Anda di halaman 1dari 13

Remedial Kuis Farmakologi Dasar Modul 3

Nama: Izza Putri Arya Dilah

NPM: 260110180146

Jurnal 1

Judul Phytochemicals and acute toxicity of Moringa oleifera roots in mice

Nama Penulis JN Kasolo, GS Bimenya, L Ojok, JW Ogwal-Okeng

Tahun 2011

Nama Jurnal Journal of Pharmacognosy and Phytotherapy

Volume dan Halaman 3 (3) : 38-42

Metode Pengumpulan Tumbuhan dan Persiapan Ekstraksi

Akar M. oleifera dipanen pada musim kemarau dari pohon tumbuh di


tanah lempung. Keluarga dan spesies M. oleifera dikonfirmasi oleh ahli
botani Universitas Makerere dan daun disimpan di Herbarium
Universitas. Kulit akar M. oleifera dikeringkan dengan udarasuhu kamar
di Departemen Fisiologi sampai konstan berat badan tercapai. Mereka
dijauhkan dari sinar matahari langsung ke hindari menghancurkan
senyawa aktif. Mereka kemudian ditumbuk bubuk menggunakan motor
logam dan alu untuk memudahkan ekstraksi senyawa aktif.

Proses Ekstraksi

Serbuk kulit akar M. oleifera direndam dalam eter selama 72 jam,


disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 1dalam corong
Buchner dan pelarut dihilangkan dengan proses penguapan. Residunya
dibiarkan kering pada suhu kamar, jauh dari cahaya langsung selama 48
jam. Kemudian, direndam dalam etanol (96% V / V) selama 72 jam,
pompa isap digunakan untuk mengeringkan ekstrak. Residunya
dibiarkan kering di kamar suhu selama 72 jam. Residu kering
dimasukkan ke dalam air panas (96 ° C) untuk mencegah diserang oleh
jamur dan dibiarkan dingin sambil sedang dikocok pada selama interval
6 jam. Filtrat dibekukan kering.

Uji Kualitatif Ekstrak Akar dalam Eter, Etanol, dan Air

Zat yang diuji adalah alkaloid, steroid dan triterpenoid, tanin,


antrasenosida, gula pereduksi, flavon, saponin, dan kumarin yang
dikabarkan melindungi tanaman dari pemangsa. Kulit akar kering M.
oleifera,ekstrak eter, etanol dan air digunakan untuk menentukan
senyawa.
Asam klorida, pereaksi Dragendoff dan pereaksi Meyer digunakan,
adanya endapan kekuningan mengindikasikan adanya alkaloid. Untuk
mendeteksi keberadaan steroid, triterpenoid, asetat anhidrida, Kloroform
dan asam sulfat pekat digunakan, cincin coklat-merah pada antarmuka
antara dua cairan dan supernatan hijau mengindikasikan adanya
senyawa.
Metanol dan besi klorida digunakan untuk menunjukkan keberadaan
dari katekol dan tanin gallic. Warna biru kehitaman menunjukkan
kehadiran tanin gallic sementara warna kehijauan hijau, menunjukkan
kehadiran tanin katekol. Menambahkan ekstrak kering ke dalam larutan
amonia 25%, larutan merah-cherry menunjukkan adanya emodol
(aglikon anthracenosides dalam bentuk teroksidasi).
Pembentukan busa muncul setelah dikocok selama 15 menit tabung
reaksi berisi 1 mg Dimetilsulfoksida, etanol dan air suling menunjukkan
adanya saponin. Larutan amonia ditambahkan ke 1 mg ekstrak kering
dan diamati di bawah sinar ultra violet menunjukkan Kehadiran kumarin
dan turunannya. Satu miligram kering ekstrak dilarutkan dalam 1 ml
metanol pada 50 ° C, logam magnesium dan 4 hingga 5 tetes asam
klorida pekat ditambahkan. Warna merah atau oranye menunjukkan
adanya flavon aglikon.
Satu miligram ekstrak dilarutkan dalam 2 ml air. 1 ml
solusi Fehling (I dan II), ditambahkan dan campuran dipanaskan.
Endapan merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi.

Penentuan LD50

Tikus albino Swiss, berusia 6 hingga 8 minggu, dengan berat 15 sampai


20 g, digunakan untuk menentukan persentase kematian hewan 24 jam
setelah dosis oral. Ekstrak etanol dan air secara oral (melalui tabung
lambung) diberikan dalam dosis tunggal untuk "kelompok uji" 5 tikus
jantan dan 5 betina, yang telah kelaparan selama 12 jam. Dosis uji
menunjukkan bahwa untuk ekstrak air, yang diterima hewan uji;
Masing-masing 10, 15, 20, 25 g, dan 35 g / kg berat badan per
kelompok, sedangkan ekstrak etanol yang diterima; 10, 15, 20, 25 g dan
30 g / kg berat badan. Kelompok kontrol dari 5 jantan dan 5 betina
menerima 1 ml air suling. Perilaku hewan diamati selama 12 jam dan
jumlah hewan yang mati dalam 24 jam dicatat.

Hasil LD50 ekstrak air kulit akar M. oleifera adalah 15,9 g / kg sedangkan
ekstrak etanol adalah 17,8 g / kg. Kulit alar M. oleifera relatif tidak
beracun bila diberikan dalam dosis tunggal.

Kelebihan Menguji dosis pada pelarut ekstrak yang berbeda-beda (etanol dan eter)
sehingga penentuan LD50 – nya lebih spesifik.

Kekurangan Dalam metode dinyatakan dilakukan pengamatan terhadap perilaku


mencit saat 12 jam, tetapi dalam hasil data yang disajikan hanya data
kematian mencit ssetelah 24 jam.

Jurnal 2

Judul Toksisitas Ekstrak Etanol Mangifera foetida L. Sebagai Pengkelat Besi


Ditinjau dari LD50 dan Komponen Sel Darah

Nama Penulis Tri Wahyuni, Santi Purna Sari, Ari Estuningtyas, HJ Freisleben

Tahun 2015

Nama Jurnal Pharmaceutical Sciences and Research (PSR)

Volume dan Halaman Vol. 2 (3) : 124-134

Metode Tujuan penelitian ini adalah menetukan nilai toksisitas akut (LD50) dari
ekstrak etanol M.foetida dengan menggunakan metode weil dan
pengaruhnya terhadap komponen dalam darah. Penelitian ini
menggunakan desain randomisasi secara acak. Pada penelitian ini
menggunakan 25 mencit jantan dan 25 mencit betina galur DDY yang
dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok pertama sampai keempat
merupakan kelompok yang diberikan ekstrak etanol M.foetida dengan
dosis bertingkat yang disuspensikan dengan aquades yang diberikan
secara oral. Kelompok kelima merupakan kelompok kontrol yang
diberikan aquades.

Ekstraksi Daun M. foetida L

Sampel daun M.foetida yang telah dikeringkan, dimasukkan ke dalam


botol coklat gelap dan dimaserasi dengan etanol 70% selama 7 hari
sambil sesekali diaduk. Maserasi dilakukan sebanyak 5 kali
pengulangan. Hasil maserasi diuapkan pelarutnya dengan alat rotari
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental etanol.

Karakterisasi Ekstrak Etanol M.foetida L.

Karakterisasi terhadap ekstrak merupakan tahap melengkapi data dalam


penetapan parameter ekstrak sesuai dengan monografi resmi Materia
Medika Indonesia (MMI) dan uji kandungan kimia ekstrak dilakukan
sebagai tambahan parameter ekstrak yang mengacu pada prosedur
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat dari Departemen
Kesehatan, dilakukan menurut cara identifikasi yang lazim sesuai
Materia Medika III.

Penyiapan Hewan Coba

Hewan uji yang digunakan mencit (Musmuculus L.) galur DDY


(Deutschland Denken Yoken), berumur lebih kurang dua bulan dengan
berat badan 20-30 gram. Hewan uji diperoleh dari bagian nonruminansia
dan satwa harapan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 25 ekor mencit putih jantan
dan 25 ekor mencit betina yang dibagi secara acak kedalam 5 kelompok
perlakuan. Sebelum digunakan untuk penelitian, semua mencit
diadaptasi terlebih dahulu selama kurang lebih satu minggu untuk
penyesuaian lingkungan, mengontrol kesehatan, dan berat badan serta
menyeragamkan makanan.
Penentuan Dosis

Penentuan dosis terbesar dilakukan melalui uji pendahuluan untuk


mengetahui dosis terbesar yang dapat disondekan kepada mencit. Dosis
ini merupakan dosis IV untuk mencit dengan berat badan 25 gram.
Dosis III diperoleh dari pengenceran dosis IV. Pengenceran yang sama
dilakukan terhadap dosis III untuk mendapatkan dosis II. Pengenceran
yang sama dilanjutkan sampai diperoleh dosis I.

Pengujian Toksisitas Akut

Larutan uji diberikan secara oral sekali dengan menggunakan sonde


lambung dalam jumlah tertentu sesuai dengan dosis yang diberikan.
Setelah 24 jam dari pemberian dosis, dilihat tanda-tanda kematian dan
jumlah tikus yang mati.
Hasil Potensi ketoksikan ekstrak etanol daun Mangifera foetida L. pada
mencit jantan dan mencit betina menunjukkan bahwa pada dosis
pemberian tidak menyebabkan kematian hingga pada dosis tertinggi,
yaitu 13,013 g/kg bb.

Kelebihan Penulis mempunyai banyak data perbandingan sebagai referensi angka


LD50.

Kekurangan Dalam metode yang dilaksanakan tidak terdapat penetuan konsentrasi


sampel untuk diuji yang pasti menghasilkan LD50. Sehingga
penelitiannya tidak menghasilkan LD50.

Jurnal 3

Judul Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena (Clausena anisata
Hook.f.)

Nama Penulis Hanifah Yusuf

Tahun 2011

Nama Jurnal JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA

Volume dan Halaman Vol. 11 (1) : 1-7

Metode Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih ( Rattus


novergicus), galur Wistar, jantan dan betina, umur ± 2 bulan dan berat
badan + 200 g. Tikus putih jantan dan betina dipelihara secara terpisah
di dalam kandang yang ditempatkan di da1am ruangan yang terjaga
kebersihannya, dengan siklus cahaya 12 jam terang dan 12 jam gelap.

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Klausena (Obat uji)

Ekstrak etanol daun klausena dibuat secara maserasi dengan


menggunakan etanol 80%. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan
menggunakan vacum rotary evaporator, kemudian ditempatkan di dalam
botol berwarna yang tertutup rapat dan disimpan di dalam lemari
pendingin (Farmakope Indonesia, 1979). Untuk uji toksisitas akut, obat
uji dibuat dalam bentuk suspensi dari ekstrak etanol daun klausena
dengan dosis 0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g BB.
Masing-masing obat uji diberikan secara oral sebanyak I ml / 200 g BB
dengan menggunakan oral sonde dari logam kepada setiap hewan
percobaan dari setiap kelompok.

Pelaksanaan Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena dilakukan dengan


menggunakan metode Well, C.S. 12 Sebelum pengujian, hewan
percobaan diaklimatisasi selama 7 hari, selama aklimatisasi dan setelah
pemberian obat uji, berat badan hewan percobaan ditimbang 2 kali
dalam seminggu. Setelah pemberian obat uji, hewan percobaan
dikembalikan ke dalam kandangnya dan pengamatan dilakukan secara
seksama selama 6 jam. Jumlah kematian hewan percobaan dihitung
selama 24 jam dan pengamatan selanjutnya dilakukan 2 kali sehari
selama 14 hari. Jumlah kematian hewan percobaan dicocokkan dengan
tabel Well, C.S. Kemudian ditentukan dosis letalis (LD 50) ekstrak
etanol daun klausena pada tikus putih.

Selama percobaan, dilakukan observasi terhadap gejala-gejala toksisitas


yaitu berupa perubahan warna kulit, bulu, mata, pernafasan, lakrimasi,
hipersalivasi, hiporeaktif dan perilaku lainnya. Selanjutnya terhadap
hewan yang mati dilakukan autopsi dengan melakukan pemeriksaan
histologis terhadap paru-paru, jantung, hati, ginjal, saluran cerna, dan
otak. Sedangkan hewan yang masih bertahan hidup dipelihara terus
sampai hari ke 14. Setelah itu percobaan diakhiri dan semua hewan
percobaan didekapitasi dan dilakukan pemeriksaan histologis terhadap
organ utama dengan metode standar.

Hasil Ekstrak etanol daun klausena (Clausena anisata Hook.f) tidak toksik,
dengan nilai LD 50 = 17036,85 mg / kg BB > 15.000 mg/ kg BB.
Ekstrak etanol daun klausena tidak memiliki spektrum efek toksik yang
berarti karena masih berada dibawah batas angka tidak toksik yang
dinyatakan oleh Gleason, M. N (Practically Non Toxic > 15.000 g/kg
BB)

Kelebihan Menjabarkan gejala-gejal toksisitas yang terjadi kepada tikus.

Kekurangan Tidak dilakukan uji kandungan ekstrak, sehingga tidak diketahui


senyawa apa yang menimbulkan efek farmakologis pada hewan uji.

Jurnal 4
Judul Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Benalu Mangga (Dendrophthoe
Petandra) Terhadap Mencit Swiss Webster
Nama Penulis Diantika L. Nurfaat, Wiwiek Indriyati

Tahun 2016

Nama Jurnal IJPST

Volume dan Halaman Vol. 3 (2) : 53-65

Metode Tahapan penelitian meliputi determinasi simplisia, pembuatan ekstrak


etanol herba benalu mangga yang selanjutnya disebut ekstrak benalu
mangga, penapisan fitokimia ekstrak benalu mangga, pengujian
parameter ekstrak kental herba benalu mangga meliputi kadar air serta
pemeriksaan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak cair herba
benalu mangga; persiapan hewan uji dan pembuatan sediaan uji;
pengujian toksisitas akut dan skrining farmakologi.

Determinasi simplisia benalu mangga dilakukan di Herbarium


Jatinangor, Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran.

Pembuatan ekstrak herba benalu mangga dilakukan dengan metode


maserasi. Simplisia herba benalu mangga yang sudah kering dilarutkan
kedalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Proses ini
dilakukan dengan perendaman simplisia benalu mangga selama 3 x 24
jam dalam maserator dengan penggantian pelarut setiap 24 jam.
Kemudian larutan tersebut disaring dan dipekatkan menggunakan rotary
vaporator.

Pemeriksaan penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak


kental herba benalu mangga yaitu alkaloid, polifenol, tanin, steroid,
triterpenoid, kuinon, saponin, flavonoid, monoterpenoid dan
sekuiterpenoid.

Penetapan kadar air dilakukan dengan cara destilasi. Zat ditimbang


seksama yang diperkirakan mengandung 2 ml hingga 4 ml air, ditambah
batu didih dan toluen 200 ml ke dalam labu kering, kemudian alat
destilasi dihubungkan. Labu dipanaskan selama 15 menit. Penyulingan
dilakukan dengan kecepatan 2 - 4 tetes tiap detik sampai semua air
tersuling. Tabung penerima dibiarkan mendingin hinggga suhu kamar
dan tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima dibiarkan
turun. Volume air dalam toluen dibaca setelah keduanya memisah
sempurna. Kadar air Kadar air dihitung dalam v/b.16 Pola Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) diamati dengan fase gerak yang digunakan adalah
butanol, asam asetat, air dengan perbandingan 4 : 1 : 5, dan fase diam
dihitung dalam v/b.
Pola Kromatografi Lapis Tipis (KLT) diamati dengan fase gerak yang
digunakan adalah butanol, asam asetat, air dengan perbandingan 4 : 1 :
5, dan fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254. Pengamatan
dilakukan pada sinar tampak, UV 254 nm, UV 366 nm. Sedangkan
pemeriksaan kuersitrin dengan KLT digunakan fase gerak yang terdiri
dari: etil asetat, asam format, asam asetat glasial, air dengan
perbandingan 100 : 11 : 11 : 26, fase diam adalah silica gel 60 F254.
Volume pentotolan 5 µL untuk larutan uji. Pengamatan pada UV 365
nm.
Selanjutnya persiapan hewan uji dilakukan dengan aklimatisasi pada
mencit selama 1 minggu sebelum pengujian toksisitas akut, dengan
pemberian makan dan minum secukupnya (ad libitium) setiap hari, dan
pembersihan kandang dilakukan dua kali semingggu secara rutin. Berat
badan mencit diamati, bila selama waktu tersebut berat badan mencit
mengalami penurunan, waktu adaptasi diperpanjang hingga mencit siap
diberikan intervensi (sediaan uji).

Pembuatan sediaan uji dari ekstrak kental herba benalu mangga masing-
masing sebanyak 4, 8, 16, 32, dan 64 g/kg berat badan mencit
ditimbang. Kemudian dibuat suspensi dengan menggunakan PGA 2%,
masing-masing sediaan dibuat sebanyak 10 ml. Setiap sediaan diberi
keterangan berupa label.

Pengujian toksisitas akut terdiri dari tahapan orientasi dosis, pengujian


toksisitas akut (LD50), dan skrining farmakologi pada mencit. Orientasi
dosis dilakukan untuk memperoleh informasi awal toksisitas ekstrak
benalu mangga. Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
benalu mangga memiliki nilai LD50 semu 16,0962 g/kg berat badan
terhadap mencit.5 Dosis tersebut yang mendasari dosis ekstrak benalu
mangga yang diberikan secara oral yaitu 16 g/kg berat badan.

Pada tahapan orientasi dosis digunakan 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor
mencit betina. Pengamatan mencit dilakukan selama 24 jam setelah
diberikan sediaan uji. Pada pengujian LD50 digunakan dosis tengah 16
g/kg berat badan bila setelah 24 jam tidak ada hewan yang mati.

Pengujian LD50 diawali dengan pembagian kelompok mencit jantan


dan mencit betina sebanyak 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan. Berdasarkan rumus Frederer, dengan t = 5 (artinya kelompok
uji sebanyak 5

kelompok) dimasukkan ke persamaan (n-1) (t-1) ≥ 15, maka jumlah


hewan uji minimal setiap kelompok sebanyak 4 ekor. Masingmasing
kelompok dilebihkan satu ekor dari jumlah minimal hewan uji, menjadi
5 ekor. Selain itu, terdapat kelompok kontrol baik untuk jantan maupun
betina, jumlahnya masing-masing 5 ekor. Setelah diberikan perlakuan
sesuai kelompoknya, setiap hari dilakukan pengamatan terhadap
perubahan berat badan dan jumlah kematian mencit selama 14 hari.
Perlakuan masing-masing kelompok yakni diberikan ekstrak benalu
mangga dengan dosis sebagai berikut:
Kelompok I : diberikan larutan PGA 2% dalam air.
Kelompok II : 4 g/kg berat badan mencit.
Kelompok III : 8 g/kg berat badan mencit.
Kelompok IV : 16 g/kg berat badan mencit.
Kelompok V : 32 g/kg berat badan mencit.
Kelompok VI : 64 g/kg berat badan mencit.
Pengaruh gejala toksik ekstrak benalu mangga (Dendrophthoe pentandra
L. Miq.) pada mencit galur Swiss-Webster (skrining farmakologi)
diamati meliputi efek pada sistem saraf pusat yaitu efek motorik,
gelantung, retablismen, katalepsi, sedatif, tremor, konvulsi, straub,
fleksi, hafner, pineal, dan pernafasan; dan efek pada sistem saraf
otonom, yaitu efek piloereksi, salivasi, lakrimasi, urinasi abnormal, dan
diare. Pengamatan tersebut dilakukan pada jam ke nol sebelum
diberikan zat uji, kemudian setiap ½ jam, 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan 24
jam setelah diberikan zat uji.
Kemudian perhitungan nilai LD50 menggunakan metode “The normal
population assumption” (analisis probit). Pada metode ini mengharuskan
pemberian dosis yang dinili perbandingannya ekuivalen secara
logaritmik.
Hasil Toksisitas akut ekstrak etanol herba benalu mangga menggunakan
metode analisis probit pada mencit jantan dan betina menunjukkan tidak
toksik berdasarkan klasifikasi toksisitas Harmita dan Radji, yaitu berada
pada rentang dosis > 15 g/kg berat badan tikus. LD50 pada mencit
jantan sebesar 34,28 g/kg berat badan atau setara dengan dosis 23,99
g/kg berat badan tikus, sedangkan pada mencit betina sebesar 22,41 g/kg
bera badan atau setara dengan dosis 15,69 g/kg berat badan tikus. Selain
itu, diketahui adanya pengaruh pemberian ekstrak terhadap perubahan
berat badan mencit.

Kelebihan Digunakan kelompok mencit dengan jenis kelamin yang berbeda,


sehingga hasil nilai LD50 - nya lebih spesifik

Kekurangan Acuan literature yang kurang sesuai dengan sampel pada uji kandungan
metabolit sekunder.

Jurnal 5
Judul Antinociceptive, Anti-inflammatory Effects and Acute Toxicity of
Aqueous and Ethanolic Extracts of Myrtus communis L. Aerial Parts in
Mice

Nama Penulis Hossein Hosseinzadeh , Mohammad Khoshdel , Maryam Ghorbani

Tahun 2011

Nama Jurnal Journal of Acupuncture and Meridian Studies

Volume dan Halaman Vol. 4 (4) : 242-247

Metode Dalam studi ini 350 tikus dibagi menjadi tiga kelompok utama: kontrol
negatif (salin), positif (morfin atau diklofenak), dan kelompok uji.
Toksisitas akut dinilai selama 2 hari. Aktivitas antinociceptive dilakukan
dengan menggunakan plat panas dan tes menggeliat. Efek anti-inflamasi
diselidiki menggunakan xylene-inducededema telinga dan tes pelet
kapas.

Dosis ekstrak 0,2-g / kg disuntikkan secara intraperitoneal ke dalam


kelompok enam tikus. Kontrol negatif menerima salin normal. Dosis
rujukan ditentukan sebagai dosis di mana tidak ada kematian yang
dicatat setelah 24 jam. Dengan meningkatkan dosis, 100% kematian
diamati di dosis 1,6 g / kg. Kemudian, dosis dalam kisaran 0,2 hingga
1,6 g / kg dibagi menjadi enam tingkatan dan kemudian, menurut
berikut
formula (am Z a1.qn-1, am: dosis kematian 100%, a1: dosis referensi, n:
jumlah level, q: koefisien rasio), rasio koefisien dihitung untuk
mendapatkan perbedaan dosis. Jumlah kematian dihitung 48 jam
setelahnya pengobatan. Nilai LD50 dan kepercayaan yang sesuai batas
ditentukan oleh Metode Litchfield dan Wilcoxon
Hasil Nilai LD50 dari ekstrak air dan etanol masing-masing adalah 0,473 dan
0,79 g / kg

Kelebihan Metode yang digunakan dapat mengatasi atu menghindari ketidak


tepatan dalam penentuan dosis untuk diuji sehingga percobaan pasti
menghasilan LD50.

Kekurangan Tidak disajikan data pengamatan hasil percobaan LD50 berupa jumlah
mencit yang mati, hanya disajikan nilai LD50 –nya saja.

Anda mungkin juga menyukai