengan konsentrasi kinin HCl
0,042

Kinin HCl berasal dari tumbuhan kina,bagian kulit batang. Kulit kina
banyak mengandung alkaloid yang berguna obat,dianta alkaloid tersebut ada
dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinin untuk penyakit malaria dan kinidin
untuk penyakit jantung. Manfaat lain kinin adalah untuk influenza,diare,disentri
dan tonik. (Sultoni,1995).

Kemudian yang kedua adalah dibuat larutan ekstrak batang brotowali. Hal
yang pertama yang dilarutkan adalah dengan cara memanaskan 0,2 g batang
brotowali dalam 50 ml air minum selama 60 menit. Kemudian biarkan dingin
terlebih dahulu lalu disaring agar menghasilkan ekstrak yang murni, Setelah
disaring ,ekstrak yang didapat diencerkan dengan air minum dalam labu ukur
50 ml. Lalu dipipet sebanyak 1 ml dan diencerkan pada labu 100 ml, sama
halnya dengan larutan stock kinin,pembuatan ekstrak pun dibuat seri
pengenceran dengan konsentrasi yang berbeda agar rasa pahit yang diperoleh
berbeda. Dari pengujian tersebut pada tabung 1 terasa pahit. Hal tersebut
menunjukan bahwa batang brotowali memiliki senyawa saponin,flavonoid dll
sehingga menghasilkan sensasi pahit walaupun dalam konsentrasi yang sangat
kecil . Dari hasil pengujian diperoleh nilai indeks kepahitan sebesar 2100
unit/gram. Hal tersebut menunjukan bahwa senyawa pahit pada buah batrawali
sangat kecil dibandingkan dengan larutan kinin HCl yaitu 1 gram kinin HCl
dalam 2000 ml air. (Harborne,1996).

Konsentrasi ambang pahit adalah konsentrasi terendah dimana suatu bahan


harus memancing sensasi pahit setelah 30 detik. Setiap simplisia memiliki nilai
kepahitan yag berbeda-beda,dan praktikan yang melakukan pengujian akan
berbeda-beda merasakannya. Untuk mengurangi banyak faktor sehingga
pengujian harus dilakukan dengan 1 orang dengan orang yang sama karena
sensitivitas orang berbeda-beda,jika dilakukan oleh orang yang berbeda derajat
kepahitan yang didapat berbeda pula. (Harborne,1996).

Rasa pahit yang timbul dapat disebabkan oleh beberapa faktor,salah satunya
jika orang ini tidak suka atau lebih suka mengkonsumsi bahan yang berasa
pahit. Namun jika orang tersebut sudah sering menggunakan bahan makanan
yang berasa pahit,maka reseptor pahit tersebut berger kesensitifannya,sehingga
akan terjadi perpindahan pada ambang pahitnya. (Tyler,1988).

VI. Kesimpulan

Setelah dilakukannya percobaan penetapan indeks kepahitan pada simplisia


uji dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil percobaan maka diperoleh data
indeks kepahitan dari simplisia batang brotowali yaitu 2100 unit/gram setelah
dibandingkan dengan indeks kepahitan larutan kinin sulfat.Selain itu diketahui
juga bahwa semakin tinggi indeks kepahitan maka semakin tinggi pula mutu
kualitas simplisia. Karena senyawa pahit yang ada akan berkontribusi pada
aktivitas farmakologi. Contohnya dapat merangsang sekresi asam lambung
sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.

VII. Daftar Pustaka

Aspan, R. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat


Citeureup. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Jakarta.105 hal.

Harbome,J. B. (1996). Metode Fitokimia Edisi 2. Bandung : ITB


Harborne, J.B, 1996, Metode Fitokimia, Cetakan II, diterjemahkan oleh
Kosasih Padma Winata dan Iwang Soediro, ITB Press, Bandung, 70-72.

Kresnady, B. &. (2003). Khasiat dan Manfaat Brotowali: Si Pahit yang


Menyembuhkan. Depok: Agromedia Pustaka.

Muharni, Elfita and Perucha, B., 2015, Isolasi Stigmasterol Dari Ekstrak Etil
Asetat Biji Garcinia picrorrhiza Miq. Prosiding seminar MIPAnet.
Universitas Sriwijaya. Palembang.

Sultoni, A. (1995). Petunjuk Kultus teknis Tanaman Kina. Jakarta: Asosiasi


Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia

Teyler,V. (1988). Pharmacognosy 9th Edition. Phitadelpha: Lea 8 Febiger

Anda mungkin juga menyukai