PENULIS:
TRISIA MONICA ZELES
A1F021039
1. Menentukan kadar dari sediaan teh hijau (Camella Sinensis) tubruk dengan
merk ( Kepala djenggot, Thee 2 tang, Tong tji, dan cap botol )
2. Mengetahui saran penggunaan senyawa tanin yang diperlukan oleh tubuh
sebagai antidiare
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, makan penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah kadar tanin pada teh hijau (Camella Sinensis) tubruk dengan merk
yang berbeda memiliki kadar tanin yang sama?
2. Berapa dosis tanin yang dibutuhkan untuk meredahkan diare/iritasi pada usus?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk membandingkan kandungan tanin antara sampel yang satu dengan yang
lain dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
2. Untuk mengerahui berapa dosis tanin yang dibutuhkan untuk meredahkan
diare/iritasi pada usus.
1.5 Manfaat Penelitian
Temuan yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah suatu formulasi kadar
tanin sebagai antidiare. Temuan ini akan menjadi sumbangan pengetahuan dan
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang jumlah kadar tanin di dalam masing-masing
sampel.
2. Memberikan informasi tetang kegunaan senyawa tanin pada pereda diare atau
antidiare . Dalam upaya untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan
kesehatan, khususnya penyediaan bahan-bahan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat.
3. Meningkatan kapasitas dan kapabilitas Universitas Bengkulu dalam melakukan
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teh hijau ( Camella Sinensis)
Teh hijau memiliki kandungan polifenol yang tinggi (Cabrera et al., 2006).
Polifenol ialah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibanding
dengan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibanding dengan vitamin E. Senyawa
polifenol yang termasuk di dalamnya yaitu flavonoid, teofilin, tannin, vitamin E,
katekin. Senyawa polifenol membantu menghambat perkembangan virus ataupun
kelainan yang dapat menimbulkan kanker (Kumalaningsih, 2006).
Polifenol merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat
(Cabrera dkk.2006). Antioksidan adalah zat yang diperlukan untuk melawan
pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme yang
terjadi di dalam tubuh. Radikal bebas ( free radical ) adalah senyawa atau molekul
yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya
(Winarti, 2010).
Senyawa kimia yang terkandung dalam teh terdiri atas empat kelompok, yaitu
substansi alkaloid (cajfein, theofilin, theobromin), substansi polifenol (tannin,
catechin,flavonol, esterfenol, theaflavin, thearobigin), substansi senyawa flavor
volatil, dan substansi senyawa beraneka ragam pigmen, asam amino, logamkhusus,
dan vitamin. Katekin senyawa yang terkandung di dalam daun teh sebanyak 20 %
dari berat kering teh yang merupakan substansi utama penyebab teh memenuhi
persyaratan sebagai minuman fungsional. Senyawa tersebut banyak dikandung pada
pucuk tanaman teh Camellia sinensis assamica, bila dibandingkan dengan lain
(Arifin, 1994). Ternyata daun teh juga memiliki kaya akan anti-oksidan yang tinggi
dan dapat dijadikan sebagai obat herbal alami.
E.coli
Diare
Antimotilitas
Diare
Sintetis Alami
Antimotilitas
Daun Kelor Teh Hijau Teh Hitam
berbahan kimia
Kadar senyawa
tanin pada sediaan Kandungan senyawa
Mengandung senyawa teh hijau berbagai tanin pada teh hijau
elektrolit dan mineral merk
seperti(natrium
klorida)
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus - November 2023 di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Bengkulu.
3. 3 Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil berdasarkan tingkat konsumsi tertinggi dari
masyarakat, sampel di beli di supermarket terdekat yang ada di brngkulu.
2. Uji kehalusan serbuk teh hijau tubruk
Ditimbang 5 gram serbuk teh hijau, diayak menggunakan ayakan
dengan ukuran lubang pengayakan 1000 µm, kemudian ditimbang serbuk
teh hijau yang lolos dari ayakan 1000 µm dan serbuk teh yang tidak lolos
dari ayakan 1000 µm, selanjutnya dipersentasekan. Hasil ayakan yang lolos
dari ayakan 1000 µm diayak kembali menggunakan ayakan dengan ukuran
lubang ayakan 850 µm, ditimbang banyak serbuk teh hijau yang lolos dari
ayakan 850 µm dan yang tidak lolos 850 µm, dipersentasekan. Hasil ayakan
yang lolos dari ayakan 850 µm diayak kembali menggunakan ayakan
dengan ukuran lubang ayakan 600 µm, ditimbang banyak serbuk tah hijau
yang lolos dari ayakan 600 µm dan yang tidak lolos 600 µm, dan
dipersentasekan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
3. Uji kualitatif (Identifikasi golongan senyawa tannin)
Masing-masing serbuk teh hijau ditimbang sebanyak 2 gram,
kemudian ditambahkan dengan air 100 mL dan dididihkan selama 15 menit,
setelah itu didinginkan dan disaring sehingga didapatkan filtrat. Filtrat I
ditambahkan dengan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1 %, apabila
terbentuk warna hijau ungu atau hitam maka hasil ini menyatakan bahwa
tanin positif. Filtrat II ditambahkan dengan gelatin apabila terbentuk
endapan maka hasil ini menyatakan bahwa tanin positif. Filtrat III
ditambahkan dengan pereaksi Steasny (formaldehid 20 %: asam klorida 2:1)
15 mL kemudian dipanaskan di penangas air apabila terbentuk endapan
merah muda hasil ini menyatakan bahwa tannin katekin positif. Selanjutnya
dari filtrat dijenuhkan dan ditambah dengan natrium asetat kemudian
ditambah dengan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1 % apabila hasilnya
terbentuk warna biru tinta maka hasil ini menyatakan bahwa tannin gallat
positif (Jamal, 2010).
4. Uji kuantitatif (Penetapan kadar tanin)
Ditimbang sebanyak 10 gram masing-masing teh hijau, kemudian
ditambahkan dengan etanol 70 % sebanyak 200 mL dan dilakukan proses
maserasi selama 18 jam sambil dikocok setiap 6 jam. Setelah proses
maserasi dengan menggunakan waterbath larutan teh tersebut disaring
dengan menggunakan kertas saring dan dikeringkan sampai terbentuk
ekstrak kental yang kering.
Larutan sampel dengan konsentrasi 1000 ppm dibuat dengan cara
menimbang ekstrak kental yang kering sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan
etanol 70 % sebanyak 50 mL. Setelah itu didapatkan larutan sampel dengan
konsentrasi 1000 ppm kemudian dilakukan pngenceran dengan cara dipipet
larutan induk sebanyak 1 mL dilarutkan dengan etanol 70 % dalam labu 10
mL sehingga didapatkan larutan sampel dengan konsentrasi 100 ppm,
dilakukan pengenceran kedua dengan cara dipipet larutan dengan
konsentrasi 100 ppm sebanyak 1 mL diencerkan dengan etanaol 70 % dalam
labu 10 mL sehingga didapatkan larutan sampel dengan konsentrasi 10 ppm.
Selanjutntnya larutan uji tersebut dilakukan uji kuantitatif. Uji kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS(Fajrina ,dkk.
2016)
5. Penetuan panjang gelombang
Ditimbang sebanyak 50 mg katekin murni, dilarutkan dengan
menggunakan pelarut etanol 70 % sebanyak 50 mL sehingga didapatkan
konsentrasi larutan katekin murni 1000 ppm. Kemudian dilakukan
pengenceran pertama dengan cara memipet 1 mL larutan katekin murni
1000 ppm dan dilarutkan dengan etanol 70 % dalam labu 10 mL
(konsentrasi 100 ppm). Pengenceran kedua dilakukan dengan cara memipet
1 mL larutan katekin murni 100 ppm dan dilarutkan dengan etanol 70 %
dalam labu 10 mL (konsentrasi 10 ppm). Kemudian dilakukan pengukuran
panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
(Fajrina, dkk. 2016).
6. Penetuan kurva kalibrasi
Ditimbang 50 mg katekin murni, dilarutkan dengan menggunakan
pelarut etanol 70 % sebanyak 50 mL didalam labu 50 mL sehingga
didapatkan konsentrasi larutan katekin murni 1000 ppm, kemudian dipipet
sebanyak 1 mL larutan katekin murni 1000 ppm dan dilarutkan dengan
etanol 70 % dalam labu 10 mL (konsentrasi 100 ppm). Setelah itu untuk
membuat konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, dan 14 ppm,
dipipet dari larutan induk (kensentrasi 100 ppm) sebanyak 0,4 mL; 0,6 mL;
0,8 mL; 1 mL; 1,2 mL; 1,4 mL dan diencerkan dengan pelarut etanol 70 %
di dalam labu 10 mL (Fajrina, dkk. 2016)
7. Uji Aktivitas (Mencit) Ekstrak Etanol Teh Hijau (EETH) dengan
Metode Transit Intestinal
Mencit putih jantan sebanyak 25 ekor, berat badan 20-30 gram
dijadikan sebagai hewan uji. Hewan uji dipuasakan makan selama 18 jam
sebelum percobaan dimulai, akan tetapi minum masih tetap diberikan.
Mencit dikelompokkan menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor mencit kemudian ditimbang satu per satu. Kelompok I
sebagai control positif diberi loperamid HCl dosis2 mg/KgBB. Kelompok II
merupakan kontrol negatif, diberi CMC-Na 0,5%. Kelompok III, IV dan V
diberiperlakuan EETH dengan dosis optimasi yaitu secara berturut-turut
sebagai berikut 9,1 mg/20 g BB; 18,2 mg/20 g BBdan 36,4 mg/20 g BB.
Pada waktu t=0, sediaan uji diberikansecara oral 0,5 ml/20 g berat badan
mencit. Setelah t=45 menit, mencit diberikan norit10% sebanyak 0,1 ml/10
g secaraper oral. Pada t=65 menit, mencit dikorbankan secara dislokasi
tulang leher.
Bedah rongga perut mencit, selanjutnya usus dikeluarkan dan
dibersihkan. Ukur panjang usus yang dilalui marker norit mulai dari pylorus
sampai ujung akhir marker. Demikian juga ukur panjang usus masing-
masing hewan uji. Hitung rasio jarak yang ditempuh marker terhadap
panjang usus seluruhnya. EETH dikatakan memiliki efek antimotilitias bila
nilai rasio jarak yang dilalui oleh marker norit kelompok EETH lebih kecil
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji aktivitas anti diare
selanjutnya dianalisis secara statistic dengan melakukan uji normalitas dan
homogenitas serta anova satu arah dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05) (Fauzi, dkk. 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana dkk. (2004). Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging
Buah Merah Sebagai Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia, (29)(1)
Arifin, S. (1994). Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
Bandung
Cabrera, C., Artacho, R. & Gimenez, R., (2006). Beneficial Effects of Green Tea-A Review.
Journal of The American College of Nutrition, 25(2), pp.79-99.
Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Indonesia, (Jilid I). Jakarta: Trubus Agriwidya.
Herrmann K, Pistollato F, Stephens ML.(2019). Beyond the 3Rs: expanding the use of
humanrelevant replacement methods in biomedical research. Altex 36(3): 343-352.
Jamal, R. (2010). Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang: Penerbit Universitas
Baiturrahma
Mutiarahmi, Nur Citra., Tyagita Hartady., dan Ronny Lesmana. (2021). Kajian Pusraka:
Penggunaan Mencit Sebagai Hewan Coba di Laboratorium yang Mengacu pada
Prinsip Kesejahteraan Hewan. Indonesia Medicus Veterinus. 10(1)
Nugroho CA. (2009). Pengaruh minuman beralkohol terhadap jumlah lapisan sel spermatogenik
dan berat vesikula seminalis mencit. Jurnal Ilmiah Widya Warta 33(1): 56-60.
Ryanata, E. (2014). Penetuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin dari Kulit Buah Pisang
Masak (Musa paradisica L) secara Spektrofotoetri dan Permanganometri. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 4 (1) 1-16.
Tri Panji (1983). Penetapan kadar tanin dengan metoda biru prusi. Journal Ilmiah Kimia 3(1)
Trilaksani, W. (2003). Antioksidan : Jenis, sumber, Mekanisme Kerja dan Peranan Terhadap
Kesehatan. Bogor : Institut Pertanian Bogor