Anda di halaman 1dari 12

1

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L.)
TERHADAP TIKUS BETINA
(Rattus norvegicus L.) GALUR WISTAR

Nabila Oktafia1, Ressi Susanti1, Nera Umilia Purwanti1


Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : nabilaoktafia@student.untan.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang. Nanas (Ananas comosus L.) merupakan salah satu buah yang sangat
diminati oleh masyarakat. Senyawa flavonoid dan tanin pada ekstrak etanol kulit buah nanas
memberikan kemampuan sebagai antijamur dan antibakteri yang dapat mengobati penyakit diare
dan disentri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemberian dosis oral ekstrak etanol kulit buah
nanas pada dosis tunggal (24 jam) terhadap perubahan perilaku, aktivitas psikomotor, perubahan
bobot badan, dan indeks organ pada tikus betina (Rattus norvegicus L.) galur wistar. Metode.
Tahapan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengambilan dan pengolahan sampel, skrining
fitokimia, analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT), pengujian karakteristik ekstrak dan pengujian
toksisitas akut berdasarkan pedoman OECD 425 (Acute Oral Toxicity Up and Down Procedure).
Kulit buah nanas diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
96%. Hewan uji dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok dosis
2000mg/kgBB dan kelompok dosis 5000mg/kgBB. Pengamatan dan pemberian dosis diberikan
dalam waktu 24 jam dan diamati selama 14 hari. Hasil. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada bobot badan dan indeks organ antara kelompok kontrol, kelompok dosis 2000 mg/kgBB dan
kelompok dosis 5000 mg/kgBB. Kesimpulan. Ekstrak etanol kulit buah nanas (Ananas comosus L.)
termasuk dalam kategori praktis tidak toksik dengan LD 50 > 5000 mg/kgBB dan tidak memberi
pengaruh terhadap parameter toksistas akut.

Kata Kunci : Ekstrak etanol kulit nanas, toksisitas akut, OECD 425.

ABSTRACT

Abstract. Pineapple (Ananas comosus L.) is a fruit that is very popular with the community.
The flavonoids and tannins in the ethanol extract of pineapple skin provide anti-fungal and
antibacterial properties that can treat diarrhea and dysentery. The purpose of this study is to
determine an oral dose of ethanol extract of pineapple peel in a single dose (24 hours) towards
behavior changes, psychomotor activity, changes in body weight, and organ indexes in female rat
(Rattus norvegicus L.) Galur Wistar. Method. The stages used in this study were sample collection
and processing, phytochemical screening, Thin Layer Chromatography (TLC) analysis, extract
characteristics testing and acute toxicity testing based on OECD 425 guidelines (Acute Oral
Toxicity Up and Down Procedure). The skin of the pineapple was extracted using the maceration
method using 96% ethanol solvent. The tested animals divided into 3 groups, the control group, the
2000mg / kg BW dose group and the 5000mg / kg BW dose group. Observation and dosing were
given within 24 hours and observed for 14 days. Result. There was no significant difference in body
weight and organ index between the control group, the 2000 mg/kg BW dose group and the 5000
mg/kg BW dose group. Conclusion. The ethanol extract of pineapple peel (Ananas Comosus L.) is
2

included in the practically non-toxic category with LD 50 > 5000 mg/kg BW and does not effect on
acute toxicity parameters.

Keywords: Pineapple peel ethanol extract, acute toxicity, OECD 425.


PENDAHULUAN menentukan interval dosis untuk uji
Tanaman obat tradisional digunakan berikutnya seperti uji toksisitas subkronis
secara empiris oleh masyarakat dalam rangka ataupun mengetahui gejala-gejala toksisitas
menanggulangi masalah kesehatan baik akut sehingga bermanfaat dalam membantu
dengan maksud pemeliharaan, pengobatan, diagnosis adanya kasus keracunan.(9)
(1)
maupun pemulihan kesehatan. Kebanyakan Berdasarkan data empiris maupun
masyarakat berasumsi bahwa obat herbal studi literatur menunjukkan bahwa belum
lebih aman digunakan dibandingkan dengan pernah dilakukan penelitian tentang uji
obat- obatan dari bahan kimia yang dapat keamanan kulit buah nanas dan kandungan
memberikan efek samping yang kurang baik kimia seperti saponin yang dapat diduga dapat
bagi kesehatan. Akan tetapi beberapa menyebabkan efek toksik. Menurut Susant
penelitian menunjukkan terdapatnya tanaman (2014) senyawa saponin dilaporkan dapat
obat tradisional yang memiliki efek toksik menghemolisis sel darah merah seningga dapt
apabila dikonsumsi secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan sel.(10) Oleh karena
dengan dosis tertentu. (2)
itu, diperlukan pengujian lebih lanjut pada
Nanas (Ananas comocus L.) hewan uji untuk menjamin keamanannya
merupakan salah satu jenis buah yang melalui uji toksisitas akut ekstrak etanol kulit
diminati oleh masyarakat, baik lokal maupun buah nanas (Ananas comusus L.)
(3)
dunia. Menurut Mardalena dkk (2011) kulit menggunakan metode OECD (Organization
buah nanas positif mengandung tanin, for Economic Cooperation and Development)
saponin, steroid, flavonoid, fenol dan 425 yang diukur dari kisaran nilai LD 50,
senyawa-senyawa lainnya.(4) Senyawa pengamatan perilaku, aktifitas psikomotor,
flavonoid dan tanin pada ekstrak etanol kulit berat badan, pengamatan makroskopik organ
buah nanas memberikan kemampuan sebagai dan indeks organ.
antijamur dan antibakteri yang dapat
mengobati penyakit diare dan disentri. METODE PENELITIAN Alat
Ekstrak etanol kulit buah nanas juga dapat Alat-alat yang digunakan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri penelitian ini adalah alat uji perilaku,
Trichophyton mentaghrophytes dan aluminium foil, ayakan 40 mesh, beaker glass
Pseudomonas aeruginosa. (5)(6)
Sesuai dengan (Pyrex®), bejana maserasi, blender simplisia
standar mutu dari World Health Organization (Philips), batang pengaduk, cawan penguap,
(WHO), obat tradisional harus memenuhi cawan petri, chamber, corong kaca, desikator
beberapa persyaratan meliputi kualitas, (NORMAX), gelas ukur (Pyrex®), gunting,
keamanan, dan khasiat. Untuk memenuhi hot plate, kamera, kandang hewan uji, kertas
persyaratan tersebut diperlukan upaya saring, labu ukur (Pyrex®), lampu UV 254 nm
penegasan keamanannya melalui uji praklinik dan 366 nm, lemari pendingin (Toshiba),
yang salah satunya adalah pengujian mortir-stamper, oven (Memmert®), penjepit
toksisitas, tahapan pertama yang perlu tabung, peralatan bedah, pipet tetes, pipet
dilakukan adalah pengujian toksisitas akut. (7)
ukur (Pyrex®), rotary evaporator, sendok
Hasil uji toksisitas akut merupakan bagian tanduk, sonde oral, spuit 1 cc dan 3 cc, tabung
penting untuk evaluasi keamanan dan reaksi , timbangan analitik (Ohauss®),
merupakan prasyarat untuk uji klinik sebelum timbangan hewan, water bath (Memmert®),
obat digunakan.(8) Tujuan dilakukannya uji ini wrapping.
bukan hanya untuk menentukan dosis letal
50% pada hewan uji, tetapi juga untuk
3

Bahan Skrining Fitokimia


Bahan-bahan yang digunakan dalam Uji fitokimia dilakukan
penelitian ini adalah aqu(1adest, asam pikrat, untuk menentukan komponen bioaktif
CMC-Na, etanol 96%, asam asetat, pakan yang terdapat pada ekstrak etanol kulit buah
hewan uji, lempeng KLT silika gel F254, nanas. Uji fitokimia yang dilakukan terdiri
reagen skrining fitokimia (dragendroff dan dari uji alkaloid, flavonoid, saponin, steroid
wagner untuk alkaloid, HCl dan Mg untuk atau triterpenoid, fenol dan tanin.
flavonoid, liebermann-burchard untuk
triterpenoid dan steroid, FeCl3 untuk fenol, Identifikasi Senyawa dengan KLT
NaCl 10% dan gelatin untuk tanin), simplisia Ekstrak sampel kemudian dipisahkan
kulit buah nanas secara KLT, dengan cara plat KLT diaktifkan
(Ananas comosus L.) dengan pemanasan dalam oven pada suhu
105oC selama 5 menit sebelum digunakan.
Hewan Uji Fase diam yang digunakan adalah plat silika
Hewan uji yang digunakan dalam gel GF254 dan selulosa. Sedangkan fase
penelitian ini adalah tikus betina (Rattus gerak yang digunakan yaitu campuran pelarut
norvegicus L.) galur wistar. Syarat hewan uji yang sesuai. Ketinggian pelarut dalam bejana
adalah tikus putih sehat, tidak ada kelainan pengembang sekitar 1 cm, kemudian
anatomi yang tampak, umur 8-12 minggu, dilakukan penjenuhan chamber terlebih
berat badan 150-200 gram, variasi bobot tidak dahulu. Sampel tersebut ditotolkan pada KLT
lebih dari 20% dan tidak hamil.(11) ukuran 3 x 10 cm dengan menggunakan pipa
kapiler ukuran kecil, pada jarak kira-kira 1 cm
Ekstraksi dari bagian bawah. Penotolan dilakukan 2-3
Metode ekstraksi yang digunakan kali dan dibiarkan hingga kering. Lempeng
dalam penelitian ini adalah ekstraksi secara KLT kemudian dielusi di dalam chamber yang
maserasi. Proses ekstraksi dilakukan terhadap sudah jenuh dengan menggunakan fase gerak
simplisia kulit buah nanas yang telah yang sesuai. Jarak elusi 8 cm, setelah itu
dikeringkan. Simplisia dimasukkan ke dalam dikembangkan hingga batas pengembangan
bejana kaca, kemudian dicampurkan dengan dan elusi dihentikan. Lempeng dikeluarkan
pelarut etanol 96% sampai terendam, lalu dari chamber dan diangin-angikan hingga
ditutup dan didiamkan selama 3x24 jam kering. Selanjutnya diamati di bawah sinar
terlindung dari cahaya sambil berkali-kali UV254 nm dan UV366 nm serta disemprotkan
diaduk selama 6 jam pertama sampai berubah dengan penampak bercak spesifik untuk salah
warna. Filtrat yang didapat kemudian satu golongan senyawa yang dominan pada
ditampung pada botol kaca dan sisa kulit buah nanas (Ananas comosus L.) yaitu
penyaringan dimaserasi kembali dengan golongan flavonoid.(13)
pelarut yang baru serta dilakukan pengadukan
beberapa kali sehari. Proses dilakukan sampai Standarisasi Ekstrak
warna filtrat menjadi berubah warna. Ekstrak Parameter Spesifik Penetapan
etanol kemudian dipekatan menggunakan alat Kadar Sari Larut Air
rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak Larutkan 5 gram ekstrak selama 24
kental etanol kulit buah nanas, kemudian jam dengan 100 ml air kloroform (97,5 : 2,5)
ekstrak kental dihitung nilai rendemen.(12) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-
kali dikocok selama 6 jam pertama dan
% rendemen = Bobot ekstrak
diamkan selama 18 jam, kemudian disaring
x 100 %
dan diuapkan 20 ml filtrat hingga kering ke
Bobot simplisia
dalam cawan penguap yang telah ditara,
panaskan residu dengan suhu 105oC hingga
bobot tetap.(12) Bobot tetap yang dimaksud
4

bahwa 2 kali penimbangan berturut-turut terjadi kematian pada uji pendahuluan.


berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa Penentuan dosis antara setiap tingkatan
yang ditimbang.(14) didasarkan pada waktu terjadinya gejala
toksik. Pengujian tidak diteruskan pada dosis
Penetapan Kadar Senyawa Larut Etanol selanjutnya sampai diketahui apakah hewan
Larutkan 5 gram ekstrak selama 24 masih bertahan hidup atau mati.(11)
jam dengan 100 ml etanol 96% menggunakan Satu hewan uji diberi dosis. Apabila
labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok setelah pengamatan 24 jam hewan tersebut
selama 6 jam pertama dan diamkan selama 18 tidak menunjukkan mortalitas, maka
jam. Kemudian disaring cepat untuk diberikan dosis yang sama pada satu hewan
mencegah penguapan etanol, uapkan 20 ml uji lagi. Langkah tersebut diulangi hingga
filtrat hingga kering ke dalam cawan maksimal hewan uji yang digunakan adalah 5
penguap, panaskan residu dengan suhu 105oC ekor. Pemberian dosis dihentikan apabila
hingga bobot tetap.(12) Bobot tetap yang terdapat hewan uji yang menunjukkan
dimaksud bahwa 2 kali penimbangan mortalitas. Setelah lima hewan uji diberikan
berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg dosis dan tidak ada mortalitas, pemberian
tiap gram sisa yang dosis dihentikan dan semua hewan uji diamati
ditimbang.(14) selama 14 hari. Apabila tiga atau lebih dari
lima hewan uji mati, maka dilakukan main
Parameter Non Spesifik Penetapan test. Apabila tiga atau lebih hewan uji yang
Susut Pengeringan hidup maka LD50 dari sampel adalah lebih
Penetapan susut pengeringan adalah besar dari 2000mg/kgBB.(11)
pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada Limit test 5000 bertujuan untuk
temperatur 105°C selama 30 menit atau melihat apakah LD50 sampel berada pada
sampai berat konstan. Ekstrak ditimbang dan rentang 2000-5000 mg/kgBB atau berada
dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal pada rentang diatas 5000mg/kgBB. Prosedur
bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pengujian yang dilakukan sama dengan limit
pada suhu 105°C selama 30 menit dan telah test 2000, hanya saja pada limit test 5000
ditara. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan apabila terdapat tiga hewan uji tidak
dalam botol timbang, dengan menggoyangkan menunjukkan mortalitas, maka pemberian
botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih dosis dihentikan dan LD50 berada diatas
kurang 5-10 mm. Ekstrak yang diuji apabila 5000mg/kgbb. Apabila terdapat tiga hewan uji
berupa ekstrak kental, maka diratakan dengan menunjukkan mortalitas, maka dilakukan
bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan main test dengan dosis tertinggi
kedalam ruang pengering, buka tutupnya. 5000mg/kgBB.(11)
Keringkan pada suhu 105°C hingga bobot Pengamatan yang dilakukan pada
tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan hewan uji yaitu pengamatan perilaku dan
botol dalam keadaan tertutup mendingin aktivitas motorik, bobot badan, makroskopik
dalam desikator hingga suhu kamar.(12) Bobot organ, dan indeks organ. Hasil yang didapat
tetap yang dimaksud bahwa 2 kali akan dibandingkan dengan
penimbangan berturut-turut berbeda tidak pengamatan kelompok kontrol.
lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang
ditimbang.(14) Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data
Uji Toksisitas Akut kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
Metode OECD 425 Up-and-Down berupa data berat badan, perilaku (tabel
Procedure (UDP) terdiri dari main test dan terlampir), pengamatan makroskopik dan
limit test. Uji utama (main test) dilakukan indeks organ. Pengamatan berat badan dan
dengan memperhatikan tingkat dosis dimana indeks organ dianalisis menggunakan
5

software SPSS (Statistical Product and way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%
Service Solutions). Hasil yang didapat diuji (p>0,05). Data kuantitatif berupa jumlah
terlebih dahulu normalitasnya dengan uji hewan yang mati dianalisis menggunakan
normalitas dan homogenitasnya. Apabila data software "AOT425" untuk memperoleh nilai
normal dan homogen, maka dilanjutkan LD50.
menggunakan uji parametrik yaitu uji one
HASIL

Jenis
Parameter
Hasil Pengamatan Buah Nanas (Ananas comosus L.)(15)
Parameter
No. Deskripsi tata nama :
Spesifik
Identitas Ananas ananas (L.) No. Pemeriksaan Hasil
1.
Voss
Ananas sativus (Lindley) 1. Alkaloid
Schulters f. (-)
Bromelia camosa L.
Nanas (Indonesia)
Bentuk : Kental
Organoleptik Warna : Coklat Bau
: Berbau khas 2.
nanas Flavonoid (+)
Rasa: Asam dan kelat
Kadar Sari 10,758%±0,005951137 3.
Larut Air (% Fenol (+)
± SD) 4. Steroid/ Terpenoid (+)
21,40%±0,001644182
Kadar Sari
Larut Etanol
(% ± SD) 5. Tanin (+)
Tabel 1. Uji Parameter Spesifik Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Infusa Kulit

2. Non Susut Pengeringan (%) 29,14% 6. Saponin (+)


Spesifik
6

Gambar 1. Hasil KLT Flavonoid Ekstrak etanol Buah Nanas(16)


Keterangan:
A : Plat KLT sebelum diuapi amonia
B : Plat KLT dibawah sinar UV 254 nm sebelum diuapi amonia
C : Plat KLT sesudah diuapi amonia
D : Plat KLT dibawah sinar UV 254 nm setelah diuapi amonia
E : Ekstrak etanol buah nanas
P : Kuersetin
Ce : Bercak Ekstrak etanol buah nanas sesudah diuapi amonia
Cp : Bercak kuersetin sesudah diuapi amonia
De : Bercak ekstrak etanol buah nanas dibawah sinar UV 254 nm
Dp : Bercak kuersetin dibawah sinar UV 254 nm
Fase diam: Selulosa
Fase gerak: Butanol : asam asetat glasial : aquadest (4:1:5)
Penampak bercak: uap amonia

Gambar 2. Hasil Pengujian Dosis 2000 mg/kgBB

Gambar 3. Hasil Pengujian Dosis 5000 mg/kgBB


7

Gambar 4. Grafik pengamatan bobot badan tikus dosis 2000 mg/kgBB

Gambar 5. Grafik pengamatan bobot badan tikus dosis 5000 mg/kgBB

5
4
3
2
1
0
Hati Paru Jantung Limpa Ginjal

Dosis Kontrol Dosis 2000 mg/KgBB Dosis 5000 mg/KgBB

Gambar 6. Grafik Indeks Organ


terdiri dari beberapa tahap guna mendukung
PEMBAHASAN Pengambilan dan proses perolehan sampel dengan kualitas yang
Pengelolaan Sampel baik. Adapun tahapan dalam pembuatan
Kulit buah nanas yang telah simplisia terdiri dari penyediaan bahan baku,
dipisahkan dari daging buah dan bonggolnya pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
kemudian diolah menjadi simplisia yang pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan,
8

sortasi kering serta pengepakan dan akhir dari pengolahan ini adalah pengepakan
penyimpanan. dan penyimpanan. Tahapan ini dilakukan
Kulit buah nanas yang telah dengan cara simplisia kulit buah nanas
dipisahkan dari daging buah dan bonggolnya ditempatkan dalam wadah kaca yang tertutup
kemudian dilakukan proses sortasi basah. rapat, disimpan ditempat yang kering dan
Sortasi ini dilakukan untuk memilah tanah, bersih. Adapun faktor yang dapat
kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan
atau bagian lain dari tanaman yang rusak, antara lain cahaya, oksigen atau sirkulasi
sehingga didapat bagian yang diinginkan. udara, reaksi kimia yang terjadi antara
Pencucian bahan baku yang dilakukan dengan kandungan aktif tanaman dengan wadah,
megaliri air secara langsung untuk penyerapan air serta adanya pengotor atau
membersihkan kotoran yang melekat, pencemar.(17)
terutama bahan-bahan yang berasal dari
tanah. Ekstraksi Simplisia Kulit Buah Nanas
Selanjutnya dilakukan proses Ekstraksi adalah teknik pemisahan
pengeringan. Tahapan ini bertujuan untuk suatu senyawa berdasarkan perbedaan
menurunkan kadar air sehinggan bahan tidak distribusi zat terlarut diantara dua pelarut
mudah ditumbuhi jamur dan bakteri, yang saling bercampur. Metode ektraksi yang
menghilangkan aktivitas enzim yang bisa digunakan pada penelitian ini adalah
menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif, maserasi. Maserasi merupakan metode
dan memudahkan dalam penyimpanan. ektraksi yang dilakukan dengan cara
Pengeringan dilakukan menggunakan oven merendam simplisia ke dalam pelarut pada
dengan suhu 55oC sampai sampel berwarna suhu kamar, sehingga kerusakan atau
coklat, terasa tidak lembab, kering dan garing. degradasi senyawa metabolit dapat
Setelah kering sampel disimpan dalam wadah diminimalisirkan. Proses maserasi simplisia
yang kering dan bersih. Kemudian dilakukan kulit buah nanas (Ananas comosus L.)
sortasi kering terhadap kulit buah nanas dilakukan menggunakan simplisia sebanyak
dengan cara memilih dan memisahkan sampel 287,39 gram dengan pelarut etanol teknis
kulit yang rusak atau terlalu gosong dan 96%.
dibersihkan dari kotoran-kotoran yang Setelah terjadi keseimbangan maka
menempel saat proses pengeringan. proses ekstraksi akan terhenti, sehingga perlu
Simplisia kering kemudian diblender dilakukan penggantian pelarut yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh ukuran setiap 3x24 jam. Larutan yang diperoleh
simplisia yang lebih kecil dan seragam harus disaring menggunakan kertas saring
sehingga memudahkan dalam penyarian atau kain untuk mencegah serbuk simplisia
simplisia dimana proses ini dapat memperluas tercampur. Warna Filtrat yang diperoleh
bidang kontak antara simplisia dengan pelarut berwarna coklat. Filtrat yang diperoleh
yang memungkinkan senyawa yang tersari disimpan di dalam toples kaca yang rapat.
akan lebih banyak. Luas kontak yang besar Filtrat yang didapat kemudian disaring
menyebabkan penetrasi larutan penyari lebih menggunakan corong buchner agar ekstrak
mudah menembus vakuola tumbuhan untuk yang didapat nanti terbebas dari pengotor.
mengesktrak senyawa metabolit sekunder yang Setelah itu dilakukan proses penguapan
terdapat di dalamnya. Pada proses ini pelarut yang dilakukan dengan menggunakan
diharapkan dapat meghasilkan ukuran rotary evaporator. Ekstrak etanol yang
simplisia yang optimal yang mana apabila didapat sebanyak 163,02 gram dari simplisia
terlalu halus, maka akan menyulitkan dalam sebanyak 287,39 gram dengan rendemen yang
proses penyaringan, dan dapat mengotori didapat sebesar 56,72%
ekstrak yang diperoleh dan berakibat pada
berkurangnya kemurnian ekstrak. Tahapan
9

Identifikasi Senyawa dengan KLT Pengujian Toksisitas Akut


Keberadaan flavonoid dalam ekstrak Uji toksisitas akut merupakan uji
etanol buah nanas sebelumnya telah dilakukan toksisitas yang dilakukan untuk mengukur
secara tidak langsung melalui uji keberadaan derajat efek toksik setelah pemberian suatu
senyawa fenol. Uji tersebut merupakan uji yang senyawa dosis tunggal dalam rentang waktu
tidak spesifik untuk mendeteksi keberadaan
24 jam, yang dirancang untuk menentukan
flavonoid. Tanin yang merupakan metabolit
LD50 atau dosis yang menyebabkan 50%
sekunder yang mempunyai gugus fenol akan
memberikan hasil yang positif pula. Keberadaan subjek percobaan mengalami kematian pada
flavonoid dalam ekstrak etanol buah nanas secara waktu dan kondisi yang telah ditentukan. (18)
spesifik dilakukan melalui KLT. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
Bercak yang terpisah setelah dilakukan mengetahui nilai LD50 dan penggunaan dosis
elusi ekstrak etanol buah nanas berwarna kuning, yang tepat untuk membuat sediaan yang
demikian pula dengan bercak dari kuersetin. berasal dari ekstrak etanol kulit buah nanas
Bercak pada plat KLT diperjelas dengan mengenai (Ananas comosus L.) serta mengetahui
plat KLT dengan uap amonia. Warna bercak pada bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku,
plat KLT menjadi lebih intensif, baik pada bercak aktivitas psikomotor, berat badan,
ekstrak etanol buah nanas maupun bercak
pengamatan makroskopik organ dan indeks
kuersetin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak etanol buah nanas positif mengandung
organ pada tikus betina galur wistar. Pada
flavonoid. pengujan toksisitas ini menggunakan metode
Pengamatan bercak pada plat KLT di OECD (Organization for Economic
bawah sinar UV 254 nm dilakukan untuk melihat Cooperation and Development) yaitu
keberadaan bercak ekstrak etanol buah nanas dan menggunkan pengujian toksisittas akut
kuersetin. Bercak kuersetin tampak menyala lebih dengan cara Up and Down Procedure (UDP).
terang dibandingkan bercak ekstrak etanol buah Dalam pengujian limit test, dipilih dosis 2000
nanas. Penelusuran lebih lanjut mengenai jenis mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB dikarenakan uji
flavonoid dalam ekstrak etanol buah nanas tidak toksisitas akut dengan dosis tunggal
dilakukan dalam penelitian ini, sehingga struktur sebaiknya dilakukan dengan dosis teratas
kimia flavonoid tidak diketahui.
limit dose. Suatu zat yang memiliki dosis
Perkiraan polaritas flavonoid dalam
diatas 5000 mg/kgBB termasuk dalam
ekstrak etanol buah nanas dapat diketahui
kategori praktis tidak toksik.(19)
dengan membandingkan Rf bercak ekstrak
Pengujian toksisitas akut ini
etanol buah nanas dan Rf bercak kuersetin. Rf
digunakan tikus betina galur wistar sebagai
bercak ekstrak etanol buah nanas sebesar
hewan percobaan. Pemilihan hewan berupa
0,66, sedangkan Rf kuersetin sebesar 0,85.
tikus karena hewan tersebut memilki
Fase diam yang digunakan dalam KLT adalah
metabolisme yang mirip seperti manusia.
selulosa yang memiliki sifat kepolaran lebih
Tikus betina galur wistar yang digunakan
rendah dibanding silika gel. Campuran
dalam keadaan nulipara (belum pernah
butanol, asam asetat glasial, dan aquadest
melahirkan) dan tidak hamil.
dengan perbandingan 4:1:5 sebagai fase gerak
Tikus yang digunakan terlebih dahulu
bersifat polar. Senyawa yang bersifat polar
diaklimatisasi selama 14 hari untuk proses
akan terbawa fase gerak sehingga Rf-nya
adaptasi dengan kondisi lingkungan baru dan
besar. Sebaliknya, senyawa yang kurang polar
selama masa tersebut tikus diberi makan dan
akan lebih tertahan pada fase diam, sehingga
minum. Pada percobaan ini, tikus diberikan
Rf-nya lebih kecil. Hasil penelitian ini
sediaan uji secara oral menggunakan sonde
mengungkapkan bahwa kuersetin lebih polar
sesuai dengan dosis yang telah
dibandingkan flavonoid dalam ekstrak etanol
diperhitungkan yang disesuaikan dengan berat
buah nanas.
badan tiap hewan uji. Rute oral dipilih karena
disesuaikan dengan rute yang biasanya
10

digunakan pada manusia untuk pertumbuhan atau perkembangan bobot badan


mengkonsumsi kulit buah nanas. tikus secara signifikan. Dapat dilihat pada
Pengujian pertama dilakukan pada tikus grafik perubahan bobot badan tikus sampai
betina dengan kelompok dosis 2000 mg/kgBB hari ke-14 tidak menunjukkan adanya
yang telah dipuasakan selama 14-18 jam kematian yang terjadi. Dapat diketahui bahwa
dengan tetap diberikan minum. Tikus ekstrak etanol kulit buah nanas termasuk ke
dipuasakan bertujuan agar nantinya ketika dalam kategori relatif tidak toksik.
tikus tersebut diberi perlakuan diharapkan Hasil dari pengamatan pada aktivitas
sampel dapat langsung berinteraksi dengan motorik, refleks kornea, refleks pineal, hafner,
sistem pencernaan dan tidak terganggu oleh fleksi, sikap tubuh, menggelantung,
adanya makanan yang ada didalam pencernaan retablismen, dan sistem pernapasan terlihat
tikus. Pengamatan terhadap tanda-tanda normal pada semua kelompok hewan uji.
toksisitas dilakukan setiap 30 menit, 1 jam, 2 Pengamatan lainnya seperti ptosis, lakrimasi,
jam, dan 24 jam setelah pemberian ekstrak katalepsi, mortalitas, salivasi, vokalisasi,
secara oral. Dalam pengamatan diperoleh tremor, kejang, dan writhing tidak ditemukan
bahwa tikus beraktivitas seperti pada saat pada semua kelompok hewan uji.
sebelum diberikan ekstrak (menit ke-0). Berdasarkan hasil uji perilaku terhadap tikus
Setelah 24 jam, tikus pada pemberian dosis putih (Rattus norvegicus L.) galur wistar
2000 mg/kgBB tidak menunjukkan adanya menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah
tanda-tanda toksisitas ataupun kematian. nanas tidak memberikan pengaruh yang
Kemudian pada hari berikutnya diberikan berarti terhadap perilaku hewan uji.
ekstrak terhadap 4 tikus yang lain dengan Pengamatan dilanjutkan pada hari kelima
perlakuan yang sama pada tikus sebelumya. belas dengan dilakukan pembedahan terhadap
Dalam pengamatan 24 jam keempat tikus juga hewan coba untuk melihat indeks organ tikus
tidak menunjukkan adanya tanda-tanda yang telah diberi sediaan secara oral.
toksisitas ataupun kematian. Pembedahan dimulai dengan merobek bagian
Perlakuan kedua dilakukan pada satu perut ke arah atas dekat diafragma atau di
tikus betina dengan dosis 5000 mg/kgBB yang bawah tulang rusuk, kemudian diambil organ
juga telah dipuasakan selama 14-18 jam tikus secara utuh. Hewan dibedah dan diambil
dengan tetap diberikan minum dan dilakukan organ meliputi jantung, paru-paru, limpa, hati,
pengamatan dalam 24 jam. Pada hari dan ginjal. Hal ini dilakukan untuk
berikutnya diberikan ekstrak terhadap 2 tikus mengamati perubahan yang terjadi pada
yang lain dengan perlakuan yang sama pada organ-organ tersebut secara makroskopik
tikus sebelumya. Dalam pengamatan 24 jam akibat pemberian ekstrak etanol kulit buah
kedua tikus juga tidak menunjukkan adanya nanas.
tanda-tanda toksisitas ataupun kematian. Hasil pengamatan indeks organ
Pengamatan dilanjutkan selama 14 hari jantung, paru-paru, limpa, hati, dan ginjal
untuk melihat adanya kematian dan terjadinya menunjukan bahwa tidak terjadinya
perubahan bobot badan pada tikus. Kelompok pembesaran organ yang berarti pada tiap tikus
dosis 2000 mg/kgBB menunjukan tidak adanya yang berada pada kelompok dosis 2000
kematian yang terjadi pada hari ke-14, mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB sehingga dapat
sedangkan untuk bobot badan pemberian dikatakan dosis tersebut tidak mempengaruhi
sediaan tidak berpengaruh terhadap pembesaran organ pada hewan uji.
pertumbuhan atau perkembangan bobot badan
tikus. Hal yang sama juga terjadi pada Analisis Hasil
kelompok dosis 5000 mg/kgBB menunjukan Data yang didapat selanjutnya
tidak adanya kematian yang terjadi pada hari dilakukan analisis dengan menggunakan
ke-14, sedangkan untuk bobot badan aplikasi IBM SPSS Statistics version 22. Data
pemberian sediaan tidak berpengaruh terhadap yang dianalisis meliputi data bobot badan dan
11

indeks organ pada hewan uji. Pada hasil 5. Praveena, Jasmine R Estherlydia D.
analisis SPSS bobot badan dan indeks organ, Comparative Study of Phytochemical
nilai Asymp Sig > 0,05 pada uji normalitas, Screening and Antioxidant Capacities
homogenitas dan signifikansi sehingga H0 of Vinegar Made From Peel and Fruit
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Of Pineapple (Ananas Comosus L.).
data bobot badan dan indeks organ tikus Food Chemistry and Food Processing,
dianggap terdistribusi normal, homogen dan Loyola College, Chennai. International
tidak berbeda signifikan maka dilanjutkan Journal of Pharma and Bio Sciences
dengan uji Post Hoc Test (LSD) untuk melihat Sciences. 2014;5(4):394–403.
perbedaan antar kelompok. 6. Salasa A. Aktivitas Ekstrak Kulit Buah
Nanas (Ananas comosus L.) terhadap
KESIMPULAN Pertumbuhan Pseudomonas
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil aeruginosa.
penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit buah
nanas (Ananas comosus L.) termasuk dalam
kategori praktis tidak toksik dengan LD 50 Media Farmasi. 2017;8(2).
lebih besar dari 5000 mg/kgBB dan tidak 7. Word Health Organization Publication.
menimbulkan kematian pada hewan uji serta Acute Oral Toxicity – Acute Toxic
tidak memberikan pengaruh terhadap Class Method. Geneva; 2004.
parameter toksisitas akut. 8. Hodgson E, Levi P. A Text Book of
Modern Toxicology. Second Edition.
DAFTAR PUSTAKA Singapore: MvGraw-Hill Higher
1. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Education; 2000.
Republik Indonesia. Standarisasi 9. Priyanto. Toksikologi. Jakarta: Penerbit
Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Lekskonfi; 2010.
Salah Satu Tahapan Penting Dalam 10. Susant S, E.Marhaeniyanto. Kadar
Pengembangan Obat Indonesia. saponindaun tanaman yang berpotensi
Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan menekan gas metana secara in-vitro.
Makanan Buana Sains. 2014;14(1):29–38.
Republik Indonesia; 2005. Hal. 1-2. 11. Organization for Economic Co-
2. Asif M. A brief study of toxic effects of operation and Development. OECD
some medicinal herbs on kidney. Adv Guidelines for Testing of Chemicals.
Biomed Res. 2012;1(1):44. Test No.425: Acute Oral Toxicity-Up-
3. Erukainure OL, Ajiboye JA, Adejobi and-Down Procedure (UDP). Paris:
RO, Okafor OY, Adenekan SO. OECD Environment Directorate,
Protective effect of pineapple (Ananas Environment Health and Safety
cosmosus) peel extract on alcohol- Division; 2008.
induced oxidative stress in brain 12. Departemen Kesehatan Republik
tissues of male albino rats. Asian Indonesia. Parameter Standar Umum
Pacific Journal of Tropical Disease. Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
2011;1(1):5–9. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
4. Mardalena M, Warly L, Nurdin E, dan Makanan; 2000.
Rusmana WSN, Farizal F. Milk quality 13. Marliana SD, Suryanti V, Suyono.
of dairy goat by giving feed Skrining Fitokimia dan Analisis
supplement as antioxidant source. Kromatografi Lapis Tipis Komponen
Journal of the Indonesian Tropical Kimia Buah Labu Siam ( Sechium
Animal edule Jacq . Swartz .) dalam Ekstrak
Agriculture. 2011;36(3):205–12. Etanol. Biofarmasi. 2005;3(1):26–31.
14. Departemen Kesehatan Republik
12

Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi


Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 1979.
15. Leonardy C, Riza H, Nurmainah.
Karakterisasi dan Skrining Fitokimia
Infusa Kulit Buah Nanas ( Ananas
comosus ( L .) Merr .) pada Variasi
Usia
Kematangan Buah. J UNTAN. 2019;1–
15.
16. Mustofa R. Uji Aktivitas Ekstrak
Etanol Buah Nanas (Ananas comosus L
. Merr.) pada Larva
Anopheles
maculatus. 2018;
17. Gunawan, Mulyani. Ilmu Obat Alam
(Farmakologi). Jakarta:
Penebar Swadaya; 2004.
18. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas
Non Klinik Secara In Vivo. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia; 2014.
19. Loomis TA. Toksikologi
Dasar. Donatus IA, editor.
Semarang: IKIP Semarang Press; 1978.

Anda mungkin juga menyukai