Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN GERAK REFLEKS

Nama : Ahmad Fauzi


NIM : 202511056
Kelompok : 1

LABORATORIUM ANATOMI DAN FISIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER KOLAKA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk menggerakkan tubuh manusia harus ada perintah ke saraf, disini
diketahui bahwa gerakan itu ada yang disadari dan ada yang tak disadari. Gerakan
yang disadari adalah gerakan yang memang benar-benar perintah dari otak
sedangkan gerakan yang tidak disadari tiba-tiba terjadi yang mungkin disebabkan
karena kaget atau yang lainnya. Reflek adalah jawaban terhadap suatu
ransangangerakan yang timbul disebut gerakan reflektorik .Semua
gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik
untuk menjalin ketangkasan gerakan valunter maupun untuk membela diri.
Gerakan reflektorik tidak saja dilakukan oleh anggota gerak tetapi setiap otot lurik
dapat melakukan gerakan reflektorik, lagi pula perangsangya tidak saja terdapat
pada permukaan tubuh, akan tetapi semua implus perpersefrip dapat merangsang
gerakan reflektorik termasuk implus panca indra.

Setiap suatu rangsangan dijawab dengan bangkinya suatu Gerakan


menandakan bahwa antara daerah yang dirangsang dari otot yang ergerak secara
reflektorik itu terdapat hubungan lintasan yang menghubungkan reseptor dan
efektor itu dikenal sebagai busur reflek. Reseptor dikirim mendapat peransgang.
Suatu implus di cetuskan dan dikirim melalui serabut radies darsalis ke
sebuah neuron di subtansia grisea medula spinalis. Reseptor serabut aferen
interneuron disubtansia grisea motoneuron serta aksonnya berikut otot yang di
sarafnya merupakan busur refleks yang segmental. Terjadinya suatu gerakan yang
kita sadari di sebut gerak biasa namun ada pula gerak yang berlangsung dengan di
sadari pada gerakan biasa ransangan di olah dulu oleh otak dengan kata lain gerak
terjadi karena perintah otak. Implus pada gerakan yang disadari melalui jalur yang
panjang.
B. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa/i mampu mengetahui


mekanisme terjadinya gerak refleks dan mampu membedakan antara gerak refleks
dan gerak biasa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi
diluar kehendak. Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan
lingkungan baik dalam maupun luar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat
dalam memberikan jembatan (respon) terhadap rangsangan. (Syaifuddin, 2013)

Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
segera setelah adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex
arc. Gerak refleks dapat digunakan pada pemeriksaan neurologis, untuk mengetahui
kerusakan atau pemfungsian dari sitem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Gerak
refleks dapat dilatih misalnya pengulangan dari gerakan motorik pada latihan
olahraga atau pengaitan dari rangsang oleh reaksi otomatis selama pengkondisian
klasikal. (Suharto, 2012)

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur syaraf yang paling
sederhana. Jalur safar ini dibentuk oleh sekuen neuron sensr, interneuron, dan
neuron motor. Yang mengalirkan impuls untuk tipe saraf tertentu. Gerak refleks
yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan
neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya
mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan ynng
diterima oleh sel saraf sensorik lamgsung disampaika oleh neuron perantara atau
neuron penghubung (Wulandari, 2011)

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks impuls pada gerakan sadar melalui jalan Panjang,
yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh
otak, kemudian hasil olahan otak berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motoric
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan
sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara ototmatis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan control dari otak (Sherwood, 2010).
Ada dua sistem gerak pada manusia, yaitu gerak refleks, dan gerak sadar
(terkoordinasi). Refleks ialah aktifitas yang timbul langsung sebagai respon
terhadap rangsangan tanpa olahan syaraf sentral bagian korteks. Refleks bermacam
macamdari yang sederhana hingga yang kompleks. Contoh refleks yang sederhana
adalah refleks yang menyusu. Bayi yangbaru lahir dan sehat sudah menghisap susu
dari payudara ibunya. Refleks alimentasi ini dapat dimulai dari pipi bayi yang
disentuh puting payudara. Bayi akan menengok ke arah payudara yang akan dihisap
itu. Mulutnya membuka, bibirnya menangkap puting payudara, mungkin tangannya
akan memegang payudara itu, lalu timbul gerakan menghisap menelan. Semua
aktifitas ini berjalan reflektoris. (Suyanto, 2010)

Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak di
sadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron
konektor merupakan penghubung antara neuron sumsum tulang belakang. (Taiyeb,
2016).

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan


dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku, secara otomatis kita akan
menarik kaki dan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak,
dengan keluarnya air liur tanpa di sadari. Berikut skema gerak refleks. Gerak refleks
terjadi apabila rangsangan yang di sampaikan yang di terima oleh syaraf sensori
langsung di sampaikan oleh neuron perantar (neuron penghubung). Hal ini berbeda
sekali dengan mekanisme gerak biasa. (Suardana, 2015)

Pusat saraf manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak dan sumsum tulang
belakang. Masing – masing bagian ini akan menghantarkan impuls dari kelompok
bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak tubuh kita memiliki tubuh yang
berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu alat indra. Bagian tubuh ini disebut
reseptor. Reseptor ini memiliki saraf saraf khusus yang bisa mendeteksi rangsangan
tertentu. Misalnya rangsangan cahaya pada mata, rangsangan sentuhan suhu,
gesekan, rasa sakit pada kulit, bau pada hidung, rasa pada lidah, suara pada telinga.
Selain itu saraf – saraf yang disebut neuron reseptor ini akan mengirimkan sinyal
listrik menuju otak. Informasi ini akan diolah sesuai kehendak kita. Kemudian otak
mengirim respon menuju organ yang disebut efektor. Efektor meliputi otot,
kelenjar, dan lain lain. Respon yang dikirim otak ini ada yang dikirim secara
otomatis, adapula yang hanya dikirim bila kita menghendakinya. (Abim, 2010)

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-
tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks
dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks
ekstersor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari fleksi pada
anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerak refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu (Suardana,
2015).

Gerak refleks berjalan dengan angat cepat dan tanggapan terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Gerak refleks
yang paling sederhana memerlukan dua tipe sel saraf yaitu, neuron sensorik dan
neuron motoric. Gerak refleks tidak bekerja dibawah kesadaran dan kemauan
seseorang (Ganong, 2011).

Pada gerak refleks impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sendorikke pusat
saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah didalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motor disampaikan ke saraf efektor, yaitu otot
atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks (Guyton 2011)
BAB III

ALAT DAN BAHAN

1.1 ALAT DAN BAHAN

- Martil refleks
- Kapas
- Aquadest

1.2 CARA KERJA

Salah satu anggota praktikum ditunjuk sebagai naracoba. Catatlah data


naracoba pada lembar kerja.
a. Refleks Lutut
- Naracoba duduk bertumpang kaki (kak kana di atas) dan mengalihkan
perhatiannya ke sekeliling.
- Penguji memukul ligamentum patellae kaki kanan naracoba (kaki yang
bertumpu, di atas) dengan martil reflex
- Amati gerakrefleks yang terjadi.
b. Refleks tumit
- Naracoba berdiri dengan kaki dibengkokkan dan di letakkan pada kursi.
- Naracoba mengalihkan perhatiannya ke sekeliling
- Penguji memukul tendom Achilles kaki kiri naracoba (yang
dibengkokkan) dengan martil refleks.
- Amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
c. Refleks bisep
- Lengan kanan naracoba diluruskan secara pasif dan diletakkan di atas
meja. Neracoba mengalihkan perhatiannya ke sekeliling.
- Penguji memukul tendom bisep brakii lengan tersebut dengan martil
refleks.
- Amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
d. Refleks trisep
- Lengan kiri naracoba dibengkokkan secara pasif. Alihkan perhatian
narcoba ke sekelilingnya.
- Penguji memukul tendom trisep brakil lengan tersebut dengan martil
refleks.
- Amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
e. Refleks mengejap
- Naracoba membuka kedua matanya dan mengarahkan pandangannya ke
titik yang jauh.
- Penguji menyentuh permukaan kornea mata kanan naracoba dengan ujung
kap yang telah dibasahi dengan akuades.
- Amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.3 HASIL PERCOBAAN

NO MACAM REFLEKS KANAN KIRI ADA TIDAK ADA

1. Refleks lutut Kanan 


2. Refleks tumit Kiri 
3. Refleks trisep Kiri 
4. Refleks bisep Kanan 
5. Refleks mengejap Kiri 
mata

Yang termasuk golongan refleks monosinaptik :


1. Refleks lutut
2. Refleks trisep
Termasuk golongan refleks polisinaptik :
1. Refleks pengejap mata.

1.4 PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum kali ini dengan mengamati masalah gerak, lebih tepatnya
masalah gerak reflex. Sebelumnya perlu kita kerahui terlebih dahulu bahwa gerak
reflex bersifat tidak disadari atau diluar kendali manusia. Kegiatan praktikum unit
ini menggunakan 6 macam percobaan untuk diuji ada tidaknya gerak reflex pada
tubuh probandus. Yaitu gerak refleks pada lutut, gerak refleks pada tumit, gerak
refleks pada bisep, gerak reflkes pada trisep, dan gerak refleks mengejapkan mata.

Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya


rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum
tulang belakang melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang sangat
tinggi kemudian menuju ke efektor (luar tubuh) melalui neuron motorik sebagai
tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh.
Pada percobaan gerak refleks pertama yang di lakukan pada probandus yaitu
refleks tumit, penguji memukul ligamentum patellae naracoba (kaki yang bertumpu
di atas kaki kiri) menggunakan martil refleks, probandus mengalami reaksi gerak
refleks, dengan reaksi kaki yang maju ke arah depan (refleks).

Percobaan selanjutnya refleks tumit, dimana naracoba berdiri dengan kaki di


bengkok kandandiletakkan pada kursi. Lalu penguji memukul Tendom Achilles
kaki kiri naracoba (yang di bengkokkan) menggunakan martil refleks. Pada
percobaan ini tidak didapati reaksi gerak refleks pada naracoba.

Percobaan selanjutnya adalah refleks trisep, lengan kiri naracoba


dibengkokkan secara pasif , penguji memukul tendom trisep brakil lengan tersebut
dengan martil refleks, pada percobaan ini terjadi reaksi gerak refleks pada naracoba.

Pada percobaan gerak refleks bisep, lengan kanan naracoba diluruskan secara
pasif, kemudian penguji memukul tendom trisep brakil lengan tersebut dengan
martil reflkes. Pada percobaan ini, tidak di dapati reaksi gerak refleks pada
naracoba.

Percobaan terakhir adalah refleks mengejap, Untuk melihat refleks mengejap


penguji mendekatkan sedikit kapas secara perlahan ke arah mata naracoba,
responnya adalah saat kapas menjadi sangat dekat dengan mata, kelopak mata
langsung berkedip.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Gerak refleks ialah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak
refleks dilakukan tanpa kesadaran. Mekanisme gerak refleks berlangsung secara
spontan dibawah kontrol medulla spinalis, yakni; rangsang → reseptor →
neuron sensorik → interneuron → medulla spinalis → interneuron → neuron
motorik → efektor → gerakan. Impuls dari neuron motorik langsung menuju
efektor diluar kontrol otak.

Diantara 5 percobaan, hanya 3 percobaan gerak refleks yang menimbulkan


reaksi terhadap naracoba, yaitu refleks lutut, refleks trisep, dan refleks mengejap
mata.

5.2 SARAN

Diharapkan agar praktikum kedepannya lebih baik dan lebih tertib lagi sesuai
penuntun.
DAFTAR PUSTAKA

Abim, 2010, Cara Kerja Gerak Refleks. https://abim .cara-kerja-gerak-


refleks.wordpress.com
Ganong William F. 2011. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22 Jakarta: EGC.
Guyton, A & Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kurikulum Berbasisi Kompetensi
Untuk Keperawatn dan Kebidanan. Jakarta : EGC
Suharto, 2012, Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi Kasus
atlet bulutangkis. Banten. Jurnal teknologi informasi ESIT Vol VIII
Suyanto, Slamet, 2010. Hasil kajian neuroscience dan Implikasinya dalam
pendidikan. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY: Yogyakarta
Sherwood, 2010. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC
Suardana, 2015. Pengaruh Pemberian Latihan Peregangan terhadap Penurunan
pada Pasien dengan Iskhialgia di Praktik Pelayanan Keperawatan Latu
Usaha Abiansemal. Bandung . Jurnal Keperawatan
Syaihfuddin. 2013. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika
Taiyeb, Mushawwir, 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi
FMIPA UNM: Makassar.
Wulandari, puspita. 2011. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia
Berbasis Mikrokontroller AT 8958252.Jurnal Neutrini Vol. 1 No. 2.
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena


mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Darah manusia
normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-
100 mg tiap 100 mL darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira setelah 2 jam, jumlah glukosa
darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes mellitus, jumlah
glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah.

Dikenal beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan pemeriksaan


glukosa darah, yaitu:

a. Glukosa darah puasa sebelum pemeriksaan pasien harus puasa 10-14 jam.

b. Glukosa darah sewaktu pemeriksaan tanpa memperhatikan waktu terakhir pasien


makan.

c. Glukosa darah 2 jam PP sukar di standarisasi karena makanan yang dimakan


baik jenis maupun jumlahnya sukar disamakan, sukar diawasi dalam tenggang
waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, pasien juga tidak melakukan
tindakan apapun.

Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga


akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi
organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula
heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino
suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi
berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang
kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu,
komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf
periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan.
Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan
yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen (pati
hewan) dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan
sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat
dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi
sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi
glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.

Kadar gula darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses
metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di
usus halus dan dibawa darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut
diubah menjadi energi atau pun zat lain yang diperlukan tubuh. Jika proses
pengangkutan zat gula darah (glukosa) kedalam sel terganggu, maka glukosa tidak
dapat terserap kedalam sel dan tertinggal di dalam darah. Inilah yang menyebabkan
kadar gula darah menjadi tinggi. Penyerapan glukosa ke dalam sel dibantu oleh
sejenis hormon yang disebut insulin. Untuk memelihara kadar gula darah yang
normal dalam tubuh di makanan yang dikonsumsi dengan membatasi konsumsi
makanan yang manis-manis dan asupan karbohidrat.

1.2 TUJUAN
- Mengetahui pengaruh makanan dan minuman terhadap kadar glukosa
darah.
- Membandingkan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah
sewaktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa merupakan kelompok senyawa karbohidrat sederhana atau


monosakarida. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.
Glukosa berfungsi sebagai sumber energi untuk sel-sel otak, sel saraf, dan sel darah
merah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi
yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat
bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun setelah kira-
kira 2 jam setelah makan, jumlah darah akan kembali seperti semula. Pada orang
yang menderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg/100
ml darah. Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat
mempertahankan konsentrasi darah gula (dalam bentuk glukosa) dalam batas-batas
tertentu, yaitu 70-120 mg/ml dalam keadaan puasa. Bila gula darah naik di atas 170
mg/100ml, gula akan dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya bila gula darah turun
hingga 40-50 mg/ml, kita akan merasa gugup, pusing, lemas dan lapar. (Lestari et
al. 2013).

Glukosa merupakan salah satu molekul yang terkandung di dalam darah,


tepatnya pada plasma darah. Peranan glukosa sangat penting untuk kelancaran kerja
tubuh. Kadar glukosa didalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah
satunya adalah hormon insulin. Hormon insulin merupakan hormon yang dihasilkan
oleh pankreas dan berperan dalam mengatur kadar glukosa dalam tubuh melalui
hati (Ekawati 2012). Menurut Ekawati (2012), apabila terjadi peningkatan kadar
glukosa dalam darah yang disebabkan naiknya proses pencernaan dan penyerapan
karbohidrat, maka insulin akan mengubah glukosa menjadi glikogen. Proses
tersebut terjadi didalam hati dan disebut dengan proses glikogenesis. Kadar glukosa
yang rendah didalam darah akan akan di atasi oleh tubuh dengan cara menguraikan
glikogen menjadi glukosa. Proses tersebut disebut dengan glikogenolisis. Kadar
normal glukosa dalam darah saat keadaan puasa yaitu 70-110 mg/dL.

Kadar glukosa darah dapat diperiksa di laboratorium dengan berbagai macam


metode yaitu metode folin, metode samogyi-nelson, metode ortho- toluidin, metode
glukosa-peroksidase, metode glukosa-oksidase. Penentuan metode sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang akurat, disamping itu perlu diperhatikan faktor-
faktor pra analitik, analitik, dan paska analitik. (Sulistiani Dwi, 2010).

Otak dan jaringan saraf sangat bergantung kepada glukosa untuk memenuhi
kebutuhan energi. Jaringan saraf mengoksidasi glukosa menjadi karbon dioksida
dan air sehingga dihasilkan ATP. Apabila glukosa turun di ambang di bawah
normal, kepala akan merasa pusing dan kepala terasa ringan. Pada keadaan normal,
otak dan susunan saraf memerlukan sekitar 150 g glukosa setiap hari (Aswani V.,
2010).

Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah. Kadar
gula darah digunakan untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk penentuan
diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena.Sedangkan untuk tujuan pemanatauan hasil
pengobatan dapat menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer
(PERKENI, 2011).

Kadar glukosa dalam darah yang diperoleh oleh hormon insulin danglukogen
yang berasal dari pankreas. Insulin dibutuhkan untuk permeabilitas Selaput selaput
gula untuk transportasi glukosa ke dalam sel. Glukagon dibutuhkan tubuh untuk
mengubah glukosa (gula), yang salahdiperoleh dari makanan, menjadi simpanan
gula (glikogen) (Pavia etal, 2015).

Insulin merupakan hormon peptida yang disekresikan oleh sel beta pankreas.
Fungsi insulin yaitu pembantuan kadar normal gula darah. Insulin bekerja melalui
memperantarai serapan glukosa seluler, Metabolisme Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, serta mendorong pemisahan dan pertumbuhan selmelalui efek
motigenik pada insulin (Wilcox 2005). Apabila insulin tidak bekerjasecara baik,
maka akan mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah yang
tidak normal dapat menimbulkan kelainan pada tubuh, diantaranya seperti Diabetes
Melitus, atherosklerosis, hyperglyceridemia dan lain-lain. Diabetes Melitus adalah
penyakit metabolik yang penanggulangan dengan kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi
insulin atau kelelahan. Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada
Diabetes Melitus akan menyebabkan kerusakan fungsi, kegagalan berbagai atau
gan, terutama mata, organ, ginjal,saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya.
(Suastika, 2011).

Sebagian besar faktor resiko diabetes melitus adalah gaya hidup yang tidak
sehat seperti kurangnya akifitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang serta
obesitas. Maka dari itu hal terpenting dari pengendalian diabetes melitus adalah
menegndalikan faktor resiko. Tujuan penting dari pengelolaan diabetes melitus
adalah memulihkan kekacauan metabolik sehingga segala proses metabolik
kembali normal. (Arisman, 2011)

Glukosa merupakan manosakarida yang tersusun dari atom karbon,hidrogen,


dan oksigen. Glukosa berfungsi sebagai sumber tenaga bagi hewan dan
tumbuhan. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus - CHO) dengan
bentuk paling stabil berupa aldosa. Glukosa dapat digambarkan secararantai lurus
(Fischer) maupun rantai siklik (Howarth). Rumus molekul glukosa adalah
C6H12H6. Glukosa memiliki gugus pereduksi sehingga bisa bereaksidengan gula
lain membentuk gula disakarida (Jespersen et al, 2012)

Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


terkait pasien dan faktor yang terkait dengan laboratorium. Faktor terkait pasien
antara lain umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi
klinik, status nutrisi dan penggunaan obat. Faktor terkait laboratorium anatara lain
cara pengambilan specimen, penanganan specimen, waktu pengambilan, metode
analisis, kualitas specimen, jenis alat dan teknik pengukuran (Kemenkes, 2011)
BAB III
METODE KERJA
3.1. Alat

- Pen Lancet dan lancet


- Stip glukosa
- Alat pengukur gula darah

3.2. Bahan

- Alkohol
- Makanan (nasi)
- Gula (75 gr)
- Air 300 ml

3.3. Pemeriksaan Glukosa Puasa dan 2 Jam Post Prandial


- Siapkan 1 orang perwakilan dari tiap kelompok (Naracoba)
- Diet 3 hari cukup karbohidrat
- Puasa 12 – 14 jam sebelum pemeriksaan
- Naracoba dipersilahkan makan berat
- Setelah 2 jam naracoba diperiksa kembali kadar glukosanya
- Catat kadar glukosa darah dari tiap perlakuan

3.4.Pengukuran glukosa darah sewaktu


- Siapkan 1 perwakilan dari tiap kelompok (Naracoba)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada Setelah 2 jam Sewaktu
Saat Puasa sesudah makan

77 76 120

4.2 Pembahasan
a. Glukosa darah sewaktu (GDS)
Gula Darah Sewaktu adalah jenis pemeriksan gula darah kapan pun tanpa
memerhatikan waktu maupun kondisi seseorang. Pemeriksaan gula darah yang
dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang
dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.

b. Glukosa darah puasa (GDP)

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang


dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam. Pasien akan disuruh puasa
selama 8 jam penuh tanpa makan kecuali minum air putih, setelah itu tenaga
kesehatan akan memeriksa glukosa darah pasien.

c. Glukosa darah 2 jam setelah makan (GD2PP)

Pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang


dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan. Pasien akan disuruh
makan seperti biasanya, 2 jam setelahnya akan diperiksa glukosa darahnya. Pada
umumnya setelah makan pasien akan mengalami kenaikan gula darah dan akan
berangsur normal kira - kira dua jam setelahnya.

Pada saat melakukan pemeriksaan gula darah pada probandus, percobaaan


glukosa pada saat puasa kami memperoleh glukosa darah probandus 77gr/dl.
Kemudian pada saat percobaan kedua yakni 2 jam sesudah makan glukosa darah
probandus adalah 76gr/dl. Sedangkan pada percobaan pemeriksaan glukosa dalam
sewaktu, berjumlah 120gr/dl. Dan dinyatakan normal.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Kadar glukosa darah seseorang dalam keadaan normal yaitu Sebelum


makan: sekitar 70-130 mg/Dl, Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL,
Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100
mg/dL, Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL

5.2 SARAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan praktikan menyarankan
Ketika melakukan praktikum diutamakan ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Aswani V., 2010. How Well Do You Understand Blood Glucose Levels?. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/438144 [Accesed 12 April 2010].
Arisman. 2011. Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas,
Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.

Dwi Sulistiani, 2010, Pengaruh Suhu dan Waktu Simpan Pada Serum dan Plasma Untuk
pemeriksaan Kolesterol Total, KTI, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.

Ekawati, R.E., 2012. Hubungan Glukosa Darah Terhadap Hypertriglyceridemia Pada


Penderita Diabetes Melitus. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Airlangga, Surabaya.

Jespersen, ND, Brady, JE, & Hyslop, A. (2011). Kimia: Molekulsifat materi . Pendidikan
Global Wiley

Kemenkes. 2011. Infodatin ( Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI) Jakarta
: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Lestari, D.D. et al., 2013. Gambaran Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Dengan Indeks
Masa Tubuh 18,5-22,9 kg/m. Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol. 1.No. 2. Hal: 991-
996. 2

Pavia, DL, Kriz, GS, Lampman, GM, & Engel, RG (2015). Sebuah Kecil Pendekatan
Skala untuk Teknik Laboratorium Organik. Pendidikan Nelson

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta: PERKENI.

Suastika, K., Dwipayana, P., Ratna Saraswati, I. M., (2011). Relationship between age and
metabolic disorders in thepopulation of Bali. Journal of Clinical Gerontology and
Geriatrics, 2(2), 47-52. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Darah merupakan komponen yang sangat penting dalam tubuh manusia,


mengapa demikian, dilihat dari segi fungsi dan urgennya dalam tubuh manusia.
Dalam dunia kesehatan khususnya dalam pelayanan didalam rumah sakit,
ketersediaan darah merupakan hal yang sangat penting untuk tetap di jaga.
Mengapa demikian ? apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan terjadinya luka
dan kehilangan darah, tentunya diperlukan ketesediaan darah dengan jangka waktu
penanganan se segera mungkin.
Didalam tubuh terdapat kurang lebih lima liter darah yang mengalir tiada
henti.darah adalah sungai kehidupan dalam tubuh kita jika kita kehilangan banyak
darah, maka nyawa kita akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Seringkali seseorang kekurangan darah akibat mengalami kecelakaan atau
menderita suatu penyakit yang dimana orang tersebut harus memerlukan darah
dengan cara tranfusi darah. Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan 40%
darahnya pada waktu yang singkat karena tubuhnya tidak dapat membuat darah lagi
denan cepat. Donor darah dapat di tranfusikan pada orang orang tertentu. Sebelum
tranfuse dilakukan, perludi lakukan tes mencampur darah donor dengan resipien.
Bila tidsk terjadi maka dikatakan darah sesuai dan transfuse dapat dilakukan.
Golongan darah dapat diturunkan secara genetik dari kedua orang tua
kepada generasi keturunannya. Mendonorkan darah kepada seseorang merupakan
suatu perbuatan yang amat mulia. Maka dari itu untuk melakukan donor darah kita
harus mengetahui golonan darah yang kita miliki.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari percoban ini adalah untuk menentukan golongan darah donor
dan resipien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Darah merupakan bagian penting pada sistem transportasi didalam tubuh


manusia. Darah adalah cairan yang bersirkulasi melewati jantun, pembuluh arteri,
vena dan kapiler. Darah membawa nutrisi, elektrolit, hormon, vitamin, antibody,
serta oksigen untuk jaringan tubuh dan membawa sisa yang tidak berguna dan
karbondioksida (CO2) ke organ organ pembuangan. Pada dunia kedokteran,
golongan darah manusia di bagi menjadi 4, yaitu : A, B, AB dan O. Dengan
demkian, dalam pemeriksaan darah juga dilakukan pengujian untuk menentukan
golongan darah. (Andini, 2011)
Darah manusia sebanyak sekitar seperduabelas dari berat badan atau sekitar
5 liter. Komposisi darah terdiri dari beberapa jenis sel darah yang membentuk 45%
bagian darah dan 55% sisanya berupa cairan kekuningan yang membentuk medium
cairan darah yang disebut plasma darah (Pearce. 2012)
Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang di dasarkan
pada jenis anigen yang di milikinya. Sedikitnya ada 48 jenis antigen yang menjadi
dasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling umum digunakan adalah
sistem penggolongan darah ABO. Pembagian golongan darah sistem ABO di
dasarkan pada adanyan perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi)
yang terkandung dalam darah. (Tenriwaru, 2016: 42)
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai
didunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia,
golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding
antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen,
A dan B,golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
(Alrasyid,2010)
Antigen – antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A,
dan B. Ciri antigen itu berada pada ujung gula - gula yang melekat langsung pada
dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari hamparan
blipid. (Oktari, 2016)
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis
golongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada
umumnyadengan menggunakan metode Slide. Metode ini didasarkan pada prinsip
reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin
yangterdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan.
Metodeslide merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk
pemeriksaan golongan darah (Oktari, 2016: 50)
Golongan darah ABO pada manusia merupakan salah satu contoh dari alel
berganda dari sebuah gen tunggal. Sehinnga ada 4 kemungkinan fenotip yaitu A, B,
AB, dan O. Huruf – huruf ini menunjukkan 2 karbohidrat, substansi A dan substansi
B, yang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua duanya ( Tipe
AB, atau tidak sama sekali (tipe O). Golongan Rhesus negatif (Rh -) di temukan
hampir 15 % pada ras kulit putih, seangkan pada ras asia jarang dijumpai kecuali
terjadi perkawinan campuran dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif.
Pada wanita rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama rhesus positif, resiko
terbentuknya antibodi sebesar 8%. Sedangkan pada kehamilan berikutnya sebahgai
akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%. Perbedaan rhesusu dapat
menimbulkan kondisi antirhesus atau penghancuran sel darah merah, dalam kondisi
tertentu dapat mengakibatkan kematian janin dalam rahim atau gangguan kesehatan
setelah lahir seperti anemia, jaundice (penyakit Kuning), pembengkakan hepar dan
gagal jantung. (Swastini, 2016)
Untuk mendapatkan kecermatan dalam melakukan transfuse darah kepada
para resipient diperlukan adanya kecocokan darah Antara donor yang bertindak
sebagai penyumbang darah. Transfuse darah dari golongan yang tidak kompatibrl
dapat menyebabkan reaksi transfuse imunologis yang berakibat anemia hemolisis,
gagal ginjal, syok, dan kematian. Selain kecocokan golongan darah, kondisi darah
yang didonorkan haruslah sehat. Dalam hal ini tidak boleh mengandung kadar
glukosa yang (positif db) dan harus bebas dari penyakit lainnya. Gula darah adalah
istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energy untuk sel-sel tubuh. Umumnya
tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari 4-8mmol/l
(70-150 mg/dl) (Taiyeb, 2016).
Pengujian darah secara manual umumnya di lakukan dengan metode ABO.
Pada metode ABO digunakan suatu antisera, yaitu antisera A dan antisera B.
Sampel darah yang diletakkan di atas kaca preparat di tets antisera dengan
perbandingan darah dan antisera 1:2, lalu akan terjadi penggumpalan. Untuk hasil
pembacaan yang lebih akurat dapat digunakan mikroskop dalam mengamati
aglutinasi yang terjadi. Karena setiap golongan darah mempunyai zat anti tertentu.
Seperti pada golongan darah Amempunyai anti B, jika golongan darah A
diberikanantisera A maka darah tersebut akan menggumpal,sedangkan untuk darah
golongan B mempunyai anti A.darah golongan AB mempunyai anti A dan anti B
dangolongan darah O tidak mempunyai zat anti ( Azhar, 2014).
Antibodi ABO terjadi secara alamiah, yaitu berkembang tanpa harus
terpajan dengan eritrosit yang mengekspresikan antigen yang sesuai. Antibodi ini
belum ada saat lahir, tapi berkembang dengan pajanan antigen di lingkungannya.
Antibodi tersebut terutama immunoglobulin (Ig) M, reaktif pada suhu 37º C dan
dapat mengaktivasi komplemen (Barbara, 2014)
Pemberian darah sebagai terapi bagi orang sakit sebelumnya akan diuji
kecocokannya antara darah donor dan darah penderita. Uji ini dimaksudkan agar
tidak terjadi reaksi transfusi yang bisa membahayakan jiwa si penerima darah.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka
darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah
golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan
pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan
setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok :
teknik ini disebut cross-matching (Anonim, 2013).
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel darah merah seseorang
maka dalam plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti
A. Demikian pula, bila tidak terdapat aglutinogen tipe B di dalam sel darah merah,
maka dalam plasmanya terbentuk antibody yang dikenal sebagai aglutinin anti B.
Golongan darah O meskipun tidak mengandung aglutinogen tetapi mengandung
aglutinin anti A dan anti B; golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan
aglutinin tipe B; dan golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan
aglutinin anti A. Akhirnya golongan darah AB mengandung kedua aglutinogen A
dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali (Anonim, 2013).
BAB III

ALAT DAN BAHAN

1.3 ALAT DAN BAHAN

- Gelas oabjek preparat

- Lidi Pengaduk
- Satu set larutan reagen golongan darah ABO
- Kapas
- Alkohol 70%
- Jarum Lancet
- Kartu golongan darah

1.4 CARA KERJA

a. Tandailah pada gelas obyek (dengan pensil gelas) daerah – daerah A


dan B.
b. Kemudian teteskan kepada masing masing daerah tersebut satu tets
darah naracoba
c. Teteskan pada daerah bertanda A satu tetes serum anti A dan pada
derah brtanda B satu tetes serum anti B dengan pipet pipet yang telah
tersedia (jangan sampai tertukar)
d. Campurkan darah tersebut dengan serum antinya dengan
menggunakan lidi pengaduk yang masih bersih dan jangan sampai
tercampur antara daerah A dan daerah B.
e. Amatilah setelah satu menit, apakah ada agregasi sampai aglutinasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

- Menentukan golongan darah

Probandus : Alia Miranti


Jenis kelamin : perempuan
Umur : 18 Tahun
Tinggi badan : 150 Cm
Berat badan : 40 Kg

ANTI A ANTI B ANTI AB


A P  P
B  P P
AB P P P
O   
Ket :

P : Terjadi Penggumpalan

 : Tidak terjadi

- Pembahasan

Darah merupakan komponen yang sangat penting dalam tubuh manusia,


mengapa demikian, dilihat dari segi fungsi dan urgennya dalam tubuh manusia.
Dalam dunia kesehatan khususnya dalam pelayanan di dalam rumah sakit,
ketersedian darah merupakan hal yang sagat penting untuk tetap dijaga, mengapa
demikian, apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan terjadinya luka dan
kehilngan darah, tentunya diperlukan ketersediaan darah dengan jangka waktu
penanganan sesegera mungkin. Mengapa demikian, karena apabila seseorang
kehilangan banyak darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
kematian bagi diri seseorang.
Pada menentukan golongan darah, probandus mempunyai golongan darah B,
karena pada anti B dan anti AB terjadi penggumpalan, sedangkan pada anti A, tidak
terjadi penggumpalan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Induvidu yang golongan darahnya A, didalam sel darah merahnya


memilikiantigen A dan aglutinin B pada plasmanya. Individu yang bergolongan
darah B. Didalam sel darah merahnya memiliki antigen B dan pada plasmanya
mengandung aglutinin A. Individu yang bergolongan darah AB, sel darah merahnya
memiliki antigen A dan B, tetapi dalam plasma darahnya tidak memiliki aglutinin
α dan Aglutininβ. Individu bergolongan darah O, sel darah merahnya tidak
memiliki antigen A dan B,hanya dalam plasma darahnya memiliki aglutinin α dan
aglutinin β.

5.2 SARAN

Ketika melaksanakan praktikum, diharapkan agar kepada praktikan lebih


tertib lagi, agar apa yang di praktikkan dapat dicapai dengan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, naniek. 2011. Alat Pendeteksi Golongan Darah Manusia Berbasis


Mikrokontroler Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jakarta. Jurnal
SNATIKA Vol 1 No 1.
Alrasyid, (2010), Golongan Darah, 17 April 2010. Dibaca Pada
http://forum.upi.edu.com
Azhar, nugraha F. 2014. Alat Pembaca Golongan Darah dan Rhesus. Teknik
Elektrinika Politeknik Caltex Riau. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol
2 No 1.
Anonim. 2013. Pengujian Golongan Darah. www. Indonews.ci.id.
Barbara, J.B, 201. Hematologi: Kurikulum Inti, Jakarta: EGC.
Oktari, Anita dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide
Dengan Reagen Serum Golongan darah A, B, O. Jurnal Teknologi
Laboratorium. Vol. 5 No. 2: 49–50. Bandung: Sekolah Tinggi Analis Bakti
Asih
Pearce Evelya C.2012 Anatomi Fisiologi Parameids. Penerbit Gramedia
Jakarta.
Swastini, D.A dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus Pelajar Kelas 5 Dan
6 Sekolah Dasar Di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar. Jurnal
Udayana Mengabdi. Vol. 15 No. 1: 69. Bali: Universitas Udayana
Taiyeb, A. Mushawwir dkk. 2016. Penuntun Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Tenriawaru, E.P dkk. 2016. Analisis Korelasi Antara Golongan Darah Tipe ABO
Dengan Modalitas Dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Dinamika. Vol. 7
No. 1: 42. Palopo: Universitas Cokroaminoto Palopo
LAMPIRAN

1. FOTO HASIL PENGAMATAN

FOTO HASIL PRAKTIKUM


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh darah karena ada perbedaan
tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan. Pengukuran
tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dengan memasukkan kanula ke dalam pembuluh darah
arteri dan dimonitor dengan alat pendeteksitekanan darahnya. Cara tidak langsung
dengan menggunakan alat sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah akan
memberikan informasi yang penting mengenai status kardiovaskular pasien dan
respon terhadap aktifitas. Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan dalam
mengevaluasi status hemodinamik pasien dan mendiagnosa penyakit.

Tekanan darah dinyatakan dengan dua besaran tekanan darah yaitu tekanan
sistolik dan satuan mmHG. Tekanan darah dapat diukur secara langsung maupun
tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan secara invasif yaitu dengan
memasukkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang kemudian dimasukkan
ke dala arteri. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
tensdimeter, yaitu dengan menggunakan manset yang dapat dikembangkan yang
dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan.

Cara pengukuran tekanan darah yang baik dan benar sangat diperlukan bagi
seorang tenaga kesehatan dalam mengukur tekanan darah seorang pasien, menurut
JNC 7 posisi tubuh yang benar dalam pengukuran tekanan darah adalah dalam
posisi duduk atau berbaring, dengan lengan dan tensimeter sejajar dengan letak
jantung. Posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan dengan
efek gravitasi. Pada kondisi berbaring, gaya gravitasi mempengaruhi seluruh tubuh
secara uniform. Pada posisi tegak, selain akibat kontraksi jantung, pembuluh darah
di bawah jantung mendapat beban tambahan akibat perbedaan tinggi tingkat
jantung dan pembuluh.

Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi syringe
diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung. Denyut nadi
dapat dengan mudah diberhentikan dengan jari tangan atau dengan cara palpasi,
disamping itu dapat ditentukan pula dengan menggunakan peralatan elektronik
yang sederhana juga yang modern. Denyut nadi dan tekanan darah merupakan
faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler
seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol
dalam darah dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau
kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan baik
sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan ini menggunakan
instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secaraakurat tekanan darah
atau volume darah, yang mengalir ke seluruh system sirkulasi, termasuk tangan,
kaki, tungkai, lengan dan leher.

Pengukuran denyut nadi dipengaruhi oleh bebrapa faktor, salah satunya


posisi. Pengaruh posisi ini dapat dilihat dengan adanya perubahan nilai pengukuran
denyut nadi pada posisi berbaring dan berdiri. Perubahan posisi dari berbaring ke
berdiri pada orang yang berpenyakit jantung dapat menimbulkan takhikardia dan
aritmia sehingga orang tersebut akan merasa sesak. Tapi perubahan posisi secara
fisiologis dari berbaring ke berdiri tidak ada hubungannya dengan gejala
takhikardia dan aritmia melainkan karena adnya koinpensasi sejumlah refleks. Oleh
sebab itu akan di teliti tentang pengukuran denyut nadi pada posisi berbaring dan
berdiri.

Denyut yang terlalu tinggi atau rendah bisa menunjukkan adanya masalah
kesehatan, terutama jika disertai gejala lain seperti pusing, sesak napas atau sering
pingsan. Konsultasikan ke dokter jika denyut Anda secara konsisten di atas 100
bpm/ beats per minute, (tachyeardia) atau di bawah 60 bpm.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk memahami pengaruh aktivitas fisik terhadap


tekanan darah dan denyut jantung manusia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan darah

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis
didalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka
terjadilahgangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-
hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami
gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam
ginjalataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya (Ibnu, 1996 dalam
Anggara, 2013).

Tekanan darah merupakan besaran sangat penting dalam dinamika


peredaran darah (Hemodinamika). Tinggi tekanan darah pada berbagai macam
pembuluh darah tidak sama, tekanan darah arteri lebih tinggi daripada tekanan
darah pembuluh vena. Pada pemeriksaan fisik, seorang penderita, pengukuran
tekanan darah arteri sudah menjadi suatu keharusan dimana pengukuran ini selalu
dilakukan secara kontinu. Tinggi tekanan darah arteri orang dewasa yang normal
dalam keadaan istirahat dengan posisi berbaring adalah 120mmHg untuk tekanan
sistotik dan 70 mmHg untuk tekanan diastole. Tinggi tekanan darah ini bervariasi
Antara lain karena unur, jenis kelamin, dan posisi badan. Yang menimbulkan
variasi tinggi tekanan darah arteri karena posisi badan atau bagian badan adalah
tidak lain pada gaya berat (Taiyeb, 2016).

Tekanan darah bervariasi karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu usia,


aktivitas fisik, dan perubahan posisi. Tekanan darah orang dewasa, 120/80 mmHg
dianggap sebagai nilai yang normal. Nilai tekanan darah anak-anak lebih rendah
daripada orang dewasa. Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
tekanan pada pembuluh darah adalah posisi tubuh. Perubahan tekanan darah pada
posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor gravitasi (Amiruddin, 2014).
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung
terhadap dinding arteri. Pada manusia, darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi
terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik. Ventrikel
kanan jantung memompa darah yang kurang O2 ke paru-paru melalui sirkulasi
pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan O2 masuk ke darah. Darah yang
mengandung O2 kembali ke sisi kiri jantung dan dipompa keluar dari ventrikel kiri
menuju aorta melalui sirkulasi sistemik di mana O2 akan dipasok ke seluruh tubuh.
Darah mengandung O2 akan melewati arteri menuju jaringan tubuh, sementara
darah kurang O2 akan melewati vena dari jaringan tubuh menuju ke jantung.
Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua
nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan
darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel
berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium (Lintong, 2015).

Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi


berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orang-orang
yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan ketegangan yang lebih tinggi dalam arteri
sehingga menyebabkan hipertensi. Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh
kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Selain itu
penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan
yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi
karena bertambahnya usia (Ritu Jain, 2011).

2.2 Denyut Nadi

Untuk mengetahui kecepatan denyut nadiseseorang dapat dilakukan


dengan pulse rate yaitu dengan cara menghitung perubahan tiba tiba dari tekanan
yang dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah sedangkan pengukuran
dapat dilakukan pada : Arteri karotis(daerah leher), Terletak dileher dibawah lobus
telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot
sternokleidomastoideus Sering digunakan untuk bayi, kasus cardia carrest dan
untuk memantau sirkulasi darah ke otak ( Hermawan, 2012).
Denyut jantung merupakan jumlah dari detak jantung dibagi satuan waktu,
ddalam detak per meni. Frekuensi denyut jantung terdiri dari sinus bardikardia dan
takikardia. Sinus bradikardia memiliki irama teratur dan detak jantung kurang dari
65 detak/menit. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit sistemik, toksisitas,
peningkatan tonus vagal, tekanan intracranial tinggi atau kompresi, hipotermia
hipotiroidismebola mata, atau obat-obattan. (Widodo. 2011)

Denyut nadi yang dapat diraba tersebut merupakan gelombang bertekanan


yang meregang di dinding arteri sepanjang perjalanannya. Jantung manusia normal,
setiap denyutnya berasal dari nodus SA (irama sinus normal). Metabolisme dalam
suatu organ akan semakin besar dan aliran darahnya juga akan mengalami hal yang
sama. Hal ini menyebabkan kompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya
dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh
tubuh (Herru & Priatna, 2015).

Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh kebutuhan aliran darah, sistem


kemoreseptor dan sistem baroreseptor. Sistem kemoreseptor menerima rangsang
dari dalam darah berupa kadar oksigen, kadar karbondioksida dan ion hidrogen,
sedangkan sistem baroreseptor dirangsang oleh perubahan tekanan arteri yang cepat
yang kemudian direspon dengan penurunan denyut jantung dan denyut nadi.
Frekuensi denyut nadi dapat diukur dengan cara menekan arteri radialis
menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah hingga pulsasi yang maksimal
dapat terdeteksi (Bickley, 2013)

Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh kebutuhan aliran darah, sistem


kemoreseptor dan sistem baroreseptor. Sistem kemoreseptor menerima rangsang
dari dalam darah berupa kadar oksigen, kadar karbondioksida dan ion hidrogen,
sedangkan sistem baroreseptor dirangsang oleh perubahan tekanan arteri yang cepat
yang kemudian direspon dengan penurunan denyut jantung dan denyut nadi.
Frekuensi denyut nadi dapat diukur dengan cara menekan arteri radialis
menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah hingga pulsasi yang maksimal
dapat terdeteksi (Bickley, 2013). Menurut Severson (2012), lokasi pada tubuh yang
bisa digunakan untuk menghitung denyut nadi antara lain:
1. A. Temporalis superfisial

2. A. Facialis

3. A. Carotis (pada leher di bagian bawah rahang bawah)

4. A. Radialis (pada bagian ventral pergelangan tangan)

5. A. Ulnaris

6. A. Brachialis (bagian ventral siku atau di bawah m. Biceps)

7. A. Femoralis

8. A. Popliteal

9. A. Posterior tibial (di samping maleolus medialis)

10. A. Dorsalis pedis (bagian tengan dorsum pedis)


BAB III
METODE KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN


Alat dan Bahan Pengukuran Tekanan Darah

1. Alat :
a. Stetoskop
b. Sfignomanometer
2. Bahan :
a. Naracoba
Alat dan Bahan Pengkuran Denyut Nadi

1. Alat :
a. Arloji (Jam) atau stop-watch
b. Buku catatan
2. Bahan :
a. Naracoba

3.2 CARA KERJA

Cara kerja pengukuran tekanan darah :


Pengukuran tekanan darah arteri dalam praktikum ini didasarkan atas cara
pengukuran tekanan darah arteri yang dianjurkan oleh American Heart Association.
Orang yang diukur tinggi tekanan darahnya (Probandus) disuruh berbaring dengan
tenang. Kemudian lengan atas probandus dibalut dengan balut Riva Rocci.
Pembalut harus cukup ketat dan balut harus cukup lebar agar didapatkan hasil
pengukuran yang benar. Pengukur melakukan palpasi pada nadi pergelangan tangan
probandus. Setelah denyut nadi teraba, udara dipompa kedalam balut Riva Rocci
sampai denyut nadi menghilang. Pada saat ini arteria Brachialis sudah terjepit
sehingga aliran darah di dalamnya terhenti. Pemompaan udara diteruskan sedikit
lagi (±30 mmHg) dan pemeriksa meletakkan ujung bagian dada stetoskop di atas
lipatan siku probandus (pergunakanlah ujung bagian yang berbentuk corong).
Setelah ujung bagian dada stetoskop terletak dengan baik di lipatan siku probandus,
keran pada pompa udara dibuka dan udara mengalir keluar dari dalam balut Riva
Rocci sementara pemeriksa mendengar pada stetoskop dengan saksama. Pada suatu
saat terdengar bunyi detak seperti bunyi detak jantung. Bunyi ini ditimbulkan oleh
benturan aliran darah pada balut Riva Rocci. Setelah terdengar beberapa detak,
timbulah suara mendesis mengiringi detak tadi. Desis ini dikenal dengan istilah
bising Korotkoff. Bising ini terdengar makin keras semakin banyak udara yang
dikeluarkan dari dalam balut Riva Rocci. Pada suatu saat bising ini menjadi redup
dan kemudian menghilang, sementara udara yang tedapat didalam balut Riva Rocci
terus mengalir keluar sampai akhirnya balut kempis.

Pada pengukuran denyut nadi menggunakan metode yang paling sederhana,


yaitu dengan metode rabaan pada area tangan sehingga didapatkan perhitungan
denyut nadi probandus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
- Tekanan darah
NO Waktu L/P Duduk Jalan Lari

1. Sebelum L 100/80 100/70 100/75


2. Sesudah L - 120/80 120/40

- Menentukan denyut nadi

NO Nama L/P Duduk Jalan Jalan Lari


Praktikan Cepat
1. Ahmad L 100 34,84 44,90 56,155
Fauzi
2. Adelia P 80 80,95 80,100 80/115
Wulandari
3. Alia Miranti P 75 76,80 79,95 76,100
4. Hasriani P 100 80,95 80,100 80,115

4.2 Pembahasan
A. Tekanan Darah

Posisi seseorang saat pengukuran tekanan darah baik posisi berdiri atau
duduk akan memberikan gambaran hasil yang berbeda. Faktor lain yang
mempengaruhi, yaitu aktivitas yang akan dilakukan sebelum pengukuran, tekanan
atau stress yang akan dialami, serta waktu pengukuran.

Pada pengukuran tekanan darah pada masing – masing probandus, mereka


mengalami perubahan tekanan darah berbeda beda setelah melakukan aktivitas.
Tekanan darah probandus sebelum jalan yaitu 100/80, kemudian setelah melakukan
aktivitas (jalan) tekanan darah probandus menjadi 120/80. Tekanan darah
probandus sebelum berlari yaitu 100/75, kemudian setelah berlari tekanan darah
probandus berubah menjadi 120/40.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tekanan darah probandus berada pada
tekanan normal.

B. Denyut Nadi

Denyut nadi adalah berapa kali arteri (pembuluh darah bersih) mengembang
dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respon terhadap detak jantung. Jumlah
denyut nadi sama dengan detak jantung. Ini karena kontraksi jantung menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri. Mengukur denyut nadi sama
artinya dengan mengukur denyut jantung. Jumlah denyut nadi seseorang bisa
berbeda dari orang lain. Denyut nadi yang rendah biasanya terjadi jika kita sedang
beristirahat. Nadi manusia rata-rata berdenyut sekitar 60-100 kali per menit.
Semakin sehat seseorang, semakin rendah denyut nadinya.

Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat


perbedaan antara tekanan darah dan denyut jantung antara aktivitas normal,
aktivitas ringan, dan aktivitas berat. Pada aktivitas berat, tekanan darah praktikan
cenderung lebih tinggi dari pada aktifitas normal dan aktifitas ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa aktifitas tubuh sangat mempengaruhi tekanan darah.
Demikian pula pada pengamatan denyut jantung dimana semakin berat aktifitas
maka semakin tinggi denyut jantung yang terjadi. Adapun variasi tekanan darah dan
denyut jantung pada laki-laki dan perempuan, dimana tekanan darah dan denyut
nadi praktikan laki-laki cenderung lebih tinggi daripada praktikan perempuan.

Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan cara meraba area tangan


sehingga didapatkan hasil perhitungan yang bervariasi dari para probandus seperti
yang tertera pada tabel.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup , yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh
darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan jantung memberikan tekanan
yang mendorong darah melewati pembuluh – pembuluh. Tekanan darah biasanya
di gambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.

Denyut nadi merupakan denyutan arteri dari gelombang darah yang


mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung.
Nadi manusia rata-rata berdenyut sekitar 60-100 kali per menit. Orang yangterbiasa
berolahraga, seperti para atlit, biasanya memiliki denyut jantung normal yang lebih
rendah, yaitu sekitar 40 kali per menit.

5.2 SARAN
Saran agar saat melakukan pengukuran lebih teliti lagi, apalagi pada saat
melakukan pengukuran denyut nadi dengan cara meraba menggunakan tangan,
diperlukan ketelitian dan konsentrasi yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta:
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ No. 1

Agus, Hermawan. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Amiruddin, R. Hasmi. (2014). Determinan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: Trans
Agus, Hermawan. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Info
Media.

Bickley LS (2013). Bates’ Guide to Physical Examination and Hystory Taking 11


Edition. Lippincolt William and Wilkins: Philladephia.

Bisset JA, Marin R, Rodriquez MM, Severson DW, Ricardo Y, French L,et al.
Insecticide resistance in two Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) strains
from Costa Rica. J Med Entomol. 2013;50(2):352-61.

Danes, Lintong , & Amiruddin . 2015. Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Antara Posisi Duduk dan Posisi Berdiri pada Mahasiswa semester VII
Tahun Ajaran 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi.
Journal e-biomedik , 3 (1).

Herru & Priatna, H. (2015). Penambahan Resistance Exercise Pada Senam Aerobik
Lebih Baik Terhadap Penurunan Denyut Nadi 2 Menit Setelah Latihan
Pada Remaja Putri Usia 17-21 Tahun. Journal fisioterapi. 15 (1).

Jain, Ritu.(2011). Pengobatan alternative untuk mengatasi tekanan darah.


Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Taiyeb,H. 2016. Kemampuan Motorik Halus Melalui Teknik Finger Painting Anak
Down Syndrome. Makasar : Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling.

Widodo. 2011.Efek Pemakaian Pil. Kontrasepsi Kombinasi Terhadap Kadar


Glukosa Darah.Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma.
Surabaya.
LAMPIRAN

HASIL PENGAMATAN

HASIL PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai