Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM II

A. Judul
Sistem Otot
B. Tujuan Praktikum
C. Dasar Teori
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot
tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan
sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit. Sistem muskuler
terdiri dari otot, tendon dan ligamen (Rahma, 2017).
Adapun fungsi sistem muskuler/otot meliputi hal berikut ini.
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mepertahankan suhu tubuh normal (Wahyuningsih,2017).

Gambar 3. Otot Jantung, Otot Rangka, dan Otot Polos


(Sumber: Wahyuningsih, 2017)
Otot dibedakan menjadi otot rangka, otot polos, dan otot jantung.
1. Otot Rangka
Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Karakteristik otot rangka sebagai berikut.
a. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan
lebar
b. berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
c. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
d. Kontraksinya sangat cepat dan kuat (Wahyuningsih,2017).
Terdapat tiga komponen utama jaringan otot rangka, yaitu: jaringan ikat,
jaringan otot seran lintang, dan sistem membran. Jaringan ikat berfungsi
melindungi serat-serat otot dan memisahkannya atas berkas-berkas otot.
Jaringan otot rangka tersusun atas serat-serat otot yang bherjalan sejajar
dengan miofibrilnya yang terdiri atas unit kontraktil yang lebih kecil yaitu
miofilamen tebal dan tipis (Wangko,2014).
2. Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus,
serta pada dinding tuba seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk
spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20
mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
Kontraksinya kuat dan lamban. Struktur mikroskopis otot polos adalah
sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-
myofilamen. Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot
distimulasi untuk berkontraksi (Wahyuningsih,2017).
3. Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, yang disebut juga otot serat lintang
involunter. Karakteristik otot ini hanya terdapat pada jantung. Otot jantung
mempunyai sifat bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. Struktur
mikroskopis otot jantung mirip dengan otot skelet. Memilki banyak inti sel
yang terletak di tepi agak ke tengah. Panjang sel berkisar antara 85-100
mikron dan diameternya sekitar 15 mikron (Wahyuningsih,2017).

Gambar 4. Otot Jantung (Sumber : Wahyuningsih, 2017)


Menurut Kesmen et al., (2012) dalam Suwiti (2015) strukutur histologi
serabut otot daging pada ayam dan kalkunadalah sama. Sementara itu daging sapi
wagyu serabut ototnya tersusun sangat teratur dan lebih panjang dibandingkan
serabut otot sapi bali, dan diantara serabut otot tersebut ditemukan jaringan lemak
(Suwiti,2015).
Pada daging sapi bali, kebanyakan serabut otot dikelilingi oleh endomisium,
suatu jaringan ikat halus dengan serabut retikuler dan kapiler. Perimisium tersusun
atas jaringan ikat longgar, demikian juga fasikulus dan bergabung membentuk
muskulus yang dibalut oleh jaringan ikat pekat, sehingga daging sapi bali
mayoritas disusun oleh jaringan otot dan jaringan ikat, dan menjadikannya lebih
alot (Suwiti, 2015).
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam
keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot,
filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A,
meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran
itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan
sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi
sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi
berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara
aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin (Suyanik, 2017).
Dimulai dengan pembentukan kolin menjadi Asetilkolin yang terjadi di dalam
otot. Proses itu akan diikuti dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium,
dan tropomisin. Penggabungan ini memacu penggabungan miosin dan aktin
menjadi aktonmiosin. Terbentuknya Aktonmiosin menyebabkan sel otot
memendek (berkontraksi) pada plasma sel, ion kalsium akan berpisah dari
troponium sehingga aktin dan miosin juga terpisah dan otot akan kembali
relaksasi. Yang terjadi pada waktu kontraksi, filamen Aktin akan meluncur atau
mengerut diantara miosin kedalam zona H (Zona H adalah bagian terang antara 2
pita), dengan demikian serabut otot memendek atau yang tetap panjang adalah pita
A (pita Gelap), sedngkan pita I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu
kontraksi. Lalu ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisis menjadi
ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke
miosin yang berubah ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini
kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk
jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan dan ujung miosin
lalu beristirahat dengan energi rendah pada saat ini terjadi relaksasi (Suyanik,
2017).
DAFTAR PUSTAKA
Rahma, Alyda Aliyah., Silvana Tana, Siti Muflichatun Mardiati. 2017.
Analisis Hematologi Kelinci setelah Implantasi Ultra High
Molecular Weight Poliethylene (UHMWPE) pada Sendi
Lutut. Semarang : Dapartemen Biologi, Fakultas Sains Dan
Matematika Universitas diponegoro.ejournal2.undip.ac.id/inde
x.php/baf/index. Volume 2 Nomor 2 e-ISSN 2541-0083.
ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/ndex p-ISSN 2527-6751

Suwiti, Ni Ketut., I Putu Suastika, Ida Bagus Ngurah Swacita, I Nengah Kerta
Besung. 2015. Studi Histologi dan Histomorfometri Daging
Sapi Bali dan Wagyu. Denpasar : Universitas Udayana. Jurnal
Veteriner. Vol. 16 No. 3 : 432-438. ISSN : 1411 – 8327.
Suyanik. 2017. Kontraksi Otot Pada Katak. Bontang : SMA Negeri 1
Bontang.
Wahyuningsih, Heni Puji., Yuni Kusmiyati. 2017. Anatomi Fisiologi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Wangko, Sunny. 2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran Dan


Struktur Halus Unit Kontraktil. Manado : Fakultas Kedokteran
Sam Ratulangi Manado. Jurnal Biomedik, Vol. 6, No. 3.

Anda mungkin juga menyukai