Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN SHOLAT DENGAN FISIK

Shalat memang suplier rohani dan pemompa mental. Tanpa shalat, jiwa manusia mungkin saja
tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup. Bagi orang yang kerap mengalami
penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat menumpahkan segala permasalahan, menjadi
kesempatan mengadu dan waktu mencurahkan harapan. Bagi seorang pejuang, seorang juru
dakwah, shalat juga yang menjadikannya kuat memikul semua masalah dan tantangan yang
menghadangnya. Bersyukurlah kita, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari. Dalam
lima kesempatan itu artinya, kita memperoleh masukan energy baru. Semoga Allah menjadikan
kita orang-orang yang merasakan nikmatnya shalat.

Mungkin kita pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang menegakkan
shalat hanya memperoleh letih dan payah” ( HR Nasa’i ). Shalat yang digambarkan Rasul dalam
hadits tersebut, bukan hanya shalat yang bisa menjadi penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya
bersifat ritual dan tidak memberikan kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan
fisik yang senyap dari kedamaian batin.

Salah satu syarat yang dapat memberi pencerahan batin,biasa disebut dengan khusyu’. Khusyu’
menurut Imam Ghazali adalah hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi, rasa tunduk, pasrah
dan penghormatanyang tinggi kepada Allah SWT.

Amirul mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan kepala, tapi khusyu’
itu ada di dalam hati.” Al Qur’an menyebutkan khusyu’ itu adalah tanda pertama orang-orang
yang beruntung. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu oran-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2). Tidak sedikit orang yang sulit
menghadirkan kekhusyuan dalam shalatnya. Kita begitu dan nyaris tidak percaya, bila sahabat
Rasulullah Ali rejustru melaksanakan shalat untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah
akan dicabut dari tubuhnya.

Orang yang belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat sulit bekerja mencangkul dan
mengolah sawah. Tangannya mungkin akan lecet, kulitnya terbakar oleh terik matahari dan
seluruh tubuhnya terasa linu, itu dalam konteks pekerjaan fisik. Keadaannya tidak jauh berbeda
dengan konteks pekerjaan batin. Khusyu’ adalah pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa
khusyu’, dekat, pasrah, tunduk pada Allah di luar shalat, akan sulit menghadirkan kekhusyukan
di dalam shalat. Khusyu’ di dalam shalat sangat terkait dengan khusyu’ di luar shalat. Kalau hati
tidak pernah hidup, tidak ada link hubungan dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin
hubungan yang baik hanya dalam shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani,
mencangkul tanh, seperti yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan
pekerjaan tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita sulit
khusyu’. Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah atau
Allahu Akbar. Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa berhubungan denagn Allah,
meskipun lidah tidak menyebut nama Allah. Melihat ciptaan Allah, hati merasakan kebesaran
Allah. Melihat peristiwa apapun semakin menyuburkan ingatan kepada Allah. Mendapat nikmat,
hati mengatakan, “Syukur Allah tidak menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh dan malu bila
melakukan ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan, “Mungkin saya berdosa pada
Allah.” Sikap sikap seperti itulah yang semakin menambah kedekatan hatidengan Allah SWT.
Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk
dan berbarung.” Itulah sebabnya para ahli ibadah mengatakan, aku merasa damai meskipun
sendiri.” Kenapa? Karena mereka dalam kondisi terus berdzikir dengan melihat semua fenomena
alam dan hatinya mengingat Allah Jalla Wa’ala.

Ibarat orang yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang kepunyaan kekasihterlihat
di depan mata membuat hati ingat dan terkait dengan kekasih. Kalau sudah ada benih khusyu’ di
luar shalat, maka saat berwudhu pun sudah khusyu’.

Seorang muslim harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya denagan Allah, kapan pun
dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Banna menyifatkan karakter seorang mujahid
adalah bukan orang yang tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya.
Maksudnya itu menggambarkan suasana keseriusan dan kesungguhan orang yang berjuang di
jalan Allah. Apa rahasia dibalik kesungguhan dan keseriusan itu? Dalam shalat mereka sangat
membesarkan dan mengagungkan Allah. Di luar shalat mereka juga tetap membesarkan Allah,
hidup sesuai syari’at, menjauhkan diri dari kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan
menaungi mereka, sebab ada hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial.
Merekalah yang dimaksud dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya
dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang tersebut.” ( HR.
Hakim )

RUKU’ (Pelenturan Memori Otak dan Menyehatkan Ginjal)


Bagaimana posisi ruku’ yang benar? Mengingat banyak pendapat akan posisi ruku’ yang benar.
Setidaknya menurut kesehatan posisi ruku’ yang benar adalah kondisi menekuk 90 derajat, tulang
belakang tetap lurus tidak melengkung. Ini juga berdasarkan dari hadits dari yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Abu Daud. Hadits itu berbunyi “Jika kamu ruku’ , letakkan kedua tanganmu pada kedua
lulutmu dan luruskan punggungmu serta tekankan tanganmu untuk ruku’ “. atau dari riwayat hadits
lainnya;

Sabda Rasulullah: “Ruku’lah dengan tenang dan tertib (tuma’ninah).” Ketika melakukan gerakan
ruku, maka Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangannya di atas lutut (HR Bukhari dari
Sa’ad bin Abi Waqqash). Dibalik gerakan ruku yang demikian ternyata mempunyai beberapa
manfaat.

Posisi gerakan ruku’ yang sempurna ditandai ketika tulang belakang lurus sehingga bila diletakkan
segelas air di atas punggung orang yang sedang sholat tersebut maka air tidak akan tumpah, jadi
posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Gerakan Ruku’ dapat membawa manfaat dalam hal merawat kelenturan tulang belakang (corpus
vertebrae) yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) serta aliran darah
yang menyertainya. Ruku’ juga dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di
pungggung, pinggang, paha dan betis belakang.

Demikian pula bagian tubuh lain seperti tulang leher, tengkuk dan saluran saraf memori dapat
terjaga kelenturannya dengan ruku’ ini. Kelenturan dari saraf memori dapat dijaga dengan
mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.

Kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang, merupakan saraf sentral beserta sistem
aliran darahnya. Ruku’ yang sempurna akan menarik urat pinggang sehingga dapat mencegah sakit
pinggang dan sakit ginjal. Tuas sistem keringat yang terdapat dipinggul, pinggang, paha, betis
belakang, terpelihara oleh Gerakan ruku’, dan tulang leher, serta saluran saraf memori juga terdapat
kelenturannya.

Ada satu hal yang menarik perhatian bagi seorang dokter forensik (visum) dokter orthopedic (dokter
tulang) terkenal asal Prancis, kala ia berlibur ke Mesir. Di sela-sela kunjungannya di antara mesjid-mesjid
Mesir, ia menemukan praktik pengobatan baru untuk penyakit-penyakit punggung.

Resep (terapi) sakit punggung yang diajukan adalah dengan cara melakukan gerakan-gerakan shalat
lima kali sehari. Pasalnya, aktivitas sujud dan ruku'adalah gerakan-gerakan yang berfungsi untuk
memperkuat tulang punggung, dan berguna untuk melemaskan tulang belakangnya (sumsum).
Gerakan Ruku' dalam Sholat

Ketika itu juga, kala tur ke negeri asing ini, sambutan hangat dari masyarakat pun tampak. Dengan serta
merta mereka berusaha keras untuk menyaksikan praktik shalat, untuk mengetahui kiat-kiat menjaga
tulang sumsum belakang agar tetap kuat.

Di samping itu, secara ilmiah telah ditetapkan bahwa ruku, berdiri (tegap), dan sujud ternyata
mampu menguatkan otot- otot punggung dan perut. Juga sekaligus bisa melenyapkan berbagai
minyak dan lemak yang terkadang menempel di dinding-dinding perut.

Sedangkan sujud, berfungsi sebagai penguat otot-otot paha dan lutut. Juga membantu aliran
peredaran darah ke seluruh organ tubuh, menguatkan dinding-dinding perut, dan menstabilkan
gerakan-gerakan (pencernaan) usus.

Gerakan sujud adalah aktivitas yang berguna untuk mengkonservasi gejala-gejala penyakit
pembengkakan pada lambung, yang diakibatkan pengerutan otot-ototnya. Juga akibat
dioperasikannya katup penghalang (al-hijab al-hajiz) yang terletak di antara perut dan dada.

Dari sini, shalat bisa dipandang sebagai sebaik-baik olah raga jasmani yang bermanfaat bagi
tubuh. Karena ia mampu menggerakkan seluruh organ tubuh, baik otot-otot, persendian, maupun
tulang.

Faedah dan keuntungan shalat bagi organ-organ tidak hanya sebatas itu saja. Pengobatan saat ini
menetapkan terapi penurunan darah tinggi bisa ditempuh dengan melaksanakan shalat. Jika seseorang
rajin melaksanakan shalat, sedangkan ia mengidap penyakit tekanan darah tinggi, maka lambat laun
akan menuai hasilnya.1)

Para pakar Islam sepakat bahwa dengan melakukan shalat secara teratur sebelum makan, berarti sama
halnya menjaga dan melindungi diri dari penyakit-penyakit perut. Lebih-lebih penyakit akibat luka
lambung.

Gerakan Sujud Dalam Sholat

Karenanya, orang yang mengidap penyakit maag, selalu dianjurkan untuk mengekang konsumsi
makanan selama dalam keadaan tertekan atau terjadi sensivitas kepekaan urat-urat syaraf yang
berakibat sering cepat naik pitam. Jika dalam kondisi seperti ini, sangat dianjurkan untuk menenangkan
lebih dahulu hingga mencapai suasana rileks, santai, dan fresh. Setelah itu barulah mengkonsumsi
makanan.

Penemuan ilmiah juga menunjukkan bahwa shalat mempunyai dampak langsung terhadap sistem kerja
syaraf. Karena ia bisa menghilangkan ketegangan, menenteramkan pergolakan jiwa, dan sekaligus
sebagai terapi kegoncangan -kegoncangan (penyakitnya). Lebih dari itu, shalat luga menjadi obat
penyembuh yang mujarab bagi orang yang sulit tidur akibat guncangnya sistem urat syaraf.
Dr. Thomas Heislub berkata, “Bagi saya, shalat merupakan salah satu unsur utama penyangga aktivitas
tidur seseorang yang saya ketahui lewat pengalaman empiris dan penelitian bertahun-tahun. Saya
katakan ini dalam kapasitas profesi saya sebagai dokter (dan sebagai tanggung jawab moral yang saya
tekuni). Shalat bisa dijadikan media utama untuk menenteram kan jiwa, dan juga menebarkan
kenyamanan ke segenap jaringan urat syaraf yang saya ketahui hingga sekarang.”2)

Sementara itu, Dr. Edwin Frederick selaku dosen pada fakultas ilmu-ilmu syaraf yang tinggal di belahan
Amerika Serikat pernah berkata, “Ada ribuan dokter, namun tidak satu pun di antaranya yang terkenal.
Mayoritas mereka memiliki kecerdasan inteligensia rendah. Kendati demikian, ada secercah harapan.
Karena, mereka dapat menyembuhkan penyakit-penyakit dan menjaga kesehatan melalui sebuah
mukjizat. Mukjizat yang bernama shalat.”

Dr. Casius Carl, peraih gelar Nobel dalam bidang kedokteran dan merangkap ketua bidang penelitian di
Yayasan Rockefler, Amerika Serikat, pernah berkata, “Di sini shalat setidaknya telah membicarakan
tentang cara kerja (aktivitas) organ tubuh manusia. Bahkan sejauh ini, ia diyakini sebagai faktor
kreativitas manusia. Saya, dalam hal ini, memandang dari sudut disiplin keilmuan yang saya geluti. Di
kala para pasien telah gagal dalam terapi penyembuhannya dengan metode mengkonsumsi obat-obatan,
maka seorang dokter menengadahkan tangannya dengan penuh khusyu dan harap dengan
kepasrahannya. Konon ketika ia shalat, tiba-tiba saja penyakitnya sirna, lenyap.

Shalat bagai logam radium, yakni sebagai sumber penyinaran yang terus-menerus menghasilkan
aktivitas -aktivitas lain. Dampak positif shalat juga terasa seperti yang kita rasakan bersama dalam
persoalan “patologi”. Banyak kasus orang sakit yang terbebas dari bermacam-macam penyakit seperti
TBC, Britonis, radang tulang, luka-luka yang bernanah, dan kanker.

Ada sejumlah pakar Islam yang belum mengetahui banyak tentang penggabungan pandangan-
pandangan agama dan syiar-syiarnya. Dengan munculnya studi semacam ini, mungkinkah bagi
seseorang untuk menyalahgunakan nilai -nilai shalat sebagai langkah preventif guna penyembuhan
penyakit-penyakit.

Salah seorang guru olah raga Mesir berpendapat bahwa gerakan-gerakan yang lebih dikenal dengan
istilah “Gerakan Hitam” sebenarnya telah banyak mengadopsi konsep shalat yang di dalamnya terdapat
gerakan-gerakan fisik. Dalam pelaksanaannya, haruslah dengan cermat dan teratur. Yakni, dimulai
dengan sikap tegak, beralih ke sikap ruku, dilanjutkan dengan kembali berdiri dari ruku, dan diteruskan
dalam beberapa saat berdiri tegap. Kemudian barulah ke gerakan sujud. Dari gerakan sujud, dilanjutkan
ke gerakan bangun, lalu untuk kali kedua kembali sujud, dan disempurnakan dengan berdiri tegap. Hal
ini, dilakukan berulang-ulang, dari rakaat pertama ke rakaat kedua, dan barulah bertasyahud. Begitulah,
dilakukan pengulangan gerakan untuk mencapai shalat yang sempurna.”3)

Begitu pula dengan barisan makmum. Mereka berdiri pada garis sejajar, bersama-sama menuju arah
kiblat, dan tegak berdiri dengan jarak satu jengkal antara kedua telapak kakinya. Sedangkan, kakinya
dalam posisi berimbang. Para pakar telah rnengemukakan pendapatnya bahwa berdiri dengan
merenggangkan kedua telapak kaki dapat membantu menjaga keseimbangan kala turun untuk bersujud
dan bangkit darinya. Juga bisa lebih menguatkan urat-urat syaraf.4)

Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat seperti olah raga fisik yang dilakukan
seseorang dengan “variasi gerakan” yang mencakup keseluruhan organ tubuh. Tak ayal lagi, shalat bisa
membangkitkan aktivitas-kreativitas dan sekaligus mencegah kemalasan, serta mampu menghilang kan
keletihan. Lebih dari itu, shalat adalah “olah raga spiritual” bertemunya ruh sang hamba dengan Sang
Maka Pencipta yang menyimpan pesan pembaruan dan perelaan. Itulah hasil penemuan sain modern
setelah rentang masa 14 abad lamanya. (Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an)

Catatan kaki:
1). Abdurrazak Naufal, Al-Islam wal ‘Ilmul Hadits.
2). Loc.Cit.
3). Wasil al-Halwani, Al-Harakat ar-Riyadhiyah.
4). Dr. Sa’id as-Suyuthi, Mu’jizat fit-Tib lin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

Rukuk
Rukuk juga sangat baik untuk menghindari penyakit yang menyerang ruas tulang belakang yang
terdiri dari tulang punggung, tulang leher, tulang pinggang dan ruas tulang tungging. Dengan
melakukan rukuk, kita telah menarik, menggerakan dan mengendurkan saraf-saraf yang berada
di otak, punggung dan lain-lain. Bayangkan bila kita menjalankan sholat lima waktu yang
berjumlah 17 rakaat sehari semalam. Kalau rakaat kita rukuk satu kali, berarti kita melakukan
gerakan ini sebanyak 17 kali.

3. Sujud
Belum lagi gerakan sujud yang setiap rakaat dua kali hingga junlahnya sehari 34 kali. Bersujud
dengan meletakan jari-jari tangan di depan lutut membuat semua otot berkontraksi. Gerakan ini
bukan saja membuat otot-otot itu akan menjadi besar dan kuat, tetapi juga membuat pembuluh
darah dan urat-urat getah bening terpijat dan terurut. Posisi sujud ini juga sangat membantu kerja
jantung dan menghindari mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah.

4. Duduk tasyahud
Duduk tasyahud akhir atau tawaruk adalah salah satu anugerah Allah yang patut kita syukuri,
karena sikap itu merupakan penyembuhan penyakit tanpa obat dan tanpa operasi. Posisi duduk
dengan mengangkat kaki kanan dan menghadap jari-jari ke arah kiblat ini, secara otomatis
memijat pusat-pusat daerah otak, ruas tulang punggung teratas, mata, otot-otot bahu, dan banyak
lagi terdapat pada ujung kaki. Untuk laki-laki sikap duduk ini luar biasa manfaatnya, terutama
untuk kesehatan dan kekuatan organ seks.

5. Salam
Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun, menurut penelitian Hembing
punya manfaat besar karena gerakan ini sangat bermanfaat membantu menguatkan otot-otot
leher dan kepala. Setiap mukmin pasti bisa merasakan itu, bila ia menjalankan sholat dengan
benar. Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan otot akan terasa lebih kendur, dan otak
juga mempu kembali berfikir dengan terang. Hanya saja, manfaat itu ada yang bisa
merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak disadari. Tapi harus diingat, sholat adalah ibadah
agama bukan olahraga.
HUBUNGAN SHOLAT DENGAN FISIK

Shalat memang suplier rohani dan pemompa mental. Tanpa shalat, jiwa manusia mungkin saja
tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup. Bagi orang yang kerap mengalami
penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat menumpahkan segala permasalahan, menjadi
kesempatan mengadu dan waktu mencurahkan harapan. Bagi seorang pejuang, seorang juru
dakwah, shalat juga yang menjadikannya kuat memikul semua masalah dan tantangan yang
menghadangnya. Bersyukurlah kita, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari. Dalam
lima kesempatan itu artinya, kita memperoleh masukan energy baru. Semoga Allah menjadikan
kita orang-orang yang merasakan nikmatnya shalat.

Mungkin kita pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang menegakkan
shalat hanya memperoleh letih dan payah” ( HR Nasa’i ). Shalat yang digambarkan Rasul dalam
hadits tersebut, bukan hanya shalat yang bisa menjadi penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya
bersifat ritual dan tidak memberikan kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan
fisik yang senyap dari kedamaian batin.

Salah satu syarat yang dapat memberi pencerahan batin,biasa disebut dengan khusyu’. Khusyu’
menurut Imam Ghazali adalah hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi, rasa tunduk, pasrah
dan penghormatanyang tinggi kepada Allah SWT.

Amirul mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan kepala, tapi khusyu’
itu ada di dalam hati.” Al Qur’an menyebutkan khusyu’ itu adalah tanda pertama orang-orang
yang beruntung. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu oran-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2). Tidak sedikit orang yang sulit
menghadirkan kekhusyuan dalam shalatnya. Kita begitu dan nyaris tidak percaya, bila sahabat
Rasulullah Ali rejustru melaksanakan shalat untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah
akan dicabut dari tubuhnya.

Orang yang belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat sulit bekerja mencangkul dan
mengolah sawah. Tangannya mungkin akan lecet, kulitnya terbakar oleh terik matahari dan
seluruh tubuhnya terasa linu, itu dalam konteks pekerjaan fisik. Keadaannya tidak jauh berbeda
dengan konteks pekerjaan batin. Khusyu’ adalah pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa
khusyu’, dekat, pasrah, tunduk pada Allah di luar shalat, akan sulit menghadirkan kekhusyukan
di dalam shalat. Khusyu’ di dalam shalat sangat terkait dengan khusyu’ di luar shalat. Kalau hati
tidak pernah hidup, tidak ada link hubungan dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin
hubungan yang baik hanya dalam shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani,
mencangkul tanh, seperti yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan
pekerjaan tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita sulit
khusyu’. Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah atau
Allahu Akbar. Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa berhubungan denagn Allah,
meskipun lidah tidak menyebut nama Allah. Melihat ciptaan Allah, hati merasakan kebesaran
Allah. Melihat peristiwa apapun semakin menyuburkan ingatan kepada Allah. Mendapat nikmat,
hati mengatakan, “Syukur Allah tidak menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh dan malu bila
melakukan ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan, “Mungkin saya berdosa pada
Allah.” Sikap sikap seperti itulah yang semakin menambah kedekatan hatidengan Allah SWT.
Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk
dan berbarung.” Itulah sebabnya para ahli ibadah mengatakan, aku merasa damai meskipun
sendiri.” Kenapa? Karena mereka dalam kondisi terus berdzikir dengan melihat semua fenomena
alam dan hatinya mengingat Allah Jalla Wa’ala.

Ibarat orang yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang kepunyaan kekasihterlihat
di depan mata membuat hati ingat dan terkait dengan kekasih. Kalau sudah ada benih khusyu’ di
luar shalat, maka saat berwudhu pun sudah khusyu’.

Seorang muslim harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya denagan Allah, kapan pun
dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Banna menyifatkan karakter seorang mujahid
adalah bukan orang yang tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya.
Maksudnya itu menggambarkan suasana keseriusan dan kesungguhan orang yang berjuang di
jalan Allah. Apa rahasia dibalik kesungguhan dan keseriusan itu? Dalam shalat mereka sangat
membesarkan dan mengagungkan Allah. Di luar shalat mereka juga tetap membesarkan Allah,
hidup sesuai syari’at, menjauhkan diri dari kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan
menaungi mereka, sebab ada hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial.
Merekalah yang dimaksud dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya
dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang tersebut.” ( HR.
Hakim )

Tidak ada cara instan atau sulapan untuk menyembuhkan sakit punggung ini, lakukan saja olahraga
seperti gerakan Ruku' dan SIT UP, lakukan tiap hari, sakit punggung ini memang sakitnya luar biasa,
seakan-akan kaki kita menahan beban berat tubuh kita, mungkin emang seperti itu karena otot kita kaku
karena kurang olahraga.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Ada satu hal ynag menarik perhatian bagi seorang dokter forensik (visum), dokter orthopedic (tulang)
terkenal asal prancis, kala ia berlibur ke Mesir. Di sela2 kunjunagnnya di antara Masjid2 Mesir, ia
menemukan praktik pengobatan baru untuk penyakit2 punggung. Terapi saki punggung ysng disjuksn
adalah dengan cara melakukan gerakan shalat 5 kali sehari. Pasalanya, aktivitas sujud dan ruku’ adalah
gerakan2 yang berfungsi untuk memperkuat tulang punggung, dan berguna untuk melemaskan tulang
belakangnya (sumsum). Ketika itu juga, kala tur ke negeri asing ini, sambutan hangat dari masyarakatpun
tampak. Dengan serta merta mereka berusaha keras menyaksikan praktik shalat, untuk mengetahui kiat2
menjaga tulang sumsung belakang agar tetap kuat.
Di samping itu, secara ilmiah telah ditetapkan, bahwa ruku’, berdiri (tegap) dan sujud ternyata mampu
menguatkan otot2 punggung dan perut. Juga sekaligus bisa melenyapkan berbagai minyak dan lemak yang
terkadang menempel di dinding2 perut.
Sedangkan sujud, berfungsi sebagai penguat otot2 paha dan lutut. Juga membantu lairan peredaran darah
ke seluruh organ tubuh, menguatkan dinding2 perut dan menstabilkan pencernaan usus.
Gerakan sujud adalah aktivitas yang berguna untuk mengkonversi gejala2 penyakit pembengkakan pada
lambung yang diakibatkan pengerutan otot2nya. Juga akibat dioperasikannya katup penghalang yang
terletak antara perut dan dada.
Dari sini shalat dapat dipandang sebagai olah raga jasmani yang bermanfaat bagi tubuh. Karena ia mampu
menggerakkan seluruh organ tubuh, baik otot2, persendian, maupun tulang.
Faedah dan keuntungan shalt bagi organ tubuh tidak hanya sebats itu saja. Pengobatan saat ini menetapkan
terapi penurunan darah tinggi bisa ditempuh dengan melaksanakn shalat. Jika seseorang rajin melaksanakn
shalat, sedangkan ia mengidap penyakit darah tinggi, maka lambat laun akan menemukan hasilnya.
(Abdurrazak Naufal, Al- Islam wal ’Ilmul Hadist)
Para pakar Islam sepakat bahwa dengan melakukan shalat secara teratur sebelum makan, berarti sama
halnya menjaga dan melindungi diri dari penyakit2 perut. Lebih2 penyakit akibat luka lambung. Karenanya
orang yang mengidap penyakit maag, selalu dianjurkan untuk mengekang konsumsi makanan selama
terjadi sensitivitas kepekaan urat2 syaraf yang berakibat sering cepat naik pitam. Jika dalam kondisi seperti
ini, sangat dianjurkan untuk menenangkan lebih dahulu hingga mencapai suasana rileks, santai dan fresh.
Setelah itu barulah mengkonsumsi makanan.
Penemuan ilmiah yang menunjukkan bahwa shalat mempunyai dampak langsung terhadap sistem kerja
syaraf. Karena ia bisa menghilangkan ketegangan, menentramkan pergolakan jiwa dan sekaligus sebagai
terapi kegoncangan2 (penyakitnya). Lebih dari itu, shalat juga menjadi obat penyembuh yang mujarab bagi
orang yang sulit tidur akibat guncangnya sistem urat syaraf.
Salah seorang guru olah raga Mesir berpendapat bahwa gerakan2 yang lebih dikenal dengan istilah
”Gerakan Hitam” sebenarnya telah banyak mengadopsi konsep shalat yang didalamnya terdapat gerakan2
fisik. Dalam pelaksanaanya, haruslah dengan cermat dan teratur. Yakni, dimulai dengan sikap tegak, beralih
ke sikap ruku’, dan diteruskan beberapa saat berdiri tegap. Kemudian barulah gerakan2 sujud. Dari gerakan
sujud, dilanjutkan ke gerakan bangun, lalu untuk kali kedua kembali sujud, dan disempurnahkan dengan
berdiri tegap. Hal ini dilakukan berulang2 dari rakaat pertama ke rakaat kedua dan barulah bertasyahud,
begitulah dilakukan pengulangan gerakan untuk mencapai shalat yang sempurna.
Begitu pula dengan barisan makmum. Mereka berdiri pada garis sejajar, bersama2 menuju arah kiblat dan
tegak berdiri dalam jarak satu jengkal antara kedua telapak kakinya. Sedangkan kakinya dalam posisi
berimbang. Para pakar telah mengemukakan pendapatnya bahwa berdiri dengan meregangkan kedua
telapak kaki dapat membantu menjaga keseimbangan kala turun untuk bersujud dan bangkit darinya. Juga
bisa lebih menguatkan urat syaraf.

BAB III
KESIMPULAN
Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat seperti olah raga fisik yang dilakukan
seseorang dengan ”variasi gerakan” yang mencakup keseluruhan organ tubuh. Tak salah lagi shalat dapat
membangkitakan aktivitas dan kreativitas dan sekaligus mencegah kemalasan serta mampu menghilanhkan
keletihan.
Lebih dari itu, shalat adalah ”olah raga spiritual” bertemunya ruh sang hamba dengan Sang Maha Pencipta
yang menyimpan pesan pembaruan dan perelaan. Itulah hasil penemuan sains modern setelah rentang
masa 14 abad lamanya.
Shalat bagai logam radium, yakni sebagai sumber penyinaran yang terus menerus menghasilkan aktivitas2
lain. Dampak posistif shalat juga terasa seperti yang kita rasakan bersama dalam persolan ”patologi”.
Banyak kasus orang sakit yang terbebas dari berbagai macam penyakit seperti TBC, britonis, radang tulang,
luka2 yang bernanah dan kanker.
Ada sejumlah pakar Islam yang belum megetahui banyak tentang poenggabungan pandangan2 agama dan
syiar2nya. Dengan munculnya studi semacam ini, mungkinkah bagi seseorang untuk menyalahgunakan
nilai2 shalat sebagai langkah preventif guna penyembuhan penyakit2.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://mukjizatdiislam.blogspot.com/2008/05/allah-berfirman-sesungguhnya-shalat-itu.html.
2. http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=33.
3. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1979326-teknik-penyembuhan-mental-melalui-shalat/.

Apa hubungan sholat dengan kesehatan ? menurut Hembing, setiap gerakan-gerakan shalat mempunyai arti
khusus bagi kesehatan dan punya pengaruh pada bagian-bagian tubuh seperti kaki, ruas tulang punggung,
otak, lambung, rongga dada, pangkal paha, leher, dll. Berikut adalah ringkasan yang bermanfaat untuk
mengetahui tentang daya penyembuhan di balik pelaksanaan sholat sebagai aktivitas spiritual.
1. Berdiri tegak dalam sholat.
Gerakan-gerakan sholat bila dilakukan dengan benar, selain menjadi latihan yang menyehatkan juga
mampu mencegah dan meyembuhkan berbagai macam penyakit. Hembing menemukan bahwa berdiri tegak
pada waktu sholat membuat seluruh saraf menjadi satu titik pusat pada otak, jantung, paru-paru, pinggang,
dan tulang pungggung lurus dan bekerja secara normal, kedua kaki yang tegak lurus pada posisi akupuntur,
sangat bermanfaat bagi kesehatan seluruh tubuh.
2. Rukuk.
Rukuk juga sangat baik untuk menghindari penyakit yang menyerang ruas tulang belakang yang terdiri dari
tulang punggung, tulang leher, tulang pinggang dan ruas tulang tungging. Dengan melakukan rukuk, kita
telah menarik, menggerakan dan mengendurkan saraf-saraf yang berada di otak, punggung dan lain-lain.
Bayangkan bila kita menjalankan sholat lima waktu yang berjumlah 17 rakaat sehari semalam. Kalau rakaat
kita rukuk satu kali, berarti kita melakukan gerakan ini sebanyak 17 kali.
3. Sujud.
Belum lagi gerakan sujud yang setiap rakaat dua kali hingga junlahnya sehari 34 kali. Bersujud dengan
meletakan jari-jari tangan di depan lutut membuat semua otot berkontraksi. Gerakan ini bukan saja
membuat otot-otot itu akan menjadi besar dan kuat, tetapi juga membuat pembuluh darah dan urat-urat
getah bening terpijat dan terurut. Posisi sujud ini juga sangat membantu kerja jantung dan menghindari
mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah.
4. Duduk tasyahud.
Duduk tasyahud akhir atau tawaruk adalah salah satu anugerah Allah yang patut kita syukuri, karena sikap
itu merupakan penyembuhan penyakit tanpa obat dan tanpa operasi. Posisi duduk dengan mengangkat kaki
kanan dan menghadap jari-jari ke arah kiblat ini, secara otomatis memijat pusat-pusat daerah otak, ruas
tulang punggung teratas, mata, otot-otot bahu, dan banyak lagi terdapat pada ujung kaki. Untuk laki-laki
sikap duduk ini luar biasa manfaatnya, terutama untuk kesehatan dan kekuatan organ seks.

Anda mungkin juga menyukai