Anda di halaman 1dari 21

Hubungan Homeostasis Tubuh Terhadap

Aktivitas Bersepeda
Dosen : Yeni Vera, SPd, M.Biomed

Disusun Oleh:

EDGAR SITUMEANG
(1711202010)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


SITI HAJAR MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

tentang Hubungan Homesotasis Tubuh Terhadap Aktivitas Bersepeda ini dengan baik

meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu

Yeni Vera selaku Dosen mata kuliah Biokimia yang telah memberikan tugas ini kepada

kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Homeostasis, Latihan Fisik dan juga

bagaimana hubugan antara homeostasis dengan latihan bersepeda. Kami juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata

yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda

demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan, Desember 2018

2
Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 4
1.1 Latar Belakang...................................................................... 4
1.2 Manfaat................................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 7
2.1 Homeostasis.......................................................................... 7
2.1.1 Proses homeostasis....................................................... 10
2.2 Efek Latihan Pada Homeostasis........................................... 12
2.2.1 Perubahan Sistem Peredaran Darah dan Pernapasan... 14
2.2.2 Perubahan Cairan dan Suhu Tubuh............................. 17
2.2.3 Perubahan Sistem Hormonal....................................... 17
BAB III PENUTUP................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan......................................................................... 19
DAFTAR PUSAKA.................................................................................. 20

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam tubuh manusia terdiri dari triliun sel-sel sebagai pengontrol tubuh dalam

melakukan aktivitas (Marieb, 2006). Banyak aktivitas yang dapat merangsang kerja dari

sel-sel tersebut, seperti contoh aktivitas secara fisik yang memiliki keterkaitan dalam

kehidupan individu. Aktivitas secara fisik dapat disebut juga dengan latihan aerobik

seperti berlari, berjalan, berenang, dan bersepeda. Latihan aerobik adalah salah satu

jenis olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dengan kebutuhan oksigen yang

masih dapat dipenuhi oleh tubuh, misalnya jogging, senam, renang, bersepeda, dan lain-

lain (Karim, 2002). Latihan aerobik yaitu suatu latihan ang melibatkan lebih dari 1/6

otot tubuh yang bekerja serta bisa berlangsung lebih dari 3 menit, melakukan gerakan

ritmis secara terus-menerus (Sudarsono, 2008). Agar sel-sel dalam tubuh dapat

berfungsi dengan baik, maka terdapat homeostasis dalam tubuh sebagai mesin yang

mengatur keseimbangan tubuh agar dapat berjalan dengan normal.

1.2 MANFAAT

Homeostasis merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan kondisi

lingkungan tubuh secara internal yang secara terus-menerus memiliki pengaruh pada

proses pengaturan tubuh ( Tortora&Derrickson, 2011 ). Dalam menjaga homeostasis

atau keseimbangan tubuh dengan lingkungan, maka terdapat beberapa sistem utama

dalam tubuh yang saling melengkapi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh

5
tersebut, seperti: sistem saraf, sistem otot, sistem endokrin, sistem pernapasan, sistem

rangka, dan sistem jantung. Beberapa aktivitas fisik atau disebut juga dengan latihan

aerobik yang dilakukan oleh manusia, misalnya berlari, berjalan, berenang, dan

bersepeda, merupakan suatu kegiatan yang banyak mengeluarkan energi dan memberi

pengaruh pada keseimbangan tubuh dalam mempertahankan kestabilan cairan disekitar

sel-sel organisme multisel, yaitu cairan ekstrasel (CES).

Homeostasis ini pada dasarnya adalah untuk menstabilkan cairan di sekitar sel-sel

organisme multisel yaitu cairan ektrasel (CES), yang merupakan interface antara sel dan

lingkungan luar. Oleh karena itu, yang harus dipertahankan melalui homeostasis dalam

tubuh manusia adalah: kadar nutrien, kadar O2 dan CO2, kadar sisa metabolisme, pH,

kadar air, garam, dan elektrolit lainnya, suhu, volume dan tekanan, sehingga tubuh tidak

mengalami kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan tubuhnya terhadap

lingkungan luar.

Dalam hal ini juga terlihat bagaimana respon tubuh melalui perubahan-perubahan

tubuh yang dikendalikan akan mencetuskan respon yang melawan stimulus dari

lingkungan luar. Respon tubuh yang dicetuskan untuk merespon stimulus terdiri dari

dua bagian yaitu pengaturan umpan balik yang positif (positive feedback) dan umpan

balik negatif (negative feedback). Ketika homeostasis dipertahankan oleh tubuh, maka

pada saat proses pengaturan keseimbangan tubuh melibatkan semua sistem organ tubuh

melalui pengaturan keseimbangan.

6
1.3 TUJUAN
Makalah ini ditulis bertujuan untuk menjelaskan secara fisiologis hubungan antara

homesotasis tubuh terhadap salah satu aktivitas fisik yaitu bersepeda dalam

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan melibatkan beberapa sistem seperti

sistem jantung, sistem otot, sistem pernapasan, sistem endokrin, dan juga sistem rangka.

7
BAB II

ISI

A.HOMEOSTATIS

Homeostasis adalah segala upaya yang dilakukan oleh tubuh kita agar

lingkungan hidup sel didalam tubuh kita, yaitu cairan extrasel selalu dalam keadaan

statis, konstan, atau menetap (Setiadi, 2007).Homeostasis adalah pemeliharaan aneka

kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam (Guyton et al, 2008).

Homeostasis adalah mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme

multisel yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar sangat bervariasi

(Sherwood, 2001). Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan yang

melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat

halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state) (Minarma Siagian, 2004).

Homeostasis adalah pemeliharaan keadaan-keadaan stabil dalam tubuh melalui

koordinasi proses-proses fisiologi (Kamus FK UI). Homeostasis adalah kecenderungan

stabilitas pada keadaan fisiologi organisme normal (Santana,D., 2007). Homeostasis

adalah berbagai proses fisiologik yang berfungsi memulihkan keadaan normal setelah

terjadi gangguan (Ganong,W.F,. 2002). Homeostasis adalah kestabilan relatif

lingkungan internal dalam menjaga fungsi sel. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa

homeostasis merupakan mekanisme pengaturan mempertahankan kestabilan internal

tubuh. Perlu diketahui kata stabil dalam homeostasis ini tidak sama dengan kaku namun

8
stabil tersebut dapat bervariasi dalam limit atau batasan tertentu serta merupakan suatu

proses yang dinamis (Guyton et al, 2008).

Keseimbangan air adalah kondisi dimana jumlah air yang masuk ke dalam

tubuh seimbang dengan jumlah air yang keluar (Hegar et al, 2008). Keseimbangan

elektrolit adalah suatu kondisi dimana jumlah masing-masing elektrolit yang masuk

kedalam tubuh setara dengan jumlah masing-masing elektrolit yang keluar (Hegar et al,

2008). Konsep Homeostasis adalah sel tubuh berkontak dengan lingkingan internal yang

dipertahankan sendiri dan bukan dengan lingkungan eksternal yang mengelilingi tubuh

(Setiadi, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian homeostasis yaitu upaya yang

dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keadaan ataupun situasi stabil di dalam

lingkungan tubuh baik itu sel tubuh maupun juga cairan-cairan dalam tubuh manusia

seperti misalnya cairan intrasel atau cairan ekstrasel.

Dalam tubuh manusia banyak sekali faktor-faktor internal tubuh yang harus

dipertahankan secara homeostasis, seperti misalnya konsentrasi molekul nutrient,

konsentrasi O2 dan CO2, konsentrasi zat sisa, kestabilan pH, konsentrasi air garam dan

elektrolit lain, serta konsentrasi suhu, volume, dan tekanan. Konsep dari homeostasis

sendiri adalah sel tubuh berkontak dengan lingkungan internal yang dipertahankan

sendiri dan bukan dengan lingkungan eksternal yang mengelilingi sel. Sel adalah bagian

terkecil dari makhluk hidup. fungsi Dalam proses homeostasis, tubuh harus senantiasa

memantau adanya perubahan-perubahan nilai sebagai parameter, lalu

mengkoordinasikan respons. Sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu sama lain.

Karena itu keadaan stabil sangatlah penting bagi setiap manusia karena apabila organ-

9
organ saraf manusia tidak berfungsi dengan baik saat menerima rangsang dari luar, hal

ini akan sangat berbahaya dan bahkan dapat menimbulkan kematian.

Banyak gejala-gejala yang dapat merangsang organ-organ pertahanan atau

homeostasis dalam tubuh kita seperti misalnya dehidrasi yang artinya ialah keadaan

dimana tubuh manusia mengalami kekurangan cairan tubuh atau lebih lengkapnya

mengalami kekurangan air dan zat natrium. Dehidrasi ini terdapat dalam berbagai

tingkatan baik mulai tingkatan dehidrasi ringan sampai dengan dehidrasi akut.

Kemudian saat tubuh mengalami dehidrasi banyak gejala penunjang yang dirasakan

oleh manusia seperti misalnya rasa haus. Hal ini menunjukkan bahwa organ-organ

homeostasis tubuh masih berfungsi dengan baik. Setelah itu, kita dapat melakukan

pencegahan atau pengobatan dengan cara memberikan tambahan cairan dari luar tubuh

misalnya oralit.

Oralit adalah larutan yang berguna untuk menambah cairan dalam tubuh karena

oralit mengembalikan berbagai ion-ion yang terbuang pada saat tubuh mengalami

dehidrasi, untuk mencegah penyulit karena dehidrasi, juga menjaga mekanisme

homeostasis tetap baik, dan mencegah kematian karena dehidrasi. Selain oralit, dapat

juga digunakan air dengan kandungan sodium rendah, jus apel, jeruk, dan anggur untuk

mengatasi dehidrasi hipertonik, di gunakan air, suplemen yang mengandung sodium,

dan jus tomat untuk mengatasi dehidrasi isotonik, sedangkan untuk dehidrasi hipotonik,

dapat di gunakan obat dengan kadar sodium yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan antara homeostasis tubuh dengan kandungan cairan dalam tubuh yang

dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu homeostasis merupakan cara sistem tubuh di

10
dalam kegiatannya menyetabilkan keadaan cairan baik intrasel maupun ekstrasel yang

ada dalam tubuh manusia.

1.PROSES HOMEOSTATIS

Sel tubuh berkontrak dengan lingkungan internal yang dipertahankan sendiri dan

bukan dengan lingkungan eksternal yang mengelilingi tubuh.

Apabila tiap-tiap sel memiliki kemampuan dasar untuk bertahan hidup,mengapa

sel-sel tubuh tidak dapat hidup tanpa melakukan tugas-tugas khusus dan terorganisasi

sesuai kekhususan masing-masing menjadi sistem yang melakukan berbagai fungsi

yang esensial agar tubuh keseluruhan dapat bertahan hidup.sel-sel pada organisme multi

sel harus memberi kontribusi bagi kelangsungan hidup organisnme secara keseluruhan

dan tidak dapat hidup dan berfungsi tanpa kontribusi dari sel-sel tubuh lainnya karena

sebagian sel tersebut tidak berkontak langsung dengan lingkungan eksternal tempat

organisme tersebut hidup.

Suatu organisme uni sel, semisal amoeba dapat secara langsung memperoleh zat-zat

gizi dan O2 dari dan mengeluarkan zat-zat sisa kelingkungan eksternal disekitarnya.

Sebuah sel otot atau sel lain pada organisme multi sel juga membutuhkan zat dan O 2 dan

mengeluarkan zat-zat sisa, namun sel otot tidak dapat secara langsung melakukan

pertukaran ini dengan lingkungan di sekitar tubuh karena sel tersebut terisolasi dari

lingkungan eksternal tersebut.

Bagaimana mungkin sebuah sel otot dapat melakukan pertukaran-pertukaran vital

tersebut dengan lingkungan eksternal yang tidak berkontak dengannya? Kuncinya

11
adalah adanya suatu lingkungan internal cair yang berkontak langsung dengan sel-sel

tubuh. Lingkungan internal ini terletak di luar sel tetapi di dalam tubuh. Berbagai sistem

tubuh melakukan pertukaran antara lingkungan eksternal dan lingkungan internal.

Demikian juga, sistem pernapasan memindahkan O2 dari lingkungan eksternal ke dalam

plasma. Sistem sirkulasi mendistribusikan zat-zat gizi dan O2 keseluruh tubuh.

Zat-zat sisa yang dihasilkan oleh sel dikeluarkan kedalam cairan inter stitial,

diserap oleh plasma dan dislurkan ke organ-organ yang khusus, berfungsi membuang

zat-zat sisa ini dari lingkungan internal ke lingkungan eksternal. Paru mengeluarkan

CO2 dari plasma, dan ginjal menyerap zat-zat sisa lainnya untuk dikeluarkan melaui

urin.

Homeostasis penting bagi kelangsungan hidup sel, sebagai bagian dari sistem

yang terorganisasi, memberi kontribusi bagi homeostasis

Sel-sel tubuh dapat hidup dan berfungsi hanya jika dibasuh oleh cairan ekstra sel

yang cocok bagi kelangsungan hidup mereka, dengan demikian komposisi kimiawi dan

keadaan fisik lingkungan internal hanya diperbolehkan menyimpang dalam batas-batas

yang sempit. Sewaktu sel mengeluarkan zat-zat gizi dan O 2 dari lingkungan internal,

bahan-bahan esensial ini harus secara terus menerus dilengkapi lagi agar proses sel

mempertahankan hidupnya yang berlangsung terus menerus dapat berlanjut.

Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan

atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik umumnya dikelompokkan ke dalam

beberapa kategori, tergantung pada pengaruh yang ditimbulkannya pada tubuh manusia.

Latihan mengakibatkan perubahan fisiologis hampir seluruh sistem tubuh, khususnya

pada sistem otot dan kardiovaskuler.

12
B.EFEK LATIHAN PADA HOMOESTATIS

Efek latihan pada tubuh adalah semua yang terjadi dalam latihan.

Bagaimanapuun, jika pembebanan latihan terlalu ringan, efek latihan setelah pemulihan

akan menjadi kurang dari yang diharapkan. Jika pembebanan latihan terlalu besar / berat

maka kondisi akan kembali seperti semula.

Konsep efek pelatihan tergantung pada poin kunci. Ketika seorang atlet

melakukan latihan aerobik, jantung dan otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat. Juga,

tekanan darah menurunkan atlet, dan jumlah sel darah meningkat. Tubuh menjadi lebih

efisien dan, sebagai hasilnya, latihan yang sebelumnya akan sangat berat menjadi lebih

mudah dan menambah beban sedikit pada tubuh. Latihan menjadi lebih mudah,

sehingga kemampuan mereka untuk meningkatkan berkurang secara keseluruhan atlet

kebugaran.

Bersepeda merupakan salah satu jenis olahraga pada latihan aerobik. Selain itu

juga, bersepeda menjadi bagian penting dalam sarana untuk olahraga di tempat-tempat

rekreasi. Bahkan pada zaman saat ini juga bersepeda termasuk sarana transportasi untuk

ke kantor, kampus maupun sekolah. Tentu saja, dengan bersepeda dapat menyehatkan

tubuh, seperti meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dapat merangsang kerja jantung,

melancarkan sirkulasi aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, serta dapat melatih

kekuatan otot-otot tubuh.

13
Aktivitas fisik seperti bersepeda merupakan bagian dari olahraga yang dapat

mempertahankan homeostasis yang memiliki koordinasi dengan kontraksi otot. Sistem

tubuh manusia tidak hanya bekerja di luar tubuh tetapi dapat bekerja di dalam tubuh.

Hal ini terjadi karena di dalam tubuh manusia terdapat trilliun sel yang terdiri dari

komposisi cairan tubuh untuk mempertahankan sistem organ tubuh agar dapat berfungsi

dengan baik (Martini, dkk., 2004). Untuk mengaktifkan sel dalam tubuh, terdapat cairan

intraseluler yang menyumbang dua pertiga kadar air total dan cairan ekstraseluler

seperti gas, nutrisi, plasma dan ion sebagai lingkungan internal tubuh karena bersikulasi

dalam darah dan lymphatic (Tambayong, 2001). Homeostasis dapat menjaga stabilitas

tubuh dan mempertahankannya agar tidak terjadi kerusakan dalam lingkungan internal

sel serta mengembalikan kondisi yang optimum.

Secara fisiologis, pada saat melakukan aktivitas bersepeda, tubuh akan

mengeluarkan dan menerima energi sehingga memberi pengaruh pada keseimbangan

tubuh dalam lingkungan internal. Ketika bersepeda, sistem utama sebagai pengatur

homeostasis yaitu sistem saraf dan endokrin yang bekerja bersama dalam mengontrol

tubuh, sehingga individu dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya (Thomson,

2003). Tidak hanya kedua sistem ini, tetapi masih ada sistem-sistem tubuh lain yang

saling berhubungan dan melengkapi seperti sistem otot, sistem rangka, sistem jantung,

dan sistem pernapasan. Sebelum memulai bersepeda, tentu saja sistem belum berfungsi

secara ekstrim.

Pada saat stimulus dari luar datang, maka akan ada reseptor dalam tubuh manusia,

yaitu panca indra sebagai susunan saraf dalam mengkoordinasi gerakan mata dan tubuh

yang memonitor kondisi aktivitas bersepeda (Tambayong, 2001).

14
Pada saat kita bersepeda maka jantung akan terasa berdetak lebih cepat, pernapasan

juga berjalan dengan cepat. Semakin kencang kita bersepeda maka semakin cepat juga

jantung terasa berdetak dan pernapasan juga terasa semakin terengah-rengah. Oleh

sebab itu terjadi perubahan-perubahan secara signifikan terhadap fisiologis pada tubuh

untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dengan lingkungan, ketika melakukan

aktivitas bersepeda, seperti:

a. Perubahan pada Sistem Peredaran Darah dan Pernapasan


 Perubahan Frekuensi Denyut Jantung
Ketika berlatih frekuensi denut jantung akan meningkat. Kenaikan

frekuensi denyut jantung akan sesuai dengan intensitas latihan. Semakin

tinggi intensitas untuk bersepeda semakin cepat maka denyut jantung

akan terasa semakin cepat. Azas Conconi mengatakan bahwa hubungan

antara frekuensi denyut jantung dan intensitas latihan adalah linier.

Hubungan yang linier antara intensitas dan frekuensi denyut jantung

hanya berlaku jika melibatkan otot-otot besar dan cukup banyak. Oleh

karena itu frekuensi denyut jantung banyak dipakai sebagai tolak ukur

intensitas latihan ang melibatkan otot-otot besar seperti bersepeda.


 Perubahan Volume Darah Sedenut dan Curah Jantung
Jika pada saat istirahat volume darah sedenut yang keluar dari jantung

sekitar 70 cc, maka pada saat berlatih dapat meningkat sampai 90 cc per

denyut. Ketika berlatih frekuensi denut jantung sekitar 160-170 per

menit. Bagi orang yang terlatih akan terjadi kenaikan curah jantung akan

jauh lebih tinggi. Hal ini bertujuan untuk membuang CO2 yang terjadi

ketika latihan.
 Perubahan Tekanan Darah

15
Saat bersepeda, hormon epinefrin akan meningkat dan menyebabkan

semakin kuatnya kontraksi otot jantung. Pengaruh epinefrin pada

pembuluh darah dapat menyebabkan pelebaran (dilatasi). Pelebaran

pembuluh darah akan sangat tergantung kondisinya. Jika pembuluh darah

sudah mengalami (arteriosklerosis) akan menjadi kaku, tidak elastis,

sehingga pelebaran akan terbatas. Dengan demikian kenaikan tekanan

darah saat latihan akan dapat terjadi. Peningkatan pelebaran pembuluh

darah saat latihan bersepeda disebabkan karena meningkatnya suhu

tubuh. Banyaknya keringat yang keluar akan menyebabkan plasma darah

keluar, volume darah menurun, sehingga tekanan darah tidak naik

berlebihan. Hal ini terjadi karena banyak otot rangka yan g berkontraksi

sehingga mendesak pembuluh-pembuluh darah. Pada saat tekanan darah

kembali ke normal, maka di sinilah peran hormon norepinefrin untuk

membantu menstabilkan kembali tekanan darah yang meningkat ke

normal.
 Perubahan Pada Darah
Pada latihan ang cukup lama, jika tidak diimbangi dengan minum yang

cukup, maka plasma darah dapat berkurang karena banyaknya cairan

keringat yang keluar. Dengan demikian volume darah juga akan

berkurang sehingga hematokrit (kadar butir darah) akan meningkat. Pada

saat bersepeda akan banyak sekali lemak (triasilgliserol) yang akan

dipecah dari sel adiposa menjadi asam lemak dan gliserol dalam plasma

darah akan meningkat. Demikian juga karbohidrat (glikogen) dalam hati

akan dipecah sehingga glukosa darah saat latihan akan meningkat.

16
Semakin tinggi intensitas latihan maka karbohidrat semakin tinggi agar

gula darah tidak terlalu rendah. Pada saat latihan akan banyak sekali sel-

sel darah yang pecah, baik sel darah merah, sel darah putih, maupun sel

pembekuan darah. Jika latihan dilaksanakan terus-menerus tidak ada hari

untuk pemulihan maka sel-sel darah akan semakin berkurang. Akibatya

semaki menurunnya kadar Hb, dan imunitas atau daya tahan tubuh

terhadap penyakit infeksi menurun. Oleh karena itu setiap minggu perlu

adanya hari istirahat dengan tidur ang cukup.


 Perubahan Pendistribusian Darah Selama Berlatih
Pada saat berlatih darah akan bayak mengalir ke otot-otot yang terlibat

dalam gerak. Darah akan berfungsi untuk mencukupi kebutuhan latihan

seperti lemak, gula utuk penyediaan energi dan membawa sisa-sisa

metabolisme seperti air dan CO2. Semakin tinggi intensitas darah yang

ke otot akan semakin banyak.


 Perubahan Pada Pernapasan
Pada saat latihan frekuensi pernapasan akan meningkat. Pernapasan akan

secara sadar dipercepat, diperlambat, diperdalam oleh kemauan sendiri.

ketika latihan otomatis pernapasan menjadi cepat dan dalam. Dengan

pernapasan yang lebih dalam maka tekanan udara dalam paru akan

meningkat, sehingga difusi (pertukaran gas) antara O2 dan CO2 juga

akan meningkat. Semakin tinggi intensitas latihan, frekuensi pernapasan

juga akan semakin tinggi sehingga ventilasi juga akan semakin tinggi.
b. Perubahan Pada Cairan Tubuh dan Suhu

Beberapa saat setelah berolahraga maka suhu akan meningkat, udara lembab,

keringat pun akan terasa banyak keluar membasahi kulit. Banyak keringat ang keluar

adalah salah satunya seiring dengan meningkatnya metabolisme atau terbentuknya air

17
dan CO2. Selain itu juga banyaknya keringat yang keluar adalah untuk menurunkan

suhu tubuh agar tidak meningkat secara berlebihan. Menguapnya keringat dari

permukaan kulit akan mengambil panas sehingga suhu badan menjadi berkurang.

Banyaknya keluar keringat dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi atau kekurangan

cairan di dalam tubuh. Jika yang berkurang plasma darah akan sangat dirasakan oleh

tubuh, darah akan menjadi pekat, sirkulasi darah menjadi berat kemungkinan naiknya

tekanan darah yang disebabkan meningkatnya hormon adrenalin yang memacu

kekuatan kontraksi otot jantung.

c. Perubahan Dalam Sistem Hormonal


Hormon berfungsi untuk mengatur homeostasis dalam tubuh manusia

agar terjadi keseimbangan atau keadaan normal sehingga tidak ada gangguan

dalam tubuh. Ketika bersepeda kebutuhan energi akan meningkat sehingga

hormon-hormon yang berfungsi untuk katabolisme juga harus meningkat, karena

energi diperoleh dari memecah molekul-molekul besar bahan energi dalam

tubuh. Ketika kita mendayung sepeda dengan semangat maka perasaan yang

semangat itu akan menjadi stimulus yang dimasukan pada sistem saraf pusat,

yang selanjutnya akan direspon oleh hipotalamus. Hipotalamus akan

mengeluarkan CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF akan mempengaruhi

sistem saraf simpatik dan kelenjar hipofisis atau pituitari. Dari sistem saraf

simpatik ujung-ujung saraf tepi akan mengsekresikan norepinefrin dan medula

adrenal akan meningkatkan sekresi epinefrin. Dari hipofisis posterior

disekresikan vasopresin atau hormon antideuretik, sedangkan pada hipofisis

anterior akan mensekresikan ACTH (Adrenocorticotropin hormon), yang akan

18
mempengaruhi korteks adrenal dnegan meningkatkan sekresi aldosteron dan

kortisol. Demikian juga pada otot rangka maupun otot jantung dituntut untuk

kontraksi lebih kuat sehingga diperlukan juga peningkatan hormon epinefrin.

Hormon epinefrin atau adrenalin yang meningkat akan membantu dalam

pemecahan glikogen hati, sehingga glikogenolisis akan meningkat. Sehingga

glukosa darah akan tetapterjaga kadarnya meskipun banyak digunakan oleh sel-

sel otot rangka. Dengan bertahannya kadar gula darah juga akan tercukupi

kebutuhan energi sel-sel saraf sehingga sistem saraf tidak terganggu. Epinefrin

juga akan mempengaruhi meningkatnya sekresi hormon glukagon dari sel alfa

pankreas yang akan meningkatkan glikogenolisis di hati. Epinefrin

mempengaruhi meningkatnya kontraksi otot rangka maupun jantung yang

menyebabkan meningkatnya volume darah sedenyutan. Hormon kortisol akan

mempengaruhi pada proses lipolisis triasilgleserol yang ada di sel adiposa.


Dalam melakukan aktivitas bersepeda ada beberapa hormon yang akan

meningkat seperti epinefrin, norepinefrin, glukagon, aldosteron, hormon

pertumbuhan , beta endorfin, dan vasopresin. Sedangkan hormon insulin justru

akan turun, agar gula darah tidak terlalu cepat masuk dalam sel-sel otot yang

dapat mengakibatkan merosotnya kadar gula darah.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada saat melakukan aktivitas bersepeda, ada beberapa sistem tubuh yang

mengalami perubahan secara ekstrem, seperti contoh sistem jantung, pernapasan, sistem

saraf, sistem otot, sistem endokrin, dan sistem rangka. Perubahan-perubahan yang

19
dialami oleh tubuh bertujuan untuk mmepertahankan, menjaga, dan mengatur sel-sel

tubuh dalam mempertahankan beberapa sistem tubuh bekerja secara optimal dalam

beradaptasi dengan lingkungan seperti suhu, volume, tekanan, dan rangsangan dari luar.

Dalam hal ini, aktivitas bersepeda merupakan aktivitas yang sangat mengeluarkan

dan membutuhkan energi yang begitu banyak, sehingga hampir semua sistem tubuh

mengalmi perubahan secara ekstrem. Setiap sistem tubuh bekerja saling melengkapi.

Apabila ada satu sistem yang tidak bekerja secara optimal, maka sistem tubuh yang

lainnya akan berdampak tidak optimal juga. Hal ini dibuktikan bahwa semua sistem

tubuh bekerja sama dan saling tergantung antara satu sama lain dalam mempertahankan

homeostasis tubuh.

DAFTAR PUSAKA

Baradero Mary., Dayrit Wilfrid Mary., Siswadi Yakobus. ( 2005 ). Klien Gangguan
Endokrin. Jakarta: EGC.
Marieb. E (2006) Essentials of human anatomy & physiology.8 th edition. San Fransisco.
Martini, F. Ober, M. Garisson, C.,et all (2004). Fundamentals of Anatomy &
physiology. 6 th edition. USA.
Tortora, G & Derrickson, B (2011). Principles of Anatomy & Physiology 13 rd
edition. (Vol 1). Asia.
Thomson (2003). Huma Physiologi 4 th edison. USA.
Tambayong, Jan (2001). Anatomi & Fisologi untuk Keperawatan Jakarta : EGC.
Syaifuddin. (2003). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi ke-III.

Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2010). Anatomi Fisiologi Untuk keperawatan dan Kebidanan. Edisi ke-IV.

20
Jakarta:EGC.

staff.ui.ac.id/internal/130683855/material/HOMEOSTASISmsHO.pdf

http://www.blogdokter.net/2009/06/20/dehidrasi

onilyna.blogspot.com/.../blok-2-skenario-1-peranan-homeostasis.htm...

http://penulisani.blogspot.com/2012/03/homeostasis.html

httponlyuse.blogspot.com/2012/04/homeostasis.html

sp4669.wordpress.com/2008/07/24/anatomi-fisiologi-cairan-tubuh

http://w3.ouhsc.edu/histology/Text Sections/Urinary.html

http://www.cccmkc.edu.hk/~sbj-biology/

http://pclab.cataegu.ac.kr/physiology/Kidney.htm

21

Anda mungkin juga menyukai