Anda di halaman 1dari 14

ILMU KOMUNIKASI

Persepsi dan Judgment

Disusun Oleh : Nama : Intan Komala Sari (penanggung jawab power point) Nim : PO.71.31.1.12.019 Nama : Mutiara Nova rista (penanggung jawab Word) Nim: PO.71.31.1.12.029

Dosen Pembimbing : Dra. Nyimas Nurkhotimah SKM, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Tahun Ajaran 2012/2013

Nama : Mutiara Nova Rista Nim : PO.71.31.1.12.029

PERSEPSI DAN JUDGMENT Komunikasi adalah cara penyampaian pesan yang dilakukan satu arah atau lebih dimana ada komunikan dan komunikator yang nantinya diharapkan adalkah terjadinya umpan balik antara keduanya. Berkaitan dengan itu, kita tidak pernah terlepas dari yang namanya persepsi dan judgment. Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat. Lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah judgment yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita. A. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian

arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu (Dreverdalam Sasanti, 2003). Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera,

mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.

Marat (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan. Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Persepsi sebenarnya terbagi dua : Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) Persepsi terhadap objek dapat dibentuk melalui lambang-lambang fisik, menanggapi sifat-sifat luar tidak bereeaksi dan berlangsung lebih cepat. Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Latar belakang pengalaman Latar belakang budaya Latar belakang psikologis Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan Kondisi faktual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu. Persepsi terhadap manusia Melalui lambang-lambang verbal dan non verbal, menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dan sebagainya) bersifat interaktif, bereaksi, lebih beresiko daripada persepsi terhadap objek.

B. Unsur-unsur Persepsi Persepsi meliputi : 1. Penginderaan ( sensasi ), melalui alat alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). 2. Budaya dan Persepsi Faktor faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Denagn demikian persepsi itu terkait oleh budaya ( culture - bound ). Kelompok kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan

orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang secara langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni : kepercayaan (beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude ) pandangan dunia ( world view ) organisasi sosial ( sozial organization ) tabiat manusia ( human nature ) orientasi kegiatan ( activity orientation ) persepsi tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other ) 3. Persepsi selektif, organisasi, dan penafsiran Setiap orang memperhatikan , mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan, dan selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat di indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula, artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya. 4. Pengamat / objek / konteks Seperti mempersepsi benda mempersepsi orang lain juga dapat ditinjau dari 3 unsur yaitu : pengamat objek persepsi konteks yang berkaitan denagn objek yang diamati Sebagai pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribu atribut anda sendiri. Misalnya orang cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif. Namun, karena persepsi personal merupakan proses tradisional, maka atribut atribut tersebut dapat berubah. Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki.

Namun, biasanya suatu kesalahan persepsi diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga, penyimpangan yang terjadi semakin parah. 5. Kegagalan dan Kekeliruan dalam Persepsi Persepsi kita seringkali tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsikan sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita. Beberpa bentuk dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut : Kesalahan atribusi : atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Efek halo : merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat- sifatnya yang spesifik. Stereotip : adalah mengeneralisasikan orang orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Prasangka : suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda. Istilah ini berasal dari bahasa latin ( praejudicium ), yang berarti preseden atau penilaian berdasarkan pengalaman terdahulu. Gegar budaya : suatu bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri, yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang orang baru.
C.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. 1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk

mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna.

Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadiankejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Sumber Gambar : Perception Pyramid

D. Bentuk-bentuk Persepsi 1. Persepsi visual Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari. 2. Persepsi auditori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. 3. Persepsi perabaan Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. 4. Persepsi penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. 5. Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. E. Sifat Persepsi 1. Persepsi Bersifat Dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti

proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum. 2. Persepsi Bersifat Evaluatif Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi. Dengan ungkapan Carl Rogers, individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas. 3. Persepsi Bersifat Konstektual Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita. Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:

a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya. b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya

F. Judgment Judgment adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan atas situasi yang dihadapi. Judgment dibuat ketika berada dalam suatu situasi atau kasus. Jadi, melalui kasus atau masalah, seseorang dapat mengolah pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya untuk mengambil kesimpulan. Banyak orang takut dengan masalah dan begitu takutnya sedapat mungkin menghindarinya. Padahal, di dalam masalah, kita dapat belajar untuk membuat judgment yang baik. Ingat tanpa judgment yang baik, seseorang tidak akan mungkin menjadi orang yang bijak. Orang yang takut terhadap masalah, tidak terlatih dengan baik untuk membuat judgment yang baik. Sikap menghindari masalah adalah sikap yang keliru dan merupakan usaha untuk bunuh diri mengingat dunia ini selalu dirudung dengan masalah-masalah. Selanjutnya, berdasarkan judgment yang dibuat, seseorang harus mengambil tindakan atau keputusan. Hal ini merupakan tingkatan yang paling tinggi dalam pengelolaan informasi. Persamaan observasi dengan judgment adalah sama-sama dihadapi oleh suatu kasus atau masalah, sama-sama mengamati suatu objek. Sedangkan perbedaannya adalah, jika observasi hanya sebatas mengamati dan mencatat suatu objek, judgment mempunyai tingkatan yang lebih tinggi yaitu menganalisa dan menarik suatu kesimpulan dari kasus yang dihadapi. Jadi judgment tidak akan diperoleh bila tidak dilakukan observasi. Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

G.

Persamaan dan Perbedaan Persepsi dan Judgment

Persamaan persepsi dengan judgment adalah sama-sama dihadapi oleh suatu kasus atau masalah, sama-sama mengamati suatu objek. Sedangkan perbedaannya adalah persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap suatu objek, sedangkan judgment merupakan kemampuan menarik kesimpulan dari suatu penilaian. Judgment merupakan tingkatan yang paling tinggi dalam pengelolaan informasi. Persepsi hanya sebatas memberikan penilaian terhadap suatu objek, sedangkan judgment mempunyai tingkatan yang lebih tinggi yaitu menganalisa dan menarik suatu kesimpulan dari kasus yang dihadapi. Jadi judgment baru bisa dilakukan ketika persepsi sudah dilakukan.

KESIMPULAN Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting. Agar persepsi suatu objek itu dapat diketahui kebenarannya, maka dilakukan observasi yang akan mengamati dan mencatat apa yang terjadi dalam suatu kasus atau masalah. Setelah itu, maka ambillah suatu kesimpulan dari analisis suatu kasus atau masalah tersebut. Sehingga akan dihasilkan kesimpulan yang baik dari persepsi dan observasi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. http://www.galeripustaka.com/2013/03/definisi-struktur-dan-manfaatwawancara.html#ixzz2SK2eJhjc http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai