Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI (01)


BAB I PENDAHULUAN (03)
1.1 Latar Belakang (03)
1.2 Rumusan Masalah (03)
1.3 Tujuan Penelitian (04)
1.4 Manfaat Penelitian (04)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA (05)
2.1 Daun Teh Hijau (05)
2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Daun Teh Hijau (06)
2.2 Hiperglikemia (07)
2.3 Hewan Uji (07)
2.4 Metode Induksi Hiperglikemik Pada Hewan Uji (08)
2.5 Aloksan (09)
2.6 Kerangka Konsep (10)
2.7 Kerangka Teori (10)
2.8 Hipotesis Penelitian (10)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN (11)
3.1 Desain Penelitian (11)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian (11)
3.3 Populasi dan Sampel (11)
3.3.1 Subjek Penelitian (11)
3.3.2 Sampel Penelitian (11)
3.3.3 Besar Sampel (11)
3.4 Instrumen Penelitian (12)
3.4.1 Alat Penelitian (12)
3.4.2 Bahan Penelitian (12)
3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data (12)

1
3.5.1 Pengumpulan Data (12)
3.5.2 Pengolahan Data (12)
3.6 Rencana Anggaran (13)
3.7 Jadwal Penelitian (14)
DAFTAR PUSTAKA (15)

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengobatan tradisional merupakan salah satu pengobatan primer bagi


masyarakat yang digunakan secara turun-temurun di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional yaitu daun teh hijau (Camellia sinensis)
Diabetes melitus adalah penyakit dengan angka kejadian cukup tinggi di
berbagai negara termasuk di indonesia. Menurut WHO, jumlah penderita Diabetes di
seluruh dunia mencapai 180 juta lebih dan akan terus meningkat hingga dua kali lipat
pada tahun 2030 dengan Amerika serikat, Cina dan India sebagai penduduk dengan
penderita diabetes melitus terbanyak
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit
diabetes melitus, diantaranya mengembangkan minuman fungsional yang berkhasiat
sebagai antidiabetik. Salah satu yang banyak di teliti adalah daun teh.Minum teh
selain merupakan kebudayaan timur yang selayaknya di jaga, teh juga memiliki
banyak khasiat
Penelitian teh terbukti mempunyai aktivitas antioksidan yang cukup baik.
Hal ini disebabkan karena teh memiliki kandungan polifenol yang mampu menangkal
radikal bebas dalam tubuh. Dalam hal ini polifenol terutama epigallocatechin gallat
(EGCG) dapat melindungi kerusakan sel beta pankreas dari pengaruh oksidasi. Selain
itu (EGCG) pada teh hijau bekerja menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan
cara menghambat transporters sodium-glucose pada mukosa.Penurunan kadar
glukosa dapat terjadi bila teh hijau di konsumsi oleh penderita diabetes dan diikuti
dengan mengatur pola makan serta olahraga yang cukup. Hal ini dapat terjadi karena
kandungan Mangan (Mn) yang terdapat pada teh hijau bisa membantu menguraikan
gula menjadi energi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah seduhan daun teh hijau (Camellia sinensis) dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus putih yang di induksi aloksan?

3
1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui adanya pengaruh pemberian seduhan daun teh hijau (Camellia


sinensis) terhadap kadar glukosa darah pada tikus yang di induksi dengan aloksan.
2. Menganalisis besarnya efektifitas seduhan daun teh hijau (Camellia sinensis)
terhadap kadar glukosa darah pada tikus yang di induksi dengan aloksan

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Membantu para penderita diabetes untuk dapat mengendalikan kadar gula


darahnya
2. Mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada penderita diabetes melitus

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DAUN TEH HIJAU

Minuman teh telah dikenal lebih dari 4000 tahun di Cina, tradisi pengobatan
Cina telah merekomendasikan minuman teh hijau sebagai minuman untuk mencegah
dan mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit sakit kepala dan saluran
pencernaan. Minum teh juga dipercaya dapat memperbaiki fungsi imun,membantu
detoksifikasi, dan memperpanjang umur, dan ini telah dianggap sebagai tradisi yang
baik (Brannon 2007). Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh
manusia sesudah air putih, dalam jumlah kira-kira 120ml perkapita perhari.Teh hijau
mengandung epikatekin sebagai komponen polifenol utama yang memiliki aroma
khas teh hijau (Silalahi 2006). Menurut Bahruddin dan Asmawati (2005) teh hijau
secara laboratoris telah terbukti memiliki anti bakteri dan efek anti radang. Menurut
Brannon (2007) teh hijau merupakan minuman yang kaya akan kandungan
phytochemicals salah satunya yang telah diketahui adalah polifenol, yang merupakan
bagian dari flavonoid. Poliphenol adalah antioksidan yang sangat kuat, salah satu
fungsinya dapat mengatasi radikal bebas yang merupakan molekul sangat tidak stabil
yang berada di dalam tubuh. Pemberian polifenol teh hijau (500 mg/kg berat badan)
pada tikus normal meningkatkan toleransi glukosa secara signifikan pada menit ke 60.
Teh hijau polifenol juga ditemukan mengurangi level serum glukosa pada
tikus diabetes mellitus yang diinduksi oleh aloksan dengan signifikan pada level dosis
100mg/kg berat badan. Selanjutnya pemberian setiap hari selama 15 hari dari seduhan
50, 100 mg/kg berat badan menghasilkan 29-44% pengurangan dari peningkatan level
serum glukosa yang disebabkan oleh pemberian aloksan.Menurut Maeta et al. (2007)
polifenol terutama epigallocatechin gallat (EGCG) dapat melindungi kerusakan sel
beta pancreas dari pengaruh oksidasi. EGCG secara luas telah diketahui sebagai
antioksidan, sebagai contoh EGCG mampu menangkal superoxide anion radicals,
hydrogen peroxide, hydroxyl radicals, peroxyl radicals, singlet oxygen, dan
peroxynitrite.5Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan
Kina (PPTK) Gambung - Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan
polifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ±1,34

5
kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain. Katekin merupakan senyawa polifenol
utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol. Rata-rata kandungan
katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60% b.k., sedangkan pada negara
lain berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k. Teh selain mengandung polifenol hingga 25-35%,
juga mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain :
metilxantin, asam amino, peptides,karbonhidrat, vitamin (C, E dan K), karotenoid,
mineral seperti kalium,magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron,
calcium, serta metilxantin dan alkaloid lain (PTPN VIII 2007).6Menurut Kustamiyati
(1978), katekin sesungguhnya adalah tanin yang tidak mempunyai sifat menyamak
atau menggumpalkan protein, sebagaimana tanin yang terdapat pada tumbuhan-
tumbuhan umumnya. Katekin menyusun 20-30% dari berat kering daun teh dan
merupakan senyawa terpenting dalam menentukan perubahan rasa, warna dan aroma
teh. Pada Tabel 2 terlihat unsure pokok fenol dalam teh hijau.

2.1.1 KLASIFIKASI ILMIAH DAUN TEH HIJAU

Sistematika dan Klasifikasi tanaman jambu biji adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : C. sinensis

6
2.2 HIPERGLIKEMIA

Hiperglikemia adalah suatu keadaan kadar glukosa di dalam darah yang


melebihi kadar glukosa darah normal. Pada manusia, kadar glukosa darah normal
puasa 80–110 mg/dL (Wijayakusuma, 2004).
Hiperglikemia pada umumnya terjadi karena kekurangan insulin. Insulin yang
menurun mengakibatkan berkurangnya jumlah glukosa yang masuk kedalam sel
sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan
meningkatkan glukagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh
akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan
produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel dimana
hal ini bisa menyebabkan lemas. Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang
mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).
Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang
dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton, dan mual
(nausea) hingga terjadi asidosis (Octa, 2005). Kondisi hiperglikemia akan
berkembang menjadi diabetes mellitus dengan berbagai macam bentuk manifestasi
komplikasi (Unger dan Foster, 1992).
Hiperglikemia akan memperburuk dan memperparah pembentukan radikal
bebas melalui beberapa mekanisme utama yaitu peningkatan stres oksidatif melalui
glikasi non-enzimatik pada protein, dan jalur poliol-sorbitol (aldose reduktase), serta
autooksidasi glukosa, peningkatan stres oksidatif ini dapat meningkatkan
pembentukan ekspresi Tumour necrosis factor-α (TNF-α) dan memperparah stres
oksidatif. TNF-α dapat mengakibatkan resistensi insulin melalui penurunan
autofosforilasi dari reseptor insulin sehingga menyebabakan komplikasi (Tiwari and
Rao, 2002).

2.3 HEWAN UJI

Mencit banyak dipergunakan sebagai objek uji dalam penelitian biologi,


kedokteran, industri obat dan pertanian. Menurut Ungerer dkk (1985), setiap tahun di
Amerika Serikat menggunakan 40 juta mencit atau sekitar 40-80% dari semua hewan
percobaan yang digunakan. Dilihat dari bentuk luarnya, mencit tampak praktis dan
efisien untuk penelitian-penelitian dalam laboratorium yang ruangannya terbatas.

7
Luas permukaan tubuhnya 36 cm2 pada berat badan 20 gram. Bobot pada waktu akhir
berkisar antara 0,5 -1,5 gram yang akan meningkat sampai lebih kurang 40 gram pada
umur 70 hari atau 2 bulan(Harkness, 1983).
Ruangan untuk pembiakan hewan uji harus kering, bersih, jauh dari kebisingan
yang berlebihan dan dijaga suhu, kelembabannya, aliran udara dan cahayanya. luas
lantai ruangan yang direkomendasikan untuk pembiakan adalah 310-390 cm2 (Petter,
1976).
Kadar glukosa darah normal mencit berada pada rentang 62 – 125 mg/dL
dimana mencit dapat dipastikan dalam keadaan hiperglikemik apabila kadar glukosa
dalam darah melebihi angka tersebut (Malole dan Pramono, 1989).

2.4 METODE INDUKSI HIPERGLIKEMIK PADA HEWAN UJI

Kondisi hiperglikemia pada hewan pertama kali dilakukan secara sederhana


dengan cara Pankreatektomi, yaitu pengambilan organ pankreas secara menyeluruh
atau sebagian, tetapi pada penelitian berikutnya, metode tersebut sudah jarang
digunakan karena secara menyeluruh kondisi patologi yang dihasilkan tidak secara
kuat mencerminkan kondisi patologi pada manusia (Marraffino, 1950; Fernandez et
al., 2006).
Sebagai pengganti dari metode Pankreatektomi, para peneliti menggunakan
metode tanpa pembedahan (non-surgical methods) dalam menghasilkan hewan
percobaan hiperglikemia. Metode tanpa pembedahan pertama kali dikenalkan adalah
pemberian diabetogenik. Beberapa diabetogenik yang sering digunakan adalah
streptozotosin, aloksan, vacor, dithizone, 8-hidroksikuinolon (Covington et al., 1993;
Rees dan Alcolado, 2005). Perusakan pankreas pada hewan uji yang diinduksi
senyawa toksin, dapat menghasilkan beberapa kondisi komplikasi seperti pada
manusia (Nugroho, 2006).
Aloksan merupakan diabetogen yang bekerja dengan cara merusak sel β
Langerhans pankreas dengan cepat sehingga menimbulkan hiperglikemia yang
permanen dalam waktu 2-3 hari (Reynolds, 1982). Prinsip uji aloksan diabetes ialah
induksi diabetes dilakukan pada hewan uji mencit yang diberi suntikan aloksan secara
intraperitoneal, keadaan diabetes dikonfirmasi dengan penentuan kadar glukosa darah
pada vena lateralis ekor di hari ketiga setelah pemberian aloksan (Yang et al., 2006).

8
2.5 ALOKSAN
Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa
hidrofilik dan tidak stabil (Gambar 2.2). Waktu paruh pada suhu 37°C dan pH netral
adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai
diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan.
Dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kg BB, sedangkan intraperitoneal
dan subkutan adalah 2-3 kalinya (Szkudelski, 2001; Rees dan Alcolado, 2005).

Gambar 2.2. Struktur kimia aloksan

Aloksan secara cepat dapat mencapai pankreas, aksinya diawali oleh


pengambilan yang cepat oleh sel β Langerhans. Pembentukan oksigen reaktif
merupakan faktor utama pada kerusakan sel tersebut. Pembentukan oksigen reaktif
diawali dengan proses reduksi aloksan dalam sel β Langerhans (Wilson et al., 1984;
Szkudelski, 2001; Walde et al., 2002).
Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel
β Langerhans pankreas. Aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan
glukokinase dalam proses metabolisme energi. Mekanisme kerja agen sitotoksik
aloksan dengan cepat terikat sekaligus merusak sel β pankreas sehingga tidak dapat
memproduksi insulin dan memberikan efek diabetogen (Nugroho, 2006).

9
2.6 KERANGKA KONSEP

Variabel independen Variabel dependen


Seduhan daun teh Penurunan kadar
hijau (Camellia gula darah pada
sinensis) tikus putih

Uji aktivitas
antidiabetik

2.7 KERANGKA TEORI

Seduhan daun teh hijau

Mengandung Polifenol epigallocatechin gallat (EGCG) Mangan (Mn)

menghambat transporters sodium-glucose


Menguraikan glukosa energi

KADAR GLUKOSA DARAH TURUN

2.8 HIPOTESIS PENELITIAN

1. Seduhan daun teh hijau (Camellia sinensis) dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus putih yang telah di induksi dengan aloksan

10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental, dengan menggunakan
desain Rancangan acak lengkap atau completely randomized design, dimana
percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain yang mempengaruhi
respon di luar faktor yang di teliti

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia pada bulan juli 2017

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

3.3.1 SUBJEK PENELITIAN


Subjek dalam penelitian ini adalah tikus putih galur wistar.

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN


Sampel penilitian ini adalah tikus putih galur wistar yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, kriterianya yaitu :

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


Jenis kelamin jantan Tikus sakit
Rata rata BB tikus putih 150-350gr Tikus mati

3.3.3 BESAR SAMPEL

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus putih jantan yang
dengan perhitungan, jumlah perlakuan x jumlah ulangan x jumlah tikus = (4x5x1= 20
tikus)

11
3.4 INSTRUMEN PENELITIAN
3.4.1 ALAT PENELITIAN
Oven, kertas saring, gelas beaker 500 mL, gelas beaker 250 mL, corong gelas,
alat cek gula darah Gluco Dr Plus AGM 3000 Blood Glucose Monitoring System,
spuit steril, neraca analitik,kandang tikus,pakan tikus putih,serbuk kayu, batang
pengaduk, pisau, hot plate, loyang alumunium.

3.4.2 BAHAN PENELITIAN


Daun teh hijau (Camellia sinensis), Aloksan, aquadest, Metformin,

3.5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.5.1 PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, pengumpulan data
dilakukan dengan lima perlakuan pada tikus yaitu :
1. tikus yang tidak diberi perlakuan (kontrol negatif),
2. tikus yang diberi perlakuan aloksan (kontrol positif),
3. tikus yang diberi perlakuan aloksan + seduhan daun teh hijau 3,36 mL dosis
4. tikus yang diberi perlakuan aloksan + metformin 0,02% (dosis 1 ml/ kg bb).
Setiap perlakuan diperiksa kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0, 3, 7,
14,dan 21. Sebelum diberi perlakuan tikus diadaptasi 2 minggu dan dipuasakan
selama 16-18 jam.

3.5.2 PENGOLAHAN DATA


Data yang diperoleh dari hasil uji aktivitas seduhan daun teh hijau terhadap
kadar gula darah dianalisis secara statistik dengan menggunakan aplikasi SPSS for
windows. Data yang diperoleh diuji normalitas datanya dengan uji Shapiro-Wilk serta
homogenitasnya dengan uji Levene dengan taraf kepercayaan 95%. Jika distribusi data
normal dan homogen (p >0,05), analisis dilanjutkan dengan uji statistik ANOVA-one
way untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok lalu dilanjutkan dengan
uji LSD dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui kelompok yang
memberikan perbedaan nyata. Apabila data tidak terdistribusi normal atau tidak
homogen maka akan dilakukan analisis statistik dengan uji non-parametrik
menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk melihat adanya perbedaan bermakna antar
kelompok percobaan. Jika diketahui adanya perbedaan bermakna maka dilakukan

12
analisis lebih lanjut menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok
yang berbeda dengan taraf kepercayaan 95%.
Seduhan daun teh hijau (Camellia sinensis) dikatakan memiliki aktivitas
antihiperglikemia apabila terdapat perbedaan kadar gula darah yang signifikan antara
kelompok hewan uji yang diberikan seduhan daun teh hijau (Camellia sinensis) dan
kelompok kontrol negatif (p˂0,05).

3.6 RENCANA ANGGARAN

Harga
No. Nama Material Kuantitas Satuan Satuan Jumlah (Rp)
A. Anggaran Pelaksanaan
1 Peneliti utama 1 Orang Rp.100.000 Rp.100.000
2 Laboran 1 Orang Rp.100.000 Rp.100.000
B. Anggaran Alat dan Bahan Penelitian
1 Tikus Putih Wistar 20 ekor Rp.30.000 Rp600.000
2 Kandang 1 box Rp.30.000 Rp.150.000
3 Pakan 1 1kg Rp.56.000 Rp.56.000
4 Serbuk 4 600gr Rp.9.900 Rp.39.600
5 Aquadest 1 Liter Rp.50.000 Rp.50.000
6 Wadah 1 Buah Rp.20.000 Rp.20.000
7 Alat cek gula darah 1 Buah Rp.600.000 Rp.600.000
8 Aloksan 1 gram Rp.998.000 Rp.998.000
9 Spuit 40 buah Rp.5.000 Rp.200.000
10 Daun teh 500 gram Rp.20.000 Rp.20.000
11 Metformin 1 kaplet Rp.19.965 Rp.19.965
C. Anggaran Proposal
1 Print Proposal 3 Buah Rp.17.000 Rp.51.000
2 Jilid Proposal 3 Buah Rp.3.000 Rp.9.000
D. Anggaran Publikasi
Pembuatan Laporan
1 Penelitian 3 Buah Rp.70.000 Rp.210.000
2 Jurnal Nasional 3 Buah Rp.300.000 Rp.900.000
3 Perbanyak Makalah 5 Buah Rp.20.000 Rp.100.000
Total Biaya = Rp.4.222.965

13
3.6 JADWAL PENELITIAN

Tahun 2017
No. Kegiatan Juli Juli - September September
1 2 3 4 12 15 19 26 2 3 4 5 6
1 Pembuatan proposal
2 Persiapan
a. Administrasi
b. Perlengkapan
c. Studi Literatur
3 Pelaksanaan Penelitian
4 Analisa Data
5 Konsultasi
Pembuatan Laporan
6 Penelitian
7 Publikasi

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Tabaga D, Durry F, Kairupan C. Efek seduhan teh hijau (camellia sinensis)


terhadap gambaran histopatologi payudara mencit yang diinduksi benzo(α)pyrene.
2015 Mei;3(2)
2. Syah, Andi Nur Alam. Taklukkan penyakit dengan teh hijau. 2006 Maret
3. Silalahi, Jansen. Senyawa polifenol sebagai komponen aktif yang berkhasiat
dalam teh. Majalah Kedokteran Indonesia. 2002;52(10):361-4.
4. American Diabetes Association, Diabetes Care, https://doi.org/10.2337/dc14-
S081, 2017 juli 7
5. Oka Dharmayudha, Identifikasi golongan senyawa kimia dan pengaruh ekstrak
etanol buah naga daging putih (hylocereus undatus) terhadap penurunan kadar
glukosa darah serta berat badan tikus putih jantan (rattus norvegicus) yang
diinduksi aloksan.2011; [3 p.]
6. Wikipedia, Camelia sinensis, https://id.wikipedia.org/wiki/Camellia_sinensis,
2017 juli 10

15

Anda mungkin juga menyukai