Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok

TUGAS MAKALAH

KEBUDAYAAN PANGAN DAERAH

“Pangan Khas Buton”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

DEDI ARYANSYAH ( Q1B1 16 005)

FAJRIN ASSIDIK ( Q1B1 16 009)

MAEMUNA ( Q1B1 16 012 )

SARDIN ( Q1 B1 16 015 )

MUH. SYAHRUL AKBAR ( Q1 B1 16 033 )

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

KENDARI

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………….

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………..


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….
1.3. Tujuan dan Manfaat……………………………………………………….

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………

2.1. Parende……………………………………………………………………..
2.2. Kasuami……………………………………………………………………
2.3. Kambewe Gola……………………………………………………………
2.4. Tuli-tuli……………………………………………………………………
2.5. Burangasa………………………………………………………………….

BAB 3. PENUTUP……………………………………………………………...

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………

3.2. Saran………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sulawesi Tenggara (disingkat Sultra) merupakan sebuah provinsi di


Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibukota Kendari.
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara
geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' – 06°15'
Lintang Selatan dan 120°45' – 124°30' Bujur Timur serta mempunyai wilayah
daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km²
(11.000.000 ha). Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai dua pulau yang besar
yaitu pulau Muna dan Pulau Buton termasuk kerajaan tertua di pulau Sulawesi.

Buton merupakan daerah tingkat II atau Kabupaten yang dikenal dengan


nama Kabupaten Buton. Pada awalnya Kabupaten Buton dengan ibukota Baubau
memiliki wilayah pemerintahan adalah bekas dari kerajaan Buton atau Kesultanan
Buton, yaitu meliputi sebagian wilayah pulau Buton, sebagian wilayah pulau
Muna, seluruh pulau Kabaena. Buton termasuk salah satu wilayah yang
mempunyai banyak tradisi dan kebudayaan yang masih ada sampai hari ini, baik
itu pola tatanan hidup masyarakat hingga bahan pangan yang sangat unik dari
masyarakat Buton.

Pangan daerah adalah suatu makanan yang dihasilkan oleh perilaku


masyarakat yang memanfatkan hasil sumber daya alam yang berlimpah di daerah
tersebut. Sehingga lama-kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan masyarakat yang
menjadi suatu budaya atau tradisi turun-temurun di daerah tersebut, seperti halnya
ketika kegiatan adat harus disajikan makanan-makanan yang menjadi ikon dari
budaya daerah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu apa saja
yang menjadi budaya pangan daerah Buton?
1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuannya untuk mengetahui makanan apa saja yang menjadi pangan khas
daerah Buton.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Parende

Gambar 1. Ikan Parende.


Parende adalah jenis lauk khas pulau buton yang bahan dasarnya adalah
ikan. Pada dasarnya parende sama dengan sup ikan yang mungkin ada di di daerah
lain, namun parende punya daya tarik rasa yang tidak didapatkan dari sup ikan
yang lain. Sekali saja kamu menikmati kuliner ini, maka kamu akan dibuat
ketagihan olehnya. Parende sangat cocok dinikmati bersama nasi putih hangat
atau kasuami (makanan khas buton lainnya yang terbuat dari ubi).

Cara pembuatan ikan parende ini sangatlah mudah. Hal yang pertama yang
disiapkan adalah bahan seperti bawang putih dirajang, bawang merah yang
dirajang,air asam yang sudah dipnaskan,gula, garam, batng daun bawang,cabe,
ikan kakap, jeruk nipis, ladaku merica bubuk. Cara pembuatanya, pertama
memanaskan semua bahan, dicampur dengan rata sampai mendidih. Kemudian
setelah mendidih, ikan dimasukan kedalam bumbu yang sudah dipanaskan atau
direbus bersamaan dengan bumbu tadi selama 10 menit. Setelah itu angkat lalu
hidangkan.
2.2. Kasuami

Gambar 2. Kasuami
Makanan khas Buton yang kedua adalah kasuami. Makanan yang
berbentuk seperti tumpeng ini terbuat dari kaopi (ubi kayu yang diparut dan
diperas airnya hingga kering) yang dikukus menggunakan panci dari tanah liat
dengan memakai cetakan khusus berbentuk topi kerucut.

Kasuami adalah makanan pokok yang fungsinya sama seperti nasi, jadi
akan lebih nikmat bila dimakan bersama lauk. Ikan parende atau kapinda (ikan
pindang) adalah lauk yang pas saat menikmati kasuami. Di kota Bau-Bau,
kasuami sangat mudah didapatkan karena hampir seluruh pasar tradisional
menjual makanan ini. Harganya pun sangat terjangkau, dengan uang senilai Rp.
5.000,- kita sudah bisa mendapatkan dua buah kasuami.

Hal pertama yang dipersiapkan pada pembuatan kasuami adalah


menyiapkan bahan utamanya yaitu ubi kayu. Ubi kayu tersebut dikupas kulitnya
himgga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan layaknya
kita memarut kelapa. Membungkus hasil gilingan dengan menggunakan kain atau
karung yang bersih agar produk parutan tetap higinis. Untuk mengurang kadar air
ubi kayu maka dilakukan proses penindisan agar kadar airnya benar-benar kering.
Setelah itu menghancurkan produk menggunakan tangan dengan cara merngelus
ngelusnya, kemudian menyaring ubi kayu menggunakan saringan dari anyaman
bambu dengan ukuran kira-kira 0,3 cm hal ini bertujuan untuk mempercepat
proses pemasakan kasoami. Setelah itu dimasukan kedalam kuilit kukusan yang
berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman dari anyaman daun kelapa setelah
itu dimasukan kedalam periuk kukusan untuk dikukus.

2.3. Kambewe gola

Gambar 3. Kombawe Gola

Kuliner khas Buton selanjutnya adalah kambewe gola. Kambewe gola


adalah makanan yang terbuat dari jagung muda. Kambewe gola terbuat dari
jagung muda yang dihaluskan kemudian dicampur kelapa dan gula merah. Setelah
tercampur, adoannya dimasukkan ke dalam kulit jagung muda yang telah
dibersihkan lalu di masak.

Makanan khas ini biasanya hanya bisa dinikmati pada musim jagung saja.
Karena saat ini pulau Buton dan sekitarnya sedang musim jagung, maka dengan
mudah makanan tradisional ini bisa kita temukan di pasar-pasar tradisional.
Dengan mengeluarkan uang Rp. 10.000,- kita sudah bisa mendapatkan 5 buah
kambewe gola yang gurih dan enak.

Bahan dasar membuat katumbu gola adalah jagung dan gula merah atau
gula putih (gula pasir). Jagung sebagai bahan dasar panganan tradisional ini, biasa
menggunakan jagung yang sudah tua tapi baru dipanen. Karena bila menggunakan
jagung yang sudah lama dipanen dari kebun, apalagi kalau sempat disimpan di
lumbung, cita rasanya akan berbeda.Untuk membuat katumbu gola, kupas jagung
yang baru dipanen. Tapi harus diingat, kulit jagung bagian dalam jangan dibuang.
Sebab akan digunakan untuk membungkus katumbu gola. Setelah di kupas,
bersihkan biji jagung yang masih melekat di tongkol jagung. Jambul jagung
jangan sampai ada yang terikut. Setelah bersih, biji jagung dilepas dari
tongkolnya. Bila diperkirakan biji jagung sudah mencapai 5 liter atau disesuaikan
jumlah yang diinginkan, lalu masukkan dalam lesung yang sudah dibersihkan
dengan air. Kemudian biji jagung itu ditumbuk dengan menggunakan alu-alu
hingga benar-benar terlihat halus. Saat menumbuk biji jagung, harus berhati-hati
dan sedikit pelan, sebab biji jagung mudah terhambur keluar dari lesung. Setelah
biji jagung terlihat merata, masukkan gula merah atau gula pasir (sesuai
keinginan) secukupnya. Tapi biasanya masyarakat Muna lebih memilih
menggunakan gula merah,  sebab aroma dan cita rasanya berbeda dengan
menggunakan gula putih. Ingat pemakaian gula merah tergantung selera

2.4. Tuli-tuli

Gambar 4. Tuli-tuli

Tuli-tuli adalah camilan khas pulau Buton yang sangat digemari oleh
semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bentuknya yang
menyerupai angka delapan menjadi ciri khas dari camilan ini. Ada satu hal yang
tidak boleh terpisahkan dari tuli-tuli, hal itu adalah sambal. Tuli-tuli akan terasa
nikmat bila dimakan sambil dicocol ke dalam sambal. Tuli-tuli dan sambal adalah
perpaduan yang sempurna.
Banyak orang yang lebih suka menikmati tuli-tuli pada sore dan malam
hari. Mungkin itulah sebabnya para penjual tuli-tuli baru akan menjajakan
dagangannya pada siang menjelang sore hingga malam hari. Di Bau-Bau, tuli-tuli
tidak sulit untuk didapatkan karena ia biasanya dijual bersamaan dengan gorengan
lain seperti pisang goreng, ubi goreng dan sukun goreng. Karena bentuknya yang
mini, maka tuli-tuli dihargai Rp. 1.000,-/buah. Namun percayalah, saat kamu
menikmatinya, tanpa sadar kamu akan menghabiskan minimal 10 buah sendirian.
Beberapa teman dari luar daerah yang pernah datang ke Bau-Bau dan pernah
menikmati camilan ini pasti merasa ketagihan dan ingin mencicipinya kembali.

Untuk membuat gorengan tuli-tuli ini pertama-tama ambilah beberapa


batang ubi kayu secukupnya. Ubi kayu tersebut kemudian dihaluskan dengan cara
diparut. Setelah itu, ubi kayu yang sudah halus dimasukkan dalam kain bersih
kemudian ditekan kuat agar airnya keluar hingga mengering. Ubi kayu yang sudah
dikeringkan kemudian dibelah menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampurkan
dengan air secukupnya, irisan bawang merah, dan garam, terus dipanasi hingga
menjadi adonan yang kental. Setelah itu dicampurkan dengan sebelah parutan ubi
kayu yang sudah mengering. Keduanya dicampur dengan menggunakan tangan.
Kalau adonan sudah tercampur seperti adonan roti, baru diambil satu bulatan kecil
dan dibuat bulatan panjang mengecil. Kemudian kita bentuk seperti angka
delapan, Kemudian bulatan berbentuk angka delapan itu digoreng dengan
minyak secukupnya. Sambil digoreng, sebaiknya juga meracik sambal goreng
bila sudah matang, maka tuli-tuli sudah bisa disantap.

2.5. Burangasa
Gambar 5. Burangasa

Sama seperti tuli-tuli, burangasa adalah camilan khas Buton yang rasanya
juga menggugah selera. Namun tidak seperti tuli-tuli yang bahan dasarnya terbuat
dari ubi, burangasa bahan dasarnya terbuat dari kacang merah (lawue male’i). Jika
tuli-tuli cocok dinikmati pada sore hari, maka burangasa sangat cocok dinikmati
pada pagi hari. Burangasa dapat dijadikan sebagai pilihan terbaik untuk menemani
kamu menikmati teh atau kopi saat sarapan. Rasa kacang merah yang lezat dipadu
manisnya gula merah menjadikan camilan ini cocok dinikmati oleh semua usia

BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pangan khas daerah merupakan salah satu kearifan local yang harus dijaga
dan dilestarikan agar tetap ada dan bisa terus dinikmati . pangan khas daerah
Buton terdiri dari parende, kasuami, kambawe gola, tuli-tuli dan burangasa yang
menjadi makanan khas sejak dulu hingga sekarang.

3.2. Saran

Sebaiknya mahasiswa harus mencoba memperkenalkan makanan local


agar diminati oleh generasi sekarang, sehingga makanan lokal yang kaya akan
nutrisi tidak kalah bersaing dengan makanan dari luar.

DAFTAR PUSTAKA
Amir Fadhilah. 2009. Kearifan Lokal Dalam Membentuk Budaya Pangan Lokal
Komunitas Molamahu Pulubala Gorontalo. Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulla.
Assayuthi Ma’suf. 2011. Teknologi Pengolahan Ubikayu Menjadimakanan
Lokalbuton“Kasoami. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tenggara.
Irawati. 2010. https://www.irawatihamid.com/2016/03/5-kuliner-khas-pulau-
buton-yang-bikin-nagih-setelah-dimakan.html. diakses pada hari minggu. Jam
21.23 wita.

Anda mungkin juga menyukai