Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok

MAKALAH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

“POLA ILMIAH POKOK”

DI SUSUN

OLEH : KELOMPOK I

JULISMAN A 241 17 035


KARNILAM A 241 17 113
NITA CAROLINA A 241 17 008
ULFA DWIYANTI A 241 17 035
ZULKIFLI SYAM A 241 17 086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Pola Ilimiah Pokok”

Di dalam pembuatan makalah ini semua berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan makalah dengan baik. Kami menerima kritik dan saran guna
penyempurnaan makalah ini.

Palu, 25 September 2018

Kelompok I

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Sejarah PIP di Indonesia dan di UNTAD ................................................... 3

2.2 Hubungan KLH dan PLP UNTAD ............................................................. 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16

3.2 Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah Universitas yang maju biasanya memiliki keunggulan atau keunikan
tertentu bila dibandingkan dengan universitas yang lain. Keunggulan tersebut
dijabarkan dalam Pola Ilmiah Pokok (PIP) dan Rencana Induk Penelitian (RIP).
Prof. Idrus Patrussi dari Universitas Hasanuddin mendefinisikan PIP sebagai
orientasi pemikiran strategis dalam pendidikan di Universitas bagi pengembangan Tri
Darmanya (pengajaran atau pembelajaran, pengembangan dan penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat) berdasarkan kompetensi yang diunggulkan oleh suatu
perguruan tinggi.
Universitas Mulawarman, setidaknya sebagaimana yang tercantum di
dokumen Rencana Strategis tahun 2001 atau kurang lebih 16 tahun silam, telah
menyatakan bahwa PIP universitas adalah Hutan Tropika Basah dan
Lingkungannya(HTB+L). Pemaknaan akan HTB+L ini perlu untuk diperluas
mengingat situasi, semangat pembangunan regional, perkembangan kampus, gugus-
gugus keilmuan yang berkembang di universitas telah berubah dibandingkan dengan
kondisi saat PIP tersebut ditetapkan.
Menurut Dr. Suyadi, sumber daya alam (SDA) hutan merupakan mother of
development pada saat PIP HTB+L ini ditetapkan. Saat ini status hutan tropis masih
ada, tetapi suasananya telah berbeda. Perlu diberikan tambahan pemahaman akan
HTB+L sehingga lebih dapat diterima oleh semua fakultas. Dalam pemaknaannya,
HTB+L dapat dimanfaatkan oleh fakultas-fakultas yang tidak secara langsung
memiliki hubungan “kajian ilmiah” dengan HTB+L. Namun, keterkaitan antara
fakultas-fakultas lain dengan HTB+L adalah dari sisi sosial-kultural, ekonomi,
humaniora, dst yang berciri khas pada HTB+L. Saat ini hutan bukan lagi
merupakan mother of development di Kalimantan, sehingga perlu diambil pandangan
ilmiah terhadap kondisi aktual HTB+L. Dalam hal ini, HTB+L perlu dirawat dan
diusahakan, dan bukan lagi taken for granted sebagaimana tahun-tahun awal
pembangunan (1970an). HTB+L menentukan ketersediaan SDA lain, misalnya
air. Carrying capacity dari air untuk pembangunan di kawasan Kalimantan Timur
bergantung dari pada HTB+L.
Menurut pandangan Prof. Lambang Subagyo, HTB+L juga perlu memuat
aspek geohidrologi. Selain itu, pemahaman luaran PIP perlu dilakukan dengan proses
adaptasi sesuai dengan fakultas masing-masing. Suatu fakultas dapat bercirikan SDA,
sosio-kultural-humaniora, atau geografis-geohidrologi. Keunikan tersebut harus
muncul di dalam naskah akademik dan definisi HTB+L yang akan dirumuskan. Lebih
lanjut, universitas yang berwawasan internasional akan lebih mengarah pada
keunikan yang diangkat dalam HTB+L. Dimana diharapkan universitas dapat
mengekspose keunikan akan PIP HTB+L dalam bentuk tridarma PT, utamanya dalam
bentuk tulisan-tulisan yang dapat diakses secara luas. Penciri internasional adalah
adanya Pusat kajian/UPS yang berkaitan dengan HTB+L semisal gambut, orang
hutan, dsb. Keunggulan akan HTB+L ini diharapkan menjadi ciri internasionalisasi
yang dimiliki universitas, dalam hal ini adalah Unmul.
Dari pendapat-pendapat tersebut, rumusan PIP HTB+L diperluas menjadi:
Kumpulan mega-diversitas biotik dan abiotik dalam wujud umum hutan yang berada
di kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan selat yang terdapat di sekitar garis
khatulistiwa dengan suhu dan kelembaban rata-rata yang tinggi dan curah hujan yang
signifikan, dengan aspek-aspek yang dibangun di sekitar atau di dalam HTB sebagai
sumber-sumber kearifan lokal, keberlanjutan, dengan memiliki keterikatan antara satu
sama lain, seperti: geohidrologi, diversitas alam, ekonomi, kesehatan, lingkungan,
sosial, budaya, hukum, pendidikan, keteknikan dan humaniora.
PIP HTB+L bersifat unik dilihat dari aspek (1) geografis (lempeng bumi), (2)
topografis (bentang alam), (3) iklim, (4) mega-diversitas biotik dan abiotik, (5)
budaya, Bahasa, adat istiadat, dan (6) interaksi sosial (lokal, nasional, internasional).
Konsep pengembangan HTB+L adalah mengacu pada prinsip berkearifan
lokal, berkelanjutan, dan integratif. Dimana Menurut Prof. Mustofa Agung Sardjono,
terdapat empat dimensi penting dalam prinsip-prinsip tersebut, yaitu (1) Integritas
Ekologis, (2) Efisiensi Ekonomi, (3) Identitas Kultural, (4) Ekuitas Sosial.
Berlandaskan pada panduan Unesco (1991), dimensi-dimensi ini kemudian
dijabarkan dan dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut.
 Dimensi integritas ekologis dimaknai sebagai:
1. Menjaga carrying capacity dari Bumi
2. Intensifikasi pemanfaatan sumber daya dengan kerusakan minimal pada
bumi
3. Pembatasan penggunaan sumber daya tidak terbarukan dan polusi
4. Konservasi sumber daya terbarukan
5. Daur ulang (recycling)
6. Substitusi sumber daya tidak terbarukan/berbahaya dengan
terbarukan/tidak berbahaya
7. Pengurangan limbah
8. Teknologi yang mendukung efisiensi pemanfaatan sumber daya
9. Pertanian dan Agro-forestri berkelanjutan
 Dimensi efisiensi ekonomi dimaknai sebagai:
1. Investasi sektor privat dan publik yang stabil
2. Efisiensi alokasi dan manajemen sumber daya
3. Peningkatan produktivitas per satuan sumber daya
4. Inovasi dalam produk dan proses produksi
5. Perhatian pada dampak kerusakan lingkungan

 Dimensi identitas kultural dimaknai sebagai:


1. Modernisasi yang berkearifan lokal
2. Perubahan kultural yang gradual
3. Penerapan konsep normatif yang sesuai
4. Pengembangan masyarakat secara menyeluruh
5. Pemanfaatan ekosistem biotik dan abiotik yang bijaksana (produktif, efektif,
dan efisien)

 Dimensi ekuitas sosial dimaknai sebagai:


1. Pertumbuhan yang stabil
2. Pemenuhan kebutuhan dan hak asasi dasar
3. Distribusi pendapatan dan aset yang berimbang
4. Peningkatan kualitas kehidupan (entitlements)
5. Pengurangan jurang standar kehidupan antara yang memiliki akses/mampu
dan tidak memiliki akses/tidak mampu.

1.2 Rumusan Masalah


1). Bagaimana sejarah PIP di Indonesia dan UNTAD ?
2). Bagaimana hubungan PIP dengan Kajian lingkungan hidup?

1.3 tujuan

1. mengetahui sejarah PIP di indonesia dan UNTAD?

2. Mengetahui hubungan PIP dengan Kajian lingkungan hidup?

1.4 manfaat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah PIP di Indonesia dan UNTAD

INI adalah istilah yang sangat populer di kalangan akademisi perguruan tinggi pada
era tahun 80 an. Pola Ilmiah Pokok (PIP) merupakan hal yang membedakan jati diri
atau identitas universitas yang satu dengan lainnya.

Kala itu, mulai dicita-citakan keunggulan masing-masing universitas dari aspek atau
bidang kajian berbasis potensi yang melekat pada masing masing universitas.

Kala itu, setiap universitas berlomba membentuk jati dirinya mengikuti pola ilmiah
pokok yang telah ditetapkannya. Ada, PIP Kelautan, Pertanian, Lingkungan Hidup,
Pemukiman dan lain-lain.
2.2 Hubungan PIP dengan Kajian Lingkungan Hidup
Sebuah Universitas yang maju biasanya memiliki keunggulan atau keunikan
tertentu bila dibandingkan dengan universitas yang lain. Keunggulan tersebut
dijabarkan dalam Pola Ilmiah Pokok (PIP) dan Rencana Induk Penelitian (RIP).
Prof. Idrus Patrussi dari Universitas Hasanuddin mendefinisikan PIP sebagai
orientasi pemikiran strategis dalam pendidikan di Universitas bagi pengembangan Tri
Darmanya (pengajaran atau pembelajaran, pengembangan dan penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat) berdasarkan kompetensi yang diunggulkan oleh suatu
perguruan tinggi.
Universitas Mulawarman, setidaknya sebagaimana yang tercantum di
dokumen Rencana Strategis tahun 2001 atau kurang lebih 16 tahun silam, telah
menyatakan bahwa PIP universitas adalah Hutan Tropika Basah dan
Lingkungannya(HTB+L). Pemaknaan akan HTB+L ini perlu untuk diperluas
mengingat situasi, semangat pembangunan regional, perkembangan kampus, gugus-
gugus keilmuan yang berkembang di universitas telah berubah dibandingkan dengan
kondisi saat PIP tersebut ditetapkan.
Menurut Dr. Suyadi, sumber daya alam (SDA) hutan merupakan mother of
development pada saat PIP HTB+L ini ditetapkan. Saat ini status hutan tropis masih
ada, tetapi suasananya telah berbeda. Perlu diberikan tambahan pemahaman akan
HTB+L sehingga lebih dapat diterima oleh semua fakultas. Dalam pemaknaannya,
HTB+L dapat dimanfaatkan oleh fakultas-fakultas yang tidak secara langsung
memiliki hubungan “kajian ilmiah” dengan HTB+L. Namun, keterkaitan antara
fakultas-fakultas lain dengan HTB+L adalah dari sisi sosial-kultural, ekonomi,
humaniora, dst yang berciri khas pada HTB+L. Saat ini hutan bukan lagi
merupakan mother of development di Kalimantan, sehingga perlu diambil pandangan
ilmiah terhadap kondisi aktual HTB+L. Dalam hal ini, HTB+L perlu dirawat dan
diusahakan, dan bukan lagi taken for granted sebagaimana tahun-tahun awal
pembangunan (1970an). HTB+L menentukan ketersediaan SDA lain, misalnya
air. Carrying capacity dari air untuk pembangunan di kawasan Kalimantan Timur
bergantung dari pada HTB+L.
Menurut pandangan Prof. Lambang Subagyo, HTB+L juga perlu memuat
aspek geohidrologi. Selain itu, pemahaman luaran PIP perlu dilakukan dengan proses
adaptasi sesuai dengan fakultas masing-masing. Suatu fakultas dapat bercirikan SDA,
sosio-kultural-humaniora, atau geografis-geohidrologi. Keunikan tersebut harus
muncul di dalam naskah akademik dan definisi HTB+L yang akan dirumuskan. Lebih
lanjut, universitas yang berwawasan internasional akan lebih mengarah pada
keunikan yang diangkat dalam HTB+L. Dimana diharapkan universitas dapat
mengekspose keunikan akan PIP HTB+L dalam bentuk tridarma PT, utamanya dalam
bentuk tulisan-tulisan yang dapat diakses secara luas. Penciri internasional adalah
adanya Pusat kajian/UPS yang berkaitan dengan HTB+L semisal gambut, orang
hutan, dsb. Keunggulan akan HTB+L ini diharapkan menjadi ciri internasionalisasi
yang dimiliki universitas, dalam hal ini adalah Unmul.
Dari pendapat-pendapat tersebut, rumusan PIP HTB+L diperluas menjadi:
Kumpulan mega-diversitas biotik dan abiotik dalam wujud umum hutan yang berada
di kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan selat yang terdapat di sekitar garis
khatulistiwa dengan suhu dan kelembaban rata-rata yang tinggi dan curah hujan yang
signifikan, dengan aspek-aspek yang dibangun di sekitar atau di dalam HTB sebagai
sumber-sumber kearifan lokal, keberlanjutan, dengan memiliki keterikatan antara satu
sama lain, seperti: geohidrologi, diversitas alam, ekonomi, kesehatan, lingkungan,
sosial, budaya, hukum, pendidikan, keteknikan dan humaniora.
PIP HTB+L bersifat unik dilihat dari aspek (1) geografis (lempeng bumi), (2)
topografis (bentang alam), (3) iklim, (4) mega-diversitas biotik dan abiotik, (5)
budaya, Bahasa, adat istiadat, dan (6) interaksi sosial (lokal, nasional, internasional).
Konsep pengembangan HTB+L adalah mengacu pada prinsip berkearifan
lokal, berkelanjutan, dan integratif. Dimana Menurut Prof. Mustofa Agung Sardjono,
terdapat empat dimensi penting dalam prinsip-prinsip tersebut, yaitu (1) Integritas
Ekologis, (2) Efisiensi Ekonomi, (3) Identitas Kultural, (4) Ekuitas Sosial.
Berlandaskan pada panduan Unesco (1991), dimensi-dimensi ini kemudian
dijabarkan dan dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut seperti pada
hubungannya dengan kajian lingkungan hidup.Dimensi integritas ekologis dimaknai
sebagai:

a.Menjaga carrying capacity dari Bumi

b.Intensifikasi pemanfaatan sumber daya dengan kerusakan minimal pada bumi

c.Pembatasan penggunaan sumber daya tidak terbarukan dan polusi

d. Konservasi sumber daya terbarukan

e.Daur ulang (recycling)

f. Substitusi sumber daya tidak terbarukan/berbahaya dengan


terbarukan/tidak berbahaya
g. Pengurangan limbah
h. Teknologi yang mendukung efisiensi pemanfaatan sumber daya
i. Pertanian dan Agro-forestri berkelanjutan
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil makalah yang dibuat yaitu :


Lingkungan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan makhluk
di muka bumi ini. Landasan berpikir ini seharusnya tidak boleh terlepas jauh dari
latar belakang sejarah lahirnya UNTAD, karena lembaga pendidikan tinggi ini lahir
dari niat dan cita-cita yang tulus dari tokoh- tokoh masyarakat Palu ketika itu dimana
mereka hanya mempunyai satu tekad. Lingkungan Hidup aadalah kesatuan ruang dan
semua benda, kesatuan ruang dan semua benda, daya, dan mahluk hidup .Lingkungan
Hidup menurut Undang- Undang bukan hanya mempengaruhi kelangsungan
kehidupan tetapi juga mempengaruhi.
Lingkungan Hidup aadalah kesatuan ruang dan semua benda, kesatuan
ruang dan semua benda, daya, dan mahluk hidup .Lingkungan Hidup menurut
Undang- Undang bukan hanya mempengaruhi kelangsungan kehidupan tetapi juga
mempengaruhi kesejahteraan makhluk hidup. Tanpa lingkungan kita tidak akan bisa
untuk hidup normal karena lingkungan hidup merupakan faktor yang sangat penting
dalam kehidupan untuk pertumbuhan, karakter dan bisa pula untuk kesehatan. Dalam
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
ditegakkan konsep lingkungan sebagai berikut "Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan ditegakkan konsep
lingkungan sebagai berikut "Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda,daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain."
3.2.SARAN

Karena keterbatasan informasi dan pengetahuan tentang konsep


pengembangan kajian lingkungan hidup sebagai pola ilmiah poko universitas
tadulako ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman tentang pembuatan makalah
ilmiah, mengakibatkan terdapat sedikit kesulitan dalam pembuatan makalah ilmiah
ini. Tetapi karena keterbatasan itulah saya termotivasi untuk menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1.2015.http://arynuryanti.blogspot.com/2013/1l/mengenal-kajian-ling ku
ngan -hidup- dan.html diakses 25 februari 2015.
Anonim 2. 2015. http://www.untad.8m.com/sekilas.htm. diakses 25 februari 2015.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1646p. KEITH
Philippe, VIGNEUX Erik et BOSC Pierre, 1999. Atlas des poissons et des crustacés
d'eau douce de la Réunion, MNHN, Paris 137 p.Rehanum Muhksin di 08.50 Berbagi

Anda mungkin juga menyukai