INDERA PENDENGARAN
NAMA KELOMPOK :
1. CHRISTIN MERRINA LETTE (13700221)
2. HARMINI SALORA (13700255)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indera pendengaran merupakan salah satu sistem sensorik khusus yang menerima
informasi berupa perubahan tekanan / getaran udara dari sumber udara yang ditransmisikan ke
sistem saraf.
Pada proses tersebut terdapat struktur fungsional, yang terdiri dari :
1. Telinga luar yang terdiri aurikula dan meatus akustikus externus, yang menerima getaran
suara dari berbagai sumber suara mencapai membrane timpani. Disini gelombang suara
transmisikan ke sistem saraf.
2. Telinga tengah yang di batasi oleh membrana timpan, terdiri dari tulang-tulang maleus,
inkus dan stapes yang meneruskan getaran suara dari membrane timpani . Daerah ini
selain mempunyai fungsi meneruskan gelombang suara menuju ruang telinga bagian
dalam, secara mekanisme juga untuk proteksi terhadap suara yang merusak.
3. Di dalam ruang telinga bagian dalam melalui fenestra ovalis, getaran suara masih
diteruskan secara mekanis dalam cairan perilimp dari skala vestibule dan skala media dan
baru menjadi gelombang listrik setelah melewati membrane basilaris dari organon korti.
Selanjutnya impuls-impuls saraf menuju ke otak melalui N. Cochlearis.
Getaran suara dapat pula diteruskan melalui tulang-tulang tengkorak (cranium) mencapai
reseptor pendengaran (organ corti pada kohlea) di ruang telinga dalam. Gangguan pendengaran
mempunyai tiga bentuk ketulian :
1. Tuli Konduksi (conduction deafness), adalah gangguan karena hambatan konduksi suara
pada meatus acusticus externus dan telinga tengah.
2. Tuli Presepsi (Preception deafness), adalah gangguan karena rusaknya sebagian atau
seluruh hair cell / reseptor pendengaran pada organ corti.
3. Tuli Sentral (Central deafness), adalah gangguan pada lintasan saraf pendengaran atau
pada pusat pendengaran di otak.
2
Pada praktikum pendengaran di laboratorium ilmu faal ini hanya dilakukan pemeriksaan tuli
konduksi dan tuli presepsi saja. Keduanya diperiksa secara kasar dengan menggunakan garpu
tala dan lebih teliti dengan audiometri. Pada pemeriksaan garpu tala menggunakan 5 garpu tala
yang mempunyai frekuensi 2048, 1024, 512, 256 dan 128.
Pada pemeriksaan audiometric dapat diketahui besar intensitas suara yang dapat didengar
oleh orang coba. Pada pemeriksaan audiometri dikenal pula satuan intensitas suara yang
menyatakan besarnya hearing loss pada pemeriksaan dengan frekuensi murni (pure tone) yang
disebut bel, yaitu logaritma energi getaran suara yang diserap per satuan luas per nilai standar
nilai ambang. Besarnya nilai ambang adalah 1 watt/cm2 atau 1 dyne/cm2 . karena bel terlalu
besar biasanya digunakan satuan decibel (dB) yang nilainya 1/10 Bel. Intensitas suara yang dapat
di dengar orang normal berkisar antara -5 dB s/d 30 dB.
Pemeriksaan dengan garpu tala ada beberapa macam, yaitu cara Rinne, Schwabach, Weber
dan Bing. Masing-masing pemeriksaan prinsipnya adalah :
Air Conduction (AC) menggunakan telinga luar dan tengah untuk menghantarkan bunyi ke
cochlearis dan seterusnya. Hantaran ini dianggap jalan yang lazim untuk transmisi bunyi. Pada
Bone Conduction (BC), tulang tengkorak dibuat bergetar dengan jalan menempelkan benda yang
bergetar secara periodic, misalnya garpu tala. Rangsang yang dihantarkan diduga menggetarkan
cairan koklearis tanpa melewati telinga luar dan tengah. Normalnya konduksi melalui udara(AC)
lebih baik dari pada konduksi melalui tulang (BC).
Pendengaran BC yang normal jelas mengisyaratkan fungsi koklearis, saraf dan batang otak
normal pula. Jika komponen BC normal, sedangkan seluruh sistem AC terganggu (BC/AC),
maka gangguan diduga merupakan akibat kerusakan system lainnya, yaitu telinga tengah/telinga
luar (Conduction deafness). Sebaliknya bila BC tidak lebih peka dari AC (BC≤ AC), maka
3
gangguan total diduga akibat kerusakan atau perubahan pada mekanisme koklearis atau
retrokoklearis (Perception deafness).
Bila dengan sengaja dilakukan penyumbatan (Oklusi) pada telinga normal dengan cara
menekan pinna, maka seharusnya orang coba akan mendengar suara rangsang yang mengeras.
Bila tidak demikian, maka kemungkinan hal ini dapat di sebabkan adanya oklusi atau gangguan
lain pada telinga luar (Meatus Acusticus Externus) dan atau telinga bagian tengah (middle ear)
4
BAB II
METODE KERJA
2.1 Peralatan
Cara Rinne
1. Getarkan kedua ujung garpu tala dengan dipukulkan pada telapak tangan atau
mendekatkan kedua ujung garpu tala kemudian secara mendadak dilepaskan (seperti
mencubit). Jangan sekali-sekali dipukulkan kepinggir meja atau benda yang keras!
2. Tempelkan dengan sedikit tekanan gagang dari garpu tala pada prosesus mastoideus pada
sisi telinga yang diperiksa sampai orang coba memberi tanda tidak mendengar.
3. Segera pindahkan garpu tala kesisi lubang telinga lebih kurang 1,5 cm dengan kedua
ujungnya mengarah keatas pada bidang frontal dan dengarkan getarannya.
Hasilnya : Rinne positif (+) bila orang coba masih mendengar suara setelah dipindahkan
kesisi lubang telinga
4. Catatlah waktu (dalam detik) saat pemindahan garpu tala sampai orang coba member
tanda tidak mendengar lagi. Lakukan ini pada telinga kiri dan kanan pada semua garpu
tala (5 frekuensi).
5. Lakukan pemeriksaan pada telinga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat salah satu
telinga dengan kapas yang dibasahi dengan air dan lakukan tes Rinne ini pada telinga
yang disumbat tersebut (cukup dengan salah satu garpu tala).
Cara Schwabach
1. Garpu tala yang digetarkan ditempelkan pada prosesus mastoideus sisi telinga yang
diperiksa, sampai orang coba memberi tanda tidak mendengar lagi.
5
2. Segera garpu tala dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa (dengan telinga
normal).
Hasil:
Bila pemeriksa masih mendengar suara getaran, disebut Schwabach memendek
(orang coba mendengar dalam waktu lebih pendek dari pemeriksa)
Bola pemeriksa sudah tidak mendengar suara getaran, ada kemungkinan Schwabach
normal atau memanjang .
Untuk memastikan dilakukan dengan membalik tes yaitu dari pemeriksa ke orang
coba.
3. Lakukan pula pada telinga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat salah satu telinga
dengan kapas yang dibasahi air.
Disini pemeriksaan dilakukan hanya dengan menggunakan satu frekuensi garpu tala.
Cara Weber
1. Garpu tala yang bergetar ditempelkan pada vertex atau dahi (pada garis median) orang
coba.
2. Tanyakan apakah mendengar sama keras pada kedua telinga.
Hasilnya :
jika terdengar sama keras berarti tidak ada lateralisasi
Jika terdengar berbeda berarti ada lateralisasi
3. Lakukan pemeriksaan pada telinga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat kapas yang
telah dibasahi air.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM FAAL - INDERA PENDENGARAN
3. 1 Pemeriksaan Rinne
1. Orang Coba :
6
1. Christin Merrina Lette
2. Harmini Salora
2. Operator :
1. Harmini Salora
3. 2 Pemeriksaaan Schwabach
7
FREKUENSI KANAN KIRI
OC/ OPT OPT/ OC KESIM OC/ OPT OPT/ OC KESIM
GARPU TALA
PULAN PULAN
A.426.6Hz (OC 1) - + Memanjang - - NORMAL
A.426.6Hz (OC 2) - + Memanjang - - NORMAL
Keterangan :
Keterangan : isilah dengan lateralisasi ke kanan / kiri / tak ada lateralisasi (equal)
8
9
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Tes Rinne
Tanpa Sumbatan Telinga
Hasil tes diatas menunjukkan jika telinga kanan dan telinga kiri orang coba normal,
karena tes Rinne menunjukkan hasil positif (+).
Dengan Sumbatan Telinga Kanan
Hasil tes diatas menunjukkan jika ada perbedaan antara telinga kiri dengan telinga
kanan yang disumbat. Telinga kiri yang tidak disumbat menunjukkan hasil tes Rinne
positif (+). Sedangkan telinga kanan yang disumbat menunjukkan hasil tes Rinne
negative (-), yang bisa berarti menderita tuli konduksi kanan dan ketika garpu tala
dikembalikan lagi, suara tetap tidak terdengar sehingga hasilnya normal.
Tes Schwabach
Tanpa Sumbatan Telinga
Tes Schwabach menunjukkan orang coba dan pemeriksa sama-sama tidak
mendengarkan suara dari bone conduction baik dari telinga kanan maupun kiri
menunjukkan bahwa orang coba dan pemeriksa normal.
Dengan Sumbatan Telinga Kanan
Tes schwabach menunjukkan adanya perbedaan antara telinga kanan yang disumbat
dengan telinga kiri yang tidak disumbat. Telinga kiri tetap menunjukkan hasil
normal. Sedangkan telinga kanan menunjukkan, saat operator (pemeriksa) sudah
tidak bisa mendengar, orang coba masih bisa mendengar. Namun ketika keaadaan
dibalik saat orang coba tidak bisa mendengar, maka operator (pemeriksa) juga tidak
bisa mendengar. Sehingga kemungkinan ada kelainan konduktif pada telinga kanan
yang disumbat pada orang coba.
Tes Weber
Tanpa sumbatan
Tes weber menunjukkan lateralisasi ke kanan. Karena pada telinga kanan
mendengarkan suara yang lebih keras ketika garpu tala yang bergetar ditempelkan
pada verteks atau dahi yang berarti hasil tes Weber normal.
11
Dengan sumbatan
Tes weber menunjukkan bahwa suara pada telinga kanan yang disumbat terdengar
lebih keras daripada telinga kiri. Hal ini bisa menunjukkan bahwa orang coba
menderita tuli konduksi kanan atau tuli persepsi kiri.
Jawaban
12
pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien
tidak dapat mendengarnya
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya
secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala
didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah
bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada
dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif
jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras.
Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus
eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
b) Tes Weber
Tes Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi
suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau
pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien
ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan, atau di telinga kiri.
Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga
atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan
pendengaran konduktif (otosklerosis, ototis media), suara akan lebih jelas terdengar pada
sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara sehingga
akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan mengalami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber
berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral.
Weber
Metode Pangkal garpu tala yang bergetar diletakkan di vertex tengkorak
Normal Mendengar sama keras di kedua sisi
Tuli Hantaran Bunyi lebih keras di telinga yang sakit karena efek masking oleh
bunyi lingkungan tidak ada
Tuli Saraf Bunyi lebih keras di telinga normal
13
Tabel 9-1. Uji-uji garpu tala yang sering dugunakan untuk membedakan antara
tuli sarafi dan tuli hantaran (William F. Ganong, 2001 : 176).
c) Tes Schwabach
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh:
Getaran yang datang melalui udara
Getaran yang datang melalui tengkorak khususnya osteo temporal
15
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
16
Fisiologi Kedokteran edisi 20; William F. Ganong; EGC Penerbit Buku Kedokteran
17