UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI
ABSTRAK
Daun sirih (Piper betle L.) mengandung flavonoid, tanin, minyak atsiri dan alkaloid,
dimana flavonoid dapat menghambat pengeluaran asetilkolin dan kontraksi usus, tanin
memiliki efek mengurangi peristaltik usus, minyak atsiri dan alkaloid yang merupakan
inhibitor pertumbuhan dan mematikan mikroorganisme di usus. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun sirih pada tikus putih (Rattus
norvegicus).
Uji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun sirih dilakukan dengan cara memberikan 1
ml oleum ricini pada tikus secara oral sebagai penginduksi diare, 1 jam setelah pemberian
oleum ricini tikus diberi ekstrak etanol daun sirih dosis 200, 300 dan 400 mg/kgbb, kontrol
positif loperamid HCl, kontrol negatif Na-CMC 0,5% secara oral dan dilakukan pengamatan
terhadap parameter uji yaitu saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare,
dan lama terjadinya diare yang diamati selama 5 jam.
Berdasarkan uji statistik ANOVA diperoleh nilai siginifikan setiap parameter uji yaitu
p<0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan
antara setiap kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda rata-rata Tukey HSD diperoleh bahwa
ekstrak etanol daun sirih dosis 200, 300, dan 400 mg/kgbb memberikan aktivitas antidiare
pada tikus putih dengan aktivitas yang paling baik yaitu dosis 400 mg/kgBB.
147
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
ABSTRACT
Betel leaf(Piper betleL.) contains flavonoids, tannins, essential oils and alkaloids.
Flavonoids inhibit the release of acetylcholine and intestinal contractions while tannins
reduce intestinal peristalsis. Essential oils and alkaloids prevents microorganisms from
growing and eradicate them in the intestine. This research examined the antidiarrheal activity
of betel leaf ethanol extract in white rats(Rattus norvegicus).
Antidiarrheal activity test of betel leaf ethanol extract was carried out by
administering 1 ml of oleum ricini to rats orally as an induction of diarrhea.An hour later, the
rats were treated with ethanol extract of betel leaves at different doses of 200, 300 and 400
mg/kgbw, loperamid HCL as positive control and 0.5% Na-CMC as negative control orally.
Several parameters were observed for 5 hours during the diarrhea including, onset of
diarrhea, faecal consistency, diarrhea frequency, and duration of diarrhea.
The results of ANOVA statistical test showed a significant value of each test
parameter is p <0.05, indicating that H0 was rejected while H1 was accepted. The results also
confirmed the significant differences between treatment group and control group. The results
were also supported by the outcome of Tukey HSD average difference test which also
indicated that the ethanol extract of betel leaf at doses of 200, 300, and 400 mg/kgbw
provided antidiarrheal activity in white rats, with the best effect at a dose of 400 mg/kgbw.
148
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
149
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
Bahan
Bahan penelitian berupa daun sirih Uji Kualitatif Kandungan Fitokimia
dewasayang diperoleh dan dikumpulkan Uji Alkaloid
dari Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol
Lima, Kota Kupang, Provinsi NTT, reagen daun sirih masukan dalam tabung reaksi,
mayer, reagen wagner, FeCl3, serbuk Mg, tambahkan HCl 1% kemudian disaring.
HCl, aquadest, etanol 70%, loperamid 2 Filtrat dibagi menjadi dua bagian dan
mg, Natrium Carboxymethylcellulose dilakukan pengujian menggunakan
0,5%, Oleum ricini, dan tikus putih jantan beberapa tetes pereaksi mayer dan wagner.
(galur wistar)dengan berat rata-rata 150- Reaksi positif alkaloid ditandai dengan
250 g. adanya endapan putih kekuningan dengan
Determinasi Tanaman pereaksi mayer dan terbentuk endapan
Determinasi tanaman bahan uji coklat kemerahan dengan penambahan
dilakukan dengan tujuan untuk pereaksi wagner (Kumoro, 2015).
membuktikan kebenaran bahan yang Uji Tanin
digunakan pada penelitian. Identifikasi Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol
tanaman dilakukan di Fakultas Pertanian daun sirih masukan dalam tabung reaksi,
Universitas Nusa Cendana bagian tambahkan 2 ml etanol 70% kemudian
Agroteknologi. diaduk, tambahkan FeCl3 sebanyak 3
Pembuatan Simplisia tetes. Terbentuknya warna biru, biru–
Daun sirih yang telah dikumpulkan hitam, hijau kehitaman atau biru-hijau dan
dicuci bersih, dipotong-potong menjadi endapan menunjukkan adanya tanin
kecil, lalu dikeringkan dengan diangin- (Mojab et al., 2003).
anginkan sampai kering. Setelah kering, Uji Flavonoid
daun tersebut dihaluskan menggunakan Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol
blender dan diayak menggunakan daun sirih masukan dalam tabung reaksi,
pengayak mesh 20 hingga diperoleh lalu ditambahkan dengan serbuk Mg dan
serbuk halus. larutan HCl pekat. Perubahan warna
Ekstraksi Sampel larutan menjadi merah bata menandakan
Sebanyak 300 gram serbuk daun adanya flavanoid (Sopianti & Dede, 2018).
sirih dimasukkan kedalam wadah maserasi Uji Minyak Atsiri
kemudian ditambahkan 10 bagian pelarut Ekstrak dilarutkan dengan etanol dan
(1:10) yaitu(300 g simplisia : 3000 ml diuapkan. Hasil positif adanya minyak
etanol 70%). Serbuk direndam selama 3 x atsiri ditandai dengan adanya bau aromatis
24 jam sambil sesekali diaduk kemudian (Evans, 2009).
disaring dan filtrat yang diperoleh Pembuatan Larutan Na-CMC 0,5%
diuapkan pelarutnya menggunakan Ditimbang Na CMC sebanyak 0,5
evaporator sehingga diperoleh ekstrak gram, lalu dilarutkan dengan 50 mlair
kental. Ekstrak yang diperoleh ditimbang panas, setelah itu dimasukkan dalam labu
dengan menggunakan neraca analitik. ukur 100 ml, lalu dicukupkandengan air
Perhitungan Rendemen Ekstrak suling hingga 100 ml.
Perhitungan rendemen dilakukan Pembuatan Larutan Stok Ekstrak
untuk megetahui presentase ekstrak etanol Etanol Daun Sirih
daun sirih yang dihasilkan dari setiap gram
150
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
151
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
152
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
analisis seperti yang ditunjukkan pada mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400
Tabel 3. kelompok kontrol positif mg/kgBB berbeda signifikan dengan
loperamid HCl, EEDS dosis 200 kelompok kontrol negatif Na-CMC.
Na- CMC 0,5% 47,60 ± 3,501+ 27,40 ± 0,927+ 11,60 ± 0,510+ 233,40 ± 2,581+
Loperamid HCl 102,60 ± 4,589* 7,80 ± 0,583* 3,20 ± 0,374* 91,40 ± 5,354*
EEDS 200 mg/kgBB 72,40 ± 6,145*+ 20,40 ± 1,208*+ 6,40 ± 0,245*+ 159,00 ± 3,271*+
EEDS 300 mg/kgBB 121,40 ± 3,187*+ 13,40 ± 0,872*+ 5,40 ± 0,245*+ 130,40 ± 5,391*+
EEDS 400 mg/kgBB 151,20 ± 2,709*+ 7,20 ± 0,917* 3,40 ± 0,245* 97,40 ± 6,592*
Ket: EEDS = Ekstrak Etanol Daun Sirih
* = berbeda signifikan dengan Na-CMC 0,5%
+ = berbeda signifikan dengan loperamid HCl 0,036 mg/200gBB
loperamid HCl, EEDS dosis 200
Penentuan waktu awal mulai mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400
terjadinya diare yang dilakukan mg/kgBB berbeda signifikan dengan
menunjukkan bahwa semakin cepat waktu kelompok kontrol negatif Na-CMC.
mulai terjadinya diare, maka aktivitas Kelompok EEDS dosis 400 mg/kgBB
antidiare akan semakin lemah, begitu juga tidak berbeda signifikan dengan kelompok
sebaliknya semakin lama waktu mulai kontrol positif loperamid HCl (p > 0,05).
terjadinya diare, maka aktivitas antidiare Kelompok EEDS dosis 200 mg/kgBB
akan semakin kuat. Dosis EEDS yang berbeda signifikan dengan kelompok
paling baik berdasarkan parameter waktu EEDS dosis 300 mg/kgBB dan 400
awal mulai terjadinya diare adalah dosis mg/kgBB (p < 0,05).
400 mg/kgBB berbeda signifikan dengan Penentuan skor konsistensi feses
kontrol positif loperamid. yang dilakukan menunjukkan bahwa
Pengamatan konsistensi feses semakin kecil skor konsistensi feses, maka
dilakukan selang waktu 30 menit selama 5 aktivitas antidiare akan semakin kuat,
jam setelah perlakuan. Konsistensi feses begitu juga sebaliknya semakin besar skor
diamati secara visual dan dinyatakan konsistensi feses, maka aktivitas antidiare
dalam bentuk skor seperti pada tabel 3.1. akan semakin lemah. Dosis EEDS yang
Selanjutnya konsistensi feses tiap paling baik berdasarkan parameter
kelompok peringkat dosis dibandingkan konsistensi feses adalah dosis 400
dengan kelompok kontrol. Hasil mg/kgBB tidak berbeda signifikan dengan
pengamatan konsistensi feses dari setiap kontrol positif loperamid.
kelompok perlakuan dapat dilihat pada Frekuensi diare diamati dengan
Tabel 3. menghitung berapa kali terjadi diare pada
Berdasarkan uji statistik ANOVA tikus setelah perlakuan. Frekuensi diare
konsistensi feses menunjukkan nilai diamati selang 30 menit selama 5 jam.
signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 Selanjutnya frekuensi diare tiap kelompok
diterima yang membuktikan bahwa ada peringkat dosis dibandingkan dengan
perbedaan signifikan antara setiap kelompok kontrol. Hasil pengamatan
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda konsistensi feses dari setiap kelompok
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
analisis seperti yang ditunjukkan pada Berdasarkan uji statistik ANOVA
Tabel 3. kelompok kontrol positif frekuensi diare menunjukkan nilai
153
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 kelompok kontrol negatif Na-CMC.
diterima yang membuktikan bahwa ada Kelompok EEDS dosis 400 mg/kgBB
perbedaan signifikan antara setiap tidak berbeda signifikan dengan kelompok
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda kontrol positif loperamid HCl (p > 0,05).
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil Kelompok EEDS dosis 200 mg/kgBB
analisis seperti yang ditunjukkan pada berbeda signifikan dengan kelompok
Tabel 3. kelompok kontrol positif EEDS dosis 300 mg/kgBB dan 400
loperamid HCl, EEDS dosis 200 mg/kgBB (p < 0,05).
mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400 Penentuan lama terjadinya diare
mg/kgBB berbeda signifikan dengan (durasi diare) yang dilakukan
kelompok kontrol negatif Na-CMC. menunjukkanbahwa semakin kecil durasi
Kelompok EEDS dosis 400 mg/kgBB diare, maka aktivitas antidiare akan
tidak berbeda signifikan dengan kelompok semakin kuat, begitu juga sebaliknya
kontrol positif loperamid HCl (p > 0,05). semakin tinggi durasi diare, maka aktivitas
Kelompok EEDS dosis 200 mg/kgBB antidiare akan semakin lemah. Dosis
berbeda signifikan dengan kelompok EEDS yang paling baik berdasarkan
EEDS dosis 300 mg/kgBB dan 400 parameter lama terjadinya diare adalah
mg/kgBB (p < 0,05). dosis 400 mg/kgBB tidak berbeda
Penentuan frekuensi diare yang signifikan dengan kontrol positif
dilakukan menunjukkan bahwa semakin loperamid.
kecil frekuensi diare, maka aktivitas Pengujian aktivitas antidiare
antidiare akan semakin kuat, begitu juga EEDS dengan metode induksi oleh oleum
sebaliknya semakin besar frekuensi diare, ricini berdasarkan parameter uji yaitu saat
maka aktivitas antidiare akan semakin mulai terjadinya diare, konsistensi feses,
lemah. Dosis EEDS yang paling baik frekuensi diare, dan lama terjadinya diare
berdasarkan parameter frekuensi diare didapatkan bahwa EEDS dosis 200
adalah dosis 400 mg/kgBB tidak berbeda mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400
signifikan dengan kontrol positif mg/kgBB memiliki aktivitas antidiare.
loperamid. Dosis paling baik yaitu dosis 400
Lama terjadinya diare (durasi diare) mg/kgBB yang memperlambat waktu
dihitung dari waktu awal terjadinya diare terjadinya diare lebih baik dari kontrol
sampai waktu terakhir terjadinya diare positif loperamid dan tidak berbeda
pada tikus. Selanjutnya durasi diare tiap signifikan dengan kontrol positif
kelompok peringkat dosis dibandingkan loperamid berdasarkan parameter
dengan kelompok kontrol. Hasil konsistensi feses, frekuensi diare, dan lama
pengamatan lama terjadinya diare dari terjadinya diare, hasil ini sebanding
setiap kelompok perlakuan dapat dilihat dengan penelitian-penelitian uji aktivitas
pada Tabel 3. antidiare sebelumnya yaitu semakin besar
Berdasarkan uji statistik ANOVA dosis ekstrak semakin tinggi aktivitas
lama terjadinya diare menunjukkan nilai antidiarenya, dimana kandungan yang
signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 bermanfaat sebagai antidiare yaitu tanin
diterima yang membuktikan bahwa ada dan flavonoid. Tanin dapat bermanfaat
perbedaan signifikan antara setiap sebagai antidiare dengan mengurangi
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda peristaltik usus, dan flavonoid sebagai
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil antidiare dengan menghambat pelepasan
analisis seperti yang ditunjukkan pada asetilkolin pada saluran cerna dan
Tabel 3. kelompok kontrol positif menghambat kontraksi usus (Larasati EK
loperamid HCl, EEDS dosis 200 et al., 2015; Fratiwi, 2015).
mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400 KESIMPULAN DAN SARAN
mg/kgBB berbeda signifikan dengan Kesimpulan
150
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020
Dari hasil penelitian, maka dapat Herniati R et al. 2012. Ekstrak Daun Sirih
disimpulkan bahwa: Hijau dan Merah Sebagai
1. Ekstrak etanol daun sirih dapat Antioksidan pada Minyak Kelapa.
memberikan aktivitas antidiare pada JTK USU, Aricle in press.
dosis 200 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi
dan 400 mg/kgBB terhadap tikus putih Profil Kesehatan Indonesia 2017.
yang diinduksi oleum ricini Jakarta: Kementrian Kesehatan
berdasarkan parameter waktu mulai Republik Indonesia.
terjadi diare, peningkatan konsistensi Korompis F et al. 2013. Studi Penggunaan
feses, penurunan frekuensi diare, dan Obat Pada Penderita Diare Akut di
lama terjadinya diare. Instalasi Rawat Inap BLU RSUP
2. Ekstrak etanol daun sirih dengan dosis Prof. DR. R. D. Kandou Manado
400 mg/kgBB memberikan Periode Januari-Juni 2012. Jurnal
aktivitasantidiare paling baik terhadap Ilmiah Farmasi-UNSRAT 2:42-50.
tikus putih yang diinduksi oleum ricini. Kumari SO, Nirmala BR. 2015. Phyto
Saran Chemical Analysis of Piper Betel
Perlu dilakukan uji toksisitas daun Leaf Extract. World Journal of
sirih (Piper betle L.) sehingga dapat Pharmacy and Pharmaceutical
diketahui keamanannya bila digunakan Sciences 4:699-703.
sebagai antidiare. Kumoro AC. 2015. Teknologi Ekstraksi
Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman
DAFTAR PUSTAKA Obat.Jakarta: Plantaxia.
Ali RM et al. 2010. ASEAN Herbal and Larasati EK et al. 2015. Efek Antidiare
Medicinal Plants. Jakarta: ASEAN Ekstrak Daun Sembung (Blumea
Secretariat. balsamifera L.) Terhadap Mencit
Arman et al. 2014. Ethnographic Study of Putih. Jurnal Sains dan Kesehatan
Children under Five Diarrhea in 1:56-60.
Ponjo Bugis Ethnic in Pinrang Marjoni R. 2016. Dasar-dasar Fitokimia
Regency South Sulawesi Province. Untuk Diploma III Farmasi.
International Journal of PharmTech Jakarta
Research 6:641-645. Mojab F et al. 2003. Phytochemical
Damayanti D, editor. 2008. Buku Pintar Screening of Some Species of
Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Iranian Plants. Iranian Journal of
Penggempur Aneka Penyakit. Pharmaceutical Research 2:77-82.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Sumampouw OJ et al. 2017. Diare Balita,
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Suatu Tinjauan dari Bidang
Imunisasi Tingkat Puskesmas. Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Yogyakarta: Deepublish.
Indonesia. Wijaya H et al. 2018. Perbandingan
Evans CW. 2009. Pharmacognosy Trease Metode Ekstraksi Terhadap
and Evans 16th Edition. China: Saun- Rendemen Ekstrak Daun Rambai
ers Elsevier. Laut. Jurnal Ilmiah Manuntung
Fratiwi Y. 2015. The Potential of Guava 4:79-83.
Leaf (Psidium guajava L.) for
Diarrhea. J Majority 4:113-118.
Heaton KW, Lewis SJ. 1997. Stool Form
Scale As a Useful Guide to
Intestinal Transit Time.
Scandinavian Journal of
Gastroenterology 32: 920-924.
151