Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Tes Kesadaran dan Fungsi Cerebellum

Disusun oleh :

1. Hadicroh Mauditami (20190310143)


2. Arsy Ahlam Al Fadhilah (20190310144)
3. Jesica Hanif Firdaos (20190310146)
4. Kinanti Wilujeng Hayuning Utari (20190310147)
5. Riztantri Amalia Budiarso (20190310148)
6. Rizki Syaibani Nur Rahman (20190310149)
7. Khoiruddin (20190310150)
8. Alfionita Eka Ameli Putri Dani (20190310151)

Program Studi Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta’

2019
Tes Kesadaran dan Fungsi Cerebellum

I. Dasar Teori

Otak merupakan pusat sistem saraf yang dibagi menjadi korteks cerebral, ganglia
basalia, thalamus dan hipothalamus, mesencephalon, batang otak dan cerebellum.
Korteks cerebral tersusun dari 2 hemisphere cerebral yang masing-masing dibagi
menjadi 4 lobus, yakni frontal, parietal temporal dan occipital. Cerebrum
bertanggungjawab untuk fungsi motorik dan asosiatuf dan fungsi mental.

Ganglia basalia berada di dalam hemisfer cerebral, yang terdiri atas nukleus
kaudatus dan lenticularis, kapsula interna, dan amigdala. Struktur ini merupakan
struktur ekstrapiramidal yang berfungsi untuk modulasi gerakan volunteer tubuh,
perubahan sikap tubuh dan integrasi otonom. Ganglia basalis berperan khusus dalam
gerakan ekstremitas secara halus. Kerusakan ganglia basalis akan mengakibatkan
gerakan kaku dan tremor.

Thalamus berada di pusat otak. Talamus merupakan stasiun pemancar impuls


sensorik dan motorik yang berjalan ke dan dari otak. Talamus berperan dalam kontrol
respon primitif seperti rasa takut, dan perlindungan diri, dan pusat persepsi nyeri dan
suhu. Hipotalamus terletak di bawah talamus. Hipotalamus terdiri dari kiasma
opticum dan neurohipofisis. Neurohipofisis bertanggungjawab dalam pengaturan
suhu, cairan, nutrisi, tingkah laku seksual. Pengaturan oleh hipotalamusmelibatkan
saraf otonom dan hormon-hormon.

Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Untuk mempertahankan


fungsi kesadaran dengan baik, perlu suatu interaksi yang konstan dan efektif antara
hemisfer serebri dan formatio retikularis di batang otak. Gangguan pada hemisfer
cerebri aformatio retikularis dapat menimbulkan gangguan kesadaran. Bergantung
pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran dapat berupa apati, delirium,
somnolen, sopor atau koma. Koma sebagai kegawatan maksimal fungsi susunan saraf
pusat memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab makin lama koma
berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat sehingga kemungkinan makin
kecil terjadinya penyembuhan sempurna.

Serebelum

Kerusakan organik maupun fungsional dari cebellum biasanya akan


menampakkan suatu gejala-gejala yang bisa diamati sebelum atau sesudah dilakukan
test tertentu. Gejala-gejala yang ditimbulkan sesuai fungsi maupun letak anatomis dari
kerusakan yang terjadi.
Gambar 1. bagian cerebellum
Tabel 1. Fungsi dan Peran Bagian Cerebellum

No Bagian Cerebellum Anatomi Peran

1 Vestibulocerebellum Flocculonoduler lobe Mengatur keseimbangan dan


(Archicerebellum) (+ perbatasan vermis) gerakan mata

2 Spinocerebellum Vermis dan zona Mengatur gerakan tubuh dan


(Paleocerebellum) intermedial anggota tubuh.
hemisphere Spinocerebellum mampu
merinci input propioreseptif
untuk mengantisipasi posisi
yang akan terjadi jika tubuh
dan anggota tubuh bergerak.

3 Cerebrocerebellum Vermis bagian tengah Merencanakan dan inisiasi


dan zona lateral gerakan. Memiliki peran
(Neocerebellum) hemisphere dalam fungsi kognitif.

Fungsi cerebellum adalah :

a. Fungsi Koordinasi

Untuk membentuk suatu gerakan yang bertujuan secarafungsional, maka


beberapa otot atau beberapa persendian harus terorganisasi dengan baik, misalnya
untuk membentuk kata-kata yang baik diperlukan koordinasi berbagai macam
otot/persendian seperti otot-otot laring, otot mulut atau respirasi. Tidak adanya
koordinasi dari beberapa persendian kita kenal dengan istilah disartri, kondisi ini
juga bisa menyebabkan kelainan akibat gangguan kecepatan, luas, kekuatan serta
arah dari suatu gerakan yang disebut ataxia.

b. Fungsi Keseimbangan dan Orientasi Ruangan

Untuk mengetahui posisi dalam suatu ruang atau keseimbangan tubuh,


seseorang harus mendapatkan impuls dari propioreseptor yang terletak di
persendian, otot dan lain-lain serta keadaan cerebellum yang baik. Gangguan di
mana seseorang tidak mengerti, karena itu

c. Fungsi Penghambat/damping

Impuls yang datang ke cerebellum dari korteks motoric cerebellum akan


dihambat/damping. Gangguan fungsi penghambat ini terluhat pada
ketidakmampuannya mengerem/menghentikan gerakan dengan cepat pada test
Rebound atau Past Pointing tes di mana penderita selalu overshoot. Overshoot
ialah bila seseorang mau menunjuk titik tertentu selalu melebihi apa yang dituju.
Ketidakmampuan untuk menilai jarak ini disebut juga sebagai disartri. Ciri khas
lain pada kerusakan cerebrum ialah adanya intensi tremor, yaitu tremor yang
terjadi sewaktu bergerak secara volunteer. Sebaliknya, tremor akan hilang bila
penderita itu diam. Jadi berbeda dengan tremor diam dari parkinsonisme.

II. Alat dan Bahan

(tidak ada)

III. Cara Kerja

1. Pemeriksaan Kesadaran
Salah satu pemeriksaan neurologic adalah penilaian status mental yang
yang meliputi tingkat kesadaran, bicara, orientasi, pengetahuan kejadian-
kejadian terakhir, pertimbangan, abstraksi, kosakata, respon emosional, daya
ingat, berhitung, pengenalan benda, dan praktis (integrasi aktivitas motorik).
Dalam klinik dikenal tingkat-tingkat kesadaran kompos mentis dan inkompos
mentis (delir, apati, somnolen, spoor dan koma) :
a. Kompos mentis : keadaan waspada dan terjaga pada seseorang yang
bereaksi sepenuhnyadan adekuat terhadap rangsang visual, auditorik dan
sensorik.
b. Apati : acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila ditanya.
c. Delir : kesadaran menurun disertai kekacauan mental dan motoric seperti
disorientasi, iritatif, salah persepsi terhadap rangsang sensorik, sering
timbul ilusi dan halusinasi.
d. Somnolen : penderita mudah dibangunkan, dapat bereaksi secara
motorik atau verbal yang layak tetapi setelah memberikan respons, ia
terlena kembali bila rangsangan dihentikan.
e. Sopor (stupor) : penderita hanya dapat dibangunkan dalam waktu
singkat oleh rangsang nyeri yang hebat dan berulang-ulang.
f. Koma : tidak ada sama sekali jawaban terhadap rangsang nyeri yang
bagaimanapun hebatnya.

Munculnya suatu pikiran atau persepsi hamper selalu melibatkan sinyal-


sianyal yang menjalar secara bersamaan di dalam sebagian besar korteks
cerebri, thalamus, system limbic, dan formation retikularis batang otak.
Pikiran sederhana seperti nyeri tergantung pusat-pusat yang lebih rendah yaitu
thalamus, hypothalamus, mesencephalon. Pikiran yang lebih kompleks
melibatkan korteks visual, auditori dan sensori. Jaras dari korteks visual,
auditori dan sensori akan menuju area Werniche yang merupakan area
interpretasi umum dan diubah menjadi informasi bahasa. Jika area werniche
rusak, penderita tak mampu menyusun kata-kata menjadi suatu pikiran yang
logis dan memahami gagasan bahasa tulisan/isyarat yang disampaikan.

Batas antara berbagai derajat kesadaran tidaklah jelas. Untuk menentukan


derajat gangguan kesadaran dapat digunakan :

- Glasgow Coma Scale = GCS


- Glasgow Pitsburgh Coma Scale = GPCS (modifikasi CGS)
Menurut Glasgow Coma Scale, tingkat kesadaran dinilai menurut 3 aspek,
yaitu :
(1) Kemampuan membuka mata : EYE opening = E
(2) Kemampuan berbicara : VERBAL response = V
(3) Aktivitas motoric : MOTOR response = M

1. Kemampuan membuka mata, terdapat 4 tingkatan


a. Dapat membuka mata sendiri secara spontan : 4
b. Dapat membuka mata atas perintah : 3
c. Dapat membuka mata atas rangsang nyeri : 2
d. Tidak dapat membuka mata dengan rangsang : 1
2. Kemampuan berbicara, terdapat 5 tingkatan
Kemampuan bicara menunjukkan fungsi otak dengan integritas yang
paling tinggi
a. Orientasi yang baik mengenai tempat, orang dan waktu : 5
b. Dapat berbicara, tetapi jawaban kacau : 4
c. Mengeluarkan kata-kata yang sulit dimengerti : 3
d. Tidak mengeluarkan kata-kata, hanya bunyi : 2
e. Tidak keluar suara : 1
3. Aktivitas motoric, terdapat 6 tingkatan
Dinilai anggota gerak yang memberikan reaksi paling baik yang tidak
dinilai pada anggota gerak dengan fraktur/kelumpuhan. Biasanya
dipilih lengan karena gerakannya lebih bervariasi daripada tungkai.
a. Mengikuti perintah : 6
b. Adanya gerakan untuk menyingkirkan rangsangan yang diberikan
pada beberapa tempat : 5
c. Gerakan fleksi cepat disertai dengan abduksi bahu : 4
d. Gerakan fleksi lengan disertai adduksi bahu : 3
e. Gerakan ekstensi disertai adduksi bahu : 2
f. Tidak ada gerakan : 1

Interpretasi :

Nilai tingkat kesadaran secara umum dapat dijumlahkan dari ketiga aspek
respon mata, bicara, dan motoric. Untuk keperluan klinik tertentu nilai
masing-masing aspek ditulis sendiri-sendiri. Contoh cara penulisan : CGS 9
=E2V4M3 pada pukul 07.35.
Secara umum, klasifikasi koma (cedera kepala) adalah sebagai berikut :
(a) Cedera kepala berat, CGS <8
(b) Cedera kepala sedang, CGS 9-12
(c) Cedera kepala ringan, CGS ≥13

2. Pemeriksaan Fungsi Cerebellum


a. Pas Pointing Test
Orang yang normal bisa menyentuh sesuatu berkali-kali dengan cepat
dan tepat, misalnya menyentuh hidung, menyentuh jari satu terhadap jari
lainnya.
b. Test Romberg
Dengan mata tertutup dan kaki dirapatkan, tangan diluruskan ke depan.
Bila ada kerusakan cerebellum maka orang tersebut akan jatuh ke
belakang.
c. Tes Disartri
Mengucapkan kalimat yang hamper sama dan disebut secara berulang-
ulang dan intensitas suara yang tetap, kadang-kadang cepat, kadang-
kadang lambat.
d. Tes Adiodokokinesis
Secara normal orang dapat melakukan gerakan pronasi dan supinasi
secara berulang-ulang dan cepat atau orang dapat menaik-turunkan
tangannya berulang-ulang dan cepat. Bila ada kerusakan dari cerebellum
maka kemampuan untuk mengetahui posisi dari bagian tubuhnya yang
bergerak tidak ada, akibatnya gerakan nya tidak teratur.
e. Tes Intensi Tremor
Pada kerusakan cerebellum, pada saat melakukan gerakan terutama pada
disuruh mengontraksikan saat hamper sampai ke tempat tujuan terjadi
tremor (gerakan yang halus dan cepat, involunteer) karena fungsi
damping cerebellum hilang. Tremor terjadi terutama bila nuclei dentatus
atau brachium konjungtivum rusak. Ini khas pada kerusakan cerebellum.
f. Tes Rebound
Pada orang dengan kerusakan cerebellum disuruh mengontraksikan
lengannya kuat-kuat, sementara orang lain menahannya tetapi kemudian
dilepaskan, maka lengan itu akan melayang dengan kuat sampai
memukul mukanya sendiri. Ini karena kontraksi otot-otot antagonisnya
tidak terjadi oleh karena kerusakan cerebellum.

IV. Hasil

HASIL PRAKTIKUM

TES KESADARAN DAN FUNGSI CEREBELLUM

Golongan :

Nama Praktikan :

Jenis Kelamin :

Tanggal : Rabu, 20 November 2019

Hasil Tes Kesadaran

No Kemampuan Kemampuan Kemampuan Hasil


probandus membuka mata berbicara gerak

1 4 5 6 15

2 4 5 6 15

3 4 5 6 15

4 4 5 6 15

Hasil Pemeriksaan Fungsi Cerebellum

No Tes Hasil

1 Past Pointing Test Baik, probandus dapat menyentuh tangannya


secara tepat dan cepat

2 Romberg Baik, probandus dapat menjaga keseimbangannya

3 Adiodokokinesis Baik, probandus dapat supinasi-pronasi berulang-


ulang secara cepat

4 Disartri Baik, probandus dapat mengucapkan kalimat yang


hamper sama dengan berulang dan cepat
5 Intensi Tremor Baik, probandus dapat menyentuh jari penguji
dengan cepat dan tanpa tremor

6 Rebound Baik, probandus dapat menngendalikan tangannya


yang ditahan

V. Pembahasan

1. Pemeriksaan Kesadaran
Berdasarkan data yang kami kumpulkan, hasil menunjukkan bahwa
probandus dalam tingkat kesadaran yang sangat baik. Hasil GCS 15 :
E4M5V6 menunjukkan bahwa probandus dapat membuka mata secara
spontan, memiliki kemampuan berbicara secara jelas dan melakukan aktivitas
motoric sesuai yang diperintahkan.

2. Pemeriksaan Fungsi Cerebellum


Sementara fungsi cerebellum juga masih sangat baik, karena
keseimbangan probandus tercatat sangat baik. Tidak ada respon positif
terhadap berbagai test yang dilakukan.

VI. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai