Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI BAHAN ALAM

PERCOBAAN 5

PENETAPAN INDEKS PENGEMBANGAN (SWELLING INDEKS)

Disusun Oleh :

Shafira Salsabila Azzahra (10060320130)

Fuzi Sugiarti Putri (10060320131)

Putri Asih Mahalani (10060320132)

Zaina Alviona Pridesta (10060320133)

Salma Sayyidatunnisa (10060320134)

Shift/kelompok : D/5

Asisten Penanggung Jawab : Jihan Noer Ainun Farda., S. Farm.

Tanggal Praktikum : 21 April 2022


Tanggal Pengumpulan Laporan : 28 April 2022

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2022 M/1443 H
PERCOBAAN 5

PENETAPAN INDEKS PENGEMBANGAN (SWELLING INDEX)

I. Tujuan Percobaan
Melakukan dan menentukan nilai indeks pengembangan simplisia daun
kumis kucing (orthosiphon aristatus).

II. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu silinder bertutup. Dan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu aquadest dan simplisia daun
kumis kucing dan daun cincau.

III. Prosedur Percobaan


Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai penetapan indeks
pengembangan (Swelling Index). Prosedur percobaan dilakukan tidak kurang dari
tiga kali penetapan simultan untuk setiap bahan. Simplisia uji kumis kucing dan
serbuk cappicus ditimbang sebanyak 1 gram dan cincau ditimbang sebanyak 0,5
gram, lalu dimasukkan ke dalam sillinder bertutup. Setelah itu, aquadest panas
ditambahkan kedalam silinder bertutup kemudian, setiap interval waktu 10 menit
dikocok dengan seksama selama 1 jam dan dilakukan enam kali pengocokan.
Kemudian, sampel didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar. Lalu, volume yang
didapat diukur pada setiap akhir percobaan. Kemudian, rata-rata volume yang
pengembangan dihitung pada masing-masing tabung, dan dikalkulasikan terhadap
1 gram bahan uji.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


Nama simplisia : Kumis Kucing

Nama latin simplisia : orthosiphon aristatus

Nama latin tumbuhan : orthosiphon stamineus


1 2

T0 = 25 ml T0 = 25 ml

T1 = 24 ml T1 = 23 ml

T2 = 24 ml T2 = 23 ml

T3 = 23 ml T3 = 22 ml

T4 = 23 ml T4 = 21 ml

T5 = 23 ml T5 = 23 ml

T6 = 24 ml T6 = 23 ml

0,5 𝑚𝑙
- 1 = 1,0015 𝑔 = 0,49929 g/ ml
1,25 𝑚𝑙
- 2 = 1,0006 𝑔 = 1,2492 g/ml

Setelah didiamkan selama 30 menit

- 1 = 24 ml
- 2 = 23 ml

V. Pembahasan
Percobaan penetapan Indeks Pengembangan (Swelling Index) dilakukan
terhadap simplisia daun kumis kucing yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
atau seberapa besar simplisia tersebut dapat mengembang berdasarkan banyaknya
air yang dapat diserap. Hasil dari percobaan ini dapat digunakan untuk mengukur
dan menentukan kemampuan mengembang dari simplisia daun kumis kucing.

Klasifikasi Tanaman Kumis Kucing :


Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae / Solanales
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spicatus B.B.S.
(Van Steenis, 2003).

Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus, Benth) telah dikenal oleh


sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat yang memiliki khasiat
bagi kesehatan tubuh. Kumis kucing dapat dimanfaatkan sebagai teh herbal,
karena di dalamnya banyak mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang
berfungsi sebagai antioksidan (Dzulkarnain, Widowati, Isnawati, Thijssen, 1999).
Menurut Dalimartha (2000), daun kumis kucing berkhasiat sebagai peluruh urine
(diuretik), antiradang (anti-inflammasi), menurunkan suhu tubuh, serta
menghancurkan batu kandung kemih. Berdasarkan uji praklinis, tanaman kumis
kucing berkhasiat sebagai diuretikum, menurunkan kadar asam urat, hipertensi,
diabetes mellitus, rematik, antibakteri dan pelarut batu kalsium. Daun kumis
kucing memiliki komponen bioaktif berupa polifenol, flavonoid, dan terpenoid.
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa komponen polifenol dan terpenoid
pada kumis kucing berkontribusi terhadap kesehatan (Yam, Asmawi, Basir,
2008). Flavonoid lipofilik yang di isolasi dari kumis kucing memiliki aktivitas
sebagai radical scavenger atau antioksidan dan menghambat senyawa 15-
lipoksigenase dari kedelai (Akowuah 2007 cit Yam 2008).
Tujuan dilakukannya penetapan indeks pengembangan adalah untuk melihat
senyawa yang mengembang dalam simplisia, seperti gom, mucilage, pektin, dan
hemiselulosa dll. Kaitan penetapan indeks pengembangan dengan standardisasi
bahan alam adalah untuk menjamin keamanan, khasiat dan kualitasnya.
Pada percobaan ini hal pertama yang dilakukan adalah menggerus
simplisia hasil rajangan menjadi lebih halus dengan tujuan untuk meningkatkan
luas bidang permukaannya untuk kontak dengan air. Bidang kontak yang
meningkat memungkinkan simplisia untuk dapat menyerap air dalam kadar
maksimalnya, sehingga pengukuran indeks pengembangan dapat dilakukan
sesesuai mungkin (Depkes RI, 2008). Kemudian, simplisia kumis kucing yang
telah diperkecil luas permukaannya ditimbang sebanyak 1 gram, yang kemudian
dilarutkan dengan air panas sebanyak 25ml pada tabung silinder bertutup. Tujuan
digunakannya air panas adalah untuk mempercepat masuknya air ke sel sel
pengembang dari simplisia atau untuk menginisiasi masuknya air ke dalam
simplisia, karena kelarutan yang meningkat seiring dengan meresapnya air
mengisi rongga-rongga simplisia. Tabung sedimentasi digunakan sebagai wadah
karena memiliki skala volume yang memudahkan dalam pengukuran serta
memiliki ketahanan yang lebih baik dan penutup bagian atas yang berguna ketika
dilakukan pengadukan untuk mencegah simplisia terbuang.
Menurut (Kumar, 2014), penentuan indeks pengembangan dilakukan dengan
prosedur yaitu simplisia ditimbang sebanyak 1 gram untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi dan ditambahkan air panas sebanyak 25
ml, yang bertujuan untuk mempercepat proses pengembangan dan proses difusi.
Percobaan dilakukan secara duplo dimana 2 tabung uji diperlakukan
dengan sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil berupa rata-rata yang
akan dibandingkan dengan range dari indeks pengembangan pada literatur, serta
untuk mendapatkan hasil perkiraan yang lebih baik dengan lebih dari satu acuan
pengamatan.
Volume pertama yang diukur dinyatakan sebagai t0, yaitu volume awal
sebelum simplisia mengembang. Pengukuran selanjutnya dilakukan setiap interval
10 menit dalam waktu 1 jam, dengan terlebih dahulu simplisia dikocok selama 1
menit menggunakan vortex mixer. Pengocokan selama 1 menit menggunakan
vortex mixer dilakukan untuk menjamin perlakuan yang sama pada kedua tabung
di tiap interval waktu, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang lebih seragam. Proses penyerapan air ke dalam simplisia
memerlukan waktu tertentu, tergantung dari banyaknya simplisia, volume air,
karakteristik dari simplisia sendiri serta kondisi penyerapan, sehingga dilakukan
pengukuran dengan interval waktu 10 menit untuk memberikan waktu pada air
agar masuk dan meresap ke dalam simplisia. Pengocokan dan pencatatan data
dilakukan hingga t0 sampai dengan t10 akhir. Setelah t60 diperoleh data nya,
maka kedua tabung didiamkan pada suhu kamar selama 2 jam dan diperoleh
t10akhir. Pada praktikum dilaboratium hanya didiamkan 10 menit karena
keterbatasan waktu praktikum.
Dilakukan nya pengukuran interval 10 menit dan pengocokan adalah semakin
lama suhu dalam tabung akan semakin turun, namun penyerapan tetap terjadi
dalam jumlah yang lebih sedikit dari yang pertama. Sehingga, pada suhu kamar
sekalipun pengukuran dapat dilakukan karena suhu sudah tidak mempengaruhi
penyerapan lagi, melainkan dipengaruhi oleh adanya pengocokan.
Kemudian, setelah pengukuran volume akhir dilakukan penghitungan rata rata
volume pengembangan masing masing tabung dan dikalkulasikan terhadap 1 g
bahan uji. Pada data pengamatan volume dari setiap interval waktu 10 menit dapat
terlihat bahwa kedua tabung mengalami penyusutan volume yang menandakan
cairan mengental. Didapatkan hasil kalkulasi pada tabung 1 adalah 0,4992 g/mL
dan pada tabung 2 yaitu 1,2492 g/mL. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan dan
terlihat kenaikan pengembangan pada kedua tabung, sehingga simplisia kumis
kucing ini mengandung senyawa yang mengembang seperti hemiselulosa, gom,
serat, karbohidrat, pektin dan lain lain.
Senyawa bahan alam yang mudah mengembang banyak digunakan secara
terapetik untuk tujuan diet dan penghancur kolestrol. Disamping itu, beberapa
senyawa yang mudah mengembang juga banyak digunakan didunia farmasi
khususnya di bidang formulasi sebagai bahan penghancur tablet.

VI. Kesimpulan
Nilai hasil pecobaan Indeks pengembangan simplisia dari kumis kucing
(orthosiphon aristatus) tidak mengembang secara stabil.
Daftar Pustaka
Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Kumar, G. V. S., Anusha, N., Ramadevi, D. (2014). Pharmacognostic and


Preliminary Phytochemical Studies on Leaf Extracts of Chloroxylon swietenia.
International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research, 6(3).

Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, hal 233-236, P.T. Pradya Paramita, Jakarta

Dzulkarnain, B., Widowati, L., Isnawati, A., Thijssen, H.J.N. 1999. Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq. Di dalam: L.S. de Padua, N. Bunyapraphatsara, dan
R.H.M.J. Lemmens (Eds.). Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor (ID):
Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) Foundation No. 12 (1): 368-
371.

Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 2. Jakarta: Trubus


Agriwidya

Yam, M.F., Asmawi, M.Z., Basir, R. 2008. An Investigation of The


Antiinflammatory and Analgesic Effects of Orthosiphon stamineus Leaf
Extract. J Med Food. 2008;1(1):362-368.
Daftar Pembagian Pengerjaan Laporan

Nama NPM Pembagian

Shafira Salsabila Azzahra 10060320130 Cover + kesimpulan +


edit

Fuzi Sugiarti Putri 10060320131 Pembahasan

Putri Asih Mahalani 10060320132 Prosedur + alat bahan

Zaina Alviona Pridesta 10060320133 Pembahasan

Salma Sayyidatunnisa 10060320134 Data pengamatan

Anda mungkin juga menyukai