TUGAS MAKALAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
SARDIN ( Q1 B1 16 015 )
KENDARI
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………….
2.1. Parende……………………………………………………………………..
2.2. Kasuami……………………………………………………………………
2.3. Kambewe Gola……………………………………………………………
2.4. Tuli-tuli……………………………………………………………………
2.5. Burangasa………………………………………………………………….
BAB 3. PENUTUP……………………………………………………………...
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………
3.2. Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
BAB I. PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu apa saja
yang menjadi budaya pangan daerah Buton?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuannya untuk mengetahui makanan apa saja yang menjadi pangan khas
daerah Buton.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Parende
Cara pembuatan ikan parende ini sangatlah mudah. Hal yang pertama yang
disiapkan adalah bahan seperti bawang putih dirajang, bawang merah yang
dirajang,air asam yang sudah dipnaskan,gula, garam, batng daun bawang,cabe,
ikan kakap, jeruk nipis, ladaku merica bubuk. Cara pembuatanya, pertama
memanaskan semua bahan, dicampur dengan rata sampai mendidih. Kemudian
setelah mendidih, ikan dimasukan kedalam bumbu yang sudah dipanaskan atau
direbus bersamaan dengan bumbu tadi selama 10 menit. Setelah itu angkat lalu
hidangkan.
2.2. Kasuami
Gambar 2. Kasuami
Makanan khas Buton yang kedua adalah kasuami. Makanan yang
berbentuk seperti tumpeng ini terbuat dari kaopi (ubi kayu yang diparut dan
diperas airnya hingga kering) yang dikukus menggunakan panci dari tanah liat
dengan memakai cetakan khusus berbentuk topi kerucut.
Kasuami adalah makanan pokok yang fungsinya sama seperti nasi, jadi
akan lebih nikmat bila dimakan bersama lauk. Ikan parende atau kapinda (ikan
pindang) adalah lauk yang pas saat menikmati kasuami. Di kota Bau-Bau,
kasuami sangat mudah didapatkan karena hampir seluruh pasar tradisional
menjual makanan ini. Harganya pun sangat terjangkau, dengan uang senilai Rp.
5.000,- kita sudah bisa mendapatkan dua buah kasuami.
Makanan khas ini biasanya hanya bisa dinikmati pada musim jagung saja.
Karena saat ini pulau Buton dan sekitarnya sedang musim jagung, maka dengan
mudah makanan tradisional ini bisa kita temukan di pasar-pasar tradisional.
Dengan mengeluarkan uang Rp. 10.000,- kita sudah bisa mendapatkan 5 buah
kambewe gola yang gurih dan enak.
Bahan dasar membuat katumbu gola adalah jagung dan gula merah atau
gula putih (gula pasir). Jagung sebagai bahan dasar panganan tradisional ini, biasa
menggunakan jagung yang sudah tua tapi baru dipanen. Karena bila menggunakan
jagung yang sudah lama dipanen dari kebun, apalagi kalau sempat disimpan di
lumbung, cita rasanya akan berbeda.Untuk membuat katumbu gola, kupas jagung
yang baru dipanen. Tapi harus diingat, kulit jagung bagian dalam jangan dibuang.
Sebab akan digunakan untuk membungkus katumbu gola. Setelah di kupas,
bersihkan biji jagung yang masih melekat di tongkol jagung. Jambul jagung
jangan sampai ada yang terikut. Setelah bersih, biji jagung dilepas dari
tongkolnya. Bila diperkirakan biji jagung sudah mencapai 5 liter atau disesuaikan
jumlah yang diinginkan, lalu masukkan dalam lesung yang sudah dibersihkan
dengan air. Kemudian biji jagung itu ditumbuk dengan menggunakan alu-alu
hingga benar-benar terlihat halus. Saat menumbuk biji jagung, harus berhati-hati
dan sedikit pelan, sebab biji jagung mudah terhambur keluar dari lesung. Setelah
biji jagung terlihat merata, masukkan gula merah atau gula pasir (sesuai
keinginan) secukupnya. Tapi biasanya masyarakat Muna lebih memilih
menggunakan gula merah, sebab aroma dan cita rasanya berbeda dengan
menggunakan gula putih. Ingat pemakaian gula merah tergantung selera
2.4. Tuli-tuli
Gambar 4. Tuli-tuli
Tuli-tuli adalah camilan khas pulau Buton yang sangat digemari oleh
semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bentuknya yang
menyerupai angka delapan menjadi ciri khas dari camilan ini. Ada satu hal yang
tidak boleh terpisahkan dari tuli-tuli, hal itu adalah sambal. Tuli-tuli akan terasa
nikmat bila dimakan sambil dicocol ke dalam sambal. Tuli-tuli dan sambal adalah
perpaduan yang sempurna.
Banyak orang yang lebih suka menikmati tuli-tuli pada sore dan malam
hari. Mungkin itulah sebabnya para penjual tuli-tuli baru akan menjajakan
dagangannya pada siang menjelang sore hingga malam hari. Di Bau-Bau, tuli-tuli
tidak sulit untuk didapatkan karena ia biasanya dijual bersamaan dengan gorengan
lain seperti pisang goreng, ubi goreng dan sukun goreng. Karena bentuknya yang
mini, maka tuli-tuli dihargai Rp. 1.000,-/buah. Namun percayalah, saat kamu
menikmatinya, tanpa sadar kamu akan menghabiskan minimal 10 buah sendirian.
Beberapa teman dari luar daerah yang pernah datang ke Bau-Bau dan pernah
menikmati camilan ini pasti merasa ketagihan dan ingin mencicipinya kembali.
2.5. Burangasa
Gambar 5. Burangasa
Sama seperti tuli-tuli, burangasa adalah camilan khas Buton yang rasanya
juga menggugah selera. Namun tidak seperti tuli-tuli yang bahan dasarnya terbuat
dari ubi, burangasa bahan dasarnya terbuat dari kacang merah (lawue male’i). Jika
tuli-tuli cocok dinikmati pada sore hari, maka burangasa sangat cocok dinikmati
pada pagi hari. Burangasa dapat dijadikan sebagai pilihan terbaik untuk menemani
kamu menikmati teh atau kopi saat sarapan. Rasa kacang merah yang lezat dipadu
manisnya gula merah menjadikan camilan ini cocok dinikmati oleh semua usia
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pangan khas daerah merupakan salah satu kearifan local yang harus dijaga
dan dilestarikan agar tetap ada dan bisa terus dinikmati . pangan khas daerah
Buton terdiri dari parende, kasuami, kambawe gola, tuli-tuli dan burangasa yang
menjadi makanan khas sejak dulu hingga sekarang.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amir Fadhilah. 2009. Kearifan Lokal Dalam Membentuk Budaya Pangan Lokal
Komunitas Molamahu Pulubala Gorontalo. Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulla.
Assayuthi Ma’suf. 2011. Teknologi Pengolahan Ubikayu Menjadimakanan
Lokalbuton“Kasoami. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tenggara.
Irawati. 2010. https://www.irawatihamid.com/2016/03/5-kuliner-khas-pulau-
buton-yang-bikin-nagih-setelah-dimakan.html. diakses pada hari minggu. Jam
21.23 wita.