Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

GEN YANG TERANGKAI SEKS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Praktikum Genetika

Disusun Oleh kelompok I


1. Destri Nurul Husna
2. Bakti Indriawan P.
3. Uji Virtanti

(4401413064)
(4401413082)
(4401413105)

Pendidikan Biologi Rombel 3

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
Hari/Tanggal praktikum

: Kamis,15 Oktober 2015

KEGIATAN 8
A. JUDUL : GEN YANG TERANGKAI SEKS
B. TUJUAN :
1. Mengenal sifat genetik manusia yang ditentukan oleh gen yang terangkai
pada kromosom seks.
2. Mengetahui perbedaan jumlah penderita butawarna berdasarkan jenis
kelamin.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam setiap individu memiliki dua macam kromosom, yaitu autosom dan
gonosom (seks kromosom). Setiap individu ini ada yang berjenis kelamin jantan
dan kelamin betina yang mempunyai autosom yang sama , maka sifat keturunan
yang ditentukan oleh gen pada autosom diwariskan dari orang tua kepada anakanaknya tanpa membedakan jenis seks (kelamin). Contohnya sifat keturunan
pada jari yang lebih, warna mata, warna rambut dan bentuk rambut dan albino
yang dapat diwariskan dari orang tua, tetapi keturunan F1 maupun F2 tidak pernah
disebut jenis kelamin. (Ir. Suryo; 1990; 202 )
Selain gen-gen autosomal yang demikian itu, dikenal pula gen yang terdapat
di dalam kromosom kelamin. Peristiwa rangkaian kelamin Sek Linkage.
Sedangkan gen-gen yang terdapat pada pada tangkai kromosom kelamin
dinamakan gen terangkai kelamin Seks-Linked genes . Berhubungan dengan itu
dapat dibedakan atas gen yang terangkai X , X-linked gane adalah gen yang
terangkai pada kromosom X dan gen yang terangkai Y Y-linked gane yang
terangkai pada kromosom Y.(Ir. suryo ; 1990; 202).
Pada manusia, contoh dari gen pautan X adalah buta warna. Buta warna
adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata
untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor
genetis. Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya, kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y
tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita
butawarna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah
pembawa sifat, hal ini menunjukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat

buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami
kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita
dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya.
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna atau tidak, maka
dapat dilakukan test dengan menggunakan suatu buku test untuk melakukan tetst
buta warna. Buku tersebut dikenal dengan buku Ishihara Test yang terdiri dari plat
atau lemabaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan
ukuran. Titik tersebut membentuk lingkaran, warna titik itu dibuat sedemikian
rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna sperti yang
dilihat orang normal. (Jurnal Teknologi Informasi DINAMIKA vol.16, no.2, juli
2011, 160170)
D. METODE
Waktu pelaksanaan
: Kamis,15 Oktober 2015
Alat dan Bahan
1. Manusia
2. Alat tulis
3. Buku Ishihara
Cara Kerja
1. Menentukan anggota kelompok yang akan diuji.
2. Meminta anggota kelompok yang ditunjuk untuk membaca angka yang
terdapat pada setiap lembar buku ishihara.
3. Mencatat setiap hasil pembacaan angka pada tabel pengamatan.
4. Melakukan hal yang sama pada anggota kelompok yang lain secara
bergantian.
5. Menentukan fenotip dan kemungkinan genotip dari masing-masing
anggota kelompok, dengan menggunakan kunci yang terdapat pada buku
ishihara.
6. Menghimpun data kelompok menjadi data kelas dan membedakan
berdasarkan jenis kelamin.
7. Mengambil kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.
E. HASIL
Setelah kami melakukan kegiatan pengamatan terhadap teman satu kelompok
kemudian kami menghimpun dalam data kelas akhirnya kami mendapatkan
data hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kelompok

Angka
sebenarnya
12
8
5
29
74
7
45
2
X
16
Pola satu warna
35
96
Pola 2 warna
Persentase

Angka yang dibaca


Destri
Bakti

Uji

12
8
5
29
74
7
45
2
2
16
Pola satu warna
35
96
Pola 2 warna
92,9 %

12
8
5
29
71
7
45
2
X
16
Pola satu warna
35
96
Pola 2 warna
92,9 %

12
8
5
29
74
7
45
2
X
16
Pola satu warna
35
96
Pola 2 warna
100 %

Tabel 2. Himpunan Data Kelas


Data Kelas
Hasil
Perempuan
Laki-Laki

Tally
Normal
Buta warna
Normal
Bta warna

frekuensi

Persentase

35
0
5
0

100%
0%
100%
0%

F. PEMBAHASAN
Judul dari praktikum yang dilakukan pada hari kamis 15 Oktober 2015
adalah gen yang terangkai kromosom seks, dalam hal ini buta warna yang
bertujuan untuk mengenal sifat genetik manusia yang ditentukan oleh gen
yang terangkai kromosom seks dan mengetahui perbedaan jumlah penderita
butawarna berdasarkan jenis kelamin. Butawarna merupakan suatu sifat
keturunan yang menyebabkan sesorang tidak dapat membedakan warnawarna dasar tertentu. Butawarna merupakan penyakit menurun yang terpaut

kromosom seks. Selain itu butawarna dapat diartikan sebagai suatu kelainan
penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut pada retina
mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga warna objek
yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya.Pada keadaan normal, terdapat
bagian mata yang disebut retina. Retina memiliki dua macam sel yaitu sel
batang (rod cells) dan sel kerucut (cone cells) yang peka terhadap cahaya. Sel
batang ini lebih peka pada malam hari dan juga warna hitam dan putih.
Sedangkan sel kerucut lebih banyak bekerja pada siang hari yang peka
terhadap berbagai warna. Sel kerucut ada 3 jenis yang masing masing paling
peka terhadap spektrum warna merah, hijau dan biru.Oleh karena itu, pada
orang normal dapat melihat dan membedakan ketiga warna tersebut, gradasi
serta perpaduannya pada macam-macam objek, sedangkan pada orang yang
buta warna memilki kelemahan untuk melihat salah satu atau lebih warnawarna tersebut dan perpaduannya. Gen buta warna disebabkan oleh gen
resesif (c) terpaut X yang dilambangkan dengan Xc. Penyakit ini lebih
banyak diderita oleh laki-laki karena pada wanita hanya akan memunculkan
ekspresinya apabila dalam keadaan homozigot, sedangkan dalam keadaan
heterozigot tidak akan menampakkan ekspresinya. Seorang perempuan
mempunyai dua buah kromosom X, sehingga apabila pada salah satu dari
kromosom tersebut terdapat gen yang menyebabkan butawarna, kromosom
lainnya masih berperan secara normal, dan orang tersebut tidak menderita
butawarna. Seorang laki-laki yang mempunyai kromosom XY, akan
butawarna apabia pada kromosom X nya terdapat gen yang membawa sifat
tersebut. Ada dua tipe butawarna yaitu: a) tipe deutan : apabila yang rusak /
lemah bagian mata yang sensitif terhadap warna hijau. b) tipe protan : apabila
yang rusak / lemah bagian mata yang sensitif terhadap warna merah.
Perhatikan contoh peta silsilah di bawah ini yang penurunannya ditentukan
oleh fenotip dan genotip sebagai berikut (Sugiarto, 2008) : (belum ada daftar
pustaka)
1. Laki-laki normal (XY)
2. Laki-laki buta warna (XcY)
3. Perempuan normal (XX)

4. Perempuan normal carier (XXc)


5. Perempuan buta warna (XcXc)
Berdasarkan hasil praktikum, terlihat bahwasannya praktikan Destri dan
Uji Virtanti mengalami satu kesalahan dalam membaca angka pada Buku
Test Butawarna (Ishiharas Test), yaitu Destri sebenarnya X tetapi
praktikan membaca angka 2, Uji sebenarnya 74 tetapi membaca angka 71.
Jadi presentase sebesar 92,9%. Dihitung dengan cara 13/14 x 100%=
92,9%. Tetapi hal itu tidak bisa digunakan sebagi dasar bahwa praktikan
(saya) dan Uji menderita butawarna sehingga praktikan termasuk orang
yang normal/ tidak butawarna. Berdasarkan hasil tes butawarna juga dapat
diketahui kemungkinan genotip dan fenotip kedua orang tuanya yaitu:
P

XXC
Normal

G
F1

XY
normal
X, Y

XX () normal, XY ( normal

Berdasarkan bagan silsilah tersebut, apabila perempuan homozigot normal


kawin dengan laki-laki normal maka keturunan yang akan diperoleh
semuanya normal, yaitu anak perempuan normal homozigot dan anak lakilaki normal. sehingga dapat diketahui pula kemungkinan genotip dari
praktikan (saya), Uji dan Bakti yaitu XX. Hal tersebut sesuai dengan teori
yang telah saya sebutkan diatas, bahwasannya penyakit butawarna
merupakan penyakit menurun yang terpaut kromosom kelamin yang
disebabkan oleh gen resesif (c) yang terpaut pada kromosom X yang
dilambangkan dengan Xc. Sehingga apabila dalam silsilah keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit butawarna, otomatis Destri, Uji dan
Bakti tidak akan terkena penyakit butawarna karena tidak ada keturunan
yang membawa sifat tersebut.

Sampai saat ini belum ada tindakan atau pengobatan yang dapat
mengatasi gangguan butawarna ini. Namun pada penderita buta warna
ringan dapat di atasi dengan belajar mengasosiasikan warna dengan objek
tertentu. Penyakit buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang
dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat
disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obat-obatan
yang berlebihan. Buta warna (color blind) merupakan penyakit keturunan
yang terpaut seks. Buta warna ini disebabkan oleh gen resesif c (dari kata :
colour blind) yang terpaut kromosom-X. wanita normal bergenotip XX
atau XXc, sedangkan wanita buta warna homozigotik (X cXc) jarang
dijumpai. Dalam praktikum kali ini masing-masing praktikan diuji untuk
melihat kemampuannya membedakan warna dengan menuliskan apa yang
terlihat pada buku test butawarna pada kolom-kolom yang telah
disediakan. Selanjutnya hasil yang telah diperoleh berupa angka atau
gambar dicocokkan dengan angka atau gambar yang sebenarnya.
Kemudian menghitung berapa persen kesalahan yang dibuat dalam test
tersebut. Dalam jurnal Informatika Mulawarman vol.5 No.1 Februari 2010
yang berjudul Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis
Komputer menyatakan tahapan

dalam

pemeriksaan

buta

warna

dengan metode ishihara, yaitu : Menggunakan buku Ishihara Yang perlu


diperhatikan :
1. Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya
2. Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing
lembar maksimum 10 detik.
Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :
1. Normal
2. Buta warna Parsial
3. Buta warna total

Buta warna adalah penyakit menurun yang terpaut kromosom sex. Pada buta
warna gen resesif ( C ) yang terpaut kromosom X yang dilambangkan dengan X c.
Penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki karena pada wanita hanya akan
memunculkan ekspresinya apabila dalam keadaan homozigot, sedangkan dalam
keadaan heterozigot tidak akan menampilkan ekspresinya (Sugiarto, 2008). Hal
itu bisa dibuktikan dengan melihat riwayat keturunan dari keluarga. Yaitu apabila
perempuan homozigot normal kawin dengan laki-laki normal maka keturunan
yang akan diperoleh semuanya normal, yaitu anak perempuan normal homozigot
dan anak laki-laki normal. sehingga dapat diketahui pula kemungkinan genotip
dari praktikan yaitu XX. Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah disebutkan
diatas, bahwasannya penyakit butawarna merupakan penyakit menurun yang
terpaut kromosom kelamin yang disebabkan oleh gen resesif (c) yang terpaut pada
kromosom X yang dilambangkan dengan XC. Sehingga apabila dalam silsilah
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit butawarna, otomatis tidak akan
terkena penyakit butawarna karena tidak ada keturunan yang membawa sifat
tersebut.
Dalam data kelas untuk rombel 3 pendidikan biologi 2013 perempuan 100%
normal dan laki-laki 100% normal. Hal ini dapat terjadi karena, rombel kami dari
Biologi dimana sebelum masuk ke jurusan biologi ada tes butawarna terlebih
dahulu sehingga kelas kami tidak cocok untuk dijadikan sample test butawarna
karena homogen dan sudaah dipastikan 100% normal.

G. KESIMPULAN
1. Sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh gen yang terpaut
kromosom seks adalah butawrna.
2. Karena butawarna terpaut kromosom X, maka penderita butawarna
kebanyakan dialami ole laki-laki. Hal ini terjadi karena laki-laki hanya
memilki 1 kromosom X, jadi apabila kromosom X pada laki laki X c. Maka
laki-laki tersebut butawarna. Sedangkan pada perempuan memiliki 2

kromosom X, jadi apabila ada 1 kromosom Xc masih ada 1 kromosom lagi


yang normal sehingga wanita tersebut tidak butawarna tetapi carier.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta Sofiar, Tony Mulia dan M. Sidik. Jurnal ilmiah elite elektro, Volume 3,
No. 1, Maret 2012: 15-22.
Murti hari dan Rina Candra Noor Santi,Jurnal Teknologi Informasi Dinamik
volume 16,no.2, juli 2011:160170.
Suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University press

Lampiran I
Permasalahan :
1. Wanita butawarna 0% dan laki-laki butawarna 0%. Tidak sesuai dengan
teori karena populasi yang dijadikan sample merupakan kelas homogen
dimana kelas tersebut merupakan jurusan biologi yang mana ketika akan
masuk jurusan biologi ada tes butawarna sehingga sebelum di tes pun
sudah jelas bahwa rombel 3 pendidikan biologi tidak ada yang butawarna.
2. Parental
XX
>< XcY
Genom
X
Xc dan Y
F1
XXc, XY
Parental
XXc ><
XY

Genom
X dan Xc
X dan Y
F
XX, XY, XcX, XcY
Jadi kemungkinan keturunannya, 25% wanita normal, 25% wanita carier,
25% laki-laki normal dan 25% laki-laki butawarna.
3.

Anda mungkin juga menyukai