Anda di halaman 1dari 31

BUTA WARNA (Tes Colour Blind)

LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mengikuti Mata Kuliah


Genetika II

Disusun Oleh:

Kelompok II
Amelia E. Puluhulawa
Bella Utami Salim
Ernawati J. Lihawa
Sinta Dewi Putri A. Pagisi
Siti Endang Munawati

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum Genetika dengan begitu banyak rintangan yang
dilewati. Alhamdulillah, berkat izin-Nyalah semata laporan ini dapat selesai.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan
referensi dalam laporan ini. Sehingga dalam laporan praktikum ini hanya
berkaitan dengan teori-teori yang dilakukan saat penelitian atau melakukan
observasi. Praktikum merupakan praktek dari teori-teori yang dibahas dimata
kuliah yang diaplikasikan terhadap lingkungan sekitar.
Ucapan terima kasih kepada teman-teman dan Koordinator dan Asisten
pendamping yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
membuat laporan praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-
teman sangat dibutuhkan guna penyempurnaan laporan praktikum ini.

Gorontalo, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Praktikum ........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
BAB III Metodologi ............................................................................................
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................................
3.2 Objek Penelitian ..........................................................................................
3.3 Metode Penelitian........................................................................................
3.4. Prosedur Kerja Penelitian...........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................
4.2 Pembahasan Prosedur..................................................................................
BAB V PENUTUP ..............................................................................................
5.1 Kesimpulan .................................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Buta warna merupakan gangguan penglihatan di mana seseorang tidak dapat
membedakan warna. Pada orang yang mengalami buta warna ini merupakan
kelainan penglihatan menurun, sehingga tidak dapat disembuhkan.
Kelainan buta warna ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta
warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki
dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini
menunjukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan
dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna
sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat
berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada
kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut
menderita buta warna.
Tes buta warna saat ini sangat dibutuhkan bagi dunia industri, pendidikan,
maupun pemerintahan. Hal ini di sebabkan oleh ketergantungan manusia dalam
pekerjaan atau pendidikan yang erat sekali berhubungan dengan warna. Tes
Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan oleh
Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di
Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang.
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik
dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga
membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta
warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengetahui bahwa probandus yang diuji menderita buta


warna?
2. Bagaiman cara mengetahui persentase suatu populasi yang menderita
buta warna?
3. Bagaimana peta silsilah dari probandus yang menderita buta warna?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui probandus yang diuji menderita buta warna.
2. Untuk mengetahui persentase suatu populasi yang menderita buta warna.
3.Untuk mengetahui peta silsilah dari probandus yang menderita buta
warna.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta
warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna
tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang
menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat
penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh
laki-laki, sedangkan wanita hanyala sebagai gen pembawa/resesif (Agusta, 2012).
Buta warna adalah suatu istilah yang di pergunakan untuk
menggambarkan adanya kelainan presepsi penglihatan warna. Kelaian ini di
akibatkan oleh tidak adanya sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina.
Orang yang mengalami buta warna tidak atau kurang mampu membedakan dua
warna yang berbeda. Buta warna ini dapat di temukan dengan uji ishihara. Pada
uji ishihara di pergunakan serangkaian gambar berwarna. Gambar-gambar
berwarna itu di rancang sedemikian rupa sehingga secara tepat dan cepat serta
dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2016).
Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang
dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan
pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia,
sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya
terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut
disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa
sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang
dilihat orang normal (Agusta, 2012).
Menurut Kurnia (2009), ada tiga jenis gangguan penglihatan terhadap
warna, yaitu:
a. Monochromacy adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah
sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Monochromacy
ada dua jenis, yaitu rodmonochromacy (typical) adalah jenis buta warna
yang sangat jarang terjadi, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan
warna sebagai akibat dari tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita
rod monochromacy tidak dapat membedakan warna sehingga yang terlihat
hanya hitam, putih dan abu-abu; Cone monochromacy (atypical) adalah tipe
monochromacy yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya dua sel cones. Penderita cone monochromacy masih dapat
melihat warna tertentu, karena masih memiliki satu sel cones
yang berfungsi.
b. Dichromacy adalah jenis buta warna dimana salah satu dari tiga sel cone
tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen
pada cone, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan
penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan sel pigmen yang rusak.
(1) Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh
tidak adanya photoreseptor retina merah. Pada penderita protanopia,
penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi
pada 1% dari seluruh pria.
(2) Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang
disebabkan tidak adanya photoreseptor retina hijau
(3) Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-
wavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan mengalami
kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum
cahaya tampak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan
merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
c. Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat
disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa.
Penderita anomaloustrichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap,
namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga
sel reseptor warna tersebut.
(1) Protanomaly adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi
kelainan terhadap longwavelength (red) pigment, sehingga
menyebabkan rendahnya sensitifitas terhadap cahaya merah. Artinya
penderita protanomaly tidak akan mampu membedakan warna dan
melihat campuran warna yang dapat dilihat oleh mata normal. Penderita
juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum
merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna
merah dan hitam.
(2) Deuteranomaly disebabkan oleh kelainan pada bentuk pigmen middle-
wavelength (green). Sama halnya dengan protanomaly, deuteranomaly
tidak mampu melihat perbedaan kecil pada nilai hue dalam area
spektrum untuk warna merah, orange, kuning, dan hijau. Penderita
salah dalam menafsirkan hue dalam region warna tersebut karena hue-
nya lebih mendekati warna merah. Perbedaan antara keduanya yaitu
penderita deuteranomaly tidak memiliki masalah dalam hilangnya
penglihatan terhadap kecerahan (brigthness).
(3) Tritanomaly adalah tipe anomolous trichromacy yang sangat jarang
terjadi, baik pada pria maupun wanita. Pada tritanomaly, kelainan
terdapat pada short wavelength pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser
ke area hijau dari spectrum warna. Tidak seperti protanomaly dan
deuteranomaly, tritanomaly diwariskan oleh kromosom 7. Inilah alasan
mengapa penderita tritanomaly sangat jarang ditemui.
Buta warna merupakan salah satu masalah pada mata seseorang yang tidak
dapat mengenali warna yang dilihat. Dalam hal ini penentuan tingkat buta warna
akan dibahas dalam tiga tingkatan buta warna yaitu monochromacy, dichromacy
dan anomolus trichomacy. Adapun monochromacy adalah keadaan mata manusia
hanya memiliki satu sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel pigmen,
dichromacy keadaan mata manusia yang disebabkan karena salah satu dari tiga
selcone tidak ada atau tidak berfungsi sel cone dan anomalus tricrhomacy yang
merupakan keadaan mata manusia yang disebabkan karena faktor keturunan.
Namun hal ini sangat jarang terjadi, penderita anomalus tricrhomacy mempunyai
semua sel cone yang lengkap namun terjadinya sensitivitas terhadap salah satu
warna dari tiga sel reseptor (Taufik, 2013).
Sekitar 5% populasi manusia menderita buta warna. Buta warna
merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta
warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta
warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada
tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah,
maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka
benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah,
hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang
akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).
Salah satu metode yang menjadi standar dokter spesialis mata untuk
melakukan tes buta warna adalah metode Ishihara. Metode Ishihara menggunakan
buku yang berisikan lembaran pseudoisochromatic (plate) yang didalamnya
terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik-titik berwarna tersebut
disusun sehingga membentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat titik-titik
dengan pola membentuk angka maupun garis berkelok. Plate pada buku akan
mengalami perubahan warna menjadi pudar atau kusam seiring lamanya
penggunaan. Tingkat kepudaran atau kekusaman warna akan mengubah keaslian
plate untuk alat uji sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil tes (Viyata,
2014).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Provinsi Gorontalo
a. Data yang dikumpulkan berasal dari kecamatan yang ada di kabupaten
kota Gorontalo seperti:
a) Kecamatan Kota Tengah
b) Kecamatan Kota Timur
c) Kecamatan Dungingi
d) Kecamatan Kota Barat
e) Kecamatan Kota Utara

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret-April 2019

3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian yang diamati pada penelitian ini adalah salah satu
gangguan yang terjadi pada mata yaitu buta warna, Dimana buta warna ini adalah
keadaan seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan
oleh orang dengan mata normal.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Ishihara untuk prosedur tes hingga
soal yang diberikan, Tes yang dilakukan di metode ini meliputi tes dengan
kegunaan memberikan penilaian cepat dan akurat pada penglihatan warna. Tes
yang dilakukan pada 5 kepala keluarga pada setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Kota Gorontalo, 5 x 5 = 25 kepala keluarga. Pemberian hasil dari tes
Ishihara berupa jenis buta warna yaitu:
a) Buta warna parsial
b) Buta warna total
c) Buta warna normal
Berikut merupakan layout dari tahapan dalam penelitian yang di gambarkan
dalam bentuk diagram alir.

Gambar.1 tahapan dalam penelitian

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Persiapan
Persiapan meliputi tempat lokasi pengambilan data yang akan di lakukan,
dan juga persiapan aplikasi yang akan digunakan pada saat melakukan tes
Ishihara pada probanus.
3.4.2 Tahapan Dalam Pemeriksaan Tes Buta Warna
Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode Ishihara yaitu :
1. Menggunakan aplikasi pada android yaitu tes buta warna Ishihara yang
berisi 18 plate.
2. Tes pada probanus dilakukan secara bergantian untuk setiap anggota
keluarga
3. Yang perlu diperhatikan :
1) Ruangan pemeriksaan harus cukup cahaya dan tingkat kecerahan
pada layar android harus cukup pencahayaannya.
2) Lama pengamatan untuk membaca angka pada masing-masing
plate yang ada pada android maksimum 10 detik.
3) Probanus memiliki kelainan pada mata selain buta warna,
contohnya mata yang minus/memakai kaca mata untuk membantu
dalam penglihatan.
4. Pada tes Ishihara yang dilakukan dapat di simpulkan :
1) Normal
2) Buta warna parsial
a) Bila plate no.1 sampai dengan no.18 hanya terbaca 13 plate
atau kurang
b) Bila terbaca angka-angka pada plate no.18, 19, 20 dan 21
lebih mudah atau lebih jelas dibandingkan dengan plate no.
14, 10, 13, dan 17.
3) Buta warna total
Pada plate no. 28 dan no. 29, untuk orang normal tidak bisa
menunjukan adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna
parsial dapat menunjukan adanya alur dari satu sisi ke sisi yang
lainya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Presentase Buta Warna di Kec. Kota Timur Kota Gorontalo

No. Persentase Skor

1 Normal 100%

2 Buta Warna Sebagian

XCB XCB = 100%


XCB Xcb = 0%
Xcb Xcb = 0%

Table 4.2 Presentase Buta Warna di Kec. Dungingi Kota Gorontalo

No. Persentase Skor

1 Normal 100%

2 Buta Warna Sebagian

XCB XCB = 100%


XCB Xcb = 0%
Xcb Xcb = 0%

Table 4.3 Presentase Buta Warna di Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo

No. Persentase Skor

1 Normal 47,6%

2 Buta Warna Sebagian 52,4 %

XCB XCB = 7,6%

XCB Xcb = 40%

Xcb Xcb = 52,4%


Table 4.4 Presentase Buta Warna di Kec. Kota Utara Kota Gorontalo

No. Persentase Skor

1 Normal 100%

2 Buta Warna Sebagian -

XCB XCB = 100%


XCB Xcb = 0%
Xcb Xcb = 0%

Table 4.5 Presentase Buta Warna di Kec. Kota Barat Kota Gorontalo

No. Persentase Skor

1 Normal 90,1%

2 Buta Warna Sebagian 0,9%

XCB XCB = 81,9%

XCB Xcb = 17,195%

Xcb Xcb = 0,9%

Tabel 4.6 Presentase Buta Warna di Kabupaten Kota Gorontalo

No. Persentase Skor

1 Normal 87,74%

2 Buta Warna Sebagian 12,26%

XCB XCB = 42,25%

XCB Xcb = 45,5%

Xcb Xcb = 12,26%


Diagram 4.1 Silsilah Keluarga Penderita Buta Warna

Keluarga Suyanto Keluarga Rahim

Keluarga Dukalang Keluarga Ibrahim

Keluarga Pakaya Keluarga Samaun


Berdasarkan Tabel 4.1, 4.2 dan 4.4 dapat dilihat bahwa pada setiap
kecamatan mayoritas dari penduduknya memiliki penglihatan yang masih
tergolong normal, namun pada Tabel 4.3 terdapat 52,4% dari 5 keluarga yang
mengalami buta warna parsial atau buta warna terhadap warna-warna tertentu
seperti warna merah dan hijau. Kemudian pada table 4.5 terdapat 0,9% dari 5
keluarga yang mengalami buta warna parsial atau buta warna terhadap warna-
warna tertentu seperti warna merah dan hijau. Pada Tabel 4.6 dimana presentasi
buta warna parsial sebesar 12,26% dan untuk presentasi normal adalah 87,74%
dari populasi yang terdapat di Kota Gorontalo dari 5 Kecamatan tersebut.
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan buta warna yang di lakukan pada masing-masing
kecamatan di dapatkan presentasi yang berbeda-beda. Di mana pada pengetesan
penderita buta warna di uji dengan menggunakan aplikasi tes buta warna Ishihara
dan melakukan observasi. Tes buta warna Ishihara menurut Yanuarita (2012:12)
terdiri dari lembaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna
dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran.
Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan
melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.
Pada retina manusia normal terdapat dua jenis sel yang sensitif terhadap
cahaya. Ada sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah, kemudian ada sel
kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya yang intensitasnya tinggi (terang). Sel
kerucut inilah yang membuat kita dapat melihat warna-warna dan
membedakannya. Pada kondisi normal, sel kerucut di retina mata mempunyai
spectrum terhadap tiga warna dasar, yaitu warna merah, hijau, dan biru. Pada
orang yang mempunyai sel-sel kerucut sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia
dikatakan normal. Pada orang tertentu, mungkin hanya ada dua atau bahkan satu
atau tidak ada sel kerucut yang sensitif terhadap warna-warna tersebut, Pada kasus
ini disebut dengan buta warna. Jadi buta warna biasanya menyangkut warna
merah, biru, atau hijau.. Hal ini di kemukakan oleh Yanuarita (2012:7).
Data yang didapatkan setelah melakukan observasi di beberapa kecamatan
berbeda presentasenya di antarnya di kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo
presentase normal sebesar 100% dan buta warna sebagian 0%. Pada kecamatan
Dungingi Kota Gorontalo, presentase normalnya sebesar 100% dan presentase
buta warna sebagian 0%. Kecamatan Kota Tengah kota Gorontalo presentase
normal yang di dapatkan 47.6 % dan buta warna sebagian 52.4 %. Presentase buta
warna di Kota Utara kota Gorontalo,presentase normalnya 100 % dan buta warna
sebagian 0%. Dan presentase buta warna di kecamatan Kota Barat kota
Gorontalo, normal sebesar 90.1 %, buta warna sebagian 0.9 %. Serta presentase
buta warna di kabupaten kota Gorontalo, normal sebesar 87,74% dan buta warna
sebagian sebesar 12,26%. Kemudian dari hasil yang di dapatkan probandus dapat
membaca angka yang terdapat pada tiap lembar uji tes Ishihara keculi pada plat ke
11, 7, 5, 9, 15, 17 probandus sulit untuk melihat dan menentukan warna yang
berada di test Ishihara tersebut.

Gambar 4.1 Contoh tes buta warna dengan metode Ishihara


Buta warna dapat terjadi karena faktor keturunan, atau karena memang
mengalami kelainan pada retina, sraf-sarat optik, dan mungkin ada gangguan pada
otak. Sifat penurunannya bersifat X linked recessive. Ini berarti, diturunkan
melalui kromosom X. Pada laki-laki terdapat satu kromosom X, maka jika terjadi
kelainan pada satu kromosom X ini dapat mengakibatkan buta warna. Sebaliknya
pada perempuan, yang hanya mendapatkan sebuah gen resesif buta warna baik
dari ayah atau ibunya saja tidak mengalami gejala buta warna. Buta warna pada
perempuan terjadi jika gen resesif tersebut berada dalam keadaan homozigot,
artinya mendapatkan warisan dari ayah dan ibunya sekaligus. Hal ini sesuai
pernyataan Yanuarita (2012:7) ia menjelaskan bahwa buta warna hampir selalu
ditemukan pada laki-laki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai karier
(pembawa sifat, tapi tidak terkena). Dengan kata lain, kromosom Y tidak
membawa faktor buta warna.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Untuk menguji probandus menderita buta warna atau tidak, yakni diuji
dengan menggunakan aplikasi pada android yaitu tes buta warna Ishihara yang
berisi 18 plate. Tes pada probandus dilakukan secara bergantian untuk setiap
anggota keluarga.
2. Presentasi buta warna dalam suatu populasi/kecamatan ditentukan dengan
cara menambahkan jumlah probandus yang menderita buta warna sebagian lalu
dibagi dengan jumlah keseluruhan probandus yang ada dalam satu kecamatan,
kemudian dikalikan dengan 100%.
3. Berdasarkan test yang telah dilakukan beberapa probandus yang telah di
uji memiliki mata normal, sebagian probandus buta warna parsial, dan tidak ada
yang buta warna total.
LAMPIRAN

No Tanggal/Tempat Nama Angka Jumlah Presentasi Ket


Benar Salah Benar
1 Hamzah 18 0 18 100%
2 Niti 18 0 18 100%
Mahmud
3 Fahria 18 0 18 100%
Anayi
4 Siti Najla 18 0 18 100%
Anayi
5 Moh. 18 0 18 100%
Najar
Anayi
6 Rinto 18 0 18 100%
Dunggio
7 23-24 Maret/ Wisda 18 0 18 100%
Kec. Kota Ahmad
8 Timur Apriani 18 0 18 100%
Dunggio
9 Silvana 18 0 18 100%
Dunggio
10 Meriani 18 0 18 100%
Dunggio
11 Beni 18 0 18 100%
Ahmad
12 Marni 18 0 18 100%
Karim
13 Prasetyo 18 0 18 100%
Ahmad
14 Aprilia K. 18 0 18 100%
Ahmad
15 Samsuri 18 0 18 100%
Puta
16 Febriani 18 0 18 100%
Moh.
Amir
Nurdin
17 Diva M. 18 0 18 100%
A. Saghita
Putri
18 Khanza 18 0 18 100%
Sanyyah
Putri
19 Darwanto 18 0 18 100%
Akuba
20 Min 18 0 18 100%
Ibrahim
21 Taufik 18 0 18 100%
Akuba
22 26-27 Sarifudin
Maret/Kec. Mayang - - - - -
Dungingi (alm)
23 Hari Sih 18 0 18 100%
Piwelas
24 Hairul 18 0 18 100%
Mayang
25 Renaldi 18 0 18 100%
Mayang
26 Erwin 18 0 18 100%
Ismail
27 Sri Atuti 18 0 18 100%
Panigoro
28 Sri 18 0 18 100%
Anggun
Ismail
29 Humaira 18 0 18 100%
Ismail
30 Putri 18 0 18 100%
Silvana
Ismail
31 Ansar Kau 18 0 18 100%

32 Maimun 18 0 18 100%
Lihawa
33 Elvin Kau 18 0 18 100%
34 Munawar
Sehadijaya - - - - -
(alm)
35 Salma 18 0 18 100%
Karim
36 Nur 18 0 18 100%
Sehadijaya
37 Wulandari 18 0 18 100%
Sehadijaya
38 Hari 18 0 18 100%
Wijaya
39 Irfan 18 0 18 100%
Laleno
40 Sri 18 0 18 100%
Wahyuni
Karim
41 Fathan 18 0 18 100%
Laleno
42 Kesya 18 0 18 100%
Laleno
43 Daffa 18 0 18 100%
Laleno

44 29-30 Suyanto 18 0 18 100%


Maret/Kec. Kota
Tengah
45 Sofiati 17 1 17 94,4% Pola 11
46 Rindi 18 0 18 100%
astriani
47 Waris D. 18 0 18 100%
Rahim
48 Asmi 16 2 16 89,9% Pola 11,
Pakaya 17

49 Zainal 18 0 18 100%
Rahim
50 Haikal 17 1 17 94,4% Pola 7
Rahim
51 Zainudin 15 3 15 83,3% Pola 7, 11,
Dukalang 15
52 Mutia 18 0 18 100%
Kasim
53 Rafli 16 2 16 89,9% Pola 11, 9
Dukalang
54 Rizal 18 0 18 100%
Dukalang
55 Alfandi 17 1 17 94,4% Pola 11
Dukalang
56 Uten 17 1 17 94,4% Pola 11
Ibrahim
57 Mariati 18 0 18 100
Ningsih
58 Fahmi 16 2 16 89,9% Pola 11, 9
Ibrahim
59 Fatima 18 0 18 100%
Ibrahim
60 Zuleha 17 1 17 94,4% Pola 11
Ibrahim
61 Rusdi 15 3 15 83,3% Pola 11,
Pakaya 17, 9
62 Erika 18 0 18 100%
Umar
63 Rafa 18 0 18 100%
Pakaya
64 Jein 17 1 17 94,4% Pola 9
Pakaya
65 1-2 April/Kec. Ramli 18 0 18 100%
Kota Utara Usman
66 Maryam 18 0 18 100%
Hayati
67 Jiji Usman 18 0 18 100%
68 Jia Usman 18 0 18 100%
69 Ibrahim 18 0 18 100%
Bakari
70 Selfi 18 0 18 100%
Karim
71 Aldin 18 0 18 100%
Bakari
72 Putri 18 0 18 100%
Bakari
73 Azizah 18 0 18 100%
Bakari
74 Syafrudin 18 0 18 100%
Hiola
75 Ningsih 18 0 18 100%
Karim
76 Rafli 18 0 18 100%
Hiola
77 Farhan 18 0 18 100%
Hiola
78 Rampisela 18 0 18 100%
Hiola
79 Syamsul 18 0 18 100%
Dukalang
80 Yanti 18 0 18 100%
Puluhulaw
a
81 Exel 18 0 18 100%
Dukalang
82 Reyin 18 0 18 100%
Dukalang
83 Mus 18 0 18 100%
Djafar
84 Pipin 18 0 18 100%
Munawati
85 Rehan 18 0 18 100%
Djafar
86 Reina 18 0 18 100%
Djafar
87 4-5 April/Kec. Abrar 18 0 18 100%
Kota Barat Abdullah
88 Fatra Bau 18 0 18 100%
89 Indriyanti 18 0 18 100%
Abdullah
90 Ratna 18 0 18 100%
Abdullah
91 Joody 17 1 17 94,4% Pola 9
Samaun
92 Fatra 18 0 18 100%
Ahmad
93 Rizki 18 0 18 100%
Samaun
94 Rifki 18 0 18 100%
Samaun
95 Salsa 16 2 16 89,9% Pola 5, 7
Samaun
96 Aditya 18 0 18 100%
Bau
97 Kurniati 18 0 18 100%
Salim
98 Yunita 18 0 18 100%
Bau
99 Jakaria 18 0 18 100%
Bau
100 Abas 18 0 18 100%
Panigoro

101 Sitrawati 18 0 18 100%


Pakaya
102 Nur 18 0 18 100%
Panigoro
103 Sesya 18 0 18 100%
Panigoro
104 Hamid 18 0 18 100%
Mahmud
105 Yunita 18 0 18 100%
Yasin
106 Rachmat 18 0 18 100%
Mahmud
107 Rizal 18 0 18 100%
Mahmud
108 Nur Ratu 18 0 18 100%
Mahmud

a. Kecamatan Kota Tengah


p2 + 2pq + q2 = 1

p2 merupakan symbol untuk probandus normal homozigot dengan genotip


XCB XCB, 2pq merupakan symbol untuk probandus normal atau probandus
carrier dengan genotip XCB Xcb, dan q2 merupakan symbol untuk probandus buta
warna dengan genotip Xcb Xcb.

Berdasarkan data yang didapatkan dari kecamatan Kota Tengah:

q2 = 52,4%
q = √ q2 / 100
= 0,724
p+q=1
p = 1-0,724
= 0,276
p x 100% = (0,276)2 x 100%
2

= 7,6%
2pq x 100% = 2 x 0,276 x 0,724 x 100%
= 40%
2 2
p + 2pq + q = 7,6% + 40% + 52,4%
= 100%

Kesimpulan:

XCB XCB = 7,6%

XCB Xcb = 40%

Xcb Xcb = 52,4%


b. Kecamatan Kota Barat
p2 + 2pq + q2 = 1

p2 merupakan symbol untuk probandus normal homozigot dengan genotip


XCB XCB, 2pq merupakan symbol untuk probandus normal atau probandus
carrier dengan genotip XCB Xcb, dan q2 merupakan symbol untuk probandus buta
warna dengan genotip Xcb Xcb.

Berdasarkan data yang didapatkan dari kecamatan Kota Barat:

q2 = 0,9%
q = √ q2 / 100
= 0,095
p+q=1
p = 1-0,095
= 0,905
p2 x 100% = (0,905)2 x 100%
= 81,9%
2pq x 100% = 2 x 0,905 x 0,095 x 100%
= 17,195%
2 2
p + 2pq + q = 81,9% + 17,195% + 0,9%
= 100%

Kesimpulan:

XCB XCB = 81,9%

XCB Xcb = 17,195%

Xcb Xcb = 0,9%


c. Kabupaten Kota Gorontalo

p2 + 2pq + q2 = 1

p2 merupakan symbol untuk probandus normal homozigot dengan genotip


XCB XCB, 2pq merupakan symbol untuk probandus normal atau probandus
carrier dengan genotip XCB Xcb, dan q2 merupakan symbol untuk probandus buta
warna dengan genotip Xcb Xcb.

Berdasarkan data yang didapatkan dari kecamatan Kota Barat:

q2 = 12,26%
q = √ q2 / 100
= 0,35
p+q=1
p = 1-0,35
= 0,65
p x 100% = (0,65)2 x 100%
2

= 42,25%
2pq x 100% = 2 x 0,65 x 0,35 x 100%
= 45,5%
2 2
p + 2pq + q = 42,25% + 45,5% + 12,26%
= 100%

Kesimpulan:

XCB XCB = 42,25%

XCB Xcb = 45,5%

Xcb Xcb = 12,26%


DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Sofiar. 2012. Instrumen Pengujian Buta Warna Otomatis. Jurusan Fisika
FMIPA UI: Depok. Jurnal Ilmiah Elite Elektro. Vol 3 No 1.

Basoeki, Soedjono. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: JICA

Kurniadi, Dede. 2016. Aplikasi Simulasi Tes Buta Warna Berbasis Android
Menggunakan Metode Ishihara. Jurnal Algoritma. Garut: Sekolah Tinggi
Teknologi Garut.

Taufik. 2013. Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis His dengan banyak Warna
pada Citra Ishihara. STKIP Bina Bangsa Meulaboh: Meulaboh. Jurnal
Vol 4 No 1.

Viyata, Randy. 2014. Aplikasi Tes Buta Warna dengan Metode Ishihara pada
Smartphone Android. Program Studi Teknik Informatika FT Universitas
Bengkulu: Bengkulu. Jurnal Pseudocode Vol 1 No 1.

Taiyeb, Mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi


FMIPA UNM: Makassar.

Yanuarita, Andri. 2012. Tes Buta Warna. Yogyakarta: Rona Publishing

Anda mungkin juga menyukai