RimbaKita.com
MENU
RimbaKita.com > ILMU > Keanekaragaman Hayati – Pengertian, Manfaat, Ancaman Kepunahan,
Klasifikasi & Perlindungan
4.9 / 5 ( 28 votes )
Sebagai makhluk hidup, manusia tidak bisa lepas dari alam atau lingkungan. Alam memiliki berbagai
keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Keanekaragaman hayati
juga berperan sebagai indikator ekologi, serta perubahan yang terjadi di alam.
Daftar Isi
Arti keanekaragaman hayati sangatlah luas. Namun secara sederhana, keanekaragaman hayati adalah
tingkat variasi dalam kehidupan yang ada di bumi.
Pengertian tersebut mempunyai makna sama dengan definisi keanekaragaman hayati oleh
Encyclopaedia Britannica (2015), yaituvariasi kehidupan yang ditemukan di suatu tempat di bumi.
Hal tersebut mencakup kehidupan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, hingga genetika. Didalamnya
juga terdapat proses ekologi dan ekosistem yang membentuk suatu lingkungan hidup.
Istilah lain dari keanekaragaman hayati adalah biodiversitas. Dimana menjadi sebuah gambaran
keragaman makhluk hidup akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur dan sifat
masing-masing.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Raymond F. Dasmann, seorang ilmuwan satwa liar. Kemudian,
istilah ini banyak digunakan hingga saat ini.
Klasifikasi keanekaragaman hayati dilakukan untuk mengenali makhluk hidup. Sedangkan ilmu yang
mempelajarinya disebut taksonomi.
Pengelompokkan keanekaragaman hayati dilakukan melalui berbagai proses yang kompleks. Mulai dari
melihat kesamaan, kekerabatan, hingga hal-hal lain dari suatu spesies. Kemudian, dilanjutkan dengan
penamaan makhluk hidup dengan menggunakan bahasa latin dan dengan kategori yang spesifik.
Pada dasarnya, keanekaragaman hayati memiliki beberapa tingkatan. Tingkatan tersebut diurutkan
berdasarkan jenis organisme, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
Secara garis besar, keanekaragaman hayati dibedakan menjadi tiga tingkatan utama, yaitu:
a. Keanekaragaman Gen
Tingkatan pertama adalah keanekaragaman gen. Pada tingkatan ini, keanekaragaman hayati dilihat dari
variasi antar individu, namun masih dalam satu spesies. Contoh yang mudah dipahami, misalnya varietas
padi yang terdiri dari banyak jenis, mulai dari padi kupas, padi rojolele, padi cianjur, dan masih banyak
lagi.
keanekaragaman genPixabay
Contoh lain dari keanekaragaman gen adalah terdapat pada jenis buah yang masih dalam satu spesies.
Misalnya, buah mangga dengan jensi beragam, seperti mangga manalagi, mangga gadung, mangga bali,
dan sebagainya.
Terjadinya keanekaragaman hayati tingkat gen disebabkan oleh adanya variasi gen pada setiap individu
dalam satu spesies. Gen adalah materi di dalam kromosom individu yang mengandung atau
mengendalikan sifat tertentu dari suatu individu.
Adanya perbedaan gen pada setiap individu, menjadikan sifat masing-masing individu akan berbeda dan
menciptakan variasi yang berbeda dalam satu spesies.
b. Keanekaragaman Spesies
Tingkat keanekaragaman hayati yang berikutnya adalah keanekaragaman spesies. Spesies satu dan yang
lainnya memiliki perbedaan meskipun masih memiliki ciri yang sama.
Contohnya adalah ras kucing yang berbeda spesies dengan harimau dan macan. Akan tetapi, ketiganya
memiliki ciri khas yang sama atau masih dalam satu kerabat dekat.
Contoh lain keanekagaraman tingkat spesies adalah keluarga palem-paleman. Jika kita mengamati
pohon aren, pohon pinang, pohon kelapa, dan pohon palem, maka akan ditemukan ciri khas yang sama.
Namun, sebenarnya pohon-pohon tersebut berasal dari spesies yang berbeda.
c. Keanekaragaman Ekosistem
Faktor yang memengaruhinya antara lain faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah faktor yang
berasal dari makhluk hidup. Sedangkan faktor abiotik berasal dari alam, seperti iklim, cuaca,
kelembaban, ketinggian, topografi, kondisi tanah dan lainnya.
Ekosistem lumut adalah ekosistem yang mayoritas lingkungannya ditumbuhi oleh lumut. Umumnya
ekosistem ini terdapat di kawasan dengan temperatur rendah, seperti puncak gunung, perbukitan,
lembah dan daerah dekat kutub. Hewan yang hidup di ekosistem lumutnya biasanya mempunya ciri
berbulu tebal dan toleran terhadap suhu dingin.
Ekosistem berdaun jarum terdapat di kawasan beriklim sub tropis. Ekosistem ini biasanya berada di
lingkungan bersuhu rendah atau dingin.
Ekosistem hutan hujan tropis memiliki aneka tumbuhan yang bermacam-macam. Keanekaragaman
hayati di kawasan ini sangat bervariasi, contohnya adalah hutan-hutan di Indonesia dengan jutaan
spesies yang hidup di dalamnya.
baca juga: Hutan Lindung - Pengertian, Status Fungsi & Kawasan di Indonesia
Ekosistem padang rumput atau sabana merupakan wilayah yang didominasi oleh rerumputan yang
terhampar luas. Ekosistem ini terdapat di kawasan kering, seperti hutan-hutan Afrika.
Salah satu ciri ekosistem padang pasir adalah adanya tumbuhan kaktus dengan sifat membutuhkan
sedikit air untuk bertahan hidup. Hewan-hewan yang hidup di kawasan ini contohnya adalah reptil,
mamalia kecil serta berbagai jenis burung.
Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai terdapat di wilayah pesisir yang berbatasan dengan laut atau samudera. Contoh
hewan yang berhabitat di wilayah ini adalah kepiting, serangga, serta burung-burung pantai.
Keanekaragaman hayati adalah bagian dari kehidupan di bumi, sehingga keberadaannya sangat penting
untuk dijaga. Manfaatnya cukup vital bagi pola kehidupan seluruh alam. Apalagi, manusia sendiri
sebenarnya tidak mampu hidup terpisah dari alam.
Apabila keanekaragaman hayati terganggu, akan menyebabkan rantai makanan di alam juga terganggu,
serta kehidupan manusia menjadi tidak seimbang.
Berikut ini beberapa manfaat keanekaragaman hayati yang dijelaskan ke dalam beberapa poin:
Salah satu manfaat keanekaragaman hayati adalah dapat meningkatkan produktivitas ekosistem dari
masing-masing spesies. Meski sekecil apapun peranan dari setiap spesies, produktivitasnya akan
bermanfaat bagi suatu ekosistem.
Misalnya, berbagai macam tanaman yang dapat dikonsumsi oleh hewan dan manusia, atau bahkan
dapat dijadikan obat-obatan. Ekosistem akan menjadi lebih aktif dengan adanya manfaat dari setiap
spesies tersebut.
Adanya keanekaragaman hayati juga bermanfaat untuk menjamin keberlanjutan alam. Semua spesies
dalam ekosistem akan saling mendukung untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Contohnya
adalah tanaman-tanaman bakau di pantai yang dapat menjaga bibir pantai dari abrasi air laut. Manfaat
ini dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan sehingga keberlanjutan alam akan terjaga.
3. Menjaga Keseimbangan Alam
Keanekaragaman hayati juga menjadi elemen penjaga keseimbangan alam. Tanpa keragaman, alam
akan menjadi tidak seimbang. Misalnya, pada ekosistem hutan hujan tropis yang menjadi habitat dari
berbagai macam spesies hewan dan tumbuhan. Bisa dibayangkan jika ekosistem hutan hujan tropis tidak
ada, maka alam akan menjadi tidak seimbang.
Keanekaragaman hayati menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia.
Karena kehidupan manusia tidak bisa lepas dari sumber daya alam, yang berasal dari keanekaragaman
dalam tiap tingkatan.
Keanekaragaman hayati juga bermanfaat untuk memberikan perlindungan secara alami dan sejumlah
keuntungan lain bagi alam dan manusia. Misalnya, adanya perlindungan terhadap sumber daya air,
perlindungan terhadap banjir, perlindungan terhadap tanah longsor, kesehatan tanah, dan sebagainya.
Tanpa keanekaragaman hayati, tidak mungkin alam menjadi tempat yang sehat untuk dihuni manusia.
Disamping manfaatnya bagi alam dan kehidupan, keanekaragaman hayati juga memiliki manfaat lainnya
di bidang edukasi dan hiburan. Keberadaannya bisa dijadikan objek penelitian dan pendidikan, serta
pariwisata.
Indonesia adalah negara tropis yang dikenal dengan kekayaan alamnya yang tinggi. Kondisi ini
menyebabkan adanya pengelompokan berdasarkan karakteristik wilayah dan persebaran spesies, antara
lain:
a. Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Indonesia merupakan negara kepulauan. Negara ini berada di kawasan tropis yang memiliki suhu rata-
rata tinggi dan curah hujan yang tinggi. Keadaan alam ini menjadi faktor yang berpengaruh dalam
keanekaragaman hayati.
Selain karena faktor iklim tropis, Indonesia berada di antara dua rangkaian pegunungan muda, yaitu
sirkum mediterania dan sirkum pasifik. Sehingga menjadikan Indonesia memiliki banyak gunung api dan
disebut juga dengan kawasan ring of fire. Oleh karena itu, kondisi tanah di Indonesia rata-rata memiliki
tanah yang subur.
Wilayah abiotik Indonesia juga kaya akan flora dan fauna. Setidaknya ada 10% jenis tanaman dari
seluruh jenis tanaman yang ada di bumi. Sementara itu, jenis faunanya pun juga terbilang banyak. Ada
sekitar 17% jenis burung dari total seluruh jenis burung di bumi, dan 12% jenis mamalia di Indonesia
adalah bagian dari seluruh jenis mamalia di bumi.
Beberapa flora dan fauna endemik juga banyak ditemukan di Indonesia. Misalnya jalak bali, macan
sumatera, badak jawa, badak sumatera, anoa sulawesi, komodo, cendrawasih papua, rafflesia arnoldii,
dan masih banyak lagi.
Persebaran organisme di muka bumi dipelajari dalam bidang ilmu biogeografi. Biogeografi adalah studi
tentang penyebaran spesies yang berasal dari satu tempat kemudian tersebar ke berbagai arah dan
terjadi deferensiasi pada spesies tersebut sesuai habitat alamnya.
Jika membahasnya secara lebih luas, sebaran makhluk hidup di bumi juga dibatasi oleh isolasi geografi.
Isolasi geografi adalah pembatasan penyebaran dan kompetisi spesies sehingga menyebabkan adanya
perbedaan susunan flora fan fauna di berabagi tempat.
Isolasi geografi disebabkan oleh penghalang geografi atau barrier seperti pegunungan, gurun pasir,
lautan dan sungai yang lebar dan dalam.
Menurut Alfred Russel Wallace, persamaan fauna pada wilayah-wilayah di bumi diberdakan menjad 6
daerah biogeografi, yaitu:
Palearktik (daerah Asia sebelah utara pegunungan Himalaya, Eropa dan Afrika, serta Gurun Sahara
sebelah Utara)
Ethiopia (Afrika)
baca juga: Cara Memelihara Ikan Hias Air Tawar & Jenis Pilihan Untuk Aquarium
Persebaran fauna di Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu Indonesia Barat, Indonesia Timur, dan
peralihan. Tiga jenis sebaran tersebut merupakan cerminan biogeografi australia dan oriental, karena
wilayah Indonesia berada di kawasan pertemuan dua jenis biogeografi tersebut.
Fauna di Indonesia Barat adalah jenis oriental. Pembagian ini berupa wilayah yang masuk dalam paparan
sunda. Contoh fauna oriental Indonesia adalah badak, harimau, orang utan, gajah, tapir, banteng,
macan, beruang madu, dan semisalnya.
Sementara di zona peralihan tepatnya di sekitar wilayah Indonesia bagian tengah (Sulawesi), jenis
faunanya memiliki ciri yang mirip dengan fauna oriental maupun fauna australia. Daerah yang menjadi
habitat fauna peralihan paling mencolok adalah pulau Sulawesi.
Peranan Manusia
Alam senantiasa dimanfaatkan manusia untuk bertahan hidup. Sebab itu, seluruh kegiatan manusia
sehari-hari dipastikan berhubungan dengan keanekaragaman hayati dan lingkungannya.
Namun, perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia yang terus bertambah memiliki dampak yang
cukup serius terhadap keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Kebutuhan manusia menimbulkan
banyak kerusakan lingkungan, sehingga berdampak terhadap lingkungan, yaitu:
Perusakan hutan
Penemuan bibit tanaman baru yang menyebabkan bibit lokal atau bibit lama ditinggalkan
Secara langsung maupun tidak langsung, hal-hal diatas akan berpengaruh terhadap keanekaragaman
hayati dan menciptakan permasalahan lingkungan hidup.
Hewan-hewan menjadi langka, hewan langka menjadi punah, ekosistem yang rusak, dan berbagai
masalah lainnya. Oleh sebab itu, pelestarian keanekaragaman hayati perlu dilakukan sebagai usaha
untuk melindungi alam.
Meski begitu, ada pula kegiatan manusia yang bermanfaat untuk keanekaragaman hayati dan
lingkungan, misalnya:
Pengendalian hama
Kegiatan-kegiatan positif semacam itu akan membantu alam dan lingkungan agar tetap lestari, sehingga
permasalahan lingkungan dapat diatasi.
Keanekaragaman hayati bisa terancam oleh kondisi alami maupun akibat kegiatan manusia, antara lain:
kepunahan biologis dapat terjadi jiak spesies tidak mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan
perburuan satwa
Konservasi sumber daya alam hayati merupakan inti dari usaha perlindungan alam. Pelestarian
keanekaragaman hayati dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan hayati, mencegah
kepunahan, dan juga menjaga spesies tetap bertahan di bumi.
tanah suburPixabay
a. Umum
Perlindungan alam secara umum adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk melindungi flora dan
fauna, serta tanah suatu ekosistem. Perlindungan alam ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu
perlindungan alam ketat, terbimbing, dan taman nasional.
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam yang prosesnya dilakukan secara ketat, namun tanpa
campur tangan dari manusia. Contohnya adalah Cagar Alam Sancang yang berada di Garut.
Sementara itu, perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam yang dilakukan oleh para ahli di
bidang konservasi dan alam. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor.
Sedangkan taman nasional merupakan salah satu jenis perlindungan alam yang dibuat dengan berbagai
tujuan. Taman nasional memiliki sistem yang jelas dan lengkap dengan zonasinya. Salah satu contoh
taman nasional di Indonesia adalah Taman Nasional Baluran yang ada di Situbondo.
b. Tujuan Tertentu
Perlindungan alam juga dilakukan dengan tujuan tertentu. Beberapa contoh perlindungan alam dengan
tujuan tertentu, antara lain:
Perlindungan alam antropologi yang dilakukan untuk melindungi sebuah suku bangsa di suatu kawasan
tertentu.
Perlindungan alam botani yang dilakukan untuk melindungi komunitas tumbuhan tertentu.
Perlindungan alam zoologi yang dilakukan untuk melindungi beberapa jenis hewan langka atau yang
sudah terancam punah.
Perlindungan geologi yang dilakukan dengan tujuan untuk melindungi bagian atau formasi
geologitertentu.
Perlindungan hutan yang dilakukan untuk melindungi spesies dan ekosistem di suatu hutan, khususnya
yang memiliki spesies langka atau akan punah.
Perlindungan ikan yang dilakukan untuk melindungi beberapa spesies ikan tertentu.
Perlindungan monumen alam yang dilakukan untuk melindungi benda-benda di alam tertentu, misalnya
melindungi stalagmite dan stalagtit di suatu gua.
Perlindungan pemandangan alam yang dilakukan untuk melindungi keindahan atau panorama alam di
suatu kawasan.
Perlindungan terhadap alam dan keanekaragaman hayati dilakukan dengan berbagai metode. Metode
konservasi sumber daya alam merupakan salah satu metode yang tepat dan bisa dijadikan pendekatan
berkelanjutan dalam konsep perlindungan alam.
Tentu, tujuannya adalah menjadikan keanekaragaman hayati menjadi lebih terjaga, sehingga ekosistem
menjadi lebih layak untuk ditinggali oleh flora maupun fauna.
Untuk mengenali makhluk hidup secara lebih jelas, maka digunakan sistem klasifikasi. Pengklasifikasian
makhluk hidup ini dipelajari oleh salah satu cabang ilmu biologi, yaitu taksonomi. Sistem klasifikasi ini
bertujuan agar suatu spesies mempunyai nama seraham di setiap daerah di bumi.
1. Tujuan Klasifikasi
Pengelompokan makhluk hidup atau klasifikasi bertujuan agar makhluk hidup yang menjadi obyek studi
mudah dipelajari. Klasifikasi makhluk hidup telah ada sejak manusia ada, dimana manusia zaman dahulu
mengelompokkan makhluk hidup menjadi hewan atau binatang kemudian berkembang menjadi sistem
klasifikasi yang lebih kompleks.
2. Manfaat Klasifikasi
3. Proses Klasifikasi
Klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan tahapan atau proses berdasarkan tingkat kekerabatan dan
kesamaan antar makhluk hidup tersebut. Contohnya adalah sapi dan kerbau yang mempunyai banyak
kesamaan dan dikelompokkan menjadi mamalia.
Hingga abad ke-18 nama-nama spesies makhluk hidup masing menggunakan bahasa latin yang panjang.
Selanjutnya, oleh Carolus Linnaeus diperkenalkan sistem penamaan spesies baru yakni sistem binomial
yang menggantikan sistem penamaan polinomial yang panjang.
Linnaeus mengembangkan sistem penulisan spesies yang hingga kini digunakan oleh para ahli taksonomi
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
menggunakan kategori
Sistem klasifikasi ini mengelompokkan makhluk hidup mulai dari kelompok besar hingga kelompok kecil
yang disebut takson. urutan kategori yang digunakan Linnaeus adalah kingdom, filum atau divisi, kelas,
ordo, suku, genus, dan spesies. Pengklasifikasian ini didasari pada ciri-ciri umum yang dilanjutkan
dengan tingkatan takson menuju ciri-ciri khusus suatu mahluk hidup.
Selanjutnya pada zaman Aristoteles hingga pertengahan abad ke-20, makhluk hidup yang dibagi menjadi
dua kingdom, yakni plantae dan animalia. Namun setelah ditemukannya mikroskop oleh ahli biologi
bernama Ernst Haeckel asal Jerman, diusulkan kingdom baru yakni Protista untuk bakteri.
Pada tahun 1937 diusulkan superkingdom Prokariota untuk bakteri dan Eukariota untuk jasad renik oleh
Eduard Chatton. Kemudian setelah ditemukannya mikroskop elektron, seorang ahli bernama R. H
Whittaker pada tahun 1969 mengusulkan klasifikasi lima kingdom, yaitu monera, protista, fungi, plantae,
dan animalia.
Lalu pada tahun 1977 seseorang bernama Carl Woese mengelompokkan monera menjadi dua kelompok
berbeda, sehingga klasifikasi kingdom makhluk hidup terdiri dari archaebacteria, eubacteria, protista,
fungi, plantae, dan animalia.
Penamaan makhluk hidup secara internasioanal tersebut dimulai sejak tahun 1867 untuk tumbuhan dan
tahun 1898 untuk. Hingga pada akhirnya, kini klasifikasi internasional menyepakati kode internasional
tata nama tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature) dan kode internasional tata nama
hewan (International Code of Zoological Nomenclature).
Penamaan ilmiah makhluk hidup memiliki beberapa aturan sesuai tingkatan takson.
huruf pertama yang menunjukan marga ditulis kapital dan kata kedua yang menunjukan spesies ditulis
huruf kecil, contohnya Panthera tigris (harimau)
Jika ditulis tangan, kata pertama dan kata kedua diberi garis bawah, seperti Naja sputatrix (kobra jawa).
Jika dicetak maka nama spesies ditulis miring, yaitu Naja sputatrix
Jika nama jenis spesies lebih dari satu kata, maka menggunakan tanda hubung, seperti Hibiscus rosa-
sinensis (kembang sepatu)
Sedangkan nama jenis hewan yang lebih dari tiga kata penulisannya tidak menggunakan tanda hubung,
sementara untuk varietas ditulis menggunakan huruf “var.” sebelum nama varietasnya, contoh Hibiscus
sabdarifa var. alba
Kemudian jikan penunjuk jenis diambil dari nama penemunya, maka ditambahkan huruf (i), seperti Pinus
merkusii (pohon pinus) yang ditemukan oleh Merkus.
b. Nama Genus
Nama marga atau genus terdiri dari satu kata tunggal dengan huruf awal ditulis kapital.
c. Nama Suku
Nama suku diambil dari nama genus ditabhkan dengan akhiran -aceae untuk tumbuhan dan akhiran
-idae untuk hewan, contohnya adalah Crassulaceae dan Anatidae.
d. Nama Ordo
Nama ordo tumbuhan mempunyai akhiran -ales, sementara untuk hewan tidak mempunyai aturan
baku.
e. Nama Kelas
Nama kelas tumbuhan umumnya diberi akhiran -opsida, sedangkan pada hewan tidak memiliki aturan
tertentu.
Nama biasanya umumnya berakhiran -phyta, akan tetapi pada hewan tidak aturan baku.
20200926
Sebarkan ini:
FacebookTwitWhatsApp
Cari Disini:
Cari untuk:
Cari …
🍃 Terbaru
🏖 Wisata
About
Kontak
Disclaimer
Protection
Privacy Policy
ILMU
ALAM
INDONESIA
POHON
TAMAN NASIONAL
WISATA
Pencarian
Tutup Menu
undefined
https://rimbakita.com/keanekaragaman-hayati/
Skip to content
GuruPendidikan.Com
MENU
Manfaat-Keanekaragaman-Hayati
Mgid
KERANIQ SERUM
PELAJARI LEBIH→
Pengertian keanekaragaman hayati menurut pendapat ahli yang lain yaitu Sudarsono dkk (2005: 6)
menyebutkan bahwa keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya hayati
berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),
keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem.
Pengertian Keanekaragaman hayati menurut Global Village Translations (2007:4) adalah semua
kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi
genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk
didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari
semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Keanekaragaman Hayati, Manfaat, Jenis dan Klasifikasi
Berdasarkan hal tersebut, para pakar membedakan keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan,
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman Gen
Mgid
FITEXPERT
PELAJARI LEBIH→
Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di
dalam kromosom. Setiap individu mempunyai kromosom yang membawa sifat menurun (gen) dan
terdapat di dalam inti sel. Perbedaan jumlah dan susunan faktor menurun tersebut akan menyebabkan
terjadinya keanekaragaman gen.
Makhluk hidup satu spesies (satu jenis) bisa memiliki bentuk, sifat, atau ukuran yang berbeda. Bahkan
pada anak kembar sekalipun terdapat perbedaan. Semua perbedaan yang terdapat dalam satu spesies
ini disebabkan karena perbedaan gen.
Jadi, keanekaragaman gen adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup dalam satu
spesies. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini misalnya, Allium cepa (bawang merah), Allium sativum
(bawang putih), Allium fistulosum (locang)
Keanekaragaman Jenis
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis,
anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi) yang menghasilkan
keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies
atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi.
Keanekaragaman jenis adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup antar jenis atau antar
spesies. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah
diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies (keanekaragaman gen). Keanekaragaman
jenis adalah perbedaan makhluk hidup antar spesies. Contohnya sangat banyak.
Genus Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkung (Ipomoea aquatica)
Genus Ficus : pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon bodhi (F. religiosa)
Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu
dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan
tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup
lain yang sesuai. Akibatnya, pada lingkungan tersebut akan dihuni berbagai makhluk hidup berlainan
jenis yang hidup berdampingan.
Perbedaan komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup
(biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Komponen biotik dan abiotik
di berbagai daerah tersebut juga bervariasi baik mengenai kualitas maupun kuantitasnya. Variasi kondisi
komponen abiotik yang tinggi ini akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem.
Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan (eksosistem terestrial) dan
ekosistem perairan (ekosistem aquatik). Ekosistem darat terbagi atas beberapa bioma, di antaranya
bioma gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan tropis,
bioma taiga, dan bioma tundra.
Jadi keanekaragaman ekosistem adalah segala perbedaan yang terdapat antar ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem ini terjadi karena adanya keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis
(spesies).
Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem misalnya: pohon kelapa banyak tumbuh di daerah
pantai, pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di
daerah dataran rendah
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Hujan Asam – Sejarah, Penyebab, Proses,
Dampak, Pengendalian, Pencegahan, UU, Contohnya
Indonesia ini kaya sekali akan bahan makanan pokok serta juga tanaman penghasil buah dan juga
sayuran yang diperkirakan terdapat 400 jenis atau macam tanaman yang menghasilkan buah. Sedangkan
pada tanaman penghasil sayuran itu sekitar 370 jenis atau macam,
Terdapat juga sekitar 70 jenis atau macam tanaman berumbi, Indonesia dari dulu sampai sekarang ini
terkenal demham rempah-rempah yang melimpah yakni sekitar 55 jenis atau macamnya, Sumber
makanan tersebut juga berasal dari aneka ragama hewan darat, air tawa, serta juga air laut.
Indonesia ini mempunyai sekitar 30.000 spesies tumbuhan, 940 spesies di antaranya adalah tanaman
obat serta juga sekitar 250 spesies tanaman obat yang digunakan didalam suatu industri obat herbal
lokal. berikut ini adalah macam-macam tanaman obat dan juga kegunannya..
Kina (Cinchona calisaya, Cinchona officianlis), kulitnya itu mengandung suatu alkoloid kina (quinine)
untuk dapat mengobati malaria.
Madu dari lebah juga dapat dimanfaatkan ialah sebagai peningkat daya tahan tubuh
Mengkudu/ pace (Morind citrifolia) ialah untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Buah merah (Pandanus conoideus) juga dimanfaatkan ialah sebagai obat untuk dapat mengobati kanker
(tumor), kolesterol tinggi, serta diabetes.
hewan juga dapat dimanfaatkan ialah sebagai obat-obatan, contohnya ialah Ular, bagian daging serta
lemaknya itu dipercaya bisa mengobati penyakit kulit (gatal-gatal)
Beberapa dari tumbuhan juga digunakan untuk kosmetika, antara lain ialah sebagai berikut. :
yang digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut
pandan
minyak kelapa
mangkohan
Beberapa dari jenis tanaman yang digunakan ialah sebagai bahan sandang atau pakaian, antara lain ialah
sebagai berikut :
dimanfaatkan ialah seratnya untuk dapat dipintal menjadi kain atau juga bahan pakaian.
Tanaman labu air (Lagenaria siceraria) juga dimanfaatkan oleh Suku Dani pada lembah Baliem (Papua)
ialah sebagai bahan untuk dapat membuat koteka (horim) laki-laki.
Sementara itu untuk membuat pakaian wanita di papua ini digunakan tumbuhan wen (Ficus drupacea)
serta kem (Eleocharis dulcis).
Beberapa hewan juga bisa dimanfaatkan untuk dapat membuat pakaian, antara lain ialah sebagai
berikut :
Ulat sutera ialah untuk membuat kain sutera yang mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi
Kulit dari beberapa hewan, misalnya ialah sapi serta kambing juga dapat dimanfaatkan untuk membuat
jaket
Bulu burung juga bisa digunakan untuk dapat membuat aksesori pakaian
terutama rumah adat , Sebagian besar dari rumah diIndonesia ini menggunakan kayu . Kayu tersebut
dimanfaatkan untuk dapat membuat jendela, alas atap, serta juga tiang.
berikut ini adalah Beberapa tumbuhan yang dapat dimanfaatkan kayunya antara lain ialah :
kelapa (Cocos nucifera),
Berikut ini yang digunakan untuk dapat membuat atap serta dinding rumah.
Beberapa jenis tumbuhan palem (Nypa fruticans, Oncosperma trigillarium, serta juga Oncosperma
horridum) yang dimanfaatkan ialah untuk membuat rumah di Sumatra serta Kalimantan.
Pada pulau Timur alang-alang (Imperata cylindrica) dimanfaatkan ialah untuk membuat atap rumah.
Indonesia memiliki keanekaragaman suku serta budaya yang tinggi. Terdapat sekitar 350 jenis (suku)
dengan agama serta juga kepercayaan, budaya, dan juga adat-istiadat yang berbeda. Didalam
menjalankan suatu upacara ritual keagamaan serta kepercayaannya, penyelenggaraan upacara adat dan
juga hewan.
Berikut ini Beberapa upacara ritual keagamaan serta kepercayaan, upacara adat, dan juga pesta
tradisional tersebut, antara lain sebagai berikut.
Upacara kematian pada Toraja ini menggunakan berbagai jenis atau macam tumbuhan yang dianggap
mempunyai nilai magis saat memandikan jenazah, misalnya ialah limau, pisang, daun kelapa, serta juga
rempah-rempah.
Umat islam juga menggunakan hewan ternak ialah (kerbau, kambing dan sapi) di hari raya Qurban.
Budaya nyekar (ziarah kubur) di masyarakat Jawa tersebut menggunakan mawar, kantil, melati, serta
juga kenanga.
Umat Nasrani juga menggunakan pohon cemara (Araucaria Isp., Casuarina equisetifolia)ialah sebagai
saat perayaan natal
Upacara Ngaben di Bali juga menggunakan 39 jenis atau macam tumbuhan yang mengandung minyak
atsiri yang berbau harum, antara lain ialah kenanga, pandan, melati, cendana, serta juga sirih.
Keanekaragaman hayati yang melimpah tersebut juga bisa dimanfaatkan pintar serta bijaksana yakni
dengan menjual seperti yang terdapat dipasaran, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan, serta juga
berbagai macam bahan kosmetik dan juga industri.
8. Manfaat Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Plasma Nutfah (Sumber Daya Genetik)
Plasma Nutfah merupakan bagian tumbuhan, hewan atau juga mikroorganisme yang memiliki fungsi
serta juga kemampuan mewariskan sifat. Pada tiap-tiap organisme yang masih liar di dalam ataupun
yang sudah dibudidayakan manusia yang mengandung uatu plasma nutfah. Plasma nutfah tersebut
berguna ialah untuk dapat merakit varietas unggul di suatu spesies, misalnya ialah spesies yang tahan
terhadap suatu penyakit ataujuga mempunyai produktivitas tinggi. Plasma nutfah tersebut akan
mempertahankan mutu sifat dari organisme dari generasi ke generasi yang berikutnya, misalnya ialah
padi Rojolele u yang akan mewariskan sifat pulen serta juga rasa enak, ubi jalar Cilembu serta juga buah
duku Palembang yang akan mewariskan sifat dari rasa manis.
Dengan terdapatnya keanekaragaman hayati maka terjadilah suatu keseimbangan lingkungan yang
mana satu sama lain itu saling melengkapi dan juga saling bergantung baik itu manusia, tumbuhan,
hewan, dan lain sebagainya.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Energi Biofuel serta Jenis dan Manfaat
Macam-macam tumbuhan khas dan endemik di Indonesia antara lain sebagai berikut:
Kayu ramin (Gonystylus bancanus) terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan dan Maluku.
Meranti (Shorea sp.), Keruwing (Dipterocarpus sp.) dan Rotan (Liona sp.) banyak terdapat di hutan Pulau
Kalimantan.
Durian (Durio zibethinus), Mangga (Mangifera indica), Sukun (Artocarpus altilis) banyak terdapatdi hutan
pulauiawa,Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Macam-macam hewan khas dan endemik di Indonesia antara lain sebagai berikut:
Penyu Hijau (Chelonia mydas) ada di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Dan Macam Hama Pada Tumbuhan Beserta
Cara Mengatasinya Lengkap
Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman, yaitu faktor keturunan atau faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau
sifat bawaan. Namun, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak tampak) karena faktor lingkungan.
Faktor bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan mengakibatkan sifat yang tampak menjadi
berbeda. Karena adanya kedua faktor tersebut, muncullah keanekaragaman hayati.
Timbulnya keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh faktor lingkungan dipengaruhi oleh:
Iklim
Unsur iklim sangat menentukan berbagai jenis keanekaragaman hayati. Unsur-unsur iklim yang
mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan adalah temperatur, udara, kelembapan
angin, dan curah hujan.
Relief tanah adalah tinggi rendahnya permukaan bumi diukur dari permukaan laut. Ketinggian di suatu
tempat dapat mempengaruhi temperatur dan tekanan udara, demikian pula jenis-jenis tumbuhan dan
hewan.
Faktor Tanah
Keadaan tanah di suatu tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan.
Tanah humus dan tanah vulkanis sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karena memiliki banyak
unsur hara.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Dan Jenis Sungai Beserta Fungsinya
Di muka bumi ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, termasuk manusia. Dalam
hidupnya, manusia selalu membutuhkan makhluk hidup lain, misalnya manusia akan membutuhkan
pasangan hidup dari jenisnya, manusia juga sangat membutuhkan tumbuhan dan hewan sebagai
sumber makanan atau bahan tempat tinggalnya, dan masih banyak peranan tumbuhan dan hewan bagi
kehidupan manusia.
Beraneka ragam jenis tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia,
antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan untuk tempat tinggal, sumber
pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Tujuan Dan Manfaat Klasifikasi Makhluk Hidup Beserta
Penjelasannya
Keanekaragaman hayati yang ada di permukaan bumi ini bukanlah sesuatu yang bersifat kekal, artinya
setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama dalam hal jumlahnya. Perubahan keanekaragaman
hayati sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Apabila
aktivitas manusia dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati disebut merugikan,
sebaliknya jika aktivitas manusia dapat meningkatkan keanekaragaman hayati disebut menguntungkan.
Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat
merugikan, misalnya pembukaan hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran
lingkungan, dan seleksi alam. Aktivitas manusia yang menguntungkan keanekaragaman hayati adalah
kegiatan manusia yang dapat meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati, seperti penghijauan,
penangkaran, perkawinan silang, dan perlindungan alam.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Keanekaragaman Makhluk Hidup Dalam Ilmu
Biologi
Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengolahan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab pemerintah serta
masyarakat. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui beberapa
kegiatan, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan yang merupakan satu proses alami berbagai
unsur hayati dan nonhayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk, pelestarian
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Hutan lindung adalah kawasan hutan alam yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah
intrusi air laut, dan memelihara keseburan tanah. Hutan lindung bisa dalam bentuk cagar alam, taman
nasional, suaka margasatwa, taman hutan raya, hutan wisata, dan wanawisata.
Lautan adalah daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya yang merupakan
habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa yang ada. Contoh Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara.
Kebun Raya
Kebun raya merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang ditanam hidup di suatu tempat yang berasal
dari berbagai daerah. Keberadaan kebun raya bertujuan untuk pendidikan, ilmu pengetahuan,
konservasi lahan, dan sekaligus sebagai objek wisata. Contoh Kebun Raya Bogor di Jawa Barat, Kebun
Raya Purwodadi di Jawa Timur.
KONTEN PROMOSIMgid
VIVASLIM
FIT EXPERT
SNAP ON SMILE
Cara Menghilangkan Papiloma secara Alamiah (3 Hari)
INTOXIC
CELLARIN
FITEXPERT
HERBAL GLUCOACTIVE
MONEY AMULET
CELLARIN
Dirga: Aku Lari dari Calon Istri Ketika Tau 29 bukan Umur Aslinya
CELLARIN
MIXER
KERANIQ SERUM
TENSILAB
MONEY AMULET
Sebarkan ini:
FacebookTwitWhatsApp
Posting pada Biologi, IPA, SMADitag 10 contoh keanekaragaman gen, ancaman keanekaragaman hayati,
apa tujuan dan manfaat dari klasifikasi, apa yang dimaksud dengan gen jelaskan, apa yang dimaksud
dengan spesies endemik, arti terumbu karang, berikan contoh keanekaragaman tingkat gen, berikan
contoh keanekaragaman tingkat jenis, ciri abiotik ekosistem air laut adalah, ciri utama keanekaragaman
jenis, ciri utama keunikan keanekaragaman jenis, contoh adanya keanekaragaman tingkat gen, contoh
keanekaragaman hayati, contoh keanekaragaman hayati di indonesia, contoh keanekaragaman hayati
sebagai sumber obat obatan, contoh keanekaragaman jenis, contoh pelestarian secara eksitu adalah,
contoh sebagai sumber plasma nutfah, dampak keanekaragaman hayati, ekosistem padang rumput
terdapat di pulau, flora sebagai aspek budaya, jelaskan konservasi insitu dan eksitu, jelaskan manfaat
keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, jelaskan tentang keanekaragaman gen, jelaskan yang
dimaksud dengan kladogram, jelaskan yang dimaksud keanekaragaman jenis, keanekaragaman adalah,
keanekaragaman flora di indonesia, keanekaragaman hayati adalah brainly, keanekaragaman hayati di
indonesia, keanekaragaman hayati di indonesia pdf, keanekaragaman hayati di sekolah,
keanekaragaman hayati laut terumbu karang, keanekaragaman hayati menurut para ahli,
keanekaragaman hayati pdf, keanekaragaman hayati tingkat ekosistem, keanekaragaman spesies
dipengaruhi oleh, keragaman fauna di indonesia, keunikan keanekaragaman hayati di indonesia,
Klasifikasi Keanekaragaman Hayati, klasifikasi keanekaragaman hayati brainly, klasifikasi
keanekaragaman hayati pdf, kumpulan hayati tingkat spesies di indonesia, macam macam
keanekaragaman hayati, macam-macam keanekaragaman hayati tingkat gen, makalah keanekaragaman
hayati, makalah klasifikasi keanekaragaman hayati, makalah manfaat keanekaragaman hayati, makna
kekayaan hayati, makna terumbu karang, Manfaat keanekaragaman hayati, manfaat keanekaragaman
hayati bagi manusia adalah sebagai berikut kecuali, manfaat keanekaragaman hayati brainly, manfaat
keanekaragaman hayati dalam berbagai bidang, manfaat keanekaragaman hayati dalam farmasi,
manfaat keanekaragaman hayati di bidang pendidikan, manfaat keanekaragaman hayati pada tingkat
ekosistem, manfaat keanekaragaman hayati pdf, manfaat keragaman genetik, materi keanekaragaman
hayati lengkap, menghilangnya keanekaragaman hayati, mengidentifikasi keanekaragaman makhluk
hidup, nilai keanekaragaman hayati, pelestarian in situ dan ex situ, pelestarian keanekaragaman hayati,
pengertian keanekaragaman hayati brainly, pengertian keanekaragaman jenis, penyebab hilangnya
keanekaragaman hayati, penyebaran flora dan fauna dibedakan menjadi, peran biodiversitas dalam
ekosistem, rangkuman keanekaragaman hayati, sebutkan manfaat dari adanya konservasi, tingkat
keanekaragaman pada zoologi, tumbuhan dan klasifikasinya, tumbuhan sebagai sumber kosmetik, upaya
menjaga keanekaragaman hayati, upaya pelestarian keanekaragaman hayati, variasi makhluk hidup
terjadi karena adanya
Navigasi pos
Pos sebelumnya
Pos berikutnya
Pos-pos Terbaru
Pantun – Pengertian, Ciri, Macam, Cinta, Jenaka, Pendidikan, Agama, Nasehat, Contohnya
Energi Potensial – Pengertian, Jenis, Gravitasi, Listrik, Magnetik, Elastis, Contoh Soal
Artikel Pilihan
Rukun Shalat
Teks Eksplanasi
Teks Eksposisi
Teks Deskripsi
Teks Prosedur
Contoh Gurindam
Tabel Periodik
Contoh Makalah
Proposal
Gb WhatsApp
Naskah Drama
GuruPendidikan.Com
Home
SMP
SMA
SMK
S1
S2
Umum
Pencarian
https://www.gurupendidikan.co.id/manfaat-keanekaragaman-hayati/
Skip to content
RimbaKita.com
MENU
4.9 / 5 ( 32 votes )
Kelangkaan merupakan tahap awal dari kepunahan spesies, pernyataan tersebut dinyatakan oleh
Charles Darwin pada tahun 1859. Sedangkan menurut Landle dan Whittaker (2011), kelangkaan adalah
kepadatan spesies yang rendah, hidup dalam kondisi lingkungan atau wilayah geografis sempit.
Ancaman kepunahan spesies diperparah oleh kegiatan eksploitasi sumber daya yang berasal dari habitat
spesies tersebut, sehingga ekosistem yang ada di dalamnya menjadi rusak.
Daftar Isi
Kelangkaan spesies yang merupakan awal dari kepunahan akan mengurangi keanekaragaman hayati, hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
Menurut Masyud dan Ginoga, 2016 berikut ini adalah faktor-faktor penyebab kelangkaan dan
kepunahan spesies:
Pertumbuhan jumlah penduduk dan pola konsumsi yang tidak memperhatikan atau mengabaikan
kelestarian makhluk hidup
Pengetahuan dan penerapan yang kurang mengenai ekosistem alam dan komponen-komponen yang
ada di dalamnya
Gagal mengelola lingkungan dan sumber daya alam, baik secara ekonomi dan kebijakan
Sistem hukum dan kelembagaan memberikan celah untuk eksploitasi sumber daya biologi secara besar-
besaran
Persepsi keliru dalam mewujudkan keinginan untuk menghasilkan sesuatu secara cepat dan berakibat
kegagalan dalam jangka panjang, serta etika konservasi masyarakat yang tidak berkembang
Sikap antroposentrisme sehingga menyebabkan rendahnya penghargaan terhadap sumber daya yang
tidak atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia
Kurangnya penghargaan terhadap aktivitas konservasi dalam perubahan dari pola pertanian sederhana
ke pertanian modern atau industrialisasi pertanian
Masyud dan Ginoga, 2016 juga menyampaikan mengenai Indonesian Biodiversity Strategy and Action
Plan (IBSAP) tahun 2003-2020 yang merupakan produk dokumen resmi yang diterbitkan oleh
pemerintah Indonesia.
Dokumen ini menjelaskan bahwa faktor penyebab krisis keanekaragaman hayati adalah karena faktor
teknis dan faktor struktural.
Faktor teknis adalah faktor-faktor yang secara teknis berkaitan atau berdampak langung terhadap
terjadinya krisis keanekaragaman hayati. Sedangkan faktor struktural adalah faktor khusus mengenai
aspek kebijakan, kelembagaan, dan penegakan hukum, serta riset.
Konversi habitat
harimau balialamy.com
Dari keseluruhan faktor teknis serta struktural, berikut ini adalah 3 faktor utama yang sebenarnya dapat
kita cegak agar kelangkaan dan kepunahan spesies tidak terjadi.
Rusaknya habitat merupakan alasan utama yang membahayakan status spesies, baik hewan maupun
tumbuhan. Kerusakan umumnya dilakukan karena faktor ekonomi, seperti deforestasi, penambangan,
dan migrasi manusia sehingga menjadikan habitat tersebut menjadi tempat tinggal.
Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas manusia tersebut adalah kematian, jika pun tidak maka hewan
akan menjauh dan mencari habitat lain namun kendala yang dihadapi adalah tidak adanya sumber
makanan di habitat yang baru.
2. Polusi
Polusi dapat menyebabkan kematian suatu spesies, contohnya adalah tumpahan minyak, hujan asam,
penggunaan pestisida, polusi udara, polusi air, polusi tanah, polusi suara, dan polusi cahaya.
Misalnya pada hujan yang memiliki kadar asam yang tinggi akan menjadikan tanah tidak layak untuk
menjadi habitat tumbuh-tumbuhan. Selain itu, hujan asam juga akan mengubah unsur kimia air dan
sungai sehingga menyebabkan kematian pada hewan-hewan air seperti ikan.
3. Perburuan
Kegiatan berburu dapat menyebabkan kelangkaan serta kepunahan spesies. Tujuan berburu adalah
untuk memperoleh daging, bulu atau bagian tubuh hewan tertentu. Contohnya badak akan diambil
culanya dan gajah akan diambil gadingnya.
Selain karena tujuan memanfaatkan tersebut, perburuan juga dilakukan akibat manusia dan hewan yang
tidak dapat hidup berdampingan. Hal ini berkaitan dengan pembukaan lahan hutan untuk pertanian
misalnya, sehingga terjadi kontak fisik antara manusia dengan hewan seperti harimau sumatera.
Pencegahan kelangkaan dan kepunahan spesies dapat dicegah melalui keputusan pemerintah, misalnya
pendirian cagar alam, taman nasional, hutan lindung dan suaka margasatwa.
orang utanPixabay
Selain itu, pemerintah juga menerbitkan undang-undang konservasi meskipun belum dapat mencakup
seluruh spesies yang terancam punah.
Kita juga dapat membantu mencegah kelangkaan dan kepunahan makhluk hidup dengan cara-cara
sederhana, seperti mengurangi sampah plastik, mengurangi polusi, mengurangi penggunaan pestisida
dan ikut dalam usaha melestarikan lingkungan lainnya.
Sebarkan ini:
FacebookTwitWhatsApp
Cari Disini:
Cari untuk:
Cari …
🍃 Terbaru
🏖 Wisata
About
Kontak
Disclaimer
Protection
Privacy Policy
ILMU
ALAM
INDONESIA
POHON
TAMAN NASIONAL
WISATA
Pencarian
Tutup Menu
undefined
https://rimbakita.com/penyebab-kelangkaan-dan-kepunahan-spesies/
Zalfa Aqilah
keanekaraman hayatiKerusakan ekosistem terjadi akibat ulah manusia yang sengaja mengubah,
mendegradasi, dan merusak bentang alam dalam skala luas. Kerusakan ekosistem tersebut mendorong
spesies dan bahkan komunitas menuju ancaman kepunahan.
Ancaman yang paling utama terhadap keanekaragaman hayati akibat aktifitas manusia adalah dapat
berupa :
1. Perusakan Habitat
Penyebab utama hilangnya SDA bukanlah dari Perubahan Iklim, Masuknya Spesies asing (eksotik) dan
eksploitasi manusia secara langsung, melainkan kerusakan habitat sebagai akibat yang tak dapat
dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan kegiatan Manusia. Seperti halnya kasus local dusun
Pengekahan di daerah Lampung Barat, perubahan tata guna lahan akan terus menjadi factor utama yang
mempengaruhi SDA. Ancaman genting terhadap habitat utama yang memiliki pengaruh besar
keberadaan Spesies adalah pertanian (38%), Pembangunan Komersial (35%), Proyek Air (30%), reaksi
alam terbuka (27%), Pengembalaan Ternak (22%), Polusi (20%), Infrastruktur dan jalan (17%), Gangguan
kebakaran alami (13%), dan penebanganan pohon (12%). (Stein dkk. 2000)
2. Fragmentasi Habitat
Fragmentasi Habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan utuh menjadi berkurang
serta terbagi-bagi. Antara satu fragment/ perca dengan lainnya seringkali terjadi isolasi oleh bentang
alam yang terdegradasi atau telah berubah. pada bentang alam daerah tepinya mengalami serangkaian
perubahan kondisi yang dikenal dengan istilah efek tepi. Hal ini seperti ini Kerapkali terjadi daerah
Konsesi pengelolaan Wildlife yang sengaja membuat lintang jalan ataupun untuk menciptakan habitat
tepi yang terfragmentasi.
Tujuannya untuk menciptakan habitat tepi yang terbuka hingga banyak muncul tumbuhan baru yang
disukai Spesies Herbivora pada dasarnya.
Efek tepi sebagaimana dijelaskan diatas, dapat menambah daerah tepi secara drastic. Lingkungan mikro
daerah tepi berbeda dengan lingkungan mikro tengah, beberapa efek dari fragmentasi areal yang harus
diperhitungkan lebih dalam adalah dampaknya terhadap spesies pendukung ekosistem, seperti ; Naik
turunnya intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin (Laurance 2000). Efek tepi masih
dapat dideteksi sejauh min 250m kedalam hutan. Oleh karena Spesies tumbuhan (khususnya) dan
hewan biasanya teradaptasi oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya tertentu saja, perubahan
tersebut dapat memusnahkan banyak spesies mikro sampai dengan makro.
Ketika area sudah ter fragmentasi atau tersub-populasi, masing-masing dengan daerah yang terbatas ,
hal ini juga dapat mempercepat proses pemunahan. Populasi yang kecil sangat rentan dengan
perkawinan silang dalam atau perkawinan sedarah (inbreeding), penurunan genetic (genetic drift) dan
masalah yang terkait dalam low population. Dan yang terburuk dari fragmentasi habitat adalah tepi efek
dapat menciptakan evolusi tanaman atau pun microba pengganggu spesies yang akhirnya mendominasi
habitat dan serangan spesies asing.
Indonesia, salah satu degradasi lingkungan terbesar yang kerap terjadi dan harus diatasi adalah
kebakaran hutan yang sangat berdampak pada ekosistem sekitarnya dan kelestarian habitat. Bentuk
paling umum dari degradasi adalah polusi. Polusi yang disebabkan oleh pestisida, limbah rumah tangga,
gas / asap yang dikeluarkan oleh limbah pabrik, mobil.
Secara alami karbondiosida (CO²), gas metana (CH4), dan gas – gas lainnya dalam jumlah kecil di
atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatksn permukaan bumi. Uap air dan
gas – gas tersebut dalam bentuk awan, menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi.
Pengeluaran panas dari bumi keangkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas rumah kaca karena
fungsinya yang sama dengan rumah kaca. Dampak yang sama terjadi dengan di bumi. jika rumah kaca
bertambah drastic bisa menimbulkan Dampak negative terhadap daratan serapan panas surya yang
berlebihan dan memacu panas perut bumi bergejolak takterkendali sehingga dapat menciptakan
bencana alam seperti gempa tektonik, desertifikasi lahan, pencairan gunung es yang akhirnya
menambah debit air di bumi secara drastic, perubahan dataran akibat tekanan panas dari permukaan
dan dasar bumi. Sedangkan dampak pada lingkungan laut, penyempitan daratan yang tertutup es
dikutub utara dan antartica, proses ini akan terus bertambah dengan cepat dan akan menambah
ketinggian permukaan laut setinggi 9-88cm sehingga dapat membanjiri komunitas pesisir ang posisinya
lebih rendah atau low lying islands (sumber data : http//www.ipcc-wg2.org/). Hasil penelitian Fred
Pearce (2002), disimpulkan bahwa 10% es yang menyelimuti bumi telah mencair sejak tahun 1960,
sementara ketebalan es dikutub utara telah mengalami pencairan es salju sebanyak 42% dalam 40 tahun
terakhir. Peningkatan debit air dilaut dan perubahan suhunya dapat menjadi ancaman bagi terumbu
karang dan ganggang yang hidup simbiotik. Dan ini masih terus berlangsung sampai dengan sekarang. Di
India kematian massal trumbu sudah mencapai 70%, di Indonesia sudah mengalami proses pemutihan
karang sebesar 30%, dikepulauan seribu sudah mencapai 90 – 95 % trumbu karang hingga kedalaman
25m mengalami kematian, hal ini dapat mendorong biota – biota laut akan bermigrasi. Dampak luas
pemanasan global, perubahan iklim dapat merubah komunitas biologi secara radikal dan menekan
angka populasi dari spesies. Yang akhirnya kawasan yang dilindungipun tidak dapat menyandang atau
menyelamatkan spesies critically endangered. Salah satu solusi dari habitat spesies adalah dibentuknya
kawasan perlindungan yang cocok dan baru, rute – rute migrasi yang potensial seperti lembah dan
sungai di utara dan selatan, sangat perlu diidentifikasi lebih dini dan dilindungi. Solusi kedua adalah
penangkaran spesies dengan membuat habitat imitasi dengan mencontoh habitat asli spesies tersebut.
Ekploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia diduga telah mengancam 1/3 mamalia dan burung
yang genting dan rentan kepunahan. Untuk bertahan hidup manusia selalu berburu daging hewan liar
“Bushmeat” dan memanen makanan serta sumber daya alam hayati, ironisnya manusia saat ini sudah
banyak yang mulai meninggalkan culture lama yang sangat bersahabat terhadap habitatnya (landscape
kecil kampung) seperti tidak memburu anak satwa dan berburu betina pada musim – musim tertentu,
melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam hayati agar dapat dipanen secara berkala dan turun
temurun. Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat sebagian kecil suku dayak di pulau Kalimantan yang
dipercayai (Religi kaharingan) mereka, alam adalah element yang dapat menghidupkan manusia, karena
itu manusia tidak berhak menyeleksi alam sebab alamlah yang akan menyeleksi manusia.
Bagaimanapun, mengingat culture yang ada telah memasukan bushmeat sebagai makanan tradisional
maka dalam beberapa hal perlu dilakukan upaya rekonsiliasi antara konservasi dan culture agar
perubahan prilaku dan pola Konsumsi dapat terjadi secara partisipatif dan tidak menimbulkan keresahan
setempat (Indrawan, 1999).
Perdagangan mahluk liar yang legal dan illegal mempunyai andil atas menurunya populasi banyak
spesies. Perdagangan mahluk hidup liar di seluruh dunia bernilai lebih dari US$ 10 Miliar per tahun, tidak
termasuk ikan yang dapat dikonsumsi. Masalah pemanfaatan komersial pemerintah dan industri sering
menyatakan bahwa dengan menerapkan prinsip – pirinsip pengelolaan ilmiah modern yang lebih dikenal
dengan MSY (Maximum Sustanible Yield) pemanfaatan berlebihan spesies liar dapat dicegah. Nyatanya,
panen lestari jarang sekali dapat dicapai. Diperlukan upaya – upaya konservasi yang sangat besar dalam
pemulihan populasi spesies. Melalui penegakan hukum Nasional dan Internasional termasuk
CITES(Convention on International Trade in Endangered Spesies) maka populasi dan spesies mungkin
akan kembali seperti semula. Contoh ; Burung Curik Bali (Leucopsar Rothscildii) merupakan burung
paling lanka didunia, Spesies ini termasuk dalam katagori “kritis” oleh IUCN dan Birdlife International
(Birdlife International 2001)
6. Invasif
Ancaman utama lain bagi spesies dan komunitas biologi adalah meningkatnya penularan penyakit akibat
berbagai kegiatan manusia. Intraksi langsung dengan manusia dapat meningkatkan resiko penularan
penyakit. Secara tidak langsung penularan penyakit dapat terjadi akibat dari kegiatan dan pembangunan
manusia.
Share this:
22 Mei 2011
dalam "Konservasi"
23 Mei 2011
3 Juni 2011
dalam "Konservasi"
Kategori: Konservasi
Tag: Degradasi Habitat, efek tepi, Fragmentasi Habitat, Invasif, Perubahan Iklim Global, Spesies Eksotik
Berikan Komentar
Zalfa Aqilah
Kembali ke atas
https://www.google.com/amp/s/zalfaaqilah.wordpress.com/2011/06/08/ancaman-utama-
keanekaragaman-hayati/amp/
Loncat ke konten
Forester Act !
MENU
4.9 / 5 ( 13 votes )
Menurut Landle dan Whittaker (2011), kelangkaan dapat berarti bahwa species memiliki kepadatan yang
rendah, hidup dalam kondisi lingkungan yang sempit atau menempati wilayah geografis yang sempit.
Sejak tahun 1859, Charles Darwin telah mensinyalir bahwa kelangkaan merupakan tahap awal dari
kepunahan spesies. Kelangkaan juga menjadi telah menjadi pusat perhatian dalam studi konservasi
biologi dan merupakan dimensi penting dari keragaman hayati.
Kelangkaan dapat terjadi karena dua penyebab utama yaitu penyebab alami/intrinsik dan penyebab
atropogenik/ekstrinsik.
Berasal dari karakterisik biologis atau ekologis yang melekat pada species tersebut, seperti sifat spesies
dan sifat ekosistem (karakteristik habitat).
Berasal dari aktivitas manusia yang mengakibatkan terbatasanya distribusi dan kelimpahan suatu spesies
yang tidak terkait dengan sifat-sifat biologisnya, seperti
Pemanfaatan populasi secara langsung dengan alasan pengendaian, pemenuhan kebutuhan subsisten
adatu koleksi, dan
Polusi yang mengubah siklus biokimia atau introduksi senyawa kimia organik sintesis.
Pada tahun 1984 International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)
mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN RED LIST yaitu daftar status
kelangkaan species. IUCN RED LIST ini merupakan kategori yang digunakan IUCN dalam melakukan
klasifikasi terhadap species species berbagai makhluk hidup yang terancam kepunahan.
Tujuan dari Red List IUCN ini sendiri adalah
Menyediakan sistem yang dapat diterapkan secara konsisten oleh orang yang berbeda,
Meningkatkan objektivitas dengan menyediakan panduan yang jelas kepada pengguna tentang
bagaimana mengevaluasi berbagai faktor yang mempengaruhi resiko kepunahan,
Memberikan sebuah sistem yang dapat memfasilitasi pembandingan pada berbagai taksa berbeda, dan
Memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pengguna daftar spesies terancam punah tentang
bagaimana klasifikasi species dilakukan.
Punah (Extinct/EX)
Jika tidak terdapat suatu keraguan lagi bahwa individu terakhir telah mati. Contohnya adalah Harimau
Jawa dan Harimau Bali.
Tidak ditemukan di habitat aslinya dan hanya diketahui hidup/ dipelihara di kebun binatang,
penangkaran, atau terdapat sebagai populasi alami yang hidup diluar habitat aslinya.
Jika menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu dekat. Contoh spesies yang
berstatus krisis adalah Badak Jawa dan Elang Jawa.
Genting (Endangered/EN)
Jika ia tidak tergolong kritis, namun mengalami kepunahan sangat tinggi di alam, contohnya Banteng,
Anoa, dan Tarsus.
Rentan (Vurnalable/VU)
Jika tidak tergolong kritis/ genting namun mengalami resiko kepunahan tinggi di alam, contohnya Merak
Hijau dan Kasuari.
Jika tidak termasuk kategori rentang tetapi mendekati kategori tersebut. Contohnya adalah Alap-Alap
Doria.
Jika informasi yang tersedia tidak cukup untuk melakukan perkiraan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, mengenai distribusi dan/ status kelimpahan populasinya. Contoh: Punggok Papua.
Jika tidak atau belum dinilai berdasarkan criteria diatas. Contohnya adalah spesies Punggok Tagian.
Itulah hal-hal yang harus kita ketahui mengenai status kelangkaan suatu flora maupun fauna. Hal ini
menjadi penting karena beberapa spesies di alam sudah sangat rentan terhadap kepunahan. Sebut saja
orang utan yang sering diburu dan badak jawa yang populasinya sangat sedikit.
Darilah itu marilah kita tetap menjaga flora dan fauna kita dari kepunahan dengan tetap mencintai
lingkungan hidup kita.
Halaman: 1 2
Navigasi pos
Pos sebelumnya
Pos berikutnya
Cari di sini
Cari untuk:
Cari …
Berlibur di Air Terjun Matajitu (instagram.com)Air Terjun Mata Jitu, Cantiknya Bikin Lupa Waktu!
Campuhan Ridge Walk (instagram.com)Menikmati Suguhan Pemandangan Asri di Campuhan Ridge Walk
Bali
Tersering Ubud (instagram.com)Jatuh Cinta dengan Lukisan Alam di Sawah Terasiring Ubud Tegallalang
Hubungi Kami
Email:
foresteract@gmail.com
Layanan
Menulis
Media Partner
Advertising
JV Adsense
Site Partner
Laman
Profil
Daftar Isi
Disclaimer
Contact Us
Privacy Policy
Jaringan Kami
FA Tekno
FA Kesehatan
JV Adsense
Copyright Forester Act 2016-2020
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can
opt-out if you wish. Cookie settingsACCEPT
Privacy Overview
This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of
these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are
essential for the working of basic functionalities...
Necessary
Always Enabled
Non-Necessary
Forester Act !
Beranda
Konservasi
Kehutanan
Lingkungan Hidup
Wisata Alam
Event
Taman Nasional
Kirim Artikel
https://foresteract.com/kategori-kelangkaan-spesies/