Anda di halaman 1dari 10

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN WUNGU (Graptophyllum pictum) TERHADAP

PROFIL HEMATOLOGI MENCIT PUTIH

Hilmarni1, Yane Yohana, Devahimer Harsep Rosi,


1
Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi Sumatera Barat
email: hilmarniafzan@gmail.com

Submitted :14-07-2016, Reviewed:15-07-2016, Accepted:19-07-2016


http://dx.doi.org/10.22216/JIT.v11i1.566

Abstract
Graptophyllum pictum is one of the popular traditional medicine that is widely used in Indonesia.
These leaves are used traditionally for the treatment of arthritis, menstruation, hemorrhoids,
urinary tract infections, scabies, swelling, sores, dermatitis, ear disease, laxative, and cancer. This
study was an experimental study using male mice as experimental animals were randomly divided
into 4 groups, consist of 3 treatment groups and one negative control group. The treatment group
was administered the extract Graptophyllum pictum and negative control group aqua dest given
orally for 20 days. Variations doses used were 50, 150 and 450 mg / KgBW mice. On the 21st day of
taking blood sampling in the treatment group and negative control group through an incision in the
neck. The observation parameters influenced on the body weight of experimental animals, checking
the levels of hemoglobin, the number of erythrocytes, leukocytes, platelets, and hematocrit. These
results indicated that the extract Graptophyllum pictum had no effect on body weight of mice in the
treatment group and the extract with the doses used did not affect the experimental mice
hematological profile. It can be concluded that the extract Graptophyllum pictum secure against
hematological profile male white mice.
Keywords: Toxicity, Grapthophylum pictum, Hematologi
Abstrak

Daun wungu merupakan salah satu obat tradisional populer yang banyak digunakan di Indonesia.
Daun ini digunakan secara tradisional untuk pengobatan rematik, menstruasi, wasir, infeksi saluran
kencing, kudis, bengkak, luka, dermatitis, penyakit telinga, pencahar, dan kanker. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan mencit jantan sebagai hewan percobaan
yang dikelompokkan secara acak mencadi 4 kelompok, terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1
kelompok kontrol negatif. Kelompok perlakuan diberikan ekstrak daun wungu dan kelompok
kontrol negatif diberikan aqua dest secara oral selama 20 hari. Variasi dosis yang digunakan adalah
50, 150 dan 450 mg/KgBB mencit. Pada hari ke -21 dilakukan pengambilan darah pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol negatif melalui penyayatan pada leher. Parameter yang diamati
meliputi pengaruh terhadap berat badan hewan percobaan, pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
sel eritrosit, leukosit, trombosit, serta hematokrit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
daun wungu tidak memiliki pengaruh terhadap berat badan mencit pada kelompok perlakuan dan
pemberian ekstrak dengan dosis yang digunakan tidak mempengaruhi profil hematologi mencit
percobaan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun wungu tidak bersifat toksik terhadap
profil hematologi mencit putih jantan.
Kata kunci : Toksisitas, Grapthophylum pictum, Hematologi
menanggulangi masalah kesehatan.
PENDAHULUAN Pengetahuan tersebut diterapkan
Bangsa indonesia telah lama mengenal berdasarkan pengalaman dan
dan menggunakan tanaman berkhasiat keterampilan yang secara turun-temurun.
obat sebagai salah satu upaya dalam Masyarakat beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat secara rutin Penelitian ini dilakukan pada
tidak akan menimbulkan bahaya karena Laboratorium Farmakologi Akademi
bersumber dari tanaman. Pernyataan Farmasi Imam Bonjol, Laboratorium
tersebut sangat tidak dibenarkan karena Hematologi Rumah Sakit Ahmad Mochtar
pemakaian tanaman obat yang tidak pada Bukittinggi dan Laboratorium Kimia
takaran akan membahayakan Universitas Negeri Padang
penggunanya. Tanaman obat dapat Alat dan Bahan
dikatakan aman jika digunakan dalam Alat yang digunakan adalah botol
takaran yang tepat (Sukmono, 2009). maserasi, corong, rotary evaporator,
Salah satu tanaman obat yang biasa botol ekstrak kental, kaca arloji, spatel,
digunakan adalah daun wungu. timbangan digital, lumpang, stamfer,
Daun wungu (Graphtophyllum pictum) gelas ukur, pipet tetes, vial 100 ml,
diketahui mengandung berbagai senyawa masker, alat tulis, kandang mencit
kimia, diantaranya alkaloid, pektin, asam lengkap, timbangan hewan, beker gelas,
format, steroid, saponin, tannin, flavonoid sonde oral, pisau bedah, tabung darah
serta alkohol (Thomas, 1992). Daun yang sudah berisi K2EDTA, Kit
wungu merupakan salah satu obat-obatan pemeriksaan profil hematologi, pipet
tradisional populer yang banyak darah dan Auto Hemolyzer Analises.
digunakan di Indonesia. Daun ini Bahan
digunakan secara tradisional untuk Bahan yang digunakan adalah mencit
pengobatan sembelit, rematik, menstruasi, (Mus musculus) jantan berumur 2-3 bulan
wasir, infeksi saluran kencing, kudis, dengan berat 20-30 gram sebanyak 12
bengkak, luka, dermatitis, penyakit ekor, daun wungu (Graptophyllum pictum
telinga, pencahar, dan kanker (Medicinal (L.) Griff), etanol destilasi, aquadest,
herb index Indonesian, 1995). Beberapa makanan dan minuman mencit.
penelitian menyatakan daun wungu Cara Kerja
memiliki aktivitas oksitoksik dan anti Tahapan Penelitian
implantasi terhadap tikus (Stella et al., Sampel yang digunakan adalah ekstrak
2009). Menghambat atrofi kelenjar etanol daun wunggu. Ektraksi sampel
mammae pada mencit, anti-jamur dengan metoda maserasi. Daun wungu
(Marhaman, 2008), anti-inflammation segar 4 kg, bersihkan dari pengotor
(Yukhiro et al., 1989) dan anti-plaque kemudian dikering anginkan, selanjutnya
(Endang, 2005). dirajang halus. Setelah itu diekstraksi
Beberapa tanaman telah dilaporkan dengan metoda maserasi dimana sampel
memiliki efek beracun, misalnya, alkaloid dimasukkan kedalam wadah yang tertutup
pyrolizidine yang diketahui dapat baik dan terlindungi cahaya lalu
menyebabkan kerusakan hati (Roulet et ditambahkan etanol destilasi sampai
al., 1988). Overdosis saponin telah sampel terendam sempurna sambil
dilaporkan untuk menginduksi diare sesekali diaduk, kemudian didiamkan.
berdarah pada mencit (Diwan et al., Proses dilakukan selama 3 hari dengan 3
2000). Kebanyakan laporan dari efek kali pengulangan. Maserat disaring dan
racun merupakan akibat penggunaan obat- diuapkan secara in vacuo dengan rotary
obatan herbal yang berhubungan dengan evaporator sehingga diperoleh ektrak
hepatotoksik, meskipun laporan efek kental. Setelah ekstrak kental diperoleh
beracun lainnya pada ginjal, darah dan dilakukan karakteristik ektrak etanol daun
jantung telah didokumentasikan (Saad et wungu yaitu : Pemeriksaan Organoleptis
al., 2006). dan penentuan Susut Pengeringan dengan
METODE PENELITIAN cara; Kurs porselen dipanaskan didalam
Tempat Penelitian oven 105oC selama 30 menit, kemudian
dinginkan dalam desikator dan berat awal
ditimbang (A). Masukkan ekstrak Sebelum pengujian hematologi dilakukan
sebanyak 1 gram sampai 2 gram kedalam pengambilan darah mencit pada hari ke-
kurs tersebut dan ditimbang kembali (B). 21 dengan cara penyayatan pada leher.
Kemudian kurs digoyang secara perlahan- Darah ditampung dengan tabung darah
lahan agar ekstrak merata. Masukkan yang sudah berisi K2EDTA lebih kurang
kedalam oven, buka tutup kurs dan 1,5 ml, kemudian dilakukan pemeriksaan
dibiarkan tutup terbuka dalam oven. eritrosit, leukosit, platelet, hemoglobin
Panaskan selama 1 jam pada suhu 105oC, dan hematokrit dengan Auto Hemolyzer
dinginkan dalam desikator, kemudian Analises.
timbang kembali. Ulangi perlakuan diatas
hingga diperoleh bobot tetap. Parameter yang Diamati
Hewan percobaan yang digunakan Perubahan berat badan mencit
adalah mencit putih jantan yang kelompok perlakuan dan kelompok
berumur 2 – 3 bulan dengan berat badan kontrol negatif, pemeriksaan kadar
20 – 30 gram. Hewan percobaan dibagi hemoglobin, jumlah sel eritrosit, leukosit,
dalam 4 kelompok secara acak yang dan trombosit, serta hematokrit. Data dari
terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1 hasil penelitian dianalisa secara statistik
kelompok kontrol. Masing-masing dengan metoda varian satu arah
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit putih (ANOVA).
jantan.
Sebelum digunakan, semua mencit HASIL DAN PEMBAHASAN
diaklimatisasi selama 7 hari untuk Setelah dilakukan penelitian toksisitas
membiasakan hewan berada pada ekstrak daun wungu terhadap nilai
lingkungan percobaan (Ridwan, 2013). hematologi mencit jantan diperoleh hasil
Makanan dan minuman diberikan sebagai berikut :
secukupnya. Mencit yang digunakan Ekstrak daun wungu termasuk ekstrak
adalah mencit yang sehat dan tidak kental, berwarna hijau kehitaman, bau
mengalami perubahan berat badan lebih aromatik. Susut pengeringan rata-rata
dari 10% dan secara visual menunjukkan daun wungu sebesar 15,71 %, serta
perilaku yang normal. mengandung metabolit sekunder yaitu
Dosis sediaan uji yang diberikan fenolik, flavonoid, saponin, steroid dan
kepada hewan perlakuan adalah 50 terpenoid.
mg/kgBB, 150 mg/kgBB, 450 mg/kgBB. Ekstrak daun wungu diproses dengan
Sediaan uji diberikan secara oral dengan mengeringkan daun wungu yang telah
frekuensi pemberian 1 x sehari selama 20 diperoleh hingga didapat berat kering
hari. Untuk kontrol hanya diberikan seberat 900 g. Daun wungu yang telah
aquadest. kering di maserasi menggunakan etanol
Sediaan uji dibuat dengan cara destilasi sebanyak 15 L selama 3 hari
melarutkan ekstrak daun wungu dengan dengan 3 kali pengulangan hingga
menggunakan air hangat. Berat ekstrak diperoleh ekstrak etanol daun wungu
yang akan dilarutkan ditimbang sebanyak 12,5 L. Ekstrak etanol daun
berdasarkan dosis yang direncanakan. wungu yang diperoleh lalu dipekatkan
Bobot ekstrak yang ditimbang dengan menggunakan rotary evaporator
berdasarkan konsentrasi: sehingga diperoleh ekstrak kental
sebanyak 99,85 g. Selanjutnya dilakukan
Dosis mg/kgBB x BB (kg)
Konsentrasi (mg/ml) = susut pengeringan ekstrak daun wungu
VAO (ml)
(Volume pemberian 1% dari berat badan yang didapat rata-rata sebesar 15,71%.
mencit). Setelah susut pengeringan dilakukan
skrining fitokimia untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder yang percobaan agar mencegah terjadinya
terdapat pada daun wungu. Hasil skrining stress yang dapat mempengaruhi data
fitokimia yang didapat ialah adanya hasil percobaan (Ridwan, 2013). Setelah
metabolit sekunder pada daun wungu aklimatisasi hewan uji dilanjutkan dengan
(Marlinda et al, 2012) berupa fenolik, perlakuan yakni dengan menginduksikan
flavonoid, saponin, steroid dan terpenoid. ekstrak daun wungu
Hewan uji yang digunakan adalah Ekstrak daun wungu yang diberikan
mencit jantan yang berumur 2 – 3 bulan secara per oral selama 20 hari, terhadap
dengan berat badan 20 – 30 gram. Alasan berat badan mencit putih jantan
pemilihan mencit jantan sebagai hewan memperlihatkan adanya perbedaan berat
uji karena mencit jantan tidak memiliki badan antara kelompok kontrol dengan
daur estrus seperti mencit betina yang kelompok dosis. Berat badan mencit pada
akan menjadikan data hematologi tidak kelompok kontrol negatif mengalami
akurat dengan adanya daur estrus tersebut. peningkatan berat badan yang berarti
Untuk menghindari kesalahan tersebut dibandingkan dengan kelompok dosis 50
maka digunakan mencit jantan pada mg/kgBB, 150 mg/kgBB, 450 mg/kgBB
penelitian hematologi ini (Ridwan, 2013). (Gambar 1).
Hewan uji yang digunakan terdiri dari Berdasarkan uji statistik disimpulkan
12 ekor mencit jantan yang di bagi secara bahwa berat badan mencit pada hari ke 21
acak kedalam 4 (empat) kelompok dari kelompok pemberian ekstrak daun
masing-masing kelompok terdapat 3 wungu tidak berpengaruh secara
(tiga) ekor mencit. Sebelum dilakukan bermakna jika dibandingkan dengan
perlakuan terhadap hewan uji, hewan uji kelompok kontrol (p>0,05).
diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7
hari. Aklimatisasi bertujuan untuk
membiasakan mencit pada lingkungan
38

36

34
Berat Badan (g)

32 Kontrol
30 50 mg/kgBB
28 150 mg/kgBB

26 450 mg/kgBB

24
1 7 14 21

Hari

Gambar 1. Perkembangan berat badan mencit


yang telah ditampung dalam microtube
Pengambilan darah dilakukan pada lalu dikocok agar tidak terjadi
hari ke 21 terhadap 3 ekor mencit masing- penggumpalan. Metoda perhitungan
masing kelompok dosis perlakuan dan jumlah hematologi yang digunakan dalam
kelompok kontrol dengan cara penyayatan penelitian ini yakni dengan menggunakan
pada leher dan kemudian darah ditampung metoda perhitungan alat sismex
dalam microtube yang sudah mengandung autohematology analyzer.
K2EDTA sebagai antikoagulan. Darah
Hasil pengukuran kadar Hb rerata dihasilkan ditingkat jaringan dari CO2.
mencit pada hari ke 21 relatif lebih tinggi Hemoglobin menyangga asam ini
bila dibandingkan dengan kelompok sehingga asam ini tidak banyak
kontrol negatif (Gambar 2) . Untuk dosis menyebabkan perubahan pH darah.
150 mg/kgBB bila dibandingkan dengan 3. Karbon monoksida (CO). Gas ini
kontrol negatif jauh mengalami dalam terdapat di dalam darah, tetapi
peningkatan. Hasil uji statistik jika terhirup maka gas ini cendrung
menunjukkan kadar Hb rerata pada menempati bagian hemoglobin yang
kelompok perlakuan berbagai tingkatan berikatan dengan O2 sehingga terjadi
dosis menunjukkan tidak adanya keracunan CO2.
perbedaan yang bermakna (p>0,05). 4. Nitrat oksida (NO). Di paru, nitrat
Hemoglobin tidak hanya menyebabkan oksida yang bersifat vasodilator
warna eritrosit menjadi merah, tetapi juga berikatan dengan hemoglobin. NO ini
untuk menentukan bentuk eritrosit dibebaskan di jaringan, tempat zat ini
(Leeson, 1996). Hemoglobin merupakan melemaskan dan melebarkan arteriol
komponen utama dari sel darah merah. local. Vasodilatasi ini membantu
Molekul hemoglobin terdiri dari suatu menjamin bahwa darah kaya O2 dapat
protein yang terbentuk dari empat rantai mengalir dengan lancer dan juga
polipeptida (globin) dan empat gugus membantu menstabilkan tekanan darah
nonprotein yang mengandung besi yang
dikenal sebagai gugus heme (Ganong, Konsentrasi hemoglobin biasanya
1995). Masing-masing dari keempat atom digunakan untuk melihat konsentrasi sel
besi dapat berikatan secara reversible darah merah didalam darah. Kelebihan
dengan satu molekul O2; karena itu, setiap hemoglobin akan menyebabkan terjadinya
molekul hemoglobin dapat mengambil kekentalan darah dan apabila hemoglobin
empat penumpang O2 di paru. Karena O2 kurang dapat menyebakan anemia
tidak mudah larut dalam plasma maka (Sadikin, 2002). Anemia dapat
98,5% O2 yang terangkut dalam darah menyebabkan kapasitas darah mengangkut
terikat ke hemoglobin (Sherwood, 2007). oksigen menurun untuk memenuhi
Hemoglobin adalah suatu pigmen kebutuhan jaringan. Penyebab anemia
(Ganong, 1995). Karena kandungan salah satunya gangguan pembentukan sel
darah merah akibat keadaan defisiensi besi
(Prova et al.,2004).

besinya maka hemoglobin tampak 17.2


kemerahan jika berikatan dengan O2 dan 17

keunguan jika mengalami deoksigenasi. 16.8


Hemoglobin (g/dl)

Karena itu, darah arteri yang teroksidasi 16.6


16.4
penuh akan berwarna merah dan darah
16.2
vena yang telah kehilangan sebagaian dari Hemoglobin
16
kandungan O2-nya ditingkat jaringan,
15.8
memiliki rona kebiruan (Sherwood, 2007).
15.6
Selain mengangkut O2, hemoglobin Kontrol 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB
juga dapat berikatan dengan (Sherwood, negatif

2007): Kelompok
1. Karbon dioksida. Hemoglobin Gambar 2. Jumlah Hemoglobin
membantu mengangkut gas ini dari sel Hasil rerata eritrosit mencit pada hari ke
jaringan kembali ke paru 21 menunjukkan adanya peningkatan
2. Bagian ion hydrogen asam (H+) dari untuk semua kelompok perlakuan dosis.
asam karbonat terionisasi, yang Tetapi untuk kelompok kontrol negatif bila
dibandingkan dengan kelompok perlakuan kurang dari 0,1% dari semua sel di
dosis tidak mengalami peningkatan sumsum tulang (Sherwood, 2007).
(Gambar 3). Hasil uji statistik Eritrosit yang bersirkulasi di dalam
menunjukkan rerata jumlah eritrosit darah mempunyai waktu hidup ± 120 hari
mencit pada kelompok perlakuan dosis 50, (Ganong, 1995). Seiring dengan proses
150, 450 mg/kgBB pada hari ke 21 bila penuaan, membran plasma eritrosit yang
dibandingkan dengan kontrol tidak tidak dapat diperbaiki menjadi rapuh dan
menunjukkan perbedaan yang bermakna mudah pecah sewaktu sel terjepit melewati
(p>0,05). titik-titik penyempitan di dalam sistem
vascular. Sebagian besar SDM tua
10 mengakhiri hidupnya di limpa, karena
9.9
9.8
jaringan kapiler organ ini yang sempit dan
9.7 berkelok-kelok merusak sel-sel rapuh ini.
9.6
Limpa terletak di bagian kiri atas
Eritrosit (10 6 µL)

9.5
9.4 abdomen. Selain menyingkirkan sebagian
9.3
9.2
besar eritrosit tua dari sirkulasi, limpa
9.1 memiliki kemampuan terbatas untuk
9 menyimpan eritrosit sehat di interior
8.9
Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB
pulpanya, berfungsi untuk cadangan untuk
Kelompok
trombosit, dan mengandung banyak
limfosit (Sherwood, 2007).
Gambar 3. Jumlah Eritrosit
Konsentrasi sel darah merah perlu
diketahui untuk menilai fisiologi tubuh.
Eritrosit adalah sel datar berbentuk
Sel darah merah yang cukup ikut
piringan yang mencekung di bagian tengah
menjamin jumlah oksigen yang cukup
di kedua sisi (piringan bikonkaf dengan
untuk sel-sel di berbagai jaringan sehingga
garis tengah 7,5 μm, ketebalan 2 μm di
sel-sel tersebut dapat bekerja maksimal.
tepi luar, dan ketebalan 1 μm di bagian
Sebaliknya, bila jumlah sel darah merah
tengah) (Ganong, 1995). Bentuk unik ini
tidak cukup/ kurang dari jumlah normal
berperan, melalui dua cara, dalam
maka akan terjadi anemia (Sadikin, 2002).
menentukan efisiensi sel darah merah
Anemia cukup sering ditemukan pada
melakukan fungsi utamanya mengangkut
penyakit kronis seperti penyakit inflamasi,
O2 dalam darah: (1) Bentuk bikonkaf
sepsis dan keganasan pada saluran
menghasilkan luas permukaan yang lebih
pencernaan. Salah satu penyebab anemia
besar untuk difusi O2 menembus membran
yakni karena adanya defisiensi vitamin
dibandingkan dengan bentuk sel bulat
B12 (Davey, 2002).
dengan volume yang sama.(2) Tipisnya sel
Hasil rerata hematokrit darah mencit
memungkinkan O2 cepat berdifusi antara
jantan pada hari ke 21 relatif lebih tinggi
bagian paling dalam sel dan eksterior sel
bila dibandingkan dengan kelompok
(Sherwood, 2007).
kontrol negatif. Untuk dosis 150 mg/kgBB
Eritropoiesis merupakan proses
mengalami banyak peningkatan
pembentukan sel darah merah di dalam
dibandingkan dengan kontrol negatif dan
sumsum tulang. Sumsum merah tidak
dengan kelompok variasi dosis 50 dan 450
hanya memproduksi SDM tetapi juga
mg/kgBB (Gambar 4). Hasil uji statistik
merupakan sumber leukosit dan trombosit
menunjukkan rerata jumlah hematokrit
(Ganong, 1995). Di sumsum tulang
mencit pada kelompok perlakuan dosis 50,
terdapat sel punca pluripoten tak
150, 450 mg/kgBB pada hari ke 21 bila
berdifensiasi yang secara terus-menerus
dibandingkan dengan kontrol negatif tidak
membelah diri dan berdiferensiasi untuk
menunjukkan perbedaan yang bermakna
menghasilkan semua jenis sel darah. Sel-
(p>0,05).
sel punca sulit dicari karena membentuk
Perlakuan
Parameter - satuan Ekstrak daun wungu
Kontrol 150
50 mg/kgBB 450 mg/kgBB
mg/kgBB
Hemoglobin g/dL 16,10 ± 10,44 16,6 ± 0,87 17,07 ± 0,513 16,53 ± 0,21
Eritrosit 106uL 9,27 ± 0,63 9,74 ± 0,91 9,84 ± 0,85 9,86 ± 0,72
Hematokrit % 46,7 ± 0,38 47,8 ± 2,35 48,13 ± 3,52 47,13 ± 3,41
Leukosit 103/uL 9,36 ± 3,46 8,51 ± 3,46 10,69 ± 0,93 7,14 ± 0,29
1271 ± 1180,7 ± 1315,3 ± 1132,7 ±
Platelet 103/uL 115,05 273,6 501,8 607,85

Tabel 1. Nilai hematologi mencit jantan hari ke 21


Hematokrit adalah persentase volume 12

seluruh sel darah merah yang ada didalam 10


darah yang diambil dalam volume tertentu. 8

Leukosit (10 3 µL)


Kadar hematokrit yang tinggi
6
menunjukkan konsentrasi sel darah merah
yang tinggi didalam darah (Sadikin, 2002). 4

2
48.5
0
48 Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB

Kelompok
Hematokrit (%)

47.5

47
Gambar 5. Jumlah Leukosit
46.5

46

45.5 Leukosit merupakan sel darah putih


Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB yang berperan membantu membersihkan
Kelompok tubuh dari benda asing, termasuk invasi
Gambar 4. Jumlah Hematokrit pathogen melalui sistem tanggap kebal
(Moyle & Cech, 2004). Jumlah total
Hasil rerata leukosit mencit pada hari leukosit dalam keadaan normal berkisar
ke 21 menunjukkan adanya penurunan dari 5 juta hingga 10 juta per milliliter
pada dosis 50 dan 450 mg/kgBB darah, dengan rerata 7 juta sel/ml, yang
dibandingkan dengan kelompok kontrol dinyatakan sebagai hitung sel darah putih
negatif. Sedangkan jumlah leukosit pada rerata 7000/mm3. Leukosit merupakan sel
dosis 150 mg/kgBB mengalami darah yang paling sedikit jumlahnya,
peningkatan dibanding kelompok lainnya bukan karena yang diproduksi lebih sedikit
(Gambar 5). tetapi karena sel-sel ini hanya transit di
Hasil uji statistik menunjukkan rerata darah. Dalam keadaan normal, sekitr dua
jumlah leukosit mencit pada kelompok pertiga leukosit dalam darah adalah
perlakuan dosis 50, 150, 450 mg/kgBB granulosit, terutama neutrofil, sementara
pada hari ke 21 bila dibandingkan dengan sepertiga adalah agranulosit, terutama
kontrol negatif tidak menunjukkan limfosit. Namun, jumlah total sel darah
perbedaan yang bermakna (p>0,05) putih dan persentase masing-masing tipe
dapat sangat bervariasi untuk memenuhi
kebutuhan pertahanan yang terus berubah
(Sherwood, 2007).
Sel ini bekerja sama dengan protein terdapat sekitar 250 juta trombosit (kisaran
respons imun, imunoglobulin dan 150.000 sampai 350.000/mm3). Trombosit
komplemen. Perhitungan nilai leukosit bukanlah sel lengkap tetapi fragmen kecil
dapat menjadi suatu uji saring adanya sel yang dilepaskan dari tepi luar sel
suatu infeksi maupun defisiensi imun sumsum tulang yang sangat besar yang
dalam tubuh. Bila jumlah leukosit dikenal sebagai megakariosit. Satu
melebihi batas maksimal keadaan itu megakariosit biasanya memproduksi
disebut leukositosis bila berkurang dari sekitar 1000 trombosit (Sherwood, 2007).
batas minimum disebut leukopenia Megakariosit merupakan sel raksasa di
(Wijaya, 2009). Leukositosis dapat terjadi dalam sumsum tulang, membentuk
pada saat tubuh mengalami peradangan, trombosit dengan cara mengeluarkan
misalnya pada apendisitis dapat secuil sitoplasma ke dalam sirkulasi
(Ganong, 1995). Trombosit tetap berfungsi
mengalami leukositosis sedang hingga rata-rata selama 10 hari, setelah itu keping
berat (Dwintasari, 2014). Sedangkan darah ini dibersihkan dari sirkulasi oleh
leukopenia terjadi bila sumsum tulang makrofag jaringan, terutama yang terdapat
memproduksi sangat sedikit sel darah di limpa dan hati, dan diganti oleh
putih, sehingga tubuh tidak terlindung trombosit baru yang dibebaskan dari sum-
terhadap banyak bakteri dan agen lain sum tulang. Hormon trombopoietin, yang
yang mungkin masuk menginvasi jaringan dihasilkan oleh hati, meningkatkan jumlah
(Guyton, 2008). megakariosit untuk menghasilkan lebih
Hasil rerata platelet mencit pada hari banyak trombosit (Sherwood, 2007).
ke 21 menunjukkan adanya peningkatan Karena merupakan potongan sel maka
pada dosis 150 mg/kgBB dibandingkan trombosit tidak memiliki nucleus. Namun,
dengan kelompok kontrol negatif. trombosit memiliki organel dan enzim
Kelompok dosis 450 mg/kgBB mengalami sitosol untuk menghasilkan energi dan
penurunan dibandingkan dengan kelompok membentuk produk sekretorik, yang
dosis 50 dan 150 mg/kgBB (Gambar 6). disimpan di banyak granula yang tersebar
Hasil uji statistik menunjukkan rerata di seluruh sitosol (Sherwood, 2007). Selain
jumlah platelet mencit pada kelompok itu, trombosit mengandung banyak aktin
perlakuan dosis 50, 150, 450 mg/kgBB dan myosin, yang menyebabkan keping
pada hari ke 21 bila dibandingkan dengan darah ini mampu berkontraksi dalam
kontrol negatif tidak menunjukkan hemostasis (Ganong, 1995).
perbedaan yang bermakna (p>0,05). Trombosit memegang beberapa
peranan dalam hemostatis, yaitu menempel
1350 pada daerah luka pada pembuluh darah,
1300 menghasilkan trombus putih yang
1250 menutup permukaan cedera dan mengisi
Platelet (10 3 µL)

1200
lubang-lubang didalam dinding pembuluh.
1150
Keping-keping darah dianggap
1100
menghasilkan suatu enzim tromboplastin
1050
yang penting dalam mekanisme
1000
Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB
pembekuan. Tromboplastin membantu
Kelompok
transformasi protrombin menjadi trombin
dan trombin mentransformasi fibrinogen
Gambar 6. Jumlah Platelet
menjadi fibrin. Penurunan jumlah keping
Selain eritrosit dan leukosit, trombosit darah dalam peredaran darah tampak
(platelet, keeping darah) adalah tipe ketiga dalam klinik pada suatu keadaan yang
elemen seluler yang terdapat dalam darah. disebut trombositopenia (Leeson, 1985).
Dalam setiap milliliter darah secara normal Trombositopenia ialah kelainan yang
disebabkan oleh mekanisme autoimun. Ganong, W.F.(1995). Reviewe of Medical
Trombositopenia juga dapat disebabkan Physology, Editor M. Djauhari
oleh berkurangnya produksi sel-sel Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi
megakaryosit oleh sumsum tulang Kedokteran, Penerbit Buku
(Sadikin M, 2002). Trombositopenia Kedokteran, EGC
ditandai oleh purpura kulit spontan dan Hoffbrand, A. (1987). Haematologi
perdarahan mukosa (Hoffbrand, 1987). (Essential Haematology). Jakarta:
EGC.
SIMPULAN Leeson, C.R., T.S. Leeson& A.A. Paparo.,
Pemberian ekstrak daun wunggu 1996, Buku Ajar Histologi.
dengan variasi dosis yang diberikan tidak Penerjemah: StafAhli FK UI. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran EGC.
mempengaruhi nilai hematologi rutin
Marhaman. (2008) Pengaruh pemberian
mencit. Dimana tidak terdapat perbedaan perasaan daun ungu (Graptophullym
bermakna (p>0,05) antara kelompok pictum) terhadap pertumbuhan
perlakuan dengan kontrol negatif sehingga Candida albicans pada anak‐anak
dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak penderita Angular cheilitis. Skripsi.
daun wungu tidak bersifat toksik terhadap Perpustakaan Universitas Jember
profil hematologi mencit putih jantan. Marlinda, M., Sangi, MS dan Wuntu, AD.
(2012). Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak
UCAPAN TERIMA KASIH
Eyanol Biji Buah Alpukat. Manado:
Terima kasih kami ucapkan kepada
Universitas Sam Ratulangi.
Akademi Farmasi Imam bonjol yang telah
Moyle, P.B., J.J. Cech., 2004, Fish An
memberikan fasilitas untuk penelitian ini,
Introduction to Ichthyology, 5th
kemudian ucapan terima kasih kepada
Edition, New Jersey.
pihak Laboratorium Hematologi Rumah
PT Eisai Indonesia editor. (1995)
Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi serta
Medicinal herb index in Indonesia.
Laboratorium Kimia Universitas Negeri
Jakarta.
Padang yang sangat membantu dalam
Provan, D., C.R.J. Singer., T. Baglin& J.
penelitian ini.
Lilleyman.(2004). Oxford Handbook
of Clinical Haematology, Second
DAFTAR PUSTAKA edition, Queen Mary’s School of
Medicine and Dentistry,University of
Diwan, F. H., Abdel-Hassan, I. A. and London.
Mohammed, S. T. (2000). Effect of Ridwan, E. (2013). Etika pemanfaatan
saponin on mortality and hewan percobaan dalam penelitian
histopathological changes in mice. kesehatan. Jakarta: Universitas
Eastern Mediterranean Health J 6: Indonesia.
345-351. Roulet M, Laurini R, Rivier L, Calame A,
Dwintasari, M. (2014). Hubungan antara (1988). Hepatic veno-occlusive
peningkatan jumlah leukosit dengan disease in newborn infant of a woman
apendisitis akut perforasi di RSU drinking herbal tea. J Pediatr.
provinsi NTB pada tahun 2012-2013. 112:433–6.
Endang W. (2005). The Graptophyllum Saad, B., Azaizeh, H., Hijleh, G. A. and
pictum extract effect on acrylic Said, O. (2006). Safety of traditional
complete denture plaque growth. Maj Arab herbal medicine. eCAM
Ked Gigi (Dent J); 38 Suppl 4: 3(4):433-439.
201‐204. Sadikin, M. (2002). Biokimia Darah.
Jakarta: Widya Medika.
Sherwood, Lauralee.(2007). Fisiologi Yukihiro O, Setsuko S, Soekeni S,
Manusia : Dari Sel ke Sistem.(Edisi Masatoshi H.(1989)
6). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Antiinfammatory effect of
EGC. Graptophyllum pictum (L.) GRIFF.
Stella O. OD., Grace E.U.,Herbert A.B C Chem Pharm Bull ; 37 Suppl 10:
& S.A Adesina.(2009). Oxytocic and 2799‐2802.
antiimplantation activities of the leaf Wijaya, H.S. (2009). Analisis Nilai
extracts of Graptophyllum pictum Leukosit Terhadap Morfologi Sediaan
(Linn.) Griff.(Acanthaceae), Apus Darah Tepi Pada Darah
Academia Journal. Pendonor di Palang Merah Indonesia
Surabaya: Universitas Katolik Widya Kota Bandung. Bandung: Universitas
Mandala. Kristen Maranata.

Anda mungkin juga menyukai