Anda di halaman 1dari 9

CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL

VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI

Maria Sintia Manek1), Maria Ekarista Klau2), Christin Aprillian Beama2)


1)
Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
2)
Dosen Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
Email: sintiamanek53@gmail.com

ABSTRAK
Daun sirih (Piper betle L.) mengandung flavonoid, tanin, minyak atsiri dan alkaloid,
dimana flavonoid dapat menghambat pengeluaran asetilkolin dan kontraksi usus, tanin
memiliki efek mengurangi peristaltik usus, minyak atsiri dan alkaloid yang merupakan
inhibitor pertumbuhan dan mematikan mikroorganisme di usus. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun sirih pada tikus putih (Rattus
norvegicus).
Uji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun sirih dilakukan dengan cara memberikan 1
ml oleum ricini pada tikus secara oral sebagai penginduksi diare, 1 jam setelah pemberian
oleum ricini tikus diberi ekstrak etanol daun sirih dosis 200, 300 dan 400 mg/kgbb, kontrol
positif loperamid HCl, kontrol negatif Na-CMC 0,5% secara oral dan dilakukan pengamatan
terhadap parameter uji yaitu saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare,
dan lama terjadinya diare yang diamati selama 5 jam.
Berdasarkan uji statistik ANOVA diperoleh nilai siginifikan setiap parameter uji yaitu
p<0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan
antara setiap kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda rata-rata Tukey HSD diperoleh bahwa
ekstrak etanol daun sirih dosis 200, 300, dan 400 mg/kgbb memberikan aktivitas antidiare
pada tikus putih dengan aktivitas yang paling baik yaitu dosis 400 mg/kgBB.

Kata kunci: Antidiare, daun sirih, oleum ricini.

147
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

ANTIDIARRHEAL ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OF


BETEL LEAVES (Piper betle L.) IN MALE WISTAR RATS
INDUCED BY OLEUM RICINI

Maria Sintia Manek1), Maria Ekarista Klau2), Christin Aprillian Beama2)


1)
Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
2)
Dosen Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
Email: sintiamanek53@gmail.com

ABSTRACT
Betel leaf(Piper betleL.) contains flavonoids, tannins, essential oils and alkaloids.
Flavonoids inhibit the release of acetylcholine and intestinal contractions while tannins
reduce intestinal peristalsis. Essential oils and alkaloids prevents microorganisms from
growing and eradicate them in the intestine. This research examined the antidiarrheal activity
of betel leaf ethanol extract in white rats(Rattus norvegicus).
Antidiarrheal activity test of betel leaf ethanol extract was carried out by
administering 1 ml of oleum ricini to rats orally as an induction of diarrhea.An hour later, the
rats were treated with ethanol extract of betel leaves at different doses of 200, 300 and 400
mg/kgbw, loperamid HCL as positive control and 0.5% Na-CMC as negative control orally.
Several parameters were observed for 5 hours during the diarrhea including, onset of
diarrhea, faecal consistency, diarrhea frequency, and duration of diarrhea.
The results of ANOVA statistical test showed a significant value of each test
parameter is p <0.05, indicating that H0 was rejected while H1 was accepted. The results also
confirmed the significant differences between treatment group and control group. The results
were also supported by the outcome of Tukey HSD average difference test which also
indicated that the ethanol extract of betel leaf at doses of 200, 300, and 400 mg/kgbw
provided antidiarrheal activity in white rats, with the best effect at a dose of 400 mg/kgbw.

Key words: Antidiarrhea, betel leaves, oleum ricini.

148
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

PENDAHULUAN (Piper betle L.) merupakan tanaman yang


Diare adalah suatu penyakit dengan cukup banyak tersebar di Indonesia dan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan mudah diperoleh. Pemanfaatan daun sirih
konsistensi dari tinja, yang melembek sebagai antidiare oleh masyarakat di
sampai mencair, dan bertambahnya Indonesia yaitu dengan menumbuk hingga
frekuensi buang air besar biasanya tiga kali halus 4-6 lembar daun sirih, 6 biji lada,
atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 2005). dan 1 sendok minyak kelapa, kemudian
Diare merupakan penyebab umum digosokkan pada bagian perut. Menurut
kematian di negara berkembang, penyebab ASEAN Herbal and Medicinal Plants,
kedua kematian bayi di seluruh dunia dan ramuan daun sirih dikombinasikan dengan
penyebab nomor satu kematian balita (di gula dan jaggery untuk penanganan diare
bawah lima tahun) seluruh dunia. (Ali et al., 2010; Herniati et al., 2012).
Hilangnya cairan karena diare dapat Studi etnografi diare pada balita di
menyebabkan dehidrasi dan gangguan etnik Ponjo Bugis di Kabupaten Pinrang
elektrolit seperti kekurangan kalium atau Provinsi Sulawesi Selatan yang dilakuan
ketidakseimbangan garam lainnya oleh Arman et al. (2014), diketahui bahwa
(Sumampouw et al., 2017). sirih merupakan salah satu tanaman yang
Umumnya diare akut di Indonesia dimanfaatkan untuk mengatasi diare di
disebabkan oleh masalah kebersihan etnik Ponjo Bugis. Penelitian sebelumnya
lingkungan, kebersihan makanan, dan juga yang dilakukan oleh Kumari OS dan
infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan Nurmala BR (2015) membuktikan bahwa
jamur) (Korompis et al., 2013).Diare hasil pemeriksaan penapisan fitokimia
merupakan masalah kesehatan masyarakat ekstrak etanol daun sirih mengandung
di negara berkembang seperti Indonesia tanin, antrakuinon, flavonoid, alkaloid,
karena angka morbiditas dan mortalitas terpenoid, saponin, glikosida, gula, dan
yang masih tinggi. Tahun 2016 jumlah phlobatannin.Kandungan utama yang
penderita diare semua umur yang dilayani bermanfaat sebagai antidiare diantaranya,
di sarana kesehatan sebanyak 3.176.079 flavonoid, tanin, minyak atsiri dan
penderita dan terjadi peningkatan pada alkaloid, dimana flavonoid khususnya
tahun 2017 yaitu menjadi 4.274.790. kuersetin dapat menghambat pengeluaran
Kejadian luar biasa (KLB) diare juga asetilkolin dan kontraksi usus, tanin yang
masih sering terjadi dengan Crude Fatality memiliki efek mengurangi peristaltik usus,
Rate (CFR) (angka kematian kasar) yang minyak atsiri dan alkaloid yang merupakan
masih tinggi. Data dari Kementerian inhibitor pertumbuhan dan mematikan
Kesehatan Republik Indonesiapada tahun mikroorganisme di usus (Fratiwi, 2015).
2017 terjadi 21 kali KLB diare yang Hingga saat ini belum ada penelitian
tersebar di 12 provinsi, 17 kabupaten/kota, ekstrak daun sirih sebagai antidiare secara
dengan jumlah penderita 1.725 orang dan in vivo, oleh karena itu, peneliti tertarik
kematian 34 orang (CFR 1,97%) untukmenguji efek antidiare ekstrak etanol
(Kemenkes, 2018). daun sirih pada tikus putih yang diinduksi
Gaya hidup kembali ke alam back to oleum ricini, dengan tujuan untuk
nature menjadi tren saat ini sehingga mengetahui secara ilmiah penggunaan
masyarakat kembali memanfaatkan serta dosis daun sirih yang paling baik
berbagai bahan alam, termasuk pengobatan sebagai antidiare,dan diharapkan akan
dengan tumbuhan obat (herbal), Selain terus dilakukan pengembangan obat
lebih ekonomis efek samping ramuan tradisional daun sirihsebagai obat herbal
herbal sangat kecil. Karena itu pengguna terstandar untuk pengobatan diare.
obat herbal alami dengan formulasi yang
tepat sangat penting dan tentunya lebih
efektif (Damayanti et al., 2008).Sirih

149
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

METODE PENELITIAN serbuk kering dengan metode ekstraksi


Alat yang dipilih. Persen rendemen ekstrak
Alat yang digunakan dalam dapat dihitung dengan rumus (Wijaya et
penelitian ini adalah sonde oral, kertas al., 2018):
saring, mortir dan stamper, neraca analitik, 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ (𝑔𝑟𝑎𝑚)
penangas air, evaporator, stopwatch. % 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%

Bahan
Bahan penelitian berupa daun sirih Uji Kualitatif Kandungan Fitokimia
dewasayang diperoleh dan dikumpulkan Uji Alkaloid
dari Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol
Lima, Kota Kupang, Provinsi NTT, reagen daun sirih masukan dalam tabung reaksi,
mayer, reagen wagner, FeCl3, serbuk Mg, tambahkan HCl 1% kemudian disaring.
HCl, aquadest, etanol 70%, loperamid 2 Filtrat dibagi menjadi dua bagian dan
mg, Natrium Carboxymethylcellulose dilakukan pengujian menggunakan
0,5%, Oleum ricini, dan tikus putih jantan beberapa tetes pereaksi mayer dan wagner.
(galur wistar)dengan berat rata-rata 150- Reaksi positif alkaloid ditandai dengan
250 g. adanya endapan putih kekuningan dengan
Determinasi Tanaman pereaksi mayer dan terbentuk endapan
Determinasi tanaman bahan uji coklat kemerahan dengan penambahan
dilakukan dengan tujuan untuk pereaksi wagner (Kumoro, 2015).
membuktikan kebenaran bahan yang Uji Tanin
digunakan pada penelitian. Identifikasi Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol
tanaman dilakukan di Fakultas Pertanian daun sirih masukan dalam tabung reaksi,
Universitas Nusa Cendana bagian tambahkan 2 ml etanol 70% kemudian
Agroteknologi. diaduk, tambahkan FeCl3 sebanyak 3
Pembuatan Simplisia tetes. Terbentuknya warna biru, biru–
Daun sirih yang telah dikumpulkan hitam, hijau kehitaman atau biru-hijau dan
dicuci bersih, dipotong-potong menjadi endapan menunjukkan adanya tanin
kecil, lalu dikeringkan dengan diangin- (Mojab et al., 2003).
anginkan sampai kering. Setelah kering, Uji Flavonoid
daun tersebut dihaluskan menggunakan Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol
blender dan diayak menggunakan daun sirih masukan dalam tabung reaksi,
pengayak mesh 20 hingga diperoleh lalu ditambahkan dengan serbuk Mg dan
serbuk halus. larutan HCl pekat. Perubahan warna
Ekstraksi Sampel larutan menjadi merah bata menandakan
Sebanyak 300 gram serbuk daun adanya flavanoid (Sopianti & Dede, 2018).
sirih dimasukkan kedalam wadah maserasi Uji Minyak Atsiri
kemudian ditambahkan 10 bagian pelarut Ekstrak dilarutkan dengan etanol dan
(1:10) yaitu(300 g simplisia : 3000 ml diuapkan. Hasil positif adanya minyak
etanol 70%). Serbuk direndam selama 3 x atsiri ditandai dengan adanya bau aromatis
24 jam sambil sesekali diaduk kemudian (Evans, 2009).
disaring dan filtrat yang diperoleh Pembuatan Larutan Na-CMC 0,5%
diuapkan pelarutnya menggunakan Ditimbang Na CMC sebanyak 0,5
evaporator sehingga diperoleh ekstrak gram, lalu dilarutkan dengan 50 mlair
kental. Ekstrak yang diperoleh ditimbang panas, setelah itu dimasukkan dalam labu
dengan menggunakan neraca analitik. ukur 100 ml, lalu dicukupkandengan air
Perhitungan Rendemen Ekstrak suling hingga 100 ml.
Perhitungan rendemen dilakukan Pembuatan Larutan Stok Ekstrak
untuk megetahui presentase ekstrak etanol Etanol Daun Sirih
daun sirih yang dihasilkan dari setiap gram

150
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

Dibuat larutan stok 100 ml ekstrak kelompok V diberikan suspensi ekstrak


etanol daun sirih dosis 200 mg/kgBB, 300 etanol daun sirih dosis 400 mg/kgBB.
mg/kgBB, 400 mg/kgBB. Timbang ekstrak Setelah perlakuan, dilakukan
etanol daun sirih sesuai perhitungan, pengamatan terhadap parameter uji yaitu
kemudian dilarutkan dalam 100 ml larutan saat mulai terjadinya diare, konsistensi
koloidal Na-CMC 0,5% lalu digerus feses, frekuensi diare, dan lama terjadinya
hingga homogen. diare.
Pembuatan Larutan Stok Loperamid 1. Waktu mulai terjadinya diare
Suspensi loperamid dibuat dengan Waktu terjadinya diare (onset diare)
menggerus didalam mortir1 tablet diamati dengan bantuan stopwatch
Loperamid dosis 2 mg. Kemudian serbuk setelah perlakuan, saat tikus
Loperamid dilarutkan dalam 100 ml mengeluarkan feses dalam konsistensi
larutan koloidal Na-CMC 0,5% lalu cair untuk pertama kalinya dikatakan
digerus hingga homogen. sebagai waktu awal mulai diare.
Uji Aktivitas Antidiare Selanjutnya onset diare tiap kelompok
Dosis yang digunakan dalam peringkat dosis dibandingkan dengan
penelitian ini yaitu 200 mg/kgBB, 300 kelompok kontrol.
mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB.sebelum uji 2. Konsistensi feses
aktivitas antidiare, 25 ekor hewan uji Pengamatan konsistensi feses
diaklimatisasiselama 1 mingguuntuk dilakukan selang waktu 30 menit
mengadaptasikan hewan uji, selama selama 5 jam setelah perlakuan.
aklimatisasi hewan uji tetap diberikan Konsistensi feses diamati secara visual
pakan normal. dan dinyatakan dalam bentuk skor
Tahap selanjutnya tikus dipuasakan seperti pada Tabel 1. Selanjutnya
selama 16-18 jam sebelum perlakuan konsistensi feses tiap kelompok
(tidak makan tetapi tetap diberi minum), peringkat dosis dibandingkan dengan
tujuannya untukmenyamakan keadaan kelompok kontrol.
tikus, mencegah pengaruh dari
Tabel 1.Skor Konsistensi Feses
makananyang dikonsumsisehingga tidak Konsistensi Skor
menganggu proses absorbsi.Hewan Padat 1
Lembek Padat 2
ujidibagi menjadi 5 kelompok. Setiap tikus Lembek 3
pada masing-masing kelompok Lembek Cair 4
Cair 5
ditempatkan dalam wadah bening (stoples)
untuk memudahkan pengamatan. 3. Frekuensi diare
Metode pengujian aktivitas antidiare Frekuensi diare diamati dengan
menggunakan metode proteksi yaitu tikus menghitung berapa kali terjadi diare
diberi 1 mloleum ricini secara oral, pada tikus setelah perlakuan. Frekuensi
kemudian didiamkan selama 1 jam, dengan diare diamati selang 30 menit selama 5
estimasi bahwa dalam 1 jam oleum ricini jam. Selanjutnya frekuensi diare tiap
telah bekerja dalam tubuh tikus. kelompok peringkat dosis
Selanjutnya masing-masing kelompok dibandingkan dengan kelompok
diberi perlakuan, yaitu kelompok I diberi kontrol.
suspensi Na-CMC 0,5% sebagai kontrol 4. Lama terjadinya diare
negatif, kelompok II diberikan suspensi Lama terjadinya diare (durasi diare)
Loperamid HCl sebagai kontrol positif, dihitung dari waktu awal terjadinya
Kelompok III diberikan suspensi ekstrak diare sampai waktu terakhir terjadinya
etanol daun sirih dosis 200 mg/kgBB, diare pada tikus. Selanjutnya durasi
kelompok IV diberikan suspensi ekstrak diare tiap kelompok peringkat dosis
etanol daun sirih dosis 300 mg/kgBB, dan dibandingkan dengan kelompok
kontrol.

151
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

menggunakan evaporator sehingga


diperoleh ekstrak kental sebanyak 18,11
HASIL DAN PEMBAHASAN gram dan rendememen yang didapat
Determinasi Tanaman sebesar 6,04%.
Determinasi tanaman dilakukan
dengan tujuan untuk membuktikan Skrining Fitokimia
kebenaran bahan yang digunakan pada Hasil skrining fitokimia ekstrak
penelitian. Identifikasi tanaman dilakukan etanol daun sirih dapat dilihat pada Tabel
di Fakultas Pertanian Universitas Nusa 2. dibawah ini.
Cendana. Hasil identifikasi diketahui Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun
Sirih
bahwa tanaman yang digunakan adalah Senyawa Pereaksi Persyarata Hasil Ket
benar daun sirih (Piper betle L.). n +/-
Pengambilan dan Pengumpulan Sampel +
Tanaman daun sirih yang digunakan Endapan
Mayer putih
dalam penelitian ini diperoleh dari kekuningan Endapan
Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa putih
Alkaloid kekuningan
Lima, Kota Kupang, Provinsi NTT dengan
memilih daun dewasa dan segar. Hal ini Endapan
Wagner coklat +
bertujuan agar dapat menjamin mutu dan kemerahan
kualitas dari bahan yang akan digunakan.
Endapan
Pembuatan Simplisia coklat
Daun sirih yang telah dikumpulkan kemerahan
dicuci bersih, dipotong-potong menjadi Tanin FeCl3 Biru +
kecil, lalu dikeringkan dengan diangin- hitam/hijau
kehitaman/
anginkan sampai kering. Setelah kering, biru hijau Hijau
daun tersebut dihaluskan menggunakan kehitaman
Flavonoid Mg + Merah bata +
blender dan diayak menggunakan HCl
pengayak mesh 20 hingga diperoleh
Merah bata
serbuk halus. Tujuan dari pembuatan
serbuk adalah untuk memperkecil ukuran Minyak Etanol Bau Bau +
atsiri aromatis aromatis
partikel sehingga akan memperluas
permukaan partikel yang kontak dengan
Tabel 2. menunjukkan ekstrak etanol
cairan penyari sehingga diharapkan
daun sirih mengandung alkaloid, tanin,
penyarian akan lebih efektif karena dapat
flavonoid, dan minyak atsiri.
mempermudah penarikan senyawa aktif
Hasil Pengujian Aktivitas Antidiare
oleh cairan penyari.
Waktu awal terjadinya diare
Ekstraksi Sampel
ditentukan dengan melihat waktu (menit)
Sebanyak 300 gram serbuk daun
pertama tikus mengalami diare setelah
sirih dimasukkan ke dalam wadah
pemberian Na-CMC 0,5%, loperamid, dan
maserasi kemudian ditambahkan 10 bagian
ekstrak etanol daun sirih. Hasil
pelarut (1:10) yaitu (300 g simplisia : 3000
pengamatan waktu awal terjadinya diare
ml etanol 70%). Keuntungan dari
dapat dilihat pada Tabel 3.
penggunaan etanol sebagai pelarut adalah
Berdasarkan uji statistik ANOVA
ekstrak yang dihasilkan lebih spesifik,
waktu awal mulai diare menunjukkan nilai
dapat bertahan lama karena selain sebagai
signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1
pelarut, etanol juga berfungsi sebagai
diterima yang membuktikan bahwa ada
pengawet (Marjoni, 2016).Serbuk
perbedaan signifikan antara setiap
direndam selama 3 x 24 jam sambil
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda
sesekali diaduk kemudian disaring dan
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil
filtrat yang diperoleh diuapkan pelarutnya

152
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

analisis seperti yang ditunjukkan pada mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400
Tabel 3. kelompok kontrol positif mg/kgBB berbeda signifikan dengan
loperamid HCl, EEDS dosis 200 kelompok kontrol negatif Na-CMC.

Tabel 3. Hasil Analisis Parameter Uji Aktivitas Antidiare


Waktu awal mulai Konsistensi feses Frekuensi diare (kali) Lama terjadinya diare
Perlakuan diare (menit ke-) ± (skor) ± SEM ± SEM (menit) ± SEM
SEM

Na- CMC 0,5% 47,60 ± 3,501+ 27,40 ± 0,927+ 11,60 ± 0,510+ 233,40 ± 2,581+

Loperamid HCl 102,60 ± 4,589* 7,80 ± 0,583* 3,20 ± 0,374* 91,40 ± 5,354*

EEDS 200 mg/kgBB 72,40 ± 6,145*+ 20,40 ± 1,208*+ 6,40 ± 0,245*+ 159,00 ± 3,271*+

EEDS 300 mg/kgBB 121,40 ± 3,187*+ 13,40 ± 0,872*+ 5,40 ± 0,245*+ 130,40 ± 5,391*+

EEDS 400 mg/kgBB 151,20 ± 2,709*+ 7,20 ± 0,917* 3,40 ± 0,245* 97,40 ± 6,592*
Ket: EEDS = Ekstrak Etanol Daun Sirih
* = berbeda signifikan dengan Na-CMC 0,5%
+ = berbeda signifikan dengan loperamid HCl 0,036 mg/200gBB
loperamid HCl, EEDS dosis 200
Penentuan waktu awal mulai mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400
terjadinya diare yang dilakukan mg/kgBB berbeda signifikan dengan
menunjukkan bahwa semakin cepat waktu kelompok kontrol negatif Na-CMC.
mulai terjadinya diare, maka aktivitas Kelompok EEDS dosis 400 mg/kgBB
antidiare akan semakin lemah, begitu juga tidak berbeda signifikan dengan kelompok
sebaliknya semakin lama waktu mulai kontrol positif loperamid HCl (p > 0,05).
terjadinya diare, maka aktivitas antidiare Kelompok EEDS dosis 200 mg/kgBB
akan semakin kuat. Dosis EEDS yang berbeda signifikan dengan kelompok
paling baik berdasarkan parameter waktu EEDS dosis 300 mg/kgBB dan 400
awal mulai terjadinya diare adalah dosis mg/kgBB (p < 0,05).
400 mg/kgBB berbeda signifikan dengan Penentuan skor konsistensi feses
kontrol positif loperamid. yang dilakukan menunjukkan bahwa
Pengamatan konsistensi feses semakin kecil skor konsistensi feses, maka
dilakukan selang waktu 30 menit selama 5 aktivitas antidiare akan semakin kuat,
jam setelah perlakuan. Konsistensi feses begitu juga sebaliknya semakin besar skor
diamati secara visual dan dinyatakan konsistensi feses, maka aktivitas antidiare
dalam bentuk skor seperti pada tabel 3.1. akan semakin lemah. Dosis EEDS yang
Selanjutnya konsistensi feses tiap paling baik berdasarkan parameter
kelompok peringkat dosis dibandingkan konsistensi feses adalah dosis 400
dengan kelompok kontrol. Hasil mg/kgBB tidak berbeda signifikan dengan
pengamatan konsistensi feses dari setiap kontrol positif loperamid.
kelompok perlakuan dapat dilihat pada Frekuensi diare diamati dengan
Tabel 3. menghitung berapa kali terjadi diare pada
Berdasarkan uji statistik ANOVA tikus setelah perlakuan. Frekuensi diare
konsistensi feses menunjukkan nilai diamati selang 30 menit selama 5 jam.
signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 Selanjutnya frekuensi diare tiap kelompok
diterima yang membuktikan bahwa ada peringkat dosis dibandingkan dengan
perbedaan signifikan antara setiap kelompok kontrol. Hasil pengamatan
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda konsistensi feses dari setiap kelompok
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
analisis seperti yang ditunjukkan pada Berdasarkan uji statistik ANOVA
Tabel 3. kelompok kontrol positif frekuensi diare menunjukkan nilai

153
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 kelompok kontrol negatif Na-CMC.
diterima yang membuktikan bahwa ada Kelompok EEDS dosis 400 mg/kgBB
perbedaan signifikan antara setiap tidak berbeda signifikan dengan kelompok
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda kontrol positif loperamid HCl (p > 0,05).
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil Kelompok EEDS dosis 200 mg/kgBB
analisis seperti yang ditunjukkan pada berbeda signifikan dengan kelompok
Tabel 3. kelompok kontrol positif EEDS dosis 300 mg/kgBB dan 400
loperamid HCl, EEDS dosis 200 mg/kgBB (p < 0,05).
mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400 Penentuan lama terjadinya diare
mg/kgBB berbeda signifikan dengan (durasi diare) yang dilakukan
kelompok kontrol negatif Na-CMC. menunjukkanbahwa semakin kecil durasi
Kelompok EEDS dosis 400 mg/kgBB diare, maka aktivitas antidiare akan
tidak berbeda signifikan dengan kelompok semakin kuat, begitu juga sebaliknya
kontrol positif loperamid HCl (p > 0,05). semakin tinggi durasi diare, maka aktivitas
Kelompok EEDS dosis 200 mg/kgBB antidiare akan semakin lemah. Dosis
berbeda signifikan dengan kelompok EEDS yang paling baik berdasarkan
EEDS dosis 300 mg/kgBB dan 400 parameter lama terjadinya diare adalah
mg/kgBB (p < 0,05). dosis 400 mg/kgBB tidak berbeda
Penentuan frekuensi diare yang signifikan dengan kontrol positif
dilakukan menunjukkan bahwa semakin loperamid.
kecil frekuensi diare, maka aktivitas Pengujian aktivitas antidiare
antidiare akan semakin kuat, begitu juga EEDS dengan metode induksi oleh oleum
sebaliknya semakin besar frekuensi diare, ricini berdasarkan parameter uji yaitu saat
maka aktivitas antidiare akan semakin mulai terjadinya diare, konsistensi feses,
lemah. Dosis EEDS yang paling baik frekuensi diare, dan lama terjadinya diare
berdasarkan parameter frekuensi diare didapatkan bahwa EEDS dosis 200
adalah dosis 400 mg/kgBB tidak berbeda mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400
signifikan dengan kontrol positif mg/kgBB memiliki aktivitas antidiare.
loperamid. Dosis paling baik yaitu dosis 400
Lama terjadinya diare (durasi diare) mg/kgBB yang memperlambat waktu
dihitung dari waktu awal terjadinya diare terjadinya diare lebih baik dari kontrol
sampai waktu terakhir terjadinya diare positif loperamid dan tidak berbeda
pada tikus. Selanjutnya durasi diare tiap signifikan dengan kontrol positif
kelompok peringkat dosis dibandingkan loperamid berdasarkan parameter
dengan kelompok kontrol. Hasil konsistensi feses, frekuensi diare, dan lama
pengamatan lama terjadinya diare dari terjadinya diare, hasil ini sebanding
setiap kelompok perlakuan dapat dilihat dengan penelitian-penelitian uji aktivitas
pada Tabel 3. antidiare sebelumnya yaitu semakin besar
Berdasarkan uji statistik ANOVA dosis ekstrak semakin tinggi aktivitas
lama terjadinya diare menunjukkan nilai antidiarenya, dimana kandungan yang
signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 bermanfaat sebagai antidiare yaitu tanin
diterima yang membuktikan bahwa ada dan flavonoid. Tanin dapat bermanfaat
perbedaan signifikan antara setiap sebagai antidiare dengan mengurangi
kelompok perlakuan, dilanjutkan uji beda peristaltik usus, dan flavonoid sebagai
rata-rata Tukey HSD diperoleh hasil antidiare dengan menghambat pelepasan
analisis seperti yang ditunjukkan pada asetilkolin pada saluran cerna dan
Tabel 3. kelompok kontrol positif menghambat kontraksi usus (Larasati EK
loperamid HCl, EEDS dosis 200 et al., 2015; Fratiwi, 2015).
mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400 KESIMPULAN DAN SARAN
mg/kgBB berbeda signifikan dengan Kesimpulan

150
CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
VOLUME 3 NOMOR 2, APRIL 2020

Dari hasil penelitian, maka dapat Herniati R et al. 2012. Ekstrak Daun Sirih
disimpulkan bahwa: Hijau dan Merah Sebagai
1. Ekstrak etanol daun sirih dapat Antioksidan pada Minyak Kelapa.
memberikan aktivitas antidiare pada JTK USU, Aricle in press.
dosis 200 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi
dan 400 mg/kgBB terhadap tikus putih Profil Kesehatan Indonesia 2017.
yang diinduksi oleum ricini Jakarta: Kementrian Kesehatan
berdasarkan parameter waktu mulai Republik Indonesia.
terjadi diare, peningkatan konsistensi Korompis F et al. 2013. Studi Penggunaan
feses, penurunan frekuensi diare, dan Obat Pada Penderita Diare Akut di
lama terjadinya diare. Instalasi Rawat Inap BLU RSUP
2. Ekstrak etanol daun sirih dengan dosis Prof. DR. R. D. Kandou Manado
400 mg/kgBB memberikan Periode Januari-Juni 2012. Jurnal
aktivitasantidiare paling baik terhadap Ilmiah Farmasi-UNSRAT 2:42-50.
tikus putih yang diinduksi oleum ricini. Kumari SO, Nirmala BR. 2015. Phyto
Saran Chemical Analysis of Piper Betel
Perlu dilakukan uji toksisitas daun Leaf Extract. World Journal of
sirih (Piper betle L.) sehingga dapat Pharmacy and Pharmaceutical
diketahui keamanannya bila digunakan Sciences 4:699-703.
sebagai antidiare. Kumoro AC. 2015. Teknologi Ekstraksi
Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman
DAFTAR PUSTAKA Obat.Jakarta: Plantaxia.
Ali RM et al. 2010. ASEAN Herbal and Larasati EK et al. 2015. Efek Antidiare
Medicinal Plants. Jakarta: ASEAN Ekstrak Daun Sembung (Blumea
Secretariat. balsamifera L.) Terhadap Mencit
Arman et al. 2014. Ethnographic Study of Putih. Jurnal Sains dan Kesehatan
Children under Five Diarrhea in 1:56-60.
Ponjo Bugis Ethnic in Pinrang Marjoni R. 2016. Dasar-dasar Fitokimia
Regency South Sulawesi Province. Untuk Diploma III Farmasi.
International Journal of PharmTech Jakarta
Research 6:641-645. Mojab F et al. 2003. Phytochemical
Damayanti D, editor. 2008. Buku Pintar Screening of Some Species of
Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Iranian Plants. Iranian Journal of
Penggempur Aneka Penyakit. Pharmaceutical Research 2:77-82.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Sumampouw OJ et al. 2017. Diare Balita,
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Suatu Tinjauan dari Bidang
Imunisasi Tingkat Puskesmas. Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Yogyakarta: Deepublish.
Indonesia. Wijaya H et al. 2018. Perbandingan
Evans CW. 2009. Pharmacognosy Trease Metode Ekstraksi Terhadap
and Evans 16th Edition. China: Saun- Rendemen Ekstrak Daun Rambai
ers Elsevier. Laut. Jurnal Ilmiah Manuntung
Fratiwi Y. 2015. The Potential of Guava 4:79-83.
Leaf (Psidium guajava L.) for
Diarrhea. J Majority 4:113-118.
Heaton KW, Lewis SJ. 1997. Stool Form
Scale As a Useful Guide to
Intestinal Transit Time.
Scandinavian Journal of
Gastroenterology 32: 920-924.

151

Anda mungkin juga menyukai