PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
1
Waktu jantung dalam fase sistole, yaitu memompa darah dari
ventrikel kiri ke aorta, maka dinding aorta akan mengembang dan
elastisitas dinding aorta akan kembali ke keadaan semula waktu
jantung diastole. Hal ini akan menimbulkan gelombang yang menjalar
sepanjang dinding arterial dan teraba pulsus atau denyut nadi.
Tekanan darah dalam arteri tidak tetap besarnya diantara tiap-tiap
denyutan jantung. Tekanan darah berubah-ubah dari tekanan sistole
(maksimal) dan tekanan diastole (minimal). Karena perubahan dan
perbedaan ini, maka dalam mengukur tekanan darah disebut tekanan
sistole dan tekanan diastole. Pengukuran tekanan darah dapat secara
langsung (direct) dan secara tak langsung (indirect). Dalam hal ini
akan dilakukan pengukuran secara tidak lagsung dengan metode
palpatoir dan metode auskultatoir.
Di bagian ini kita akan membahas komponen-komponen sistem
kardiovaskular yang memungkinkan sistem ini melayani kebutuhan
tubuh akan pemindahan bahan. Kita mula-mula akan membicarakan
aktivitas listrik yang memungkinkan bagian-bagian jantung
berkontraksi secara teratur, untuk menjalankan sirkulasi dalam satu
arah. Kita kemudian akan membahas sifat darah dan komponen-
komponennya yang menyebabkan mereka mampu mengangkut zat-
zat terlarut ke dan dari cairan interstisium. Kemudian akan dibahas
sifat selang sirkulasi, atau pembuluh darah, bersama dengan
mekanisme yang mengaturnya. Yang terakhir, kita akan membahas
sifat-sifat khusus sirkulasi di bagian-bagian tubuh dengan kebutuhan
unik.
Jelaslah, sistem kardiovaskular yang fungsional sangat penting
bagi kehidupan, dan kerusakan ireversiber cepat terjadi pada
sejumlah organ jika jantung berhenti berdetak. Gangguan sistem
kardiovaskular yang tidak terlalu dramatik juga menimbulkan beban
penyakit yang tidak sedikit. Pada kenyataannya, penyakit
kardiovaskular, secara kolektif, adalah penyebab utama kkematian
dan berperan menyebabkan morbiditas signifikan di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, penyakit jantung dan stroke adalah penyebab
kematian tersering pertama dan ketiga, dan diperkirakan satu dari
tiga orang dewasa Amerika mengidap suatu bentuk penyakit
2
kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular juga merupakan penyebab
utama rawat inap, dan menimbulkan beban ekonomi tertinggi dari
semua kategori penyakit. Yang terakhir, meskipun telah dicapai
kemajuan mengesankan dalam pengobatan dan pencegahan
beberapa penyakit kardiovaskular, berkembangnya epidemi obesitas,
dan bertambahnya proporsi populasi yang memiliki paling sedikit satu
faktor risiko kardiovaskular, telah menimbulkan kekhawatiran
signifikan di antara para petugas kesehatan masyarakat. Semua
kenyataan ini menggaris bawahi relevansi perlunya pemahaman
menyeluruh fisiologi kardiovaskular bagi para petugas kesehatan.
b. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan dan membedakan ciri-ciri suara jantung I dan II.
2. Menjelaskan dan mengukur denyut nadi per menit.
3. Menjelaskan dan mengukur tekanan darah arterial.
c. Manfaat Praktikum
Manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui perbedaan suara jantung I dan II.
2. Mengetahui dan mampu mengukur denyut nadi per menit.
3. Mengetahui dan mampu mengukur tekanan darah arterial.
3
1. Sifat ritmisitas/otomatis: otot jantung secara potensial dapat
berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung dapat
membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis
sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: bila impuls yang dilepas
mencapai ambang rangsangan otot jantung maka seluruh jantung
akan berkontraksi maksimal, sebab susunan ototo jantung sensitif
sehingga impuls jantung segera dapat mencapai semua bagian
jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama.
Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah, bergantung pada faktor
tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu, dan hormon tertentu.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik: refraktor absolut pada otot
jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung
merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot. Bila seberkas
otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot
tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot
jantung akan bertambah panjang bila volume diastoliknya
bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu
kekuatan kontraksi akan menurun kembali. [2]
5
3. Faktor pembuluh: setelah katup semilunaris terbuka darah akan
dipompakan oleh ventrikel kiri ke aorta dan ventrikel kanan ke
arteri pulmonalis. Arus darah ini akan menggetarkan dinding
pembuluh sehingga menimbulkan bunyi. [2]
Tahapan bunyi jantung:
1. Bunyi pertama: bunyi lub yang rendah, disebabkan oleh
penutupan katup mitral/bikuspidalis dan trikuspidalis kira-kira 0,15
detik, frekuensinya 25-45 Hz.
2. Bunyi kedua: bunyi dup yang lebih pendek dan nyaring,
disebabkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal segera
setelah sistolik ventrikel berakhir. Frekuensinya 50 Hz, berakhir
0,15 detik. Bunyi ini keras dan tajam ketika tekanan diastolik
dalam aorta atau arteri pulmonalis meningkat, masing-masing
katup menutup dengan kuat pada akhir sistolik.
3. Bunyi ketiga yang lemah dan rendah didengan kira-kira 1/3 jalan
diastolik pada individu muda. Ini bertepatan dengan masa
pengisian cepat ventrikel, mungkin disebabkan getaran yang
timbul oleh desakan darah lamanya 0,1 detik.
4. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum
bunyi pertama. Bila tekanan atrium tinggi atau ventrikel kaku
seperti pada hipertrofi ventrikel. [2]
6
bergetar dalam waktu yang singkat. Bunyi ini disebut bunyi jantung
kedua. [3]
Pola yang
Terdengar Jenis Defek Waktu
Kelainan Katup
Dengan Katup Murmur
Stetoskop
Lub- Siul- Stenotik Sistolik Stenosis katup semilunar. Murmur
Dup sistolik bersiul menandakan
bahwa katup yang harusnya
terbukasaat sistol (katup
semilunar) tidak terbuka secara
sempurna
Lub-Dup-Siul Stenotik Diastoli Stenosis katup AV. Murmur
k diastolik bersiul menandakan
bahwa katup yang harusnya
terbuka sewaktu diastol (Katup
AV) tidak membuka secara
sempurna.
Lub-Desis- Insufisien Sistolik Insufisiensi katup AV. Murmur
Dup sistolik berdesis menandakan
bahwa katup yabg seharusnya
tertutup selama sistol (Katup AV)
tidak menutup secara sempurna
Lub-Dup- Insufisien Diastoli Insufisiensi katup semilunar.
Desis k Murmur diastolik berdesis
menandakan bahwa katup yang
seharunysa tertutup selama
diastol (katup semilunar) tidak
menutup secara sempurna.
Tabel Waktu dan Jenis Murmur yang Berkaitan dengan Berbagai Kelainan
Katup Jantung [4]
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di tempat artri
melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan, misalnya: arteri
radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas
7
tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang
teraba bukan darah yang dipompa jantung masuk ke dalam aorta
melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat
lebih cepat daripada darah itu sendiri. [1]
Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke
jantung. Akan tetapi, bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan
ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, terjadi
payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak
berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaaan ini
tidak cepat ditangani, terjadi udema. [1]
9
Curah Jantung. Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang
dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel kanan sama besarnya. Bila
tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu,
misalnya bila jumlah darah yang dipompakan ventrikel dekstra lebih
besar daro ventrikel sinistra. Jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh
ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik sehingga terjadi penimbunan
darah di paru. [2]
10
trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Valvula semilunaris aorta
dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah
dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke
dalam paru kiri dan kanan. Darah dari ventrikel sinistra mengalir
ke aorta selanjutnya beredar ke seluruh tubuh.
2. Periode diastole (periode dilatasi): suatu keadaan ketika jantung
mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan
terbuka sehingga darh dari atrium sinistra masuk ke ventrikel
sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra.
Selanjutnya darah yang datang dari paru kiri dan kanan melalui
vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh
tubuh melalui vena kava superior dan vena kava inferior masuk ke
atrium dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode diastole dan periode
sistole, ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. [2]
Aliran Darah. Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan
tekanan di antara kedua ujung pembuluh darah, seperti tekanan aorta
dengan tekanan atrium kanan, aliran menjadi dinamis bergerak karena
perubahan tekanan yang terdapat di dalam sirkulasi sistemik. Pembuluh
darah dan aliran arteri:
1. Aliran dalam pembuluh darah: terbukanya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada fase ejeksi sistolik mengakibatkan darah
terdorong dari rongga ventrikel jantung. Sesuai dengan denyut
kontraksi jantung, semakin jauh dari jantung semakin kecil pulsasi
alirannya. Kecepatan aliran darah berbanding terbalik dengan luas
penampang total pembuluh darah, sehingga semakin istal maka
aliran darahnya semakin menurun dan terendah pada kapiler.
2. Tekanan darah arteri dapat dibedakan menjadi:
a. Tekanan sistolik, merupakan tekanan darah tertinggi pada saat
jantung dalam keadaan sistolik.
b. Tekanan diastolik, merupakan tekanan darah yang terendah
pada saat jantung dalam keadaan diastolik.
11
c. Tekanan nadi, merupakan selisih antara tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Tekanan nadi bergantung pada isi sekuncup
dan kapasitas arteri.
d. Tekanan darah rata-rata, tekanan diastolik ditambah sepertiga
selisih tekanan sistolik dan tekanan diastolik (pembuluh
perifer).
3. Gelombang nadi. Kecepatan gelombang nadi lebih tinggi
dibandingkan kecepatan aliran darah. Kecepatan ini bergantung
pada distensibilitas pembuluh darah secara rasio ketebalan
pembuluh darah dan radius. Semakin tebal dan kaku semakin
kecil radius akan semakin tinggi gelombang nadi.
4. Analisis gelombang nadi. Dengan palpasi pada arteri dapat dinilai
gelombang nadi untuk menilai fungsi sistem kardiovaskuler.
Kualitas gelombang nadi dapat dinilai melalui:
a. Frekuensi gelombang nadi (denyut nadi): dalam keadaan
normal sama dengan frekuensi denyut jantung. Pada keadaan
tertentu (penyakit) dapat terjadi adanya selisih antara
frekuensi denyut jantung dengan denyut nadi.
b. Irama denyut nadi. Dapat dinilai irama teratur denyut nadi
teratur atau tidak misalnya tidak teratur pada keadaan normal
terjadi pada irama jatung normal.
c. Amplitude. Kuat atau lemahnya denyut nadi bergantung pada
besar isi sekuncup, jumlah darah yang mengalir selama
diastolik dan elastisitas dinding pembuluh nadi besar.
d. Ketajaman gelombang. Pendek atau panjangnya gelombang
berhubungan dengan kekuatan denyut nadi. Pada waktu
denyut nadi kuat biasanya diikuti perubahan tekanan yang
tajam sedangkan denyut nadi yang lemah diikuti dengan
perubahan tekanan yang kecil dan lebar (panjang).
5. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri. Tekanan darah
arteri dipengaruhi oleh kerja jantung, tekanan perifer, kekenyalan
dinding pembuluh darah, kekentalan darah, dan jumlah darah
yang bersirkulasi [2]
12
Luas Penampang dan Kecepatan Aliran Darah. Bila semua pembuluh
sistemik dari masing-masing jenis dijajarkan, rata-rata luas penampang
totalnya pada manusia akan menjadi sebagai berikut:
Pembuluh Luas Penampang
(cm2)
Aorta 2,5
Arteri kecil 20
Arteriol 40
Kapiler 2500
Venula 250
Vena kecil 80
Vena kava 8
Tabel Luas Penampang Pembuluh Darah [3]
Perhatikan terutama bahwa luas penampang vena jauh lebih besar
daripada arteri, rata-rata sekitar empat kali dari arteri yang sepadan. Hal
ini menjelaskan mengapa penyimpanan darah terjadi lebih banyak di
sistem vena dibandingkan dengan di sistem arteri.
Karena volume darah yang sama harus mengalir melewati setiap
bagian sirkulasi dalam setiap menitnya, kecepatan aliran darah
berbanding terbalik dengan luas penampang pembuluh darah. Jadi,
dalam keadaan istirahat, kecepatan rata-rata sekitar 33 cm/detik di
aorta, tetapi hanya 1/1000 kecepatannya di kapiler, sekitar 0,3 mm/detik.
Akan tetapi, karena kapiler mempunya panjang hanya 0,3 sampai 1
milimeter, darah hanya berada di kapiler selama 1 sampai 3 detik. Waktu
yang singkat itu merupakan fakta yang mengherankan, mengingat
semua difusi zat makanan dan elektrolit yang melalui dinding kapiler
harus terjadi dalam waktu yang singkat. [3]
Tekanan di Berbagai Bagian Sirkulasi. Karena jantung memompa
darah secara kontinu ke dalam aorta, tekanan rata-rata di aorta menjadi
lebih tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena
pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, tekanan arteri berganti-ganti
antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan diastolik 80 mm
Hg. [3]
Selama darah mengalir melalui sirkulasi sistemik tekanan rata-rata
menurun progresif sampai kira-kira 0 mm Hg pada waktu mencapai ujung
vena kava yang merupakan saat mengosongkan darah ke dalam atrium
kanan jantung. [3]
13
Tekanan dalam kapiler sistemik bervariasi dari setinggi 35 mmHg di
dekat ujung arteriol sampai serendah 10 mmHg di dekat ujung vena,
tetapi tekanan fungsional rata-ratanya pada sebagian besar pembuluh
darah adalah 17 mmHg, merupakan tekanan yang cukup rendah
sehingga hanya sedikit plasma yang akan bocor keluar dari pori-pori yag
kecil di dinding kapiler, walaupun zat makanan dapat berdifusi dengan
mudah melalui pori-pori yang sama ke sel-sel jaringan yang lebih jauh.
[3]
Frekuensi denyut jantung dipercepat oleh
Penurunan aktivitas baroreseptor di arteri, ventrikel kiri, dan sirkulasi
paru
Peningkatan aktivitas reseptor regang atrium
Inspirasi
Kegembiraan
Marah
Sebagian besar rangsang nyeri
Hipoksia
Olahraga
Norepinefrin
Epinefrin
Hormon tiroid
Demam
Refleks Bainbridge
Frekuensi denyut jantung diperlambat oleh
Norepinefrin
Peningkatan aktivitas baroreseptor di arteri, ventrikel kiri, dan sirkulasi
paru
Ekspirasi
Takut
Sedih
Perangsangan serabut nyeri di nervus trigeminus
Peningkatan tekanan intrakranial
*
Norepinefrin mempunyai efek kronotropik langsung pada jantung,
tetapi pada hewan utuh aktivitas pressornya merangsang batoreseptor,
yang berakibat bradikardia.
Tabel Faktor yang memengaruhi frekuensi denyut jantung [3]
III. METODE PRAKTIKUM
Identitas Probandus
14
Berat Badan : 59 kg
Suku Bangsa : Dayak
Cara Kerja
A. Suara Jantung
1. Probanduns tiduran telentang di meja pemeriksa, melepas
pakaian bagian atas, dan tenang.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan probandus dan
memasang stetoskop.
3. Letakkan corong stetoskop pada tempat-tempat tertentu di
dada dan dengarkan suara jantung dengan jelas.
4. Perhatikan apakah suara jantung itu ritmis/teratur, adakah
kelainan suara jantung.
5. Jawablah pertanyaan berikut:
1) Sebutkan jalannya aliran darah mulai dari masuk
jantung (vena cava) sampai keluar dari jantung (aorta)!
2) Sebutkan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
intensitas suara jantung I!
3) Pada keadaan apa intensitas suara jantung I
meningkat?
4) Pada keadaan apa suara jantung I dan II melemah?
5) Apa yang dimaksud dengan bising atau murmur? Ada
berapa tingkat? Jelaskan!
B. Palpasi Nadi
1. Probandus tidur telentang, istirahat dan tenang.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan probandus.
3. Penganglah tangan kanan probandus dengan tangan kiri
pemeriksa. Carilah arteria radialis probandus, dan letakkan
jari telunjuk jari tengah dan jari manis, sedangkan ibu jari
15
pemeriksa memegang bagian dorsal pergelangan tengah
pada sisi vena.
4. Perhatikan dan hitung frekuensi nadi tersebut.
5. Selanjutnya probandus lari di tempat dengan cepat selama
5 menit dan kemudian ulangi langkah 3 di atas.
6. Jawablah pertanyaan berikut:
1) Sebutkan faktor apa saja yang meningkatkan frekuensi
nadi!
C. Tekanan darah
Cara Palpatoir:
1. Siapkan tensimeter, stetoskop tidak digunakan.
2. Probandus tidur telentang, lengan dalam keadaan bebas
dan relaks, bebaskan dari tekanan oleh karena pakaian.
3. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari
lengan dengan rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5
5 cm di atas siku.
4. Raba enyut nadi arteria radialis engan jari-jari tangan
kanan, sampai terasa denyut nadi yang pasti.
5. Katup jarum ditutup sampai rapat.
6. Bola karet dipegang dengan tangan kiri dan pompa
smpai pulsus radialis hilang.
7. Katup dibuka sedemikian rupa sehingga udara keluar
perlahan.
8. Bacalah tekanan manometer pada waktu terasa denyut
nadi lemah yang pertama pada pergelangan tangan
tersebut. Manometer padawaktu itu menunjukkan
tekanan sistole.
Cara Auskultatoir:
1. Probandus tidur telentang, lengan dalam keadaan bebas
dan relaks, bebaskan dari tekanan oleh karena pakaian.
2. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari
lengan dengan rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5
5 cm di atas siku.
3. Pemeriksa memasang stetoskop.
4. Tempatkan corong stetoskop pada arteria brachialis
(biasanya terletak di sebelah medial tenso biseps), tepat
di bawah manset.
5. Bola karet dipompa sampai nadi radialis hilang, teruskan
memompa sampai puncak air raksa mencapai nilai
sekitar 30mmHg di atas tekanan saat nadi radialis hilang
tadi.
16
6. Perlahan- lahan turunkan tekanan manset dengan
membuka katup apda bola peompa, sehingga pada
suatu saat mulai terdengarlah suara yang dapat
dibedakan menjadi 5 fase, yaitu:
Catatan:
a. Pengukuran tekanan darah probandus dilakukan
setelah tiduran telentang 3 menit dengan tenang dan
bebas emosi, secara palpatoir. Untuk mendapatkan
hasil yang meyakinkan, ulangilah pengukuran ini 3
kali dan ambil harga rata-rata.
b. Ukur juga tekanan darah probandus setelah
melakukan latihan jasmani naik turun tangga selama
5 menit, secara palpatoir.
c. Ulangi percobaan b diatas dengan metode
auskultatoir.
d. Hitung frekuensi nadi atau jantung pada waktu
istirahat dan setelah latihan jasmani.
17
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tekanan Darah
IV.2 Pembahasan
V. SIMPULAN
A
B
C
D
E
DAFTAR PUSTAKA
19
Banjarmasin, 6 Mei 2017
Pembimbing Praktikum Praktikan
NIM NIM
20