LAPORAN
Disusun Oleh:
Kelompok II
Amelia E. Puluhulawa
Bella Utami Salim
Ernawati J. Lihawa
Sinta Dewi Putri A. Pagisi
Siti Endang Munawati
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Praktikum ........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
BAB III Metodologi ............................................................................................
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................................
3.2 Objek Penelitian ..........................................................................................
3.3 Metode Penelitian........................................................................................
3.4. Prosedur Kerja Penelitian...........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................
4.2 Pembahasan Prosedur..................................................................................
BAB V PENUTUP ..............................................................................................
5.1 Kesimpulan .................................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui probandus yang diuji menderita buta warna.
2. Untuk mengetahui persentase suatu populasi yang menderita buta warna.
3.Untuk mengetahui peta silsilah dari probandus yang menderita buta
warna.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta
warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna
tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang
menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat
penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh
laki-laki, sedangkan wanita hanyala sebagai gen pembawa/resesif (Agusta, 2012).
Buta warna adalah suatu istilah yang di pergunakan untuk
menggambarkan adanya kelainan presepsi penglihatan warna. Kelaian ini di
akibatkan oleh tidak adanya sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina.
Orang yang mengalami buta warna tidak atau kurang mampu membedakan dua
warna yang berbeda. Buta warna ini dapat di temukan dengan uji ishihara. Pada
uji ishihara di pergunakan serangkaian gambar berwarna. Gambar-gambar
berwarna itu di rancang sedemikian rupa sehingga secara tepat dan cepat serta
dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2016).
Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang
dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan
pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia,
sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya
terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut
disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa
sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang
dilihat orang normal (Agusta, 2012).
Menurut Kurnia (2009), ada tiga jenis gangguan penglihatan terhadap
warna, yaitu:
a. Monochromacy adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah
sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Monochromacy
ada dua jenis, yaitu rodmonochromacy (typical) adalah jenis buta warna
yang sangat jarang terjadi, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan
warna sebagai akibat dari tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita
rod monochromacy tidak dapat membedakan warna sehingga yang terlihat
hanya hitam, putih dan abu-abu; Cone monochromacy (atypical) adalah tipe
monochromacy yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya dua sel cones. Penderita cone monochromacy masih dapat
melihat warna tertentu, karena masih memiliki satu sel cones
yang berfungsi.
b. Dichromacy adalah jenis buta warna dimana salah satu dari tiga sel cone
tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen
pada cone, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan
penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan sel pigmen yang rusak.
(1) Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh
tidak adanya photoreseptor retina merah. Pada penderita protanopia,
penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi
pada 1% dari seluruh pria.
(2) Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang
disebabkan tidak adanya photoreseptor retina hijau
(3) Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-
wavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan mengalami
kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum
cahaya tampak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan
merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
c. Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat
disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa.
Penderita anomaloustrichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap,
namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga
sel reseptor warna tersebut.
(1) Protanomaly adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi
kelainan terhadap longwavelength (red) pigment, sehingga
menyebabkan rendahnya sensitifitas terhadap cahaya merah. Artinya
penderita protanomaly tidak akan mampu membedakan warna dan
melihat campuran warna yang dapat dilihat oleh mata normal. Penderita
juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum
merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna
merah dan hitam.
(2) Deuteranomaly disebabkan oleh kelainan pada bentuk pigmen middle-
wavelength (green). Sama halnya dengan protanomaly, deuteranomaly
tidak mampu melihat perbedaan kecil pada nilai hue dalam area
spektrum untuk warna merah, orange, kuning, dan hijau. Penderita
salah dalam menafsirkan hue dalam region warna tersebut karena hue-
nya lebih mendekati warna merah. Perbedaan antara keduanya yaitu
penderita deuteranomaly tidak memiliki masalah dalam hilangnya
penglihatan terhadap kecerahan (brigthness).
(3) Tritanomaly adalah tipe anomolous trichromacy yang sangat jarang
terjadi, baik pada pria maupun wanita. Pada tritanomaly, kelainan
terdapat pada short wavelength pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser
ke area hijau dari spectrum warna. Tidak seperti protanomaly dan
deuteranomaly, tritanomaly diwariskan oleh kromosom 7. Inilah alasan
mengapa penderita tritanomaly sangat jarang ditemui.
Buta warna merupakan salah satu masalah pada mata seseorang yang tidak
dapat mengenali warna yang dilihat. Dalam hal ini penentuan tingkat buta warna
akan dibahas dalam tiga tingkatan buta warna yaitu monochromacy, dichromacy
dan anomolus trichomacy. Adapun monochromacy adalah keadaan mata manusia
hanya memiliki satu sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel pigmen,
dichromacy keadaan mata manusia yang disebabkan karena salah satu dari tiga
selcone tidak ada atau tidak berfungsi sel cone dan anomalus tricrhomacy yang
merupakan keadaan mata manusia yang disebabkan karena faktor keturunan.
Namun hal ini sangat jarang terjadi, penderita anomalus tricrhomacy mempunyai
semua sel cone yang lengkap namun terjadinya sensitivitas terhadap salah satu
warna dari tiga sel reseptor (Taufik, 2013).
Sekitar 5% populasi manusia menderita buta warna. Buta warna
merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta
warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta
warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada
tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah,
maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka
benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah,
hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang
akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).
Salah satu metode yang menjadi standar dokter spesialis mata untuk
melakukan tes buta warna adalah metode Ishihara. Metode Ishihara menggunakan
buku yang berisikan lembaran pseudoisochromatic (plate) yang didalamnya
terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik-titik berwarna tersebut
disusun sehingga membentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat titik-titik
dengan pola membentuk angka maupun garis berkelok. Plate pada buku akan
mengalami perubahan warna menjadi pudar atau kusam seiring lamanya
penggunaan. Tingkat kepudaran atau kekusaman warna akan mengubah keaslian
plate untuk alat uji sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil tes (Viyata,
2014).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1 Normal 100%
1 Normal 100%
Table 4.3 Presentase Buta Warna di Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo
1 Normal 47,6%
1 Normal 100%
Table 4.5 Presentase Buta Warna di Kec. Kota Barat Kota Gorontalo
1 Normal 90,1%
1 Normal 87,74%
32 Maimun 18 0 18 100%
Lihawa
33 Elvin Kau 18 0 18 100%
34 Munawar
Sehadijaya - - - - -
(alm)
35 Salma 18 0 18 100%
Karim
36 Nur 18 0 18 100%
Sehadijaya
37 Wulandari 18 0 18 100%
Sehadijaya
38 Hari 18 0 18 100%
Wijaya
39 Irfan 18 0 18 100%
Laleno
40 Sri 18 0 18 100%
Wahyuni
Karim
41 Fathan 18 0 18 100%
Laleno
42 Kesya 18 0 18 100%
Laleno
43 Daffa 18 0 18 100%
Laleno
49 Zainal 18 0 18 100%
Rahim
50 Haikal 17 1 17 94,4% Pola 7
Rahim
51 Zainudin 15 3 15 83,3% Pola 7, 11,
Dukalang 15
52 Mutia 18 0 18 100%
Kasim
53 Rafli 16 2 16 89,9% Pola 11, 9
Dukalang
54 Rizal 18 0 18 100%
Dukalang
55 Alfandi 17 1 17 94,4% Pola 11
Dukalang
56 Uten 17 1 17 94,4% Pola 11
Ibrahim
57 Mariati 18 0 18 100
Ningsih
58 Fahmi 16 2 16 89,9% Pola 11, 9
Ibrahim
59 Fatima 18 0 18 100%
Ibrahim
60 Zuleha 17 1 17 94,4% Pola 11
Ibrahim
61 Rusdi 15 3 15 83,3% Pola 11,
Pakaya 17, 9
62 Erika 18 0 18 100%
Umar
63 Rafa 18 0 18 100%
Pakaya
64 Jein 17 1 17 94,4% Pola 9
Pakaya
65 1-2 April/Kec. Ramli 18 0 18 100%
Kota Utara Usman
66 Maryam 18 0 18 100%
Hayati
67 Jiji Usman 18 0 18 100%
68 Jia Usman 18 0 18 100%
69 Ibrahim 18 0 18 100%
Bakari
70 Selfi 18 0 18 100%
Karim
71 Aldin 18 0 18 100%
Bakari
72 Putri 18 0 18 100%
Bakari
73 Azizah 18 0 18 100%
Bakari
74 Syafrudin 18 0 18 100%
Hiola
75 Ningsih 18 0 18 100%
Karim
76 Rafli 18 0 18 100%
Hiola
77 Farhan 18 0 18 100%
Hiola
78 Rampisela 18 0 18 100%
Hiola
79 Syamsul 18 0 18 100%
Dukalang
80 Yanti 18 0 18 100%
Puluhulaw
a
81 Exel 18 0 18 100%
Dukalang
82 Reyin 18 0 18 100%
Dukalang
83 Mus 18 0 18 100%
Djafar
84 Pipin 18 0 18 100%
Munawati
85 Rehan 18 0 18 100%
Djafar
86 Reina 18 0 18 100%
Djafar
87 4-5 April/Kec. Abrar 18 0 18 100%
Kota Barat Abdullah
88 Fatra Bau 18 0 18 100%
89 Indriyanti 18 0 18 100%
Abdullah
90 Ratna 18 0 18 100%
Abdullah
91 Joody 17 1 17 94,4% Pola 9
Samaun
92 Fatra 18 0 18 100%
Ahmad
93 Rizki 18 0 18 100%
Samaun
94 Rifki 18 0 18 100%
Samaun
95 Salsa 16 2 16 89,9% Pola 5, 7
Samaun
96 Aditya 18 0 18 100%
Bau
97 Kurniati 18 0 18 100%
Salim
98 Yunita 18 0 18 100%
Bau
99 Jakaria 18 0 18 100%
Bau
100 Abas 18 0 18 100%
Panigoro
q2 = 52,4%
q = √ q2 / 100
= 0,724
p+q=1
p = 1-0,724
= 0,276
p x 100% = (0,276)2 x 100%
2
= 7,6%
2pq x 100% = 2 x 0,276 x 0,724 x 100%
= 40%
2 2
p + 2pq + q = 7,6% + 40% + 52,4%
= 100%
Kesimpulan:
q2 = 0,9%
q = √ q2 / 100
= 0,095
p+q=1
p = 1-0,095
= 0,905
p2 x 100% = (0,905)2 x 100%
= 81,9%
2pq x 100% = 2 x 0,905 x 0,095 x 100%
= 17,195%
2 2
p + 2pq + q = 81,9% + 17,195% + 0,9%
= 100%
Kesimpulan:
p2 + 2pq + q2 = 1
q2 = 12,26%
q = √ q2 / 100
= 0,35
p+q=1
p = 1-0,35
= 0,65
p x 100% = (0,65)2 x 100%
2
= 42,25%
2pq x 100% = 2 x 0,65 x 0,35 x 100%
= 45,5%
2 2
p + 2pq + q = 42,25% + 45,5% + 12,26%
= 100%
Kesimpulan:
Agusta, Sofiar. 2012. Instrumen Pengujian Buta Warna Otomatis. Jurusan Fisika
FMIPA UI: Depok. Jurnal Ilmiah Elite Elektro. Vol 3 No 1.
Kurniadi, Dede. 2016. Aplikasi Simulasi Tes Buta Warna Berbasis Android
Menggunakan Metode Ishihara. Jurnal Algoritma. Garut: Sekolah Tinggi
Teknologi Garut.
Taufik. 2013. Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis His dengan banyak Warna
pada Citra Ishihara. STKIP Bina Bangsa Meulaboh: Meulaboh. Jurnal
Vol 4 No 1.
Viyata, Randy. 2014. Aplikasi Tes Buta Warna dengan Metode Ishihara pada
Smartphone Android. Program Studi Teknik Informatika FT Universitas
Bengkulu: Bengkulu. Jurnal Pseudocode Vol 1 No 1.