Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengkajian tanda vital merupakan tanggung jawab dasar profesi medik dan
merupakan metode yang penting untuk mengetahui fungsi tubuh. Tanda-tanda vital
memberi gambaran tentang fungsi organ-organ spesifik. Tanda-tanda vital penting untuk
diobseervasi untuk membentuk pengukuran dasar, mengamati kecenderungan,
mengidentifikasi masalah fisiologis dan memantau respons klien. Ketika mengkaji tanda
vital, pengukuran tunggal akan menunjukkan tanda klinis yang kurang akurat dibandingkan
dengan serangkaian pengukuran yang akan lebih menunjukkan kecendrungan pasien1.
Pemeriksaan tanda vital sangat diperlukan untuk menentukan pengobatan atau terapi
yang akan diberikan kepada pasien. Pada laporan kali ini, akan dibahas pemeriksaan tanda
vital mengenai denyut nadi, tekanan darah, dan refleks pupil.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mendapatkan keterampilan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital dengan menggunakan
teknik pemeriksaan dan perilaku yang benar serta profesional.
1.2.2. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan pemeriksaan tanda vital dengan cara benar:
- Penilaian denyut nadi arteri perifer (Brachialis dan Radialis)
- Pengukuran tekanan darah
- Penilaian refleks pupil
Mengetahui berbagai kelainan dalam pemeriksaan fisik umum dan tanda vital pada
pasien.
Menerapkan perilaku yang sesuai dengan kondisi dan sosio-budaya penderita
dalam melakukan pemeriksaan.
Mengidentifikasikan kesalahan dan kekurangan dalam melakukan pemeriksaan.
Melaporkan hasil pemeriksaan secara lisan maupun tulisan.
1.3 Manfaat
Bagi pasien
Dapat mengetahui pentingnya pemeriksaan tanda-tanda vital.
Bagi mahasiswa
Dapat melaksanakan tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital secara tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Denyut Nadi

Sifat

Kekuatan denyut nadi sebagian besar bergantung pada kekuatan sistolik, oleh karena
itu jelas bahwa denyut nadi tidak mungkin kuat jika sistolik ventrikel lemah. Namun pada
keadaan tertentu ada kalanya denyut nadi lemah tetapi kontraksi jantung sangat kuat. Hal ini
dijumpai pada stenosis aorta dan pada beberapa kelainan jantung tertentu. Oleh karena itu,
kekuatan denyut nadi bukan merupakan pentunjuk yang tepat tentang kekuatan kontraksi
jantung. Denyut nadi dapat digambarkan paling jelas dengan istilah sifat yang dimiliki
sebagai berikut2:

Frekuensi

Frekuensi rata-rata denyut nadi pada orang dewasa normal adalah 60 sampai 90 kali
per menit. Pada anak-anak, kecepatannya bisa mencapai 90 sampai 140 kali per menit. Pada
orang lanjut usia kecepatan berkisar 70 sampai 80 kali permenit2.
Jika frekuensinya kurang dari 60x/menit disebut bradikardia (pulsus rasus), dan jika
frekuensinya lebih dari 100x/menit disebut takikardia (pulsus frequent)

Kekuatan
Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan hanya sedikit hubungannya
dengan tekanan rata-rata. Pada syok, denyut melemah denyut kuat apabila isi sekuncup
besar, misal selama kerja fisik atau setelah pemberian histamin.apabila teakanan denyut
tinggi, gelombang denyut mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau bahkan
didengar oleh individu yang bersangkutkan.

Irama
Pemeriksaan nadi yang lainnya adalah irama, yaitu berupa normal tidaknya irama nadi.
Disritmia (aritmia) sinus merupakan ketidakteraturan nadi, denyut nadi lebih cepat saat
inspirasi dan akan lebih lambat saat ekspirasi. Kemudian apabila teraba nadi sepasangsepasang dinamakan pulsus bigeminus dan apabila teraba tiga kelompok nadi disebut
pulsus trigeminus. Kelainan lebih lanjut dapat dilihat menggunakan elektrokardiografi4.

2.2 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan
lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut
oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga
berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna bagi jaringan
tubuh. Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah
sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik5.Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung
menguncup (sistole).
Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yamg digumakan oleh aliran darah melalui
arteribedasarkan dua hal ketika jantung berkontraksi , yang disebut tekanan darah sistolik
dan ketika jantung beristirahat yang disebut tekanan darah diastolik dua faktor yang samasama menentukan kekuatan denyut nadi volume darah yang bersirkulasi dan elastisitas
pembulu darah memengaruhi tekanan darah seiring meningkat nya volum darah atau
menurun nya elastisitas pembulu darah , tekanan darah meningkat. Tekanan darah turun
ketika aliran darah turun atau elastisitas pembuluh darah.

Gambar 2.1. Tekanan Darah


Dengan demikian jelaslah bahwa tekanan daeah sistolik selalu lebih tinggi dibanding
tekanan darah diastolik. Tekanan darah manusia senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan
rendah sesuai dengan detak jantung.
Tekanan darah manusia biasa diukur dengan alat tensimeter (Stigmomanometer air
raksa). Alat tensimeter terdiri atas beberapa komponen utama berikut:

1.
2.
3.
4.
5.

Manset (cuff) dari karet yang dibungkus kain.


Manometer air raksa berskala 0 mmHg - 300 mmHg.
Pompa karet.
Pipa karet atau selang.
Ventil putar.

Tabel 2.3. Tekanan darah


Source: American Heart Association

2.3

Pemeriksaan Pupil
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat kemampuan pupil dalam berkontraksi
(membesar dan mengecil). Pada keadaan normal, pupil berbentuk bulat dan simetris. Pupil
dikatakan normal apabila diberikan sinar akan mengecil dengan refleks cahaya langsung
maupun kontralateral pada yang tidak disinari. Adanya midriasis atau dilatasi pupil
menunjukkan adanya rangsangan simpatis. Pupil yang mengecil disebut miosis. Apabila
ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya penyakit katarak7.
Ukuran pupil ( miosis, konstriksi, midriasis, dilatasi ) dan responnya terhadap cahaya
dan akomodasi memberikan informasi penting mengenai8:

Fungsi jalur aferen yang mengontrol pupil (saraf dan traktus optik)
Fungsi jalur eferen

Pemeriksaan pupil dimulai dengan penilaian ukuran pupil dengan cahaya uniform.
Jika terdapat asimetri (anisokaria) harus ditentukan apakah pupil yang kecil atau lebar
merupakan pupil abnormal. Pupil kecil yang patologis (setelah kerusakan sistem saraf
simpatis) akan menjadi lebih jelas pada pencahayaan redup, karena dilatasi pupil normal
akan menjadi lebih besar. Pupil lebar yang patologis (didapatkan pada penyakit sistem
saraf simpatis) akan menjadi lebih jelas dalam cahaya.

Gambar 2.2. Pemeriksaan Pupil


Pasien dengan riwayat inflamasi mata anterior (iritis), trauma, atau pembedahan mata
sebelumnya mungkin mengalami perubahasan struktur iris secara mekanik yang
mempengaruhi bentuk pupil. Beberapa individu memiliki bentuk pupil yang asimetris
namun tidak terkait penyakit tertentu8.

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Jam tangan yang memiliki petunjuk waktu untuk detik (dibawa
mahasiswa sendiri)
Stigmomanometer air raksa
Stetoskop
Penlight
3.2 Urutan Pemeriksaan
1. Lakukan pemeriksaan denyut nadi
2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah
3. Lakukan pemeriksaan pupil
3.3 Langkah Pemeriksaan
3.3.1 Pengukuran Denyut Nadi

Penilaian denyut nadi arteri perifer:


1.

Pemeriksa berdiri di samping P S

oleh

2.

Carilah dengan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, denyut.

branchialis pada fossa cubiti lengan kanan P S


3.

Lokasi a. branchialis terletak di sisi medial lengan, tepat di bawah tendo otot bisep.

4.

Lakukan penilaian denyut arteri tersebut yang meliputi :

5.

a.

Frekuensi denyut arteri perifer

b.

Kekuatan denyut arteri perifer

c.

Irama denyut arteri perifer

Ulangi langkah 1-4 untuk memeriksa denyut arteri radialis

3.3.2 Pengukuran Tekanan Darah


Lakukan pengukuran tekanan darah arteri brachialis P S dalam keadaan duduk dan
catatlah hasil yang didapatkan.

Pengukuran tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi


1. P S tetap dalam keadaan duduk dan tenang
2. Pasang manset stigmomanometer pada lengan kanan atas P S

Syarat pemasangan manset :


-

Lengan baju digulung setinggi-tingginya sehingga tidak terlilit oleh manset

Tepi bawah manset letaknya 2-3 cm diatas fossa cubiti

Balon dalam manset harus menutupi lengan atas di sisi ulnar (di atas arteri

brachialis).
-

Pipa karet manset jangan menutupi fossa cubiti

Manset diikat cukup ketat

Kriteria manset yang tepat: Ukuran lebar balon dalam manset 20% lebih besar dari
diameter lengan dan panjangnya cukup melingkari lengan.
3. Dengan cara palpasi, carilah denyut arteri brachialis pada fossa cubiti dan
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan P S.
4.Setelah duduk tenang, siapkan stetoskop di telinga saudara. Pompa manset
sambil meraba arteri radialis pada pergelangan tangan atau arteri brachialis pada
daerah lipat siku (fossa cubiti) sampai denyut nadi tidak teraba lagi.
5. Naikan lagi tekanan dalam manset sebesar 30 mmHg di atas tekanan sistolik
palpasi.
Catatan: Bila denyut sudah tidak teraba lagi, kita telah melampaui tekanan
sistolik.

6. Letakkan stetoskop di daerah lipat siku (fossa cubiti) sesuai dengan letak
arteri brachialis
7. Sambil melakukan auskultasi pada arteri brachialis, turunkan tekanan manset
secara perlahan-lahan ( 2-3 mmHg/detik) dan tetapkan fase Korotkoff
8. Catatlah hasil pengukuran saudara (tekanan sistolik/tekanan diastolik)
9. Ulangi tekanan pengukuran butir 5-8 sehingga diperoleh 2 hasil pengukuran.
Nilai tekanan darah adalah nilai rata-rata ke-2 pengukuran.

Pengukuran tekanan darah arteri brachialis dengan cara palpasi


Ulangi langkah 1-3
10. Tanpa menggunakan stetoskop di telinga saudara, pompa manset sambil
meraba a. radialis sampai tekanan di dalamnya tidak teraba lagi, kemudian
tambahkan tekanan manset sebesar 30mmHg.
11. Turunkan tekanan manset secara perlahan-lahan 2-3 mmHg/detik sambil
melakukan palpasi pada a. radialis
12. Tepat pada saat denyut arteri radialis teraba lagi, manometer air raksa
menunjukkan angka tekanan sistolik P S tersebut.
13. Ulangi pengukuran seperti langkah 10-12 sehingga didapatkan hasil
pengukuran untuk mendapatkan nilai rata-rata, dan catat hasilnya
14. Terangkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah arteri yang diperoleh
antara cara auskultasi dan cara palpasi.

3.3.3 Pemeriksaan Pupil


1.

Pasien diminta duduk tenang dengan mata menghadap lurus kedepan.

2. Pemeriksa mengarahkan sinar pen light dari arah lateral ke arah medial untuk
setiap mata (mata kanan dan kiri)
3.

Lakukan penilaian pupil yang meliputi :


a.

Penilaian refleks pupil

b.

Diameter pupil

c.

Bentuk pupil

BAB IV
HASIL PEMERIKSAAN
Nama Pasien
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan

: Muhammad Alif Satrio


: 18 tahun
: laki-laki
: Mahasiswa

Pemeriksa: Adam Farizan

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan


Denyut Nadi

Pengukuran 1:
Arteri Radialis:
64 kali/menit
Arteri
Brachialis:
64 kali/menit
Pengukuran 2: Tekanan
Arteri radialis:

Frekuensi

Tekanan Darah

Pupil

Pengukuran
Refleks Kiri:
(+)
1:
Kanan:
Palpasi: 100
(+)
mmHg
Diameter Kiri: 2 mm
Auskultasi:
Kanan:2 mm
110/80mmHg
Pengukuran
Bentuk Kiri: Bulat
2:

74 kali/menit
Arteri Bracialis:

72 kali/menit
Kekuatan
Irama

Kuat

Palpasi: 100
mmHg
Auskultasi:
120/90
mmHg

Kanan: Bulat

Teratur

Denyut nadi
Frekuensi rata-rata:
a. Arteri radialis
b. Arteri brachialis

: 64 kali/menit
: 64 kali/menit

Tekanan darah
Tekanan rata-rata
a. Palpasi: 100 mmHg
b. Auskultasi: 120/90mmHg
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN

5.1 Denyut Nadi


Denyut nadi normal adalah 60 sampai 100 kali per menit. Rata-rata denyut nadi pasien
adalah 64 kali per menit. Angka tersebut masih dalam angka normal.
5.2 Tekanan darah
Tekanan darah rata-rata P.S adalah 120/90 mmHg dengan cara auskultasi dan 100 mmHg
dengan cara palpasi. Berdasarkan American Heart Association, angka tersebut masih
dalam rentang normal
P-T.D.2 Mengapa saat manset dipompa arteri radialis/arteri brachialis perlu diraba?
Jawab: Saat manset dipompa arteri radialis/arteri brachialis perlu diraba untuk
mengetahui tekanan sistolik. Jika denyut arteri radialis ataupun arteri brachialis sudah
tidar terasa, maka kita telah mencapai tekanan sistolik. Saat tercapai tekanan sistolik,
naikkan tekanan kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan sistolik.
P-T.D.3 Apakah kita harus menekan stetoskop sekuat-kuatnya pada fossa cubiti?
Jawab: Tidak. Tekan stetoskop secukupnya sampai denyut terdengar.
P-T.D.4 Bagaimana kecepatan penurunan tekanan di dalam manset? Apa akibatnya bila
diturunkan terlampau cepat/lambat?
Jawab: Turunkan kecepatan tekanan secara perlahan-lahan. Jangan terlalu cepat ataupun
terlalu lambat. Jika tekanan diturunkan terlampau cepat maka ditakutkan akan terdapat
bunyi lupp yang terlewat sehingga hasil tekanan darah yang diperoleh tidak akurat.

10

Begitu juga dengan penurunan tekanan yang terlalu lambat akan memberikan hasil yang
tidak akurat. Selain itu, penurunan tekanan yang terlalu lambat juga dapat
mengakibatkan aliran darah pasien dapat terganggu.
5.3 Pemeriksaan Pupil
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mata PS memberikan refleks terhadap
cahaya. Hal itu terlihat dengan mengecilnya pupil PS menjadi 2 mm. Bentuk pupil pasien
juga normal yaitu bulat.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Denyut nadi normal memiliki frekuensi 60-100 kali per menit dengan irama yang teratur.
Berdasarkan hal tersebut maka PS memiliki denyut nadi normal.

Tekanan darah normal maksimal adalah 120/80. Jika melebihi angka tersebut maka
terdapat kemungkinan hipertensi. Dalam hal ini tekanan darah PS normal.

Kontraksi pupil yang baik memiliki refleks positif terhadap cahaya. PS memiliki refleks
pupil yang baik sehingga dapat dikatakan normal.

11

Anda mungkin juga menyukai