Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Praktikum


1. Untuk mengetahui prinsip kerja pH meter.
2. Untuk mengetahui pH suatu larutan, apakah bersifat asam atau bersifat
basa.
3. Untuk membandingkan pH suatu larutan secara teoritis dan praktek
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan.

1.2 Prinsip kerja pH Meter


pH Meter adalah sebuah perangkat untuk pengukur pH. pH meter yang tak
lain hanya voltameter yang tepat terhubung ke pH elektroda berupa elektroda
ion selektif. Tegangan yang di hasilkan oleh elektroda pH adalah proporsional
ke logarithm dari aktivitas H+. pH meter voltameter layar akan diskalakan
sehingga yang di tampilkan adalah hanya pengukuran hasil pH.

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Tehadap pH
dan Tukak Lambung Pada Tikus Putih Jantan
Pendahuluan
Gaya hidup yang mengarah kembali ke alam (back to nature)
membuktikan bahwa sesuatu yang alami bukan berarti ketinggalan
zaman. Saat ini banyak orang yang berkecimpung di dunia kedokteran
modern, tetapi juga mempelajari obat-obat tradisional. Tumbuh-
tumbuhan berkhasiat obat dikaji dan dipelajari secara ilmiah. Hasilnya
mendukung fakta dan bukti bahwa tumbuhan obat memang memiliki
kandungan zat-zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat
bagi kesehatan (Syafitri, 2014). Obat-obatan herbal cenderung lebih

1
aman karena tidak memberikan efek samping yang terlalu besar bagi
tubuh. Selain itu, obat-obatan herbal juga cenderung lebih murah
harganya dibanding obat paten. Oleh karena itu, tidak mengherankan
bila obatobatan herbal kembali bangkit di kalangan masyarakat
Indonesia (Mardiana, 2012). Di Indonesia kaya akan jenis tumbuh-
tumbuhan yang digunakan sebagai obat, di antaranya daun kemangi
(Ocimum sanctum L). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan
adanya kandungan flavonoid pada daun kemangi. Dimana terdapat
senyawa yang disebut orientin dan vicenin. Senyawa ini merupakan
senyawa murni dari flavonoid yang ditemukan dalam kemangi telah
ditunjukkan untuk membantu meringankan kejang otot dan dapat
mengatasi kram pada perut, serta mampu melindungi struktur sel-sel
tubuh yang rusak (Putra, 2012; Joseph & Nair, 2013). Tumbuhan yang
mengandung getah dapat menyerap kuman dan unsur beracun, termasuk
logam berat, dan lain-lain. Getah kemangi dapat melindungi lambung
dari rangsangan, dan mengobati tukak lambung (Arfin, 2013). Selain
itu, pada tumbuhan kemangi mengandung antioksidan flavon-
Oglikosida juga dapat digunakan untuk penyembuhan tukak lambung
(Vedi et al., 2013). Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah
banyak diteliti, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk
menangkal radikal bebas di dalam tubuh sekaligus dapat memperbaiki
sel-sel tubuh yang rusak (Patil & Jadhav, 2013). Flavonoid juga dapat
menghambat enzim cAMP, protein kinase C, dan protein
phosphorylation, sehingga dapat menghambat terjadinya tukak lambung
(Sandhar et al., 2011). Selain itu, flavonoid dapat juga berefek sebagai
analgesik, antipiretik, antiedema, antikanker, antiinflamasi, antibakteri,
antidepresi, tukak lambung, serta antialergi (Pandey & Singht, 2010).
Salah satu gangguan pencernaan adalah ulkus peptikum lebih dikenal
oleh masyarakat dengan tukak lambung. Tukak lambung adalah suatu
gangguan saluran cerna bagian atas yang bersifat ulseratif yang
disebabkan oleh aktivitas sekret lambung yaitu pepsin dan HCl yang

2
berlebih. Tukak lambung merupakan keadaan dimana kontiniutas
mukosa lambung terputus dan meluas sampai ke bawah lapisan epitel.
Penyebabnya adalah ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor
defensif yang mempertahankan keutuhan mukosa lambung (Price &
Wilson 1992). Faktor agresif yang penting adalah asam lambung yang
disekresi oleh sel parietal dan pepsin yang diproduksi oleh sel zymogen
serta difusi kembali ion hidrogen. Faktor defensif antara lain
pembentukan dan sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah
mukosa, dan regenerasi epitel. Selain itu, golongan obat NSAID, stres,
alkohol, dan infeksi Helicobacter pylori juga dapat menyebabkan tukak
lambung (Price & Wilson 1992; Kaur et al., 2012). Berdasarkan
uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melihat pengaruh ekstrak
etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.), terhadap pH dan tukak
lambung pada tikus putih jantan.

Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain pipet tetes, gelas ukur (Pyrex®
IWAKI), jarum oral (Terumo®), jarum pentul, steoroform, corong
(Pyrex® IWAKI), spuit (Terumo®), tissue (Nice®), peralatan bedah,
botol berwarna gelap 250 ml, kertas saring, rotary evaporator (IKA®),
spatel, pinset (RENZ), lumpang, cawan penguap, timbangan hewan
(Ohaus®), kandang hewan, tabung reaksi (Pyrex® IWAKI), batang
pengaduk, waterbath (Memmert), ayakan ukuran 65 mesh, jangka sorong
(Tricle brand), lup (Mena®), rak tabung reaksi, sentrifuger, alat
sentrifuger (DKC1008T), camera (Canon) dan pH meter (HANNA®
instrument), timbangan analitik (Precisa®) Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun kemangi
(Ocimum sanctum L), etanol 70 % (PT Brataco), etanol absolut (PT
Brataco), etanol 95 % (PT Brataco), NaCl fisiologis (PT WIDATRA
BHAKTI), Natrium carboxymethyle celulose (PT Brataco), larutan dapar

3
fosfat pH 7,01 (HANNA® instrument), larutan dapar fosfat pH 4,01
(HANNA® instrument), aquadest, raksa klorida (Merck), kalium iodida
(Merck), asam klorida (Merck), asam asetat anhidrat (Merck), kloroform
(PT Brataco), asam sulfat pekat (Merck), metanol (PT Brataco), amonia
(Merck), eter (PT Brataco), natrium sulfat anhidrat (Merck), asam klorida
2N (Merck), minyak tanah, serbuk seng (Merck), serbuk mg (magnesium
sulfat) (Merck), aseton (Merck), asam borat (Merck), asam oksalat
(Merck), kuarsetin (Merck), dikloroetana (Merck), dan makanan hewan
(pellet HIPRO-VITE 511) (PT Pokphand).
Pembuatan ekstrak daun kemangi
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk
simplisia kering, dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan
tertentu, sampai derajat kehalusan tertentu. Diperoleh serbuk simplisia
daun kemangi sebanyak 2.516 g Kemudian diambil 2.500 g dibagi
menjadi 10 bagian yang masing-masingnya sebanyak 250 g Kemudian
masukan masing-masing bagian serbuk simplisia kering ke dalam 10
botol maserator yang gelap, tambahkan 10 bagian pelarut (etanol 70 %).
Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-kali diaduk, kemudian
diamkan selama 18 jam pada temperatur ruangan (kamar). Pisahkan
maserat dengan cara filtrasi menggunakan kain flanel, ulangi proses
penyarian sebanyak dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama
(remaserasi). Kumpulkan semua maserat kemudian dipekatkan dengan
rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak kental (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Kelompok K1 sebagai kelompok kontrol negatif hanya diberi makan dan


minum, dan sebagai percobaan kelompok uji K2, DI, DII, DIII di induksi
dengan etanol absolut sebanyak 1 mL/200 g BB. Kemudian, tikus dipuasakan
selama tiga jam, lalu tikus diberi ekstrak daun kemangi sesuai dengan dosis
yang telah direncanakan. Setelah perlakuan tikus selama 1 hari, masing-
masing tikus di puasakan selama 24 jam, tetapi diberi minum, lalu dilakukan

4
pengukuran pH cairan lambung dan amati mukosa lambung pada hari ke
2,4,dan 6. Bedah abdominalnya, ikat pilorus dan esophagus et cardia,
kemudian ke dalam lambung suntikkan 2 mL NaCl fisiologis. Setelah itu,
lambung dikeluarkan dengan memotong duodenum bagian bawah dan
esophagus et cardia bagian atas. Cairan lam Perlindungan Hukum dan HAM
terhadap Pengidap HIV/AIDS
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS tidak dapat
dipisahkan dari aspek hukum dan hak Asasi manusia (HAM). Permasalahan
pokok yang menyangkut hukum berkaitan dengan maraknya kasus HIV/
AIDS adalah bagaimana menyeimbangkan antara perlindungan kepentingan
masyarakat dan  kepentingan individu pengidap HIV dan penderita AIDS
(Indar, 2010). Aspek hukum dan HAM merupakan dua komponen yang sangat
penting dan ikut berpengaruh terhadap berhasil tidaknya program
penanggulangan yang dilaksanakan. Telah diketahui bahwa salah satu sifat
utama dari fenomena HIV & AIDS terletak pada keunikan dalam penularan
dan pencegahannya. Berbeda dengan beberapa penyakit menular lainnya yang
penularannya dibantu serta dipengaruhi oleh alam sekitar, pada HIV & AIDS
justeru penularan dan pencegahannya berhubungan dengan dan atau
tergantung pada perilaku manusia.
Hukum adalah suatu alat dengan dua fungsi utama, yakni sebagai social
control dan social engineering. Sebagai social control, hukum dipakai sebagai
alat untuk mengontrol perilaku tertentu dalam masyarakat sehingga perilaku
tersebut tidak merugikan diri sendiri dan anggota masyarakat lainnya.
Sebagai social engineering, hukum dijadikan sebagai alat yang dapat
merekayasa sebuah masyarakat sesuai keinginan dan cita-cita hukum (Asa,
Simplexius, 2009).
Terdapat dua hak asasi fundamental yang berkaitan dengan epidemi HIV/
AIDS yaitu : hak terhadap kesehatan dan hak untuk bebas dari diskriminasi.
Dibandingkan dengan hak terhadap kesehatan, jalan keluar dari masalah
diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS ini jauh lebih kompleks dan sulit.

5
Pada banyak kasus, penderita akhirnya bisa berdamai dengan kenyataan
bahwa mereka memang mengidap HIV dan mungkin akan meninggal dengan
dan karena AIDS. Akan tetapi penderitaan yang lebih parah justru dialami
karena adanya stereotype yang dikenakan kepada mereka. Orang terinfeksi
acap kali dihubungkan dengan orang terkutuk (amoral) karena perilakunya
yang menyimpang dan memang harus menanggung penderitaan sebagai karma
atas dosa-dosanya. Tidak hanya dalam bentuk stereotip tetapi di banyak
tempat ditemukan pula berbagai pelanggaran HAM berupa stigmatisasi dan
diskriminasi, bahkan juga penganiayaan dan penyiksaan. Pelbagai pelanggaran
HAM dan hukum sebagai yang tergambar di atas pada akhirnya merupakan
fakta sosial yang menjadi bagian dari penderitaan orang terinfeksi bahkan
merupakan penyebab sekunder/non medis bagi kematian mereka.
  Dalam pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kesehatan. Permasalahan HIV dan AIDS sangat terkait
dengan hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan adalah aset utama keberadaan
umat manusia karena terkait dengan kepastian akan adanya pemenuhan atas
hak yang lain, seperti pendidikan dan pekerjaan. Secara garis besar di dalam
UU Kesehatan perlindungan hukum terhadap penderita HIV/ AIDS diatur
mengenai :  Hak atas pelayanan kesehatan.
   Undang-Undang Kesehatan mewajibkan perawatan diberlakukan kepada
seluruh masyarakat tanpa kecuali termasuk penderita HIV AIDS. Dalam Pasal
5 UU Kesehatan  dinyatakan bahwa terdapat kesamaan hak tiap orang dalam
mendapatkan akses atas sumber daya kesehatan, memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.Tugas pemerintah dalam hal ini
untuk menyediakan tenaga medis, paramedik dan tenaga kesehatan lainnya
yang cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita
HIV/AIDS dan menjamin ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan
sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan serta jaminan ketersediaan obat
dan alat kesehatan diatur dalam UU Kesehatan dan berlaku juga bagi penderita
HIV/AIDS.

6
Pasal 7 UU Kesehatan secara tegas mengatakan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang
data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan atas dirinya pada
pasal 8.
Peningkatan pendidikan untuk menangani HIV dan AIDS termasuk
metode pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS serta peningkatan
pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan penyebaran
HIV dan AIDS, misalnya melalui penyuluhan dan sosialisasi merupakan
upaya dalam memberikan informasi mengenaiHIV/AIDS. 
Tabel 1. Diameter Keparahan Tukak Lambung.

No Kondisi lambung Skor

1 Lambung normal 1

2 Lambung kemerahan/ merah 1,5

3 Bintik kemerahan/ tukak diameter sampai 0,5 mm n x 2*

4 Tukak dengan diameter / panjang 0,5-1,5 mm n x 3*

5 Tukak dengan diameter / panjang 1,6-4 mm n x 4*

6 Tukak dengan diameter / panjang lebih dari 4 mm n x 5*

7 Perforasi dengan diameter / panjang 2-7 mm n x 6*

8 Perforasi dengan diameter / panjang 8-15 mm n x 7*

9 Perforasi dengan diameter / panjang lebih dari 13 n x 8*


mm

Lambung yang telah dibersihkan diamati mukosanya dengan


menggunakan lup. Ukur diameter tukak dan beri skor berdasarkan

7
keparahan tukak. *) n = Jumlah tukak / perforasi yang ditemukan. Hitung
Indeks Tukak (UI) dengan menjumlahkan skor yang di dapat.

Pengukuran pH cairan lambung


Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter sebagai
berikut:
1. Elektroda pH meter dibersihkan dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissu, kemudian alat dihidupkan.
2. Setelah itu alat dikalibrasi dengan memakai larutan standar dapar fosfat
pH 7,01 dan larutan dapar fosfat pH 4,01 sehingga posisi jarum penunjuk
di atur menunjukkan harga masing-masing pH tersebut diatas. Lalu
elektroda dicuci dengan air suling kemudian dikeringkan dengan kertas
tissu.
3. Pengukuran pH tersebut dilakukan dengan cara mengambil cairan
lambung yang telah disentrifus. Kemudian alat dihidupkan, elektroda
dicelupkan kedalam cairan lambung tersebut dan biarkan jarum bergerak
sampai posisi konstan. 4. Angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk
pada pH meter merupakan besaran pH dari cairan lambung.

Analisis Data
Data hubungan antara dosis ekstrak daun kemangi dan lama waktu
pemberian ekstrak, terhadap pH cairan lambung tikus diolah secara
statistik dengan analisis variansi (Anova) dua arah dilanjutkan dengan uji
Duncan (Jones, 2010).
Hasil dan Pembahasan
Sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah daun kemangi yang
telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Universitas Andalas
(ANDA). Jurusan biologi FMIPA Universitas Andalas Padang, Sumatera
Barat, Indonesia, dengan hasil spesies (Ocimum sanctum L.) dan famili
(lamiaceae). Sampel daun segar kemangi (Ocimum sanctum L.),
diambil di daerah Khatib Sulaiman, Padang, Sumatera Barat. Kemudian

8
dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak, ekstrak etanol daun kemangi
didapatkan dengan melakukan ekstraksi menggunakan metode maserasi.
Pemilihan metode ini karena bisa digunakan untuk sampel dengan jumlah
yang banyak, pelaksanaannya sederhana, tidak memerlukan perlakuan
khusus dan kemungkinan terjadinya penguraian zat aktif oleh pengaruh
suhu dapat dihindari karna tidak ada proses pemanasan.

Gambar 1. Daun kemangi (Ocimum sanctum L.)

Daun segar kemangi di timbang sebanyak 25 kg lalu dilakukan


pencucian, kemudian diiriskan tipis-tipis dengan tujuan agar pelarut dapat
berpenetrasi dengan mudah sehingga penarikan zat aktif lebih sempurna,
kemudian pengeringan dengan cara diangin-anginkan selama 7 hari
sampai kering dan penghalusan, sehingga diperoleh serbuk kering yang
telah ditimbang 2.516 g. Menggunakan cara maserasi dengan etanol 70 %.
Penggunaan etanol sebagai pelarut universal disebabkan karena sifatnya
yang mudah melarutkan senyawa zat aktif baik yang bersifat polar, semi
polar dan non polar. Serta kemampuannya untuk mengendapkan protein
dan menghambat kerja enzim sehingga dapat menghindari proses hidrolisa
dan oksidasi. Keuntungan lain etanol mudah berpenetrasi ke dalam sel.
Maserasi dilakukan selama 1 hari dengan 3 kali pengulangan. Proses
maserasi ini dilakukan dengan menggunakan botol kaca berwarna gelap
dan ditempat yang terlindung cahaya. Hal ini bertujuan umtuk
menghindari terjadinya penguraian struktur zat aktif terutama untuk
senyawa yang kurang stabil terhadap cahaya. Masukkan satu bagian
serbuk kering simplisia ke dalam botol gelap tertutup tambahkan 10

9
bagian pelarut, rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk,
kemudian diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara
penyaringan, ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan
jenis dan jumlah pelarut yang sama.
Kumpulkan semua maserat, maserat yang di dapat diuapkan dengan rotary
evaporator pada suhu ±50ºC lalu dipekatkan dengan waterbath sampai di
dapat ekstrak kental. Sehingga hasil yang di peroleh dari ekstrak kental
dari proses maserasi tersebut sebanyak 176,3 g ekstrak kental dengan nilai
persen rendemen yang di peroleh adalah 7,052 %. Setelah didapatkan
ekstrak kental, selanjutnya, daun kemangi (Ocimum sanctum L.)
dievaluasi melalui parameter spesifik dan parameter nonspesifik agar
kualitas ekstrak dapat dikontrol (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2000).
Kemudian dilakukan karakterisasi ekstrak, yaitu karakteristik non spesifik
dan karakteristik spesifik. Karakteristik non spesifik meliputi susut
pengeringan diperoleh yaitu 7,411%. Tujuan susut pengeringan ini
dilakukan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya
senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Kadar abu total diperoleh
yaitu 4,085%. Kadar abu total bertujuan untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari awal sampai
terbentuknya ekstrak. Karakterisasi spesifik meliputi organoleptik yang
bertujuan untuk pengenalan awal yang sederhana (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2000).
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan karakterisasi terhadap ekstrak
daun kemangi yang meliputi pemeriksaan uji spesifik ekstrak adalah uji
organoleptik menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi memiliki warna
hijau kecoklatan, rasanya pahit, bau khas aromatik dan bentuk nya kental.
Kadar senyawa yang larut dalam air diperoleh rata-rata 6,745 %, dan kadar
senyawa yang larut etanol diperoleh ratarata 22,836 %. Uji non spesifik
ekstrak adalah pemeriksaan susut pengeringan simplisia diperoleh rata-rata
7,851 %, serta pemeriksaan susut pengeringan ekstrak diperoleh rata-rata

10
7,411%, kadar abu total ekstrak adalah 4,085 % serta kadar abu tidak larut
asam di peroleh rata-rata 4,53 %, dilanjutkan uji kandungan fitokimia, uji
KLT, dan uji kandungan kimia ekstrak.
Diperoleh data hasil uji Bahwa daun kemangi mengandung
flavonoid, Kemudian dilakukan penetapan kadar flavonoid totalnya
dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Diperoleh ratarata
1,0111. Sebagai pensuspensi digunakan Na CMC 0,5 % mempunyai sifat
yang inert, menghasilkan suspensi yang stabil, resisten terhadap mikroba
baik dan tingkat kejernihannya tinggi. Ekstrak daun kemangi dibuat
menjadi 3 variasi dosis yaitu 100 mg/kg BB, 300 mg/kgBB, 900
mg/kgBB. Kenaikan dosis bertujuan untuk memperjelas efek dari obat.
Dalam penelitian ini digunakan hewan percobaan tikus putih jantan karena
mudah ditangani dan mempunyai kemiripan fisiologi dengan manusia.
Selain itu, tikus sangat mudah dipengaruhi oleh stress dan lingkungan.
Dengan memanfaatkan keadaan tersebut diharapkan tukak lambung yang
terbentuk lebih cepat dan dipermudah. Pembentukan tukak lambung yang
disebabkan stress adalah melalui peningkatan sekresi HCl akibat
perangsangan nervus vagus. Etanol absolut digunakan sebagai penginduksi
tukak karena etanol mudah dan cepat berpenetrasi kedalam mukosa
lambung. Etanol juga dapat meningkatkan permeabilitas mukosa dan
melepaskan produk vasoaktif. Selain itu, etanol juga dapat menyebabkan
kerusakan vascular dan nekrosis sel mukosa lambung yang berlanjut
dengan terbentuknya tukak dengan memungkinkan difusi balik asam
klorida (Vogel, 2002).
Sebelum diperlakukan, tikus diaklimatisasi selama 1 minggu
sebelum digunakan, makanan yang seragam dan pemberian air yang
cukup. Selama pemeliharaan, bobot hewan ditimbang dan diamati
perilakunya. Hewan-hewan yang dinilai sehat digunakan dalam percobaan,
yaitu bila selama pemeliharaan bobot hewan tetap atau mengalami
kenaikan dengan deviasi maksimum 10 % dan menunjukkan perilaku yang
normal (Vogel, 2002). Sebelum diinduksi dengan etanol absolut tikus

11
terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam. Hal ini bertujuan agar etanol
absolut dapat bekerja maksimal dalam membentuk tukak. Keadaan
lambung yang kosong dapat merangsang tukak dengan cepat serta dapat
menurunkan sitoproteksi prostaglanding sehingga mempermudah
terjadinya kerusakan mukosa. Asam lambung yang disekresikan dapat
menyebabkan terjadinya autodigesti karena lemahnya faktor pertahanan
mukosa (Underwood, 2000). Dengan keadaan lambung yang kosong dan
ditambahkan lagi dengan pemberian etanol absolut, maka dapat
merangsang terbentuknya tukak dengan cepat (Robbins & Kumar, 2007).
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu
kelompok I (kontrol negatif) yang tidak di beri perlakuan, kelompok II
(kontrol positif) diberi etanol absolut, kelompok III (dosis 100 mg/Kg BB)
diberi etanol absolut dan suspensi ekstrak daun kemangi dengan
konsentrasi 1 %, kelompok IV (dosis 300 mg/Kg BB) diberi etanol absolut
dan suspensi ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 3 %, kelompok V
(dosis 900 mg/Kg BB) diberi etanol absolut dan suspensi ekstrak daun
kemangi dengan konsentrasi 9 %.
Pemberian ekstrak daun kemangi dibagi atas tiga kelompok, yakni
kelompok yang diberikan selama 2 hari, 4 hari dan 6 hari. Sebelum diberi
ekstrak daun kemangi untuk kerusakan lambung diinduksi dengan etanol
absolut sebanyak 1 ml/200g BB. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh
penyembuhan mukosa lambung terhadap lamanya waktu pemberian
ekstrak daun kemangi, serta melihat apakah selama enam hari ada faktor
penyembuhan dari tikus itu sendiri setelah dibandingkan dengan kelompok
kontrol positif. Seperti yang telah diketahui bahwa mukosa lambung juga
dapat melakukan regenerasi sel-sel yang telah mati. Jadi dengan adanya
perbedaan kelompok dan lamanya pemberian ekstrak daun kemangi, maka
hasil yang diperoleh dapat dibandingkan persentase penyembuhan
tukaknya.
Pada hewan uji kelompok pemberian ekstrak daun kemangi selama
enam hari, pada hari pertama ekstrak diberikan 3 jam setelah hewan

12
percobaan diinduksi dengan etanol absolut. Kemudian pemberian ekstrak
daun kemangi dilanjutkan sampai hari 2,3,4,5,6, tanpa pemberian etanol,
ekstrak daun kemangi diberikan pada jam yang sama dengan waktu
pemberian pada hari pertama. Selanjutnya hewan dipuasakan selama 24
jam pada hari ke 3 setelah pemberian ekstrak daun kemangi dengan tujuan
untuk pengosongan lambung dan akan mempermudah saat penampungan
pH cairan lambung.
Pemberian etanol absolut sebanyak 1 mL/ 200 g BB tikus
menyebabkan pH cairan lambung pada kontrol negatif selama 2 hari 2,585
sedangkan pada tikus kontrol positif adalah 7,295. Dengan pemberian
ekstrak daun kemangi dengan dosis 100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900
mg/Kg BB secara oral selama 2 hari dapat menyebabkan pH cairan
lambung kembali kearah normal yaitu masing-masing menjadi 6,195;
4,740 dan 4,595.
Pemberian etanol absolut sebanyak 1mL/ 200g BB tikus
menyebabkan pH cairan lambung pada kontrol negatif selama 4 hari 2,670
sedangkan pada tikus kontrol positif adalah 7,210. Dengan pemberian
ekstrak daun kemangi dengan dosis 100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900
mg/Kg BB secara oral selama 4 hari dapat menyebabkan pH cairan
lambung kembali kearah normal yaitu masing-masing menjadi 4,405;
3,475 dan 3,210..
Pemberian etanol absolut sebanyak 1mL/ 200 g BB tikus
menyebabkan pH cairan lambung pada kontrol negatif selama 6 hari 2,680
sedangkan pada tikus kontrol positif adalah 6,540. Dengan pemberian
ekstrak daun kemangi dengan dosis 100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900
mg/Kg BB secara oral selama 6 hari dapat menyebabkan pH cairan
lambung kembali kearah normal yaitu masing-masing menjadi 2,850;
2,375 dan 2,140.
Pemberian ekstrak daun kemangi secara oral dengan dosis 100
mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900 mg/Kg BB dapat mengurangi keparahan
tukak pada lambung tikus yang diinduksi dengan etanol absolut secara oral

13
dengan indeks tukak pada kontrol positif 72,500 (kontrol positif 2 hari)
78,000 (kontrok positif 4 hari) dan (kontrol positif 6 hari) 80,900.
Rata-rata indeks tukak secara berturut-turut pada pemberian
ekstrak daun kemangi dengan dosis 100mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900
mg/Kg BB secara oral selama 2 hari adalah 40,850; 38,350 dan 35,650.
Dari nilai indeks tukak tersebut, dapat dihitung rata-rata persentase
penyembuhan tukak secara berturut-turut adalah 45,82 %; 49,13 % dan
52,71 %. Sedangkan pada hewan uji kelompok pemberian ekstrak daun
kemangi dosis 100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900 mg/Kg BB secara oral
selama 4 hari rata-rata indeks tukak adalah 28,900; 17,400 dan 13,450.
Dari nilai indeks tukak tersebut, dapat dihitung rata-rata persentase
penyembuhan tukak secara berturut-turut adalah 62,94 %; 77,69 % dan
77,69 %. Sedangkan pada hewan uji kelompok pemberian ekstrak daun
kemangi dosis 100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900 mg/Kg BB secara oral
selama 6 hari rata-rata indeks tukak adalah 15,650; 4,350 dan 20,830. Dari
nilai indeks tukak tersebut, dapat dihitung rata-rata persentase
penyembuhan tukak secara berturut-turut adalah 80,65% ; 94,62% dan
97,21%. Persentase penyembuhan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak daun
kemangi mempunyai efek sebagai obat tukak lambung, dimana semakin
kecil nilai indeks tukak, maka persentase penyembuhan terhadap tukak
oleh ekstrak daun kemangi akan semakin besar. Namun peningkatan
persentase rata-rata pada pemberian ekstrak daun kemangi selama 2 hari
kurang baik dari pada persentase pemberian selama 4, dan 6 hari. Hal ini
diduga karena adanya regenerasi sel-sel yang telah mati dari dalam
lambung itu sendiri (Patil & Jadhav, 2013; Putra, 2012). Adanya faktor
tersebut dapat membantu penyembuhan selama 6 hari sehingga persentase
rata-rata penyembuhan juga lebih baik dengan pemberian ekstrak daun
kemangi selama 6 hari. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara
dosis dan lainnya pemberian ekstrak daun kemangi terhadap persentase
rata-rata penyembuhan tukak.

14
Terlihat terjadinya peningkatan nilai persentase rata-rata
penyembuhan tukak lambung pada tikus masing-masing kelompok uji
pemberian ekstrak daun kemangi 2 hari 4 hari, dan 6 hari secara berturut-
turut pada peningkatan dosis 100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB, 900 mg/Kg
BB. Disini dapat dilihat pada dosis terendah (100 mg/Kg BB) nilai
persentase rata-rata penyembuhan tukaknya juga rendah 45,82% (hari ke
2), 62,94 % (hari ke 4) 80,6 5% (hari ke 6). Kemudian dengan adanya
peningkatan menjadi dosis 300 mg/Kg BB nilai persentase rata-rata
penyembuhan tukaknya juga meningkat 49,13 % (hari ke 2), 77,69 % (hari
ke 4) 94,62 % (hari ke 6). Dan dengan adanya peningkatan menjadi dosis
900 mg/Kg BB nilai persentase rata-rata penyembuhan tukaknya juga
meningkat 52,71 % (hari ke 2) 77,69 % (hari ke 4) dan 97,21 % (hari ke
6). Daun kemangi berperan dalam penyembuhan tukak lambung,
dimana kandungan zat flavonoid bertanggung jawab melalui mekanisme
antiinflamasi dan meningkatkan kecepatan epitelisasi (Patil & Jadhav,
2013). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa daun kemangi
mempunyai aktifitas sebagai antiulkus dan antibakteri (Pandey & Singht,
2010). Flavonoid dilaporkan untuk melindungi mukosa dengan mencegah
pembentukan lesi oleh berbagai nekrotik agen (Mahmood, 2011).
Flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal
bebas dan juga sebagai anti radikal bebas mencegah berkembangnya
radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang
rusak (Giorgio, 2000). Selain itu flavonoid yang ditemukan dalam
kemangi telah ditunjukkan untuk membantu meringankan kejang otot dan
dapat mengatasi kram pada perut, serta mampu melindungi struktur sel-sel
tubuh yang rusak (Putra, 2012; Joseph & Nair, 2013).
Pada uji ANOVA dua arah dan uji lanjut Duncan terhadap pH
cairan lambung hewan uji kelompok pemberian ekstrak kemangi antara
lama waktu pemberian ekstrak kemangi (2 hari, 4 hari, dan 6 hari) dengan
dosis ekstrak daun kemangi yang digunakan (100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg
BB, 900 mg/Kg BB) terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05). Pada uji

15
ANOVA dua arah dan uji lanjut Duncan terhadap indeks tukak lambung
hewan uji kelompok pemberian ekstrak kemangi antara lama waktu
pemberian ekstrak daun kemangi (2 hari, 4 hari dan 6 hari) dengan dosis
ekstrak daun kemangi yang digunakan (100 mg/Kg BB, 300 mg/Kg BB,
900 mg/Kg BB) terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05).
Pada uji lanjut Duncan terhadap pH cairan lambung hewan uji
kelompok pemberian ekstrak daun kemangi antara dosis ekstrak daun
kemangi 100 mg/Kg BB berbeda nyata dengan dosis 300 mg/Kg BB dan
900 mg/Kg BB (P<0,05), sedangkan pada dosis 100 mg/Kg BB berbeda
nyata dengan dosis 300 mg/Kg dan 900 mg/Kg BB (P<0,05), dan pada
dosis 900 mg/Kg BB tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan kontrol
negatif.
Pada uji lanjut Duncan terhadap indeks tukak lambung hewan uji
kelompok pemberian ekstrak daun kemangi antara dosis ekstrak daun
kemangi 100 mg/Kg BB berbeda nyata dengan dosis 300 mg/Kg BB dan
900 mg/Kg BB (P<0,05), sedangkan pada dosis 300 mg/Kg BB berbeda
nyata dengan dosis 900 mg/Kg BB (P<0,05).

Gambar 2. Keadaan mukosa lambung tikus kontrol negatif (normal)

Gambar 3. Keadaan mukosa lambung tikus kontrol positif (diberi etanol


absolut)

16
Gambar 4. Keadaan mukosa lambung tikus setelah pemberian ekstrak
kemangi dengan dosis 100 mg/KgBB

Gambar 5. Keadaan mukosa lambung tikus setelah pemberian ekstrak


kemangi dengan dosis 300 mg/KgBB.
Tabel 2. Pengaruh pemberiaan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
L.), terhadap pH cairan lambung tikus putih jantan yang di induksi dengan
etanol absolut 1 mL/200 g BB.

Perlakuan pH Cairan Lambung

Hewan Hari ke 2 Hari ke 4 Hari ke 6


perlakuan

Hewan I 2,51 2,51 2,63

Kontrol Hewan II 2,66 2,83 2,73


Negatif
Rata-rata ± SD 2,585±0,106 2,670±0,226 2,680±0,070

Hewan I 7,31 7,90 6,85

17
Hewan II 7,28 6,52 6,23

Kontrol Rata-rata ± SD 7,295±0,226 7,210±0,975 6,540±0,438


Positif

Hewan I 5,47 4,43 2,72

Dosis Hewan II 6,92 4,38 2,98


100 mg
Rata-rata ± SD 6,195±1,025 4,405±0,035 2,850±0,183

Hewan I 4,53 3,12 2,77

Dosis Hewan II 4,95 3,83 1,98


300 mg
Rata-rata ± SD 4,740±0,296 3,475±0,502 2,375±0,558

Hewan I 4,92 3,43 2,16

Dosis Hewan II 4,29 2,99 2,10


900 mg
Rata-rata ± SD 4,595±0,459 3,210±0,311 2,140±0,056

Gambar 6. Hubungan waktu dan dosis ekstrak daun kemangi (Ocimum


sanctum L.), terhadap pH cairan lambung tikus putih jantan.

18
Tabel 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
L.) terhadap keparahan tukak dan % kesembuhan pada mukosa lambung
tikus putih jantan yang diinduksi dengan etanol absolut 1 mL/200 g BB

Perlakua pH Cairan Lambung


n

Hewan Hari ke 2 Hari ke 4 Hari ke 6


perlakuan

Hewan I 1 1 1

Kontrol Hewan II 1 1 1
Negatif
Rata-rata ± SD 1,000± 0,000 1,000± 0,000 1,000± 0,000

% Kesembuhan 100% 100% 100%

Hewan I 77,3 82,7 84,6

Hewan II 73,5 73,3 77,2

Kontrol Rata-rata ± SD 75,40±2.687 78,00±6,646 80,90±5,232


Positif

% Kesembuhan 0% 0% 0%

Hewan I 43,5 31,6 2,72

Dosis Hewan II 38,2 26,2 2,98


100 mg
Rata-rata ± SD 40,85±3,747 28,90±3,818 15,650±3,747

19
% Kesembuhan 45,82% 62,94% 80,65%

Hewan I 49,5 16,4 5

Dosis Hewan II 27,2 1,84 3,7


300 mg
Rata-rata ± SD 38,35±15,768 17,40±1,414 4,35±0,919

% Kesembuhan 49,13% 77,69% 94,62%

Hewan I 36,3 12,9 2,5

Dosis Hewan II 35 14 2
900 mg
Rata-rata ± SD 35,65±0,919 13,45±0,777 20,830±32,202

% Kesembuhan 52,71% 77,69% 97,21%

Gambar 7. Diagram batang hubungan waktu dan dosis ekstrak daun


kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap persentase kesembuhan lambung
tikus putih jantan.

Kesimpulan

20
1. pH cairan lambung dengan kenaikan dosis ekstrak terlihat baik
ditunjukkan oleh ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 900 mg/Kg
BB pada pemberian selama 6 hari berturut-turut dengan bermakna
(P>0,05)
2. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 100 mg/Kg BB,
300 mg/Kg BB dan 900 mg/Kg BB selama 6 hari dapat meningkatkan
persentase penyembuhan tukak, serta menurunkan indeks tukak lambung
pada tikus putih jantan yang diinduksi etanol absolut 1mL/200g BB tikus
dengan bermakna (P>0,05)

1.3.2 Defenisi pH Meter

pH Meter adalah alat ukur elektronik yang digunakan untuk


mengukur kadar pH (keasaman atau alkalinitas) dari sebuah cairan
(meski probe khusus kadang digunakan untuk mengukur kadar pH zat
setengah padat). Umumnya pH meter terdiri dari probe pengukur
khusus (elektroda kaca) yang terhubung dengan meter elektronik yang
mengukur dan menampilkan hasil pembacaan pH.
Probe pH mengukur pH seperti aktifitas ion-ion hidrogen yang
mengelilingi bohlam kaca berdinding tipis pada ujungnya. Probe ini
menghasilkan tegangan rendah (sekitar 0.06 volt per unit pH) yang
diukur dan ditampilkan sebagai unit pH oleh meternya.
Rangkaian meter-nya tidak lebih dari sebuah voltmeter yang
menampilkan pengukuran dalam unit pH unit selain volt. Impedansi
input meter harus sangat tinggi karena adanya resistansi tinggi (sekitar
20 hingga 1000 MΩ) probe gelas elektroda yang biasa digunakan
dengan pH meter. Rangkaian pH meter sederhana biasanya terdiri dari
amplifier operasional yang memiliki konfigurasi pembalik, dengan
total gain tegangan kurang lebih -17. Amplifier meng-konversi
tegangan rendah yang dihasilkan oleh probe (+0.059 volt/pH) dalam

21
unit pH, yang mana kemudian diimbangi dengan 7V untuk
memberikan hasil pembacaan pada skala pH.

1.3.3 pH

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda.
pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan
zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH
14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indicator
sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah
menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah.

Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat


diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip
elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH
mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda
referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari
"p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang
kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah
negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan
dari power of Hydrogen.

pH = -log[H+]
1.3.4 Indikator

Indikator asam - basa  adalah  senyawa  halokromik  yang


ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya
adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan
kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH

22
untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan
dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan dikatakan basa.
Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan makhluk hidup mudah
melepaskan proton (bersifat sebagai Asam Lewis), umumnya Asam
Karboksilat dan Amina, sehingga indikator asam-basa banyak
digunakan dalam bidang kimia hayati dan kimia analitik. Mekanisme
perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam-basa, pembentukan
kompleks, dan reaksi redoks.

1.3.5 Larutan Asam dan Basa


Pada umumnya,asam adalah zat-zat molekuler yang apabila direaksikan
dengan air akan menghasilkan ion hidronium. Misalnya hidrogen
klorida adalah suatu asam karena apabila dilarutkan dalam air akan
bereaksi dengan Alr menghasilkan H3O+.
HCI (aq) + H2O → H3O+ (aq) + CI- (aq)
Apabila kita gunakan H+ sebagai kependekan dari ion hidronium dan
molekul air yang membawa H+ Kkita hilangkan , reaksi dapat ditulis
HCl (aq) → H + (aq) + Cl -- (aq)
HCl adalah suatu elektrolit kuat, berarti asam ini dalam larutan akan
terdisosiasi 100℅. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan HCI yang pekat,
terkandung konsentrasi ion H3O – yang tinggi . oleh karena itu, HCl
dikatakan sebagai asam kuat. Banyak juga asam yang merupakan
elektrolit lemah. Misalnya : asam asetat, HC2H3O2. Ingat bahwa asam
ini akan bereaksi dengan air, menurut persamaan berikut.
HC2H3O2 (aq) + H2O ↔ H3O+ (aq) + C2H3O2¯(aq)
Atau lebih sederhana
HC2H3O2 (aq) ↔ H+ (aq) + C2H3O2 – (aq)
Ini merupakan suatu kesetimbangan dan dalam larutan HC2H3O2 , ini
hanya sebagian kecil darizat terlarutnya yang akan terdisosiasi menjadi
ion. Ini berarti konsentrasi ion H3O +
dalam larutan sangat rendah.

23
Akibatnya, asam asetat dan asam –asam lain yang merupakan elektrolit
lemak disebut sebagai asam lemah.
Perhatikan bahwa dalam rumus asam asetat,HC2H3O2 , hidrogen muncul
2 kali pertama pada permulaan rumus kemudian permulaan rumus.
Dalam menulis rumus untuk suatu asam, suatu hal yang biasa untuk
menulis hidrogen yang asam, yaitu yang dapat pindah ke molekul air
membentuk ion H3O + pada permulaan rumus. Hidrogen lain yang tidak
bersifat asam dituliskan kemudian. Walaupun molekul asam asetat
mengandung 4 atom hidrogen, hanya satu yang dapatbereaksi dengan
molekul air membentuk ion H3O + .
Baik HCl maupun HC2H3O2 hanya dapat memberikan satu ion
hidrogen atau proton permolekul asamnya. Asam semacam ini disebut
asam monoprotik. Banyak asam lain yang dapat memberikan lebih
dari satu proton permolekul asamnya. Asam semacam ini dinamakan
asam poliprotik . Dua contoh lain adalah asam sulfat H 2SO4 dan asam
fosfat , H3PO4 .
Asam sulfat disebut juga suatu asam diprotik karenatip
molekulnya dapat memberikan dua proton. Ini terjadi dalam dua tingkat
H2SO4 (aq) → H+ (aq) + HSO4- (aq)
HSO4- (aq) ↔ H+ (aq) + SO42- (aq)
Demikian juga, asam fosfat yang merupakan contoh dari asam
triprotik, akan terdisosiasi dalam tiga angka.
H3PO4 (aq) ↔ H+ (aq) + H2PO4- (aq)
H3PO4- (aq) ↔ H+ (aq) + HPO42- (aq)
HPO4- (aq) ↔ H+ (aq) + PO43- (aq)
Perhatikan bahwa tingkat kedua pada disosiasi asam sulfat adalah
suatu reaksi kesetimbangan (hanya 10% dari HSO 4- akan terdisiosiasi).
Walaupun demikian,asam sulfat dimasukkan kedalam asam kuat karena
disosiasi tingkat pertama adalah sempurna. Asam fosfat, yang
dingunakan dalam pembuatan pupuk, deterjen, dan bermacam minuman

24
seperti cola, adalah suatu asam lemak karena ketiga tingkat reaksinya
merupakank kesetimbangan. Jadi, reksinya tidak sempurna.
Semua asam yang telah di bicarakan mengandun hidrogen dalam
rumusnya. Ada juga zat-zat lainnya yang tidak mengandung hidrogen,
tetapi menghasilkan larutan asam apabila dilarutkan kedalam air.
Contoh yang umum adalam karbon dioksida. Apabilah dilakukan dalam
air ( misalnya dalam minuman yang mengandunng soda ), CO 2 akab
bereaksi sebagai berikut.
CO2 (g) + H2O ↔ H2CO3 (aq)
Senyawa H2CO3 dinamakan asam karbonat, suatu asa diprotik lemah,
yang terdisosiasi dalam dua tingkat, dimana tingkat pertama ialah :
H2CO3 (aq) ↔ HCO3- (aq)
Asam inilah yang menyebabkan terbentuknya gua-gua batu kapur
yang besar yang terdapat di berbagai tempat di dunia.air tanah menjadi
asam karena adanya CO2 dari udara yang larut didalam nya,kemudian
bereaksi dengan batu kapur (CaCO3) yang menetes.
CaCO3 (s) + H2CO3 (aq) → Ca2+ (aq) + 2HCO3- (aq)
Hasil dari reaksi ini kalsium bikarbonat yang larut dan terbawa oleh air
tanah dan menimbulkan gua-gua yang besar.
Reaksi CO2 dengan air adalah khas dari berbagai oksida non
logam.Oksida logam bereaksi dengan air membentuk asam
okso.Contoh lain adalah belerang di oksida,suatu zat pencemar udara
yang dilepaskan bensin yang mengandung belerang.Reaksinya dengan
air sebagai berikut.
So2 (aq) + H2O → H2SO3 (aq)
Reaksi inilah yang menyebabkan terjadinya hujan asam,persoalan
lingkungan yang parah terutama dibagian utara Amerika
Serikat,Kanada bagian Selatan,dan daerah industri di Eropa. Air hujan
yang melalui udara akan dicemari oleh sulfur dioksida dan oksida-
oksida lain seperti SO3 dan NO2 sehingga akan menjadi asam.Suatu

25
oksida dalam nonlogam yang dapat beraksi dengan air membentuk
asam okso dinamakan anhidrida asam, yang berarti asam “ tanpa air “.
Basa
secara prinsip ada dua macam basa : hidroksida ion dan zat molekuler
yang apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan ion OH-. Natrium
hidroksida dan kalsium hidroksida adalah contoh dari hidroksida ion.
Pada keadaan padat, zat-zat ini terdiri dari ion logam dan ion hidroksida
yang apabila dilarutkan dalam air akan terdisosiasi
NaOH (s) → Na+(aq) + OH- (aq)
Ca(OH) 2 (s) → Ca2+ (aq) + 2 OH- (aq)
Sebagian senyawa ion yang khas apabila dilarutkan dalam
air,disoasinya akan sempurna,maka ion dari hidroksida logam adalah
basa kuat. Contoh basa dari zat molekuler paling umum adalah
amonia,NH3.Zat ini akan bereaksi dengan air membentuk
kesetimbangan.
NH3 (aq) + H2O → NH4+ (aq) + OH- (aq)
Dalam hal ini,suatu proton akan dipindahkan dari molekul air ke
molekul amonia.Setelah H2O kehilangan H+ ,yang tinggal adalah ion
OH-. Reaksi NH3 dengan air adalah setimbang,hanya sebagian kecil dari
NH3 dalam larutan akan berbentuk sebagai ion NH4+ dan ion
OH-.Amonia adalah suatu elektrolit lemah dan karena dalam larutannya
secara relatif hanya mengandung sedikit ion OH- maka dikatakan juga
sebagai suatu basa lemah.Pada umumnya basa molekuler adalah basa
lemah.
Pada permulaan bagian ini telah dipelajari bahwa oksida nonlogam
adalah anhidrida asam.Oksida logam mempunyai sifzat kebalikannya
oksidanya adalah anhidrida basa.Misalnya natrium
oksida,Na2O.Senyawa ini tidak lain adalah suztu senyzwz ion yang
mengandung ion-ion Na+ dan O2-.Apabila dilarutkan dalam air,ion
oksida bereaksi membentuk ion hidroksida.
O2- + H2O → 2OH-

26
Reaksi ini adalah sempurna sehingga tiap oksida logam yang larut
dalam air,apabila dilarutkan dalam air langsung akan bereaksi membuat
larutan dari hidroksidanya.
Na2O (s) + H2O → 2Na+ (aq) + 2OH- (aq)

1.3.6 Larutan Penyangga


Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer  adalah  larutan  yang
digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak
berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan
penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian
sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari 
asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan
asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini
disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Larutan penyangga
mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-.
Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah
pH-nya secara signifikan. Larutan penyangga Suatu larutan yang
bertahan terhadap perubahan ph yang besar bila di tambahi ion
hidrogen atau hidroksida, atau bila larutan itu diencerkan disebut
larutan bufer. Larutan semacam itu telah kita jumpai dalam titrasi suatu
asam lemah dengan basa kuat.
Pada umumnya larutan bufer mengandung suatu pasangan asam-
basa konjugat, seperti misalnya HOAc – Oac – atau NH3+ . komponen-
komponen ini bereaksi dengan ion hidrogen atau hidroksida yang di
masukkan kedalam larutan. Misalnya jika bufer itu mengandung HOAc
dan NaOAc, ion hidrogen apa saja yang dimasukkan kedalam larutan
akan dihabiskan oleh reaksi dengan ion asetat :
H3O+ + Oac - → HOAc + H2O
Dan ion hidroksida bereaksi dengan molekul asam asetat :
OH - + HOAc → Oac-- + H2O

27
pH tidak berubah dengan nyata karena diperlukan perubahan angka
banding asam-basa konjugat dengan faktor sepuluh untuk mengubah
pH sebanyak satu satuan:
−[ HOAc ] + [ Oac ]
pH = pKa atau pH = pKa
[ Oac ] [ HOAc ]
keefektifan suatu larutan bufer dalam menolak perubahan pH
persatuaan asam atau basa kuat yang ditambahkan, akan paling tinggi
bila angka banding asam bufer ke garam sama dengan satu. Dalam
titrasi suatu asam lemah titik keefektifan maksimum ini dicapai bila
separuh asam itu dinetralkan, atau pH = Pka.
Kapasitas suatu bufet merupakan ukuran keefektifan dalam menolak
perubahan pH dengan penambahan asam basa. Makin besar konsentrasi
asam dan basa komjugat, makin besar kapasitas bufet itu. Kapasitas
bufet dapat didefenisikan dengan lebih kuantitatif sebagai banyaknya
mol basa kuat yang diperlukan untuk mengubah pH 1 liter larutan
sebanyak 1 satuan Ph.

28

Anda mungkin juga menyukai