Anda di halaman 1dari 11

Nama : Anjar Putri Wijayanti

Nim : 24185650A
Teori :5

TUGAS 1
JUDUL
Pengaruh Pemberian Infus Batang Brotowali terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Tikus Jantan Putih

Rumusan masalah :
1. Bagaimanakah pengaruh infus batang brotowali terhadap penurunan kadar glukosa
darah tikus jantan putih?
2. Berapakah dosis efektif infus batang brotowali dalam menurunkan kadar glukosa
darah tikus putih jantan?

Hipotesis :
1. Infus batang brotowali dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan putih.
2. Dosis efektif infus batang brotowali dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus
putih jantan dapat ditentukan.

Kesimpulan
1. Infus batang brotowali memiliki efek antidiabetes pada tikus jantan putih.
2. Dosis efektif infus batang brotowali sebagai antidiabetes sebesar 100 mg/200 g BB.

Berdasarkan kesejajaran dan kekonsistenan Rumusan masalah, Hipotesis, dan Kesimpulan,


apakah kasus di atas sudah sejajar/konsisten? Jelaskan! Perbaiki juga jika jawabanmu belum
sejajar/konsisten. Kerjakan di kertas bergaris!
Jawaban:
22
TUGAS 2
Blok merah bagian dari proposal penelitian berikut yang penulisannya tidak
sesuai dengan format Pedoman Penulisan Fakultas Farmasi Universitas Setia
Budi Tahun 2020!
(Dianggap ukuran kertas, margin, ukuran spasi, dan ukuran huruf sudah
memenuhi ketentuan)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah batang brotowali
(Tinospora crispa L. Miers).
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu batang brotowali (Tinospora
crispa L. Miers) basah yang masih segar, tua, tidak busuk dan dalam keadaan baik.
Sampel diperoleh dari B2P2TOOT Karanganyar, Jawa Tengah pada bulan Juli 2013.

B. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel Utama
Variabel utama pertama dalam penelitian ini adalah kombinasi infus batang
brotowali (Tinospora crispa L. Miers) dan metformin. Variabel utama kedua dalam
penelitian ini adalah penurunan kadar glukosa darah dalam plasma darah mencit.
2. Klasifikasi Variabel Utama
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kombinasi dosis infusa batang
brotowali (Tinospora crispa L. Miers) dan metformin. Variabel tergantung dalam
penelitian ini yaitu efek penurunan kadar glukosa darah hewan uji.
Variabel kendali adalah peneliti, kondisi laboratorium, kondisi hewan uji yang
meliputi berat badan, usia, jenis kelamin, dan batang brotowali.
3. Definisi Operasional Variabel Utama
Pertama, batang brotowali adalah batang dari tanaman brotowali (Tinospora
crispa L. Miers) yang diperoleh dari B2P2TOOT Karanganyar, Jawa Tengah yang
masih segar, tua, tidak busuk dan dalam keadaan baik.
Kedua, infusa batang brotowali adalah hasil dari penarikan zat aktif batang
brotowali (Tinospora crispa L. Miers) dengan penyari air pada suhu 90°C selama 15
menit.

23
Ketiga, kombinasi infusa batang brotowali (Tinospora crispa L. Miers) dan
metformin adalah kombinasi infus batang brotowali dengan metformin yang
dilarutkan dalam air suling dengan dosis untuk 30 gr bb mencit adalah 63 mg:0,5
mg; 42 mg:1 mg; 21 mg:1,5 mg.
Keempat kadar glukosa darah adalah darah yang diambil melalui vena lateral
pada ekor mencit putih jantan dan diketahui kadar glukosanya dengan menggunakan
glukometer.
Kelima, metformin adalah serbuk metformin yang diperoleh dari PT. Ifars
Pharmaceutical, Surakarta, Jawa Tengah yang dilarutkan ke dalam air suling.
Keenam, metode obesitas-induksi aloksan yaitu induksi diabetes yang
dilakukan terhadap mencit putih jantan galur Swiss-Webster yang diberi suntikan
aloksan monohidrat dengan dosis 70 mg/kg berat badan dan juga diberi pakan kaya
lemak dan karbohidrat yang terdiri campuran pakan mencit normal, lemak sapi,
tepung beras dan telur puyuh sehingga menyebabkan mencit putih jantan mengalami
obesitas.
C. Bahan dan Alat
1. Bahan
1.1. Bahan sampel.
Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang brotowali
(Tinospora crispa L. Miers) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
Karanganyar, Jawa Tengah.

24
23

1.2. Bahan kimia.


Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sebagai cairan
penyari, HCl 2% (asam klorida 2%), reagen Dragendroff, amil alkohol, alkohol,
serbuk magnesium, klorida 2N, FeCl3 1%, xylen untuk penetapan kadar air. Bahan
yang digunakan untuk uji farmakologi antara lain insulin, aloksan, metformin, infus
NaCl (NaCl fisiologi) dan air suling.
1.3. Hewan percobaan.
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih
jantan dewasa, usia 2-3 bulan dengan berat badan rata-rata 18-20 gram.
2. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat simplisia diantaranya pisau untuk
merajang, timbangan, oven dengan suhu rendah dan konstan, mesin penggiling,
ayakan nomer 20/40. Alat yang digunakan sebagai penyari antara lain timbangan,
panci infus, penangas air, kompor, beaker glass, corong kaca, kain flannel, botol dan
aluminium foil. Alat yang digunakan untuk identifikasi kimia adalah alat-alat gelas.
Untuk pemeliharaan mencit dibutuhkan kandang mencit dan untuk mengoral infusa
batang brotowali (Tinospora crispa L. Miers) dibutuhkan spuit 1 ml dan jarum yang
berujung sonde atau jarum oral. Alat yang digunakan untuk menginduksi aloksan
adalah spuit 1 ml dengan jarum suntik. Untuk pengambilan darah tikus menggunakan
jarum tusuk dan glucometer Easy Touch GCU.

D. Jalannya Penelitian
1. Identifikasi Batang Brotowali
Batang brotowali (Tinospora crispa L. Miers) yang diperoleh kemudian
dilakukan identifikasi untuk membuktikan kebenaran dari sampel tersebut berkaitan
dengan ciri-ciri morfologi yang ada pada batang brotowali (Tinospora crispa L.
Miers) terhadap kepustakan yang ada (Steenis et al., 2006) dan dibuktikan di
Laboratorium Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
2. Pengumpulan Bahan
Bahan baku yang digunakan tidak boleh berkapang, dimakan serangga, atau
terkena kotoran hewan (Anonim, 1986). Bahan baku dalam penelitian iniadalah
batang brotowali segar yang sudah tua, tidak busuk dan harus dalam keadaan baikdan
diperoleh di Balai Penelitian Tanaman Obat Karanganyar, Jawa Tengah.
24

3. Pengeringan dan Penyerbukan Bahan


Bahan baku segar sebelum dibuat infus dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu
dengan air bersih. Simplisia tersebut kemudian diletakkan dalam loyang yang terbuat
dari alumunium dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 o C. Pengeringan ini
bertujuan untuk mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan
oleh cendawan atau bakteri. Batang brotowali yang telah kering kemudian dibuat
serbuk dan diayak dengan ayakan no 4/18 (Anonim, 1978).
4. Penetapan Kadar Air
Alat yang digunakan yaitu Sterling-Bidwell dengan cairan pembawa yang
digunakan berupa xylen. Caranya dengan menimbang sejumlah ± 20 gram serbuk
batang brotowali dan dimasukkan dalam labu alas bulat yang kemudian ditambah
dengan 100 ml xylen dan dipanaskan sampai tidak ada tetes air lagi. Setelah air dan
xylen memisah sempurna, volume tetesan tadi dilihat dan dihitung kadar airnya
dalam satuan persen (Sudarmaji 1997).
5. Pembuatan Infus Serbuk Batang Brotowali
Pembuatan infus batang brotowali 14% yaitu sejumlah serbuk batang
brotowali sebesar ± 14 gram, dicampur dengan air suling dengan volume 2 kali bobot
bahan dalam sebuah panci infus. Panci tersebut kemudian dipanaskan di dalam
penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 90°C,
sambil sekali-sekali diaduk. Infus diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel.
Untuk mencukupi kekurangan air, dapat ditambahkan air mendidih melalui ampasnya
sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki yaitu 100 ml (Anonim, 1986).
6. Identifikasi Kandungan Kimia
6.1. Identifikasi alkaloid.
Beberapa ml infus ditambah 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml akuades,
dipanaskan di penangas air selama 2 menit, dan didinginkan. Kemudian disaring dan
ditampung filtratnya. Filtrat ditambahkan 2 tetes Dragendorf LP, terbentuk endapan
jingga coklat (positif alkaloida) (Anonim, 1995).
6.2. Identifikasi flavonoid.
Beberapa mg infus dilarutkan dalam 5 ml etil asetat. Kemudian disaring dan
filtrate ditampung. Filtrat sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering. Residu
ditambahkan 2 ml etanol 95%, 0,5 gram serbuk seng P, dan 2 ml asam klorida pekat,
dikocok perlahan, dan didiamkan 2-5 menit. Terbentuk warna merah intensif (positif
flavonoid) (Markham, 1988).
25

6.3. Identifikasi tanin.


Serbuk batang brotowali sebanyak 1 g dilarutkan dalam 100 ml air panas,
kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat sebanyak 5 ml dimasukkan dalam tabung
reaksi ditambah dengan 3 tetes pereaksi FeCl31%. Tanin positif apabila terbentuk
warna hijau violet atau hijau kehitaman pada reaksi dengan FeCl3 (Anonim, 1995).
6.4. Identifikasi saponin.
Serbuk simplisia sebanyak 0,5 g dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambah air panas 10 ml, setelah dingin lalu dikocok kuat-kuat secara vertical
selama 10 detik dan didiamkan selama 10 menit. Reaksi positif bila terbentuk buih
yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N
buih tidak hilang (Anonim, 1995).
6.5. Identifikasi glikosida.
Beberapa mg infus ditambahkan 15 ml asam klorida 10 %, dipanaskan selama
10 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat disari tiga kali, tiap kali dengan 5 ml eter.
Lapisan asam klorida diambil. Pada lapisan asam klorida, ditambahkan natrium sulfat
anhidrat, disaring dan diuapkan. Pada residu ditambahkan 2 ml akuades, 8 tetes
Mollisch LP. Kemudian dengan hati-hati ditambahkan 2 ml asam sulfat P. hasil
positif dilihat dari terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas cairan (Anonim,
1995).
7. Penentuan Dosis
7.1. Dosis uji serbuk batang brotowali.
Menurut (Tirta 2005) dosis pemberian infus batang brotowali 70 mg/25 g BB
dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit. Dalam penelitian untuk mencit
dengan berat badan rata-rata 20 gr, sehingga dosis yang digunakan adalah 56 mg.
7.2. Dosis metformin.
Dosis metformin untuk mencit sebesar 1,3 mg/20 gr bb mencit sehingga
untuk mencit obesitas sebesar 1,95 mg/30 gr BB.
7.3. Dosis aloksan monohidrat.
Dosis aloksan yang digunakan untuk membuat diabetes pada mencit 70 mg/kg
bb. Jadi untuk setiap ekor mencit dengan berat ± 20 gram diberi larutan aloksan
monohidrat sebesar 1,4 mg/20 gr BB mencit.
8. Perlakuan Hewan Uji
26

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih dewasa
yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan rata-rata 18-20 gram. Jenis kelamin yang
dipilih pada mencit sebagai hewan uji adalah jantan.
Mencit yang digunakan sebanyak 35 ekor dan dibagi menjadi 7 kelompok
secara acak, masing-masing terdiri 5 ekor. Mencit ditimbang satu-persatu dan
masing-masing diberi tanda pengenal dan dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam.
Pengambilan darah awal dilakukan sebelum mencit diberi perlakuan yang diambil
melalui vena lateralis ekor mencit (T0). Kelompok I sebagai kontrol normal dan
diberikan pakan normal (Normal Diet, ND), kelompok II, III, IV, V, VI, dan VII
diberikan pakan kaya lemak (High Fat Diet, HFD) selama 3 minggu.
Tabel 3. Kelompok perlakuan hewan coba
Kelompok Perlakuan
I Kelompok normal
II Kelompok kontrol diabetes
III Kelompok kontrol metformin
IV Kelompok kontrol infus batang brotowali (84 mg/30 gr bb mencit)
V kombinasi infus batang brotowali : metformin 75%:25%
(63 mg/30 gr bb mencit:0,5 mg/30 gr bb mencit)
VI kombinasi infus batang brotowali : metformin 50%:50%
(42 mg/30 gr bb mencit:1 mg/30 gr bb mencit)
VII kombinasi infus batang brotowali : metformin 25%:75%
(21 mg/30 g bb mencit:1,5 mg/30 gr bb mencit)

9. Prosedur Penelitian
Mencit yang akan diberi perlakuan, sebelumnya diukur kadar glukosa darah
sebagai kadar glukosa awal (T0) dan berat badan mencit ditimbang dengan tujuan
Buntuk mengetahui pertambahan berat badan mencit selama perlakuan. Mencit diberi
pakan kaya lemak dan karbohidrat dalam waktu 1 minggu dan diberikan larutan
aloksan monohidrat 2 mg/20 gr BB mencit secara intra peritoneal. Pakan kaya lemak
dibuat dengan komposisi 55% kalori dari lemak (Hong et al. 2009) yang dibuat
dengan cara mencampur pakan mencit normal dengan lemak sapi yang sudah digiling
dengan tepung beras dan telur puyuh kemudian dioven pada suhu 45°C sampai kering
(Rian Siska 2013). Berat badan mencit diperiksa pada akhir minggu untuk
mengetahui berat badan hewan uji. Hewan uji yang positif DM (KGD > 200)
dikelompokkan kemudian diambil darahnya (T1). Pengambilan darah dilakukan pada
pembuluh darah ekor mencit terhadap masing-masing kelompok.
Tiap kelompok, diberi perlakuan sesuai ketentuan masing-masing kelompok
secara oral setiap hari pada pagi hari selama 14 hari. Pengambilan sampel darah
27

dilakukan pada hari ke 14 setelah pemberian larutan uji selanjutnya diukur kadar
glukosa darah setelah perlakuan. Sampel darah diambil dari vena lateral ekor mencit
dengan cara menusuk ekor mencit, kemudian darah diteteskan pada strip yang telah
dipasang pada glukometer, setelah 10 detik sampel darah bisa terbaca pada
glukometer.
E. Analisa Statistik
Analisis statistic yang digunakan adalah uji one way ANOVA dengan taraf
kepercayaan 95%.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. hlm 1-8.
Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Hong Eun-Gyoung et al. 2009. Interleukin-10 prevents diet-induced insulin
resistance by attenuating macrophage and cytokine response in skeletal
muscle. Diabetes 58:2525-2535.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB. hlm 15.
Rian SP. 2013. Efek Antidiabetes Kombinasi Infus Daun Talok (Muntingia
calabura L.) dan Metformin pada Mencit dengan Metode Resistensi
Insulin. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Edisi ke-3. Yogyakarta: Liberty.
Tirta Karina. 2005. Pengaruh Infusa Batang Brotowali (Tinospora crispa L.
Miers) terhadap Kadar Glukosa Darah pada Mencit. [Abstrak]. Bandung.
28

Anda mungkin juga menyukai